Anda di halaman 1dari 4

GANGGUAN ELIMINASI URINE

ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar yang diampu
oleh Ns.Etlidawati,S.Kep,M.Kep
disusun oleh :

Deva Kukuh Aditya 1911010031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
1. PENGKAJIAN
 Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi
berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada
waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.

 Pola berkemih

 Frekuensi berkemih : frekuesi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih


dalam waktu 24 jam

 Urgensi : Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut
megalami inkotinensia jika tidak berkemih

 Disuria : Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan
pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.

 Poliuria : Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa
adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes,
defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.

 Urinaria supresi : Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila
produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya
atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.

 Volume urine

 Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 24 jam.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Perubahan pola eliminasi urine berdasarkan : 

 Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria

 Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit

 Kerusakan pada saluran kemih

 Efek pembedahan pada saluran kemih

 .Inkontinensia fungsional berdasarkan :


 
 Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenl isyarat
akibat cedera atau kerusakan k. Kemih

  Kerusakan mobilitas

 Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris

 Inkontinensia stress berdasarkan :


 Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan
 Penurunan tonus otot

3. INTERVENSI KEPERAWATAN / PERENCANAAN


 Tujuan :

a. Memahami arti eliminasi urine


b. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
c. Mencegah infeksi
d. Mempertahankan integritas kulit
e. Memberikan rasa nyaman
f. Mengembalikan fungsi kandung kemih
g. Memberikan asupan secara tepat
h. Mencegah kerusakan kulit
i. Memulihkan self sistem atau mencegah tekanan emosional

 Rencana tindakan

a. Monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan


eliminasi urine, retensi dan urgensia
b. Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
c. Monitor terus perubahan retensi urine
d. Lakukan kateterisasi urine

 Inkontinensia dorongan

a. Pertahankan hidrasi secara optimal


b. Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara 
c. Ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang
tidak biasa)
d. Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi
e. Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
f. lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih

 Inkontinensia fungsional, Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih, dengan


berkemih seperti : mekanisme supra pubis kutaneus

a. Ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang


b.  Anjurkan pasien untuk 

 Posisi setengah duduk


 Mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7-8 kali / detik
 Gunakan sarung tangan Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih
untuk menentukan posisi saling berhasil
 Lakukan hingga aliran baik
 Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
 Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak
ada lagi yang dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai