Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan.
1. Riwayat Keperawatan.
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi :
1. Kebiasaan atau pola berkemih.
Pengkajian kebiasaan berkemih bersifat khusus karena setiap individu memiliki
kebiasaan yang berbeda. Pasien sendirilah yang akan menentukan apakah kebiasaan
berkemihnya normal atau apakah ada perubahan. Selain itu, hal yang perlu dikaji adalah
faktor apa saja yang mempengaruhi kebiasaan berkemihnya.
2. Frekuensi berkmih menentukan berapa kali individu berkemih dalam sehari (24 jam).
Contohnya adalah sebagai berikut.
Miksi 5 kali/hari
70% miksi di siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pda malam hari, sedangkan
sisanya dilakukan pada malam hari, menjelang dan sudah bangun tidur.
Berkrmih dilakukan pada saat bangun tidur dan sebelum tidur.
3. Volume urine
Pengkajian volume urine dilakukan untuk mengetahui jumlah urine yang dikeluarkan
dalam 24jam. Setelah itu, ditentukan apakah jumlah urine tersebut normal atau tidak
dengan membandingkannya dengan tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Volume Urine Normal pada Berbagai Tingkatkan Usia


Usia Jumlah Urine Rata-rata/Hari (mL)
Lahir-2 hari 15 60
3-10 hari 100 300
10 hari 2 bulan 250 400
2 bulan 1 tahun 400 500
1 3 tahun 500 600
3 5 tahun 600 700
5 8 tahun 700 1.000
8 14 tahun 800 1.400
14 tahun dewasa 1.500
Dewasa tua 1.500

4. Asupan dan pengeluaran cairan


Catat pengeluarn urine selama 24 jam
Kaji kebiasaan minum pasien setiap hari (jenis dan jumlah cairan yang diminum)
Catat asupan cairan per oral,melalui makanan, melalui cairan infus,atau NGT
(jika ada).
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada masalah kebutuhan eliminasi urine meliputi:
1. Abdomen : cermati apakah ada pembesaran, distensi kandung kemih, pembesaran
ginjal, dan nyeri tekan pada kandung kemih.
2. Genitalia : cermati apakah alat genitalia bersih; apakah terdapat pembengkakan, rabas,
atau radang pada meatus uretra. Pada pria, cermati apakah terdapat lesi, pembesaran
skrotum, atau nyeri tekan. Pada wanita, cermati apakah terdapat lesi, nodul, atau
radang pada labia minora atau mayora.
3. Urine : cermati karakteristik urine pasien dan bandingkan dengan karakteristik urine
normal. Karakteristik urine normal dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2. Karakteristik Urine Normal


Keadaan Normal
Warna Oranye gelap atau kekuningan dan bening
Bau Sedikit aromatik atau berbau khas
Berat jenis 1,010 1,025 gram/cc
Ph 4,4 7,5
Konsistensi Cair atau sangat encer
Jumlah 1.200 1.500 mL/24 jam

C. Tes Diagnostik
1. Pemeriksaan urine
Hal yang dikaji pada urine meliputi warna, bau, berat, jenis, kejernihan, pH, serta ada
tidaknya protein, darah, dan glukosa.
2. Tes Darah
Pemeriksaan darah meliputi BUN, bersihan kreatinin, nitrogen nonprotein (NPN),
sistoskopi, dan intravenous pyelogram (IVP).

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keerawatan pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah berikut.

a. Inkontinensia fungsional, berhubung dngan Penurunan dengan :


Penurunan rangsangan kandung kemih dn kerusakan kemampuan untuk mengenal
ransangan akibat cedera atau kerusakan saraf.
Penurunan tonus kandung kemih , akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau faktor
psikologis.
Keterbatasan mobilitas, neuromuskular
Perubahan faktor lingkungan
Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (pada lansia)

b. Inkontinesia refleks, berhubungn dengan :

Disfungsi neurologi diatas tingkatan arkus refleks karena cedera pada medula spinalis.
Kerusakan jaringan karena pemakaian anestesi untuk pembedahan

c. Inkontinesia stres, berhubungan dengan :

Peningkatan tekanan intra-abdomen


Kelemahan otot panggul karena obesitas, kehamilan , Persalinan, dll
Penurunan otot tonus ( pada Lansia )
Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine karena kelainan kongenital.
Perubahan degenaratif pada otot pelvis karena kekuranagn esterogen
d. Inkontinesia total, berhubungan dengan :

Defisit komunikasi atau persepsi


Kerusakan Neurologi
Fistula
Neuropati

e. Inkontinesia urgensi, berhubungan dengan :

Penurunan kapasitas kandung kemih karena faktor penuaan, infeksi, trauma, tindakan
pembedahan, dan lain lain
Irirtasi pada reseptor peregang kandung kemih karena penggunaan alkhohol, asupan
berlebihan, dan lain-lain.

f. Retensi Urine, berhubungan dengan :

Terdapat hambatan pada spinchter akibat struktur dari kontraktur leher kandung kemih
Pembesaran prostat
Kerusakan atau ketidakkekuatan jars aferen karena cedera pada otak atau penggunaan obat
seperti anthihistamin atauantokolinergik
Obstruksi jalan keluar kandung kemih karena impaksi fese
Stress atau ketidaknyamanan

C. Perencanaan Keperawatan

Tujuan dari asuhan masalah kebutuhan eliminasi urine adalah :

Memahami arti eliminasi urine


Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
Mengembalikan fungsi kandung kemih
Mencapai pengeluaran urine yang normal
Mempertahankan atau mngembalikan pola berkemih yang normal
Memberikan rasa nyaman dan mencegah tekanan emosional
Memulihkan kepercayaan diri
Mencegah munculnya risiko terkait ( misalnya infeksi,kerusakan kuit, atau
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.)

1. Inkontinesial fungsional
Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, misalnya
a. Optimalkan hidrasi dengan cara
Berikan asupan cairan 200-300 mL/hari, kecuali bila adakontraindikasi
Atur jarak pemberian asupan cairan, sebaiknya setiap 2 jam.
Anjurkan untuk tidak bergantung pada rasa haus untuk mulai minum
Kurangu asuan cairan pda malam hari.
Kurangi minuman yang berdampak diuretik, misalnya kopi, teh, danjus anggur.

b. Pertahankan asupan nutrisi yang adekuat.

c. Tingkatkan integritas diri dan berikan motivasi untuk mengendalikan kandung kemih,
misalnya dengan menghidari penggunaan bedpan atau pispot.
d. Tingkatkan integritas kulit, dengan cara

Bersihkan dan keringkan area kulit


Berikan salep pelindung

e. Tingkatkan higiene perseorangan, dengan cara

Anjurkan pasien untuk mandi dengan air mengalir


Bersihkan perineaum dan uretra dari depan ke belakang (bagi wanita).
Jelaskan cara mngenali perubahan urine yang abnormal, misalnya terjadi peningktan
mukosa,terdapat darah dlam urine, dan terjadi perubahan warna urine
Ajarkan cara mngenali tanda dan gejala ISK (infeksi saluran kemih), misalnya kenaikan suhu,
perubahan karakteristik urine, nyeri pada saat berkemih, mual, atau muntah.

2. Inkontinesia refleks
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih, contohnya mekanisme pemicu kutaneus
sebagai berikut.
a. ketuk supra pubis secara dalam, tajam, dan berulang.
b. anjurkan pasien untuk :
Memposisikan diri setengah duduk
Mengetuk kandung kemih dengan satu tangan secara lansung dengan rata rata 7-8
ketukan setiap 5 detik
Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi yang
paling berhasil
Lakukan kegiatan diatas hingga hingga aliran baik.
Tunggu sekitar 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong,
Jika rangsangan telah dilakukan lebuh dri dua kali, tetai tidak ada respons, berarti
sudah tidk ada urine yang dapat dikeluarkan.

c. Apabila belum berhasil, lakukan kegiatan berikut ini selama 2-3 menit da berikan jeda
pada waktu 1 menit diantara setiap kegiatan.

a. Tekan gland penis

b. Ketuk ketuk perut di atas ligamen inguinal.

c. Tekan paha bagian dalam.

d. Catat jumlah asupan dan pengeluaran

e. rencanakan program kateterisasi pada saat tertentu.

3. Inkontinesia stres

Ajarkan pada pasien penderita inkontinesia stres cara mengurangi faktor penyebab.

Contohnya adalah sebagai berikut.:

Ajarkan cara mengindentifikasi otot dasar pelvis dan jelaskan pengaruh otot dasar
pelvis yang tidak kompeten trhadap kontinesia.
Ajarkan pasien tentang latihan kegel dan anjurkan pasien untuk berlatih sebanyak
25 kali, setiap latihan 4-6 set setiap hari.
Ajarkan pasien cara melakukan latihan otot pelvis anterior. Pasien diminta untuk
membayangkan seolah dirinya mencoba menghentkan aliran urine dengan
mengencangkan otot belakang dan depan selama 10 detik, kemudian llepaskan
atau rileks. Ulangi sebanyak 10kali dan lakukan sebanyak 4 kali sehari . latihan ini
akan lebih efektif jika dlakukan selama 6-8 minggu.
Lakukan uji henti urine untuk mengetahui keefektifan kontraksi dengan meminta
pasien menghentikan airan urine seama beberpa saat pada waktu berkemih dan
meneruskan aliran urine itu kembali. Sarankan pasien untuk tidak melakukan uji
henti urine lebih dari sekali sehari.
Ajarkan pasien cara melakukan latihan otot pelvis posterior. Pasien diminta untuk
membayangkan seolah dirinya mencoba menghentikan aliran feses dengan
mengencangkan otot otot anus dalam waktu 10 detik tanpa merapatkan kaki
atau otot otot abdomen.

b. Peningkatan tekanan abdomen

Peningkatan tekanan abdomen dapat dikurangi dengan cara :

Latih pasien untuk menhidari duduk terlalu lama.


Latih pasien untuk sering berkemih, sekurang kurangnya setiap 2 jam
sekali.

4. Inkontinesia total

a. Perhatiakan jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta intensitas berkemih

b. Rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi.

c. Pertimbangkan pemasangan kateter indweeling apabila terjadi kegagalan


pada latihan kendung kemih.

5. Inkontinesia Urgensi.
a. Pertahankan hidrasi normal.
b. Ajarkan cara meningkatkan kapasitas kandung kemih, yaitu:
Tentukan volume urine setiap kali berkemih
Anjurkan untukmenahan selama mungkin.
Hindari sering berkemih yang merupakan kebiasaan
Kembangkan program rekondisi kandung kemih
c. Ajarkan pola berkemih terencana untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang
tak biasa
d. Anjurkan untuk berkemih pada saat terjaga , misalnya stelah makan, latihan fisik ,
dan mandi.
e. Lakukan kolaborasi dengan tim dokter untuk mengatasi iritasi kandung kemih,

6. Retensi Urine
Ajarkan teknik pengosongan kandung kemih, contohya adalah sebagai berikut.
a. Teknik peregangan abdomen dan manuver valsalva
Sandarkan tubuh pada paha
Kencangkan atau kontraksikan otot abdomen
Lakukan peregangan dengan cara mengejan. Than napas ketika mengejan
Tahan napas dan regangan sampai aliran urine terhenti. Tunggu satu menit
dan lakukan lagi selama mungkin
Lakukan hingga tidak ada lagi urine yang keluar

b. Teknik Manude Crede


Tempatkan kedua tangan ( mendatar atau mengepal ) di bawah area
mumbilikus.
Letakkan satu tangan di atas tanga yang lain
Tekan dengan kuat ke arah bawah dan ke arah arkus pelvis.
Ulangi prosedur di atas 6 7 kali hingga tidak ada urine yang dapat dibuang
Tunggu beberapa menit dan ulangi prosedur hingga kandung kemih kosong
dngan sepurna

c. Teknik Manuver Regangan Anal


Duduk diatas toilet atau commode
Sandarkan tubuh dan paha
Tempatkan satu tangan (telah terpasang sarung tangan) di belakang
bokong.
Masukkan satu ata dua jar yang telah diberi pelumas ke dalam anus hingga
menyentuh spincter anal
Lebarkan atau regangkan kedua jari atau tarik ke arah posterior
Reganngkan spincter anal seaa perlahan dan pertahankan distensi
Lakukan pengejan dan berkemih.
Tarik napas dalam dan tahan ketika pengejan (manuver valsava)
Lakukan relaksasi dan ulangi prosedur hingga kandung kemih kosong

d. Tindakan Keperawatan
1. Pengambilan sampel urine biasa
Cara pengambilan sampel urin biasa dapat djabarkan sebagai berikut.
a) Alat dan bahan
Botol Penampung dan tutupnya
Eriket Khusus
b) Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan pada pasien
Bantu pasien yang tidak dapat buang air kecil endiri untuk buang air kecil.
Setelah urine keluar, tampung urine dalam botol.
Anjurkan pasien yang dapat buang air kecil sendiri untuk buang air kecil,
dan menampung urine dala botol
Catat nama pasien dan tanggal pengambilan urine pada etiket
Cuci tangan

2. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal


Buang air dengan mnggunakan urinal diterapkan pada pasien yang tidak ampu
buang air kecil sendiri di kamar mandi. Selain itu, urinal juga dapat digunakan
untuk menamnpung urne sahingga dapat diperiksa .
a. Alat dan Bahan:
Urinal
Pengalas
Tisu
Botol berisi air hangat

b. Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedurkepda pasien
Pasang Pengalas dibawah bokong pasien
Lepas pakaian bawah pasien
Atur posisi pasien ( dorsal rekumben )
Pasang urinal dibawah glutea/ pinggul atau diantara kedua paha
Anjurkan pasien untuk berkemih
Siram genitalia(penis) pasien dengan air hangat
Keringkan genitalia pasien dengan tisu
Setelah selesai, pasang kembali pakaian bawah pasien dan rapikan alat.
Cuci tangan
Catat warna dan jumlah produksi urine

3. Melakukan Keteterisasi
Kateterisasi adalah pemasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra
Untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan mengambil bahan
pemeriksaan.
a. Alat dan Bahan :
Sarung tangan steril
Kateter steril (uurn dan jenisnya disesuaikan dengn kebutuhan pasien)
Duk Steril
Minyak Pelumas /jeli,atau gliserin
Kapas sublimat ( larutan pembersih anti septik)
Spuit 20 mL yang berisi aquades
Perlak dan alasnya
Pinset anatomi
Bengkok
Urinal bag ( kantung penampung urine)
Plester dan gunting
b. Prosedur Kerja
Untuk pasien pria
Cuci tangan
Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
Atur rungan, tutup jendela dan pintu, serta pasang sampiran.
Pasang pengalas dibawah bokong pasien.
Kenakan sarung tangan steril
Pasang duk steril
Pegang penis dengan tangan kiri . Tarik Preputium sedikit ke pangkalnya
dan bersihkan dengan kaps sublimat
Oleskan minyak pelumas pada ujung kateter (sekitar 12,5 17,5cm)
Masukkan kateter (sekitar 17,5-20cm) secara perlahan ke dalam orificium
uretbrae sambil anjurkan pasien unyuk menarik napas dalam.
Jika pada saat memasukkan kateter terasa ada tekanan, jangan
dianjutkan
Tampung urine yang keluar ke dalam bengkok
Setelah kateter masuk, isi balon dengan aquades dengan menggunkan
spuit. Tarik sedikit kateter untuk memastikan bahwa balon sudah
terfiksasi dengn baik.
Hubungkan kateter dengan urinal bag.
Fiksasi kateter dipaha pasien dengan menggunakan plester.
Gantung urinal bag dengan posisi lebih rendah dari pada kandung kemih
Rapikan alat
Cuci tangan

Untuk Pasien wanita


Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
Atur ruangan, tutup jendela dan pintu, serta pasang sampiran.
Pasang pengalas dibawah bokong pasien.
Kenakan sarung tangan steril
Pasang duk steril
Buka labia mayora dengan tangan kiridan pegang kapas sublimat dengan
tangan kanan. Bersihkan labia mayora,labia minora, dan parineum
dengan kapas sublimat.
Oleskn minyak pelums pda ujung kateter (sekitar 2,5cm-5cm).
Masukkan kateter (sekitar 2,5cm-5cm) secara perlahan ke dalam
orificium uretbrae sambil anjurkan pasien unyuk menarik napas dalam.
Jika pada saat memasukkan kateter terasa ada tekanan, jangan
dianjutkan
Tampung urine yang keluar ke dalam bengkok
Setelah kateter masuk, isi balon dengan aquades dengan menggunkan
spuit. Tarik sedikit kateter untuk memastikan bahwa balon sudah
terfiksasi dengn baik.
Hubungkan kateter dengan urinal bag.
Fiksasi kateter dipaha pasien dengan menggunakan plester.
Gantung urinal bag dengan posisi lebih rendah dari pada kandung kemih
Rapikan alat
Cuci tangan

4. Menggunakan kondom kateter


a. Alat dan Bahan
Sarung tangan
Pengalas
Air sabun
Kapas sublimat
Bengkok
Tisu
Botol berisi air hangat
Pinset anatomis (jika tidak ada sarung tangan)
Kondom Kateter
Urinal bag

b. Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
Atur ruangan, tutup jendela dan pintu, serta pasang sampiran.
Pasang pengalas dibawah bokong pasien.
Kenakan sarung tangan steril
Atur posisi pasien sehingga pasien terlentang
Bersihkan daerah genitaia dengan sabun dan bilas dengan air,(air bilasan
dapat ditampung dengan bedpan atau pispot) kemudian dkeringkan
Pasang kondom kateterdan sisakan ruang sekitar 2,5 5 cm antara glans
penis dan ujung kondom
Ikatkan perekt atau plester yang terdapat pada kondom ke bagian
pangkal penis, tetapi jangan terlalu ketat
Hubungkan ujung kondom kateter dengan urinal bag
Gantung urinal bag dengan posisi lebih rendah dari pada kandung kemih
Rapikan alat
Cuci tangan

5. Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan intervensi dapat dilihat dari adanya kemampuan dalam :
1. Miksi secara normal, hal ini terlihat dar kemampuan pasien berkemih
sesuai dengan asupan cairan
2. Berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih, atau
kateter
3. Mencegah infeksi
4. Memberi rasa nyaman
5. Melakukan bladder training

Anda mungkin juga menyukai