Anda di halaman 1dari 19

Kebutuhan Dasar Manusia

ELIMINASI
Sheylla Septina Margaretta, Ns., M.Kep
Pokok Bahasan
1 Konsep dasar eliminasi

2 Fisiologi dalam eliminasi

3 Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

4 Masalah-masalah pada gangguan kebutuhan eliminasi

5 Pemeriksan penunjang gangguan kebutuhan eliminasi

6 Penatalaksanaan pada gangguan eliminasi


7 Asuhan keperawatan
KONSEP DASAR ELIMINASI

Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah
proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu:

1. Defekasi Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan
2. Miksi Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering
disebut buang air kecil.
FISIOLOGI DALAM ELIMINASI
FISIOLOGI DALAM ELIMINASI
Fx yang mempengaruhi eliminasi

Defekasi Miksi
 Umur  Jumlah air
 Diet  Jumlah garam
 Cairan  Konsentrasi hormone insulin
 Tonus otot  Hormon Antideuretik (ADH)
 Faktor psikologi  Suhu lingkungan
 Gaya hidup  Minuman alcohol dan kafein
 Obat-obatan
MASALAH PADA MIKSI

1. Retensi urine, merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidak
mampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih
2. Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine
3. Enuresis, merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak
mampu mengontrol sphincter eksterna.
4. Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang yang mengalami gangguan
pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi
saluran kemih. Perubahan eliminasi terjadi:
 Frekuensi, merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam satu hari
 Urgensi, merupakan perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinesia jika tidak
berkemih
 Disuria, merupakan rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih
 Poliuria, merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa
adanya peningkatan asupan cairan.
 Urinaria supresi, merupakan berhentinya produksi urine secara mendadak.
MASALAH PADA DEFEKASI

1. Alvi Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta
tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
2. Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa
mula dan muntah
3. Inkontinensia Usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan
dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari.
Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot
untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter
4. Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan
saat defekasi dan lain-lain
5. Fecal Impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah
asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
PEMERIKSAAN PENUNJANG miksi

 Pemeriksaan Urine meliputi volume, warna, berat,


jenis, Ph, protein, bikokarbonat,warna tambahan, dan osmolalitas.
 Pemeriksaan darah
meliputi : HB, SDM, kalium, Natrium, pencitraan radionuklida, dan Klorida,
fosfat, dan magnesium meningkat.
 Pemeriksaan ultrasound ginjal
 Arteriogram ginjal
 EKG
 CT Scan
 Endourologi
 Urografi ekskretorius
 Sistouretrogram berkemih
PEMERIKSAAN PENUNJANG defekasi

•Direct visualisation tehnic


•Indirect visualisation tehnik
•Endoskopi
•Barium enema
•Pengambilan sampel feses
PENATALAKSANAAN defekasi

Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)


1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin

Mengeluarkan feses dengan jari Perawat dapat membantu klien memperbaiki


keteraturan defekasi dengan
6. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
7. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
8. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran, buah-
buahan, nasi; mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari 4. Memberikan latihan /
aktivitas rutin kepada klien
9. Positioning
PENATALAKSANAAN miksi

1. Pemeriksaan urin
 Specimen acak
Specimen urin yang diambil secara acak dari klien saat berkemih secara alami atau
dari kateter dan digunakan untuk pemeriksaan urinalisis atau mengukur berat jenis
diit atau kadadr glukosa dalam urin secara spesifik.
 Specimen midstream
Digunakan untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas urin, harus bebas darimikroorg
anisme, urin ini diambil dari urin tengah saat klien berkemih.
2. Penanganan gangguan eliminasi urin
Penangan dapat dilakukan dengan pemasangan kateterisasi:
a. Kateterisasi intermitten untuk retensi urin
b. Kateterisasi menetap
c. Kateter coude digunakan pada BPH, obstruksi sebagian uretra
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN MIKSI

1. Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang


berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih :
pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
2. Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi. Usia Jumlah / hari
a. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
b. Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
c. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
d. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
e. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
f. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
g. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
h. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
i. 14 tahun – dewasa 1500 ml
j. Dewasa tua 1500 ml / kurang
PENGKAJIAN MIKSI

1. Warna Normal urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange
gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
2. Bau Normal urine berbau aromatik yang memusingka. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti
infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
3. Berat jenis Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama
dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml dan normal berat
jenis : 1010 – 1025
4. Kejernihan : Normal urine terang dan transparan.Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
5. pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5).Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa
jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri Vegetarian urinennya sedikit alkali.
6. Protein : Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring
melalui ginjal —- urine Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine.Adanya
protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut albuminuria.
7. Darah : Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.Adanya darah dalam urine
disebut hematuria.
8. Glukosa : Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya
pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada pasien DM.Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang
meliputi usus halus dan usus besar.
PENGKAJIAN DEFEKASI

Riwayat keperawatan
1. Kebiasaan/pola eliminasi sebelumnya : frekuensi dan waktu BAB
2. Identifikasi kebiasaan yang membantu BAB : minum air hangat, menggunakan laksatif, makanan
yang spesifik dan apakah membutuhkan waktu lebih lama untuk BAB
3. Tanyakan perubahan BAB, kapan terakhir BAB dan apa kira-kira penyebab perubahanya
4. Tanyakan karakteristik/ciri-ciri fesesnya : keras/lunak, warna dan baunya
5. Riwayat diet
6. Pemasukan cairan
7. Riwayat olah raga/kemampuan mobilisasi
8. Kaji apakah perlu bantuan untuk BAB dirumah
9. Riwayat oprasi/penyakit yang menyebabkan gangguan saluran cerna
10. Kaji adanya ostomy, dan kaji keadaanya
11. Kaji apkah menggunakan obat-obatn : laksatif, antasid, zat besi/Fe, analgesik atau obat lainnya
yang menyebabkan gangguan BAB
12. Kaji keadaan emosi
13. Kaji riwayat sosial
PENGKAJIAN DEFEKASI

Pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital,inspeksi gigi dan gusi, abdomen


Inspeksi : bentuk , kesimetrisan, warna kulit, adanya massa, peristaltik, jaringan parut, vena, stoma, lesi.
Secara normal gelombang peristaltik tidak terlihat, jika dapat diobservasi berarti terdapat obstruksi intesti.
Distensi abdomen biasanya terjadi karena adanya gas, tumor atau cairan pada rongga peritoneum.
Auskultasi : dilakuakan sebelum melakuakn palpasi untuk mencegah perubahan peristaltik. Dalam
auskultasi harus dikaji keadaan bising usus apakah normal, hipoperistaltik atau hiperperistaltik
Palpasi dan perkusi : lakukan palpassssi secar gentle dan jiak teraba adanya massa lakukan palpasi lebih
dalam lagi dan diperlukan suatu ketrampilan khusus. Lakukan perkusi untuk mnegetahui adanya cairan dan
gas (timpani), tumor dan massa (dull/redup)
PENGKAJIAN DEFEKASI

Rektum:Inspeksi adanya anus akan adanya lesi, warna, inflamasi, dan hemorroid. Lakukan palpasi (dengan menggunakan sarung
tangan, jelly dan jari telunjuk) untuk mengkaji keadaan dinding rektum
Karakteristik fekal
Warna
Normal : bayi (kuning), deawasa (coklat)
Abnormal : seperti tanah liat (tidak adanya pigmen empedu/obstruksi empedu), hitam (dimungkinkan karena mengonsumsi Fe,
perdarahan saluran pencernaan bagian atas seperti lambung dan usus kecil, karena diet sayuran hijau seperti bayam dan daging), merah
(dimungkinkan karena adanya perdaranahan saluran pencernaan bagian bawah seperti rektum atau mengkonsumsi makanan tertentu
seperti beets), pucat (dimungkinkan adanya malabsobsi lemak, diet susu dan produk susu), orange/hijau (adanya infeksi intestin)
Bau
Normal : padat dan lunak
Konsistensi
Normal : padat dan lunak
Abnormal : keras dan kering (dimungkinkan karena adanya dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurang latihan dan kurang diet
serat, emotional up set dan laxative abuse), pada diare konsistensi lebih encer (karena adanya peningkatan motilitas usus akibat iritasi
kolon oleh bakteri)
Frekuensi :
Normal : bersifat individual, bayi dengan ASI (4-6x sehari), bayi dengan PASI (1-3x sehari) dan dewasa (1-3x perminggu)
Jumlah :
Normal : tergantung jumlah makan yang masuk, 150 gram sehari (dewasa)
Ukuran :
Normal : tergantung diameter rektum, 2,5 cm (dewasa)
Komposisi :
Normal : sisa makanan, bakteri yamg mati, lemak, pigmen bilirubin, sel usus dan air
TUGAS

CARI DIAGNODA KEPERAWATAN BERKAITAN DENGAN ELIMINASI MIKSI MAUPU DEFEKASI


BESERTA TULIS RENCANA KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai