Anda di halaman 1dari 35

KEBUTUHAN

KEBUTUHAN
ELIMINASI
ELIMINASI
Anik Anafilah (E2014401011)
Deliana Munawar (E2014401038)
Mila Yulia Putri (E20144010
Sinta Nur Aini (E2014401003)
Konsep Dasar
Kebutuhan
Eliminasi
1. Pengertian

Eleminasi atau pembuangan urine normal adalah proses


pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
2. Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Urine
 

Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ


eleminasi seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra.
Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian
masuk ke ureter lalu mengalir ke bladder. Dalam bladder urine
ditampung sampai mencapai batas tetentu atau sampai timbul
keinginan berkemih, yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Gambar Sistem Perkemihan
3. Fisiologi Berkemih (menurut Gibson 2003)

Urine masuk kandung kemih

Terjadi peregangan serat otot dinding kandung kemih

Impuls berjalan melalui serabut aferen

Menuju pars lumbalis medulla spinalis dan transmisikan ke


korteks serebri
Lanjutan

Miksi dikontrol saraf aferen menuju kandung kemih, impuls


berjalan ke saraf parasimpatis sakralis menyebabkan :

Otot dinding kandung kemih berkontraksi sfingter berkontraksi

Timbul rangsangan ingin BAK

Pengeluaran urine :
Kontraksi otot dinding abdomen dan diafragma
Peningkatan tekanan kandung kemih yang sebelumnya terisi 170-230 ml
Pola Eleminasi Karakteristik
Urine Normal Frekuensi
Urine normal
Frekuensi untuk berkemih Warna urine normal adalah
Seseorang berkemih
tergantung kebiasaan dan kuning terang. disebabkan
sangat tergantung pada
individu dan jumlah cairan
kesempatan. Banyak orang adanya pigmen oruchrome,
berkemih kira-kira 70% dari juga tergantung intake
yang masuk, Orang-orang
urine setiap hari pada cairan.
biasanya berkemih
waktu bangun tidur dan Bau urine normal adalah bau
pertama kali pada waktu
tidak memerlukan waktu
bangun tidur, setelah khas amoniak. merupakan
untuk berkemih pada
berkerja dan makan. hasil pecahan urea oleh
malam hari.
bakteri.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Berkemih

1) Pertumbuhan dan Perkembangan


2) Sosialkultural
3) Psikologis
4) Kebiasaan atau gaya hidup seseorang
5) Aktivitas dan tonus otot
6) Intake cairan dan makanan
7) Kondisi penyakit
8) Pebedahan
9) Penyakit
10) Pemeriksaan diagnostik
5. Masalah-masalah Eliminasi Urine
a. Reternasi urine b. Inkontinensia Urine c. Enurisis
Reternasi urine adalah Bila seseorang mengalami Ketidaksanggupan menahan
kondisi seseorang terjadi ketidakmampuan otot spinter kemih (mengompol) yang tidak
karena penumpukan urine eksternal sementara atau disadari yang diakibatkan
dalam bladder dan menetap untuk mengontrol ketidakmampuan untuk
ketidakmampuan bladder pengeluaran urine. mengendalikan spinter eksterna.
untuk mengosongkan
kandung kemih.
d. Perubahan Pola Berkemih
Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih pada
pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
eleminasi urine.
Hal yang perlu dilakukan Pengkajian pada perubahan
pola berkemih
Frekuensi Urgency
Meningkatnya frekuensi Perasaan ingin segera berkemih
berkemih tanpa intake cairan dan biasanya terjadi pada anak-
yang meningkat, biasanya anak karena kemampuan spinter
terjadi pada cystitis, stress, dan untuk mengontrol berkurang.
wanita hamil.
6. Sistem yang berperan dalam Eliminasi Alvi

Sistem tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang


air besar) adalah system gastrointestinal bawah yang
meliputi usus halus dan usus besar.
7. Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut Buang


Air Besar (BAB). Terdapat 2 pusat yang menguasai refleks untuk
defekasi, yang terletak dimedulla dan sumsum tulang belakang.
Secara umum, terdapat 2 macam refleks yang membantu proses
defekasi yaitu refleks intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis.
8. Gangguan/masalah Eliminasi

a) Alvi Kostipasi
b) Diare
c) Inkontinensia Usus
d) Kembung
e) Hemorroid
f) Fecal Imfaction
9. Faktor yang mempengaruhi proses defekasi usia

1) Diet
2) Asupan cairan
3) Aktivitas
4) Pengobatan
5) Gaya hidup
6) Penyakit
7) Nyeri
8) Kerusakan sensori dan motori
Konsep Asuhan
Keperawatan
Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 2-4 September 2019 di RS TK II Pelamonia


Makassar ruangan Dahlia. Metode memperoleh data dengan cara penelitian
Deskriptif yaitu penelitian dengan melalui pengamatan (observasi) baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk menvalidasi data yang di dapat dari
hasil pengkajian tersebut didapatkan data sebagai berikut :
 
 
 
Biodata

Biodata pasien :
Nama : An. B
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan: Belum bersekolah
Pekerjaan : -
Alamat : Makassar
No Register :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian : 2 – 4 September 2019
Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Utama


Klien mengalami BAB sebanyak 5x
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami BAB sebanyak 5x, BAB berbentuk encer, terdapat ampas dan berwarna
coklat dan mengeluh sakit perut. Mengalami muntah-muntah sebanyak 7x
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien sehari-hari tinggal dirumah orang tua dan neneknya, namun orang tua klien tidak bisa
sering mengawasi klien karena kedua orang tua klien bekerja. Klien biasanya sering
bermain di luar rumah.

 
Data Subjektif

Ibu klien mengatakan klien BAB


sebanyak 5x sejak sehari yang lalu.
Ibu klien juga mengatakan klien BAB
sebanyak x sehari. Ibu klien juga
mengatakan BAB klien berbentuk
encer, terdapat ampas danberwarna
coklat. Ibu klien juga mengatakan
klien mengeluh sakit perut.
Pemeriksaan Penunjang

Terapi yang diberikan pada klien adalah cairan intravena, Ringer Lactat (RL) 16
tpm, Paracetamol 120 ml, Zinkid 10 ml/24 jam, Omedom sirup 25 ml/8jam, dan
Cefixime 4 mg/ 12 jam.
Hasil Pemeriksaan Lab : analisa feses menunjukkan bakteri negative, Ascaris
sp negative, Trichiuris sp negative, dan Ancylostoma sp negative.
2. Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


2) Gangguan rasa nyaman nyeri pada abnomen
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan
muntah diakibatkan gangguan peristaltic usus
4) Hipertermi berhubungan dengan infeksi bakteri ditandai dengan kerusakan
pada mukosa usus
5) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit
akibat BAB sering ditandai dengan iritasi padasekitar anus
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diagnose gangguan


pola eliminasi diare berhubungan dengan proses infeksi pada An.B dapat
teratasi dengan hasil pola eliminasi defekasi teratur, diare berkurang atau tidak
terjadi, keseimbangan cairan meningkat dan tidak terjadi komplikasi.
6. SOP Tindakan (SOP Mengukur intake dan
A. Pengertian output)
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengukur/menghitung pengeluaran dan
pemasukan cairan pada tubuh pasien.
B. Tujuan
C. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam tindakan pencatatan intake dan
output cairan.
C. Persiapan alat/Bahan
1. Persiapan tempat
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman untuk pasien
2. Persiapan alat/bahan
• Formulir observasi pemasukan dan pengeluaran cairan
• Bahan yang akan di ukur
• Gelas ukur
• Memberikan penjelasan kepada pasien/keluarganya
D. Prosedur Tindakan
Tahap Tindakan
• Identifikasi identitas klien
• Menyiapkan peralatan
• Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik
• Memperkenalkan diri
• Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan di lakukan
• Mendapatkan persetujuan klien
• Mengatur lingkungan sekitar klien
• Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja Pelaksanaan
1. Menghitung cairan yang masuk baik oral maupun parental
2. Mengukur cairan yang keluar
3. Mencatat hasil tindakan
Tahap Terminasi
4. Membersihkan dan menyiapkan kembali peralatan pada tempatnya
5. Mencuci tangan
6. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
7. Minta klien mengulang instruksi sambil menanyakan ada hal-hal yang belum di mengerti
8. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan
9. 1. Obervasi selama 5-10 menit setelah tindakan perawat
2. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
3. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus kembali)
SOP DEHIDRASI
A. Pengertian
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi
karenapengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan air (misalnya minum). Gangguan kehilangan
cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Kekurangan natrium dan air.

B. Tujuan
Sebagai acuan tatalaksana penderita GE agar petugas menyatakan tanda, gejala, tingkat dehidrasi dan
mampu menghitung kebutuhan cairan. Tanda-tanda dehidrasi derajat ringan hingga sedang :
1) Mulut kering kantuk atau kelelahan
2) Anak cenderung kurang aktif dari biasanya
3) Rasa haus
4) Penurunan output urin – popok tetap kering selama 3 jam untuk bayi dan 8 jam atau lebih tanpa
buang air kecil pada anak-anak dan remaja
5) Sedikit atau tidak ada air mata saat menangis
6) Kulit kering, sakit kepala, pusing, dan sembelit
Tanda-tanda dehidrasi berat :
1) Rasa haus yang ekstrim, sangat rewel atau kantuk pada bayi dan anak, mudah marah-marah,dan
kebingungan (konsentrasi kurang) pada orang dewasa
2) Mulut, kulit, dan membrane mukosa sangat kering
3) Sedikit keringat walaupun udara panas
4) Sedikit atau tidak buang air kecil – setiap urin yang dihasilkan akan berwarna kuning gelap atau
kecoklatan
5) Mata cekung, kulit keriput dan kering, kurang elastic (turgor turun) sehingga bila dicubit tidak cepat
kembali (tetap mengerut)
6) Pada bayi, fontanel (ubun-ubun) cekung
7) Tekanan darah rendah rendah detak jantung cepat, nafas cepat
8) Tidak ada air mata saat menangis
9) Demam
10) Dalam kasus yang paling serius, delirium atau tidak sadarkan diri.
C. Prosedur
1. Gejala yang menonjol dari GE adalah muntah dan BAB serta berulang, sehingga berakibat kehilangan
cairan / dehidrasi
2. Dehidrasi secara klinik dibedakan 3 langkah
a) Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5 % BB
b) Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-8 % BB
Gambaran klinik : turgor jelek suara serak, nadi cepat, nafas cepat
c) Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % BB
Gambaran klinis : syok, apatis, syonotik, kejang, sampai koma
3. Prinsip tindakan adalah rehidrasi sesuai tindakan dehidrasi :
a) Dehidrasi ringan dilakukan rehidrasi peroral
b) Dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi parenteral dengan infus cairan
4. Penderita di MRS kan (Dalam 3 jam pertama diharapkan penderita berubah status tingkat dehidrasi
menjadi dehidrasi ringan).
Kesimpulan

Eleminasi atau pembuangan normal urine merupakan kebutuhan dasar manusia


yang harus terpenuhi yang sering dianggap enteng oleh kebanyakan orang. Proses
pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eleminasi seperti
ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra.
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh setiap
manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar,
menyatakan bahwa eliminasi terdapat pada urutan ketiga.
THANKS CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai