Anda di halaman 1dari 16

Masalah Inkontinensia urine pada Wanita Menopause

Nama kelompok

1. Evy S 9. Vivin S
2. Khusnul Khotimah 10. Denny E
3. Sekar Arum 11. Luluk P
4. Tri Handayani 12. Ni Ayu
5. Intan Nur P 13. Arida
6. Deti O 14. Febri T
7. Rafik 15. Ganarita
8. Rully D
Pengertian
Menurut WHO menopause adalah berhentinya menstruasi secara
permanen, sebagai akibat hilangnya aktivitas ovarium. Menopause
akan terjadi amenore selama 12 bulan berturut- turut, tanpa
ditemukan penyebab patofisiologi atau fisiologi. Menopause terjadi
pada wanita rata-rata usia 42-52 tahun.

inkontinensia urine adalah kondisi medis berupa hilangnya


kontrol otot kandung kemih yang menyebabkan seseorang
kesulitan menahan buang air kecil. Kondisi ini kerap membuat
penderitanya ingin buang air kecil secara tiba-tiba hingga
mengompol saat sedang batuk atau bersin.
Inkontinensia di atas terjadi akibat proses penuaan dan
akibat penurunan kadar estrogen. Secara mekanisme
dapat disebabkan:

1. Uretra gagal untuk menutup secara sempurna dan menjadi


sangat mudah digerakkan. Disebut Uretra hipermobilitas.
2. Kelemahan otot yang melingkari leher kandung kemih. Disebut
Defisiensi Sfingter intrinsik/Intrinsic sphincteric deficiency atau
ISD
JENIS-JENIS INKONTINENSIA PADA PEREMPUAN

01 02
Stres Urge
Inkontinesia Inkontinensia

03 04
Overflow Kontinue
Inkontinensia Inkontinensia
Faktor Resiko Inkontinensia
 Berjenis kelamin Wanita
 Orang lanjut usia
 Kebiasaan merokok
 Obesitas
 Mengonsumsi obat-obatan
tertentu, seperti obat
diuretik atau obat
penenang.Menopause
MEKANISME INKONTINENSIA
PADA PEREMPUAN MENOPAUSE

Pada masa menopause terjadi perubahan endokrin yang


diduga berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi pada
aksis hipotalamus-hipofisis dan ovarium. Akibatnya terjadi
gangguan interaksi antara hormon yang dihasilkan oleh ketiga
organ tersebut. Terutama terjadi penurunan produksi hormon
estrogen oleh ovarium
Uretra dan ureter merupakan jaringan yang tergantung pada
estrogen.
Pengaruh Inkontinensia
terhadap penderita
1. Mempengaruhi emosional yaitu wanita akan mengalami depresi karena merasa sendiri dan
hina , wanita merasa dirinya tidak bersih (bau urin ), penderita gampang marah emosi tidak
stabil.
2. Gangguan terhadap kehidupan sehari-hari yaitu penderita akan menarik diri dari kehidupan
sosial karena merasakan basah dan bau dari urin. Penderita akan lebih menyendiri.
3. Pengaruh spesifik yaitu jika inkontinensia dalam keadaan berat diharuskan memasang
kateter permanen maka penderita akan terganggu dalam mobilitas, penderita akan sering
mengalami jatuh karena tergesa-gesa untuk mencapai toilet.
Penatalaksanaan
A. Penatalaksaan secara umum
1. Pemakaian pad/diapers ( pampers) untuk menampung urin agar
tidak menetes keluar, dipakai paling tidak 5 jam/sehari.
2. Peralatan untuk uretra yaitu uretra shield /caps, uretra tubes
3. Peralatan untuk vagina yaitu tampon, pessarium, introl bladder neck
suport.
4. Memperkuat otot panggul yaitu latihan kegel
5. Tindakan non invasif yaitu Bladder training adanya kemauan dan
disiplin dari penderita serta pengawasan dari instruktur.
B. Perubahan Gaya Hidup
1. Menjaga kebersihan diri dan kulit perinium dan vulva sehingga tidak
iritasi
2. Mencegah dan mengurangi bau
3. Mengontrol kenaikan berat badan
4. Memperhatikan pola makan yaitu makanan yang banyak serat
5. Pembatasan intake cairan
6. Menghindari makanan seperti kafein,alkohol,makanan pedas, coklat,
pemanis buatan
C. Terapi medikamentosa
1. Terapi untuk urge inkontinensia yaitu
 Anti kolinergik kerjanya menghambat kontraksi kandung kemih yang
berlebihan dan memperlambat ketergesaan untuk berkemih.
 Antispamodik yaitu untuk merelaksasi otot-otot kandung kemih.
2. Terapi untuk stres inkontinensia urin
 Antidepresan trisiklik
 Desmopresin
 Estrogen

D. Terapi Operatif
Jurnal Penunjang
Judul : Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Wherda Meci Angi Bima
Latar Belakang : Proses menua biasanya akan ditandai dengan adanya perubahan fisik-biologis, mental ataupun psikososial. Perubahan fisik
diantaranya adalah penurunan sel, penurunan sistem persayarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, sistem endokrin, sistem kulit, sistem perkemihan, sistem
musculoskeletal. Perubahan pada sistem perkemihan adalah penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih ( uretra )
yang disebabkan oleh penurunan hormon estrogen sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Otot menjadi lemah ,
kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi bak meningkat. Perubahan letak uterus akan menarik otot-otot
vagina dan bahkan kandung kemih dan rektum seiring dengan proses penurunan ini, masalah tekanan dan perkemihan (
inkontinensia atau retensi ) akibat pergesaran kandung kemih.Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang cukup sering
dijumpai pada orang lanjut usia khususnya perempuan.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh latihan kegel terhadap inkontinensia urin pada pada lansia penghuni Panti Jompo Tresna Werdha Meci
Angi Bima.
Metedologi : Desain penelitian quasi experiment dengan menggunakan pendekatan non randomized one-group pretest posttest design.
Penarikan sampel adalah purpusive sampling ayaitu seluruh lansia yang mengalami inkontinensia urine di Panti Sosial Tresna
Werdha Meci Angi Bima. Pengumpulan data menggunakan instrumen observasi dengan dengan melakukan observasi aktif. Analisis
data menggunakan statistic non parametris dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test
Hasil : Hasil analisa data dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (pre-post dalam kelompok), pada hasil pengukuran gejala
inkontinensia urin pre test memiliki nilai rata-rata sebesar 2,58, sedangkan hasil pengekuran gejala inkontinentia urine post test
diperleh nilai rata-rata 2,92, nilai z sebesar -3,742 (base on negatif rank), yang berarti ada pengaruh latihan kegel terhadap
penurunan frekwensi berkemih pada lansia di Panti Sosial Tresna Werhda Meci Angi Bima.
Kesimpulan : Latihan kegel yang dilakukan secara rutin dan teratur oleh para lansia memberikan manfaat yang yang sangat besar bagi kekuatan
otot panggul lansia sehingga para lansia dapat mengontrol keingin berkemih, latihan kegel yang dilaksanakan secara rutin dan
teratur menyebabkan penurunan frekwensi berkemih (inkontinensia urine). Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh latihan kegel
terhadap penurunan frekwensi berkemih pada lansia di Panti Sosial Tresna Werhda. Sebaiknya latihan kegel dilakukan secara rutin
dengan disertai senam lansia laninya di senangi oleh lansia. Keberhasilan atau kesuksesan kegiatan dipengaruhi oleh penerimaan
lansia dan keterlibatan staf dalam mengingatkan para lansia untuk tetap melaksakanan latihan kegel
Judul : Deteksi Inkontinensia Urin pada Usia Post Menopause dengan
Menggunakan Kuesioner IIQ-7 dan UDI-6
Latar : Pada wanita usia lanjut banyak yang mengeluhkan kesulitan dalam
Belakang mengontrol buang air kecil. Sekitar 30-50% wanita lanjut usia menderita
inkontinensia urin. Ada bebeapa faktor risiko dapat mempengaruhi
terjadinya inkontinensia.
Tujuan : Mengetahui angka kejadian inkontinensia urin pada post-menopause dan
mengetahui faktor risiko yang ada.
Metodelogi : Deskriptif observasional dengan cara wanita usia postmenopause diminta
kesediaannya mengisi kuesioner.
Hasil : Beberapa faktor yang mempengaruhi inkontinensia urin adalah :
berdasarkan Indeks Massa Tubuh didapatkan 61,3% wanita dengan
postur tubuh normal; 5,3% kurus; 29,3% gemuk dan 4,0% obesitas.
Sebesar 6,7% responden dengan riwayat histerektomi dan 5.3% dengan
riwayat stroke. Dari keseluruhan responden 92% mengeluhkan
inkontinensia urin dan 90,7% terganggu aktifitas hidupnya. Terbanyak
pada kelompok umur 50 – 54 tahun. Keluhan inkontinensia ditemukan
pada kelompok dengan berat badan normal (57,3%). Terdapat 3 wanita
dengan obesitas, semuanya mengalami inkontinensia urin. Pada
kelompok kawin lebih sering (88,0%) ditemukan keluhan inkontinensia
urin. Pada penelitian ini didapatkan semua wanita dengan 3 anak atau
lebih mengeluh inkontinensia urin.
Kesimpulan : Pada penelitian ini hampir semua wanita usia postmenopause mengalami
inkontinensia urin dan menyebabkan mengalami gangguan dalam
aktifitas kehidupannya. Faktor resiko terbesarnya adalah pada wanita
yang telah menikah dengan kehamilan 3 kali atau lebih.
Contoh Kasus
s : Ibu mengatakan sulit menahan kencing, sulit tidur dan dirinya
menyatakan bahwa sudah tidak mendapatkan haid sejak 3 bulan
yang lalu.
O : Ku : baik
TD : 132/80 MmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 86 x/m
Respirasi : 22 x/m
BB : 68 kg
TB : 154 cm
A : Ibu Usia 53 tahun dengan Inkontensia urine pada masa
menopause
P :1. Beritahu hasil pemeriksaan ibu
2. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
3. Anjurkana ibu untuk menjaga kebersihan dirinya
5. Beritahu ibu tentang gejala menopause
6. Beritahu ibu hal-hal yang bisa terjadi saat menopause
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai