PENDAHULUAN
iritasi dan kerusakan kulit di sekitar kemaluan akibat urine, masalah sosial
supaya tidak selalu basah oleh urine, memerlukan biaya yang tidak sedikit
(Purnomo, 2014).
kurang 10-40% dan 4-8% sudah dalam keadan cukup parah pada saat
adalah 12,2% (14,8% pada wanita dan 6,8% pada pria). Beberapa penulis
mereka tidak terdeteksi; hal ini karena pasien menganggap penyakit yang
1
keadaanya kepada dokter karena takut mendapatkan pemeriksaan
inkontinensia urine pada manula wanita sebesar 38% dan pria sebesar 19%
(Purnomo, 2014).
pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar
atau batuk kronis. Hal ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan
urin, selain itu adanya kontraksi atau gerakan abnormal dari dinding
antara lain terkait dengan saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan
yang mengalami obstruksi pada saluran kemih atau pasien yang tidak
bisa menimbulkan masalah lain seperti trauma pada uretra, infeksi, dan
terjadi akibat pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama sehingga
tonusnya. Otot destrusor tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat
2
mengontrol pengeluaran urinenya, atau disebut inkontinensia urine
ingin berkemih atau miksi. Jika hal ini terjadi, maka pasien dapat
Haris, 2016).
ingin BAK terus dan tanpa disadari urin keluar sendiri. Pada kondisi
derajat kesehatan pasien, mandiri dan supaya tidak menjadi beban untuk
3
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Semarang.
1. Bagi masyarakat
post uretrolitotomi.
4
2. Bagi Penulis