Anda di halaman 1dari 12

Laporan

Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
Nesiatul Rizkiyah

Kasus/Diagnosa Medis: Trauma Thorax


Jenis Kasus : Trauma / Non Trauma
Ruangan : IGD
Kasus ke : 2

CATATAN KOREKSI PEMBIMBING

KOREKSI I KOREKSI II

(…………………………………………………………) (………………………..……...
………………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN

1. Definisi Penyakit
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Nugroho, 2015). Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul
dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010).

Dari definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma yang mengenai
dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada organ
didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma
tajam.

2. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan trauma
tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah
kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat
kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping,
belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010). Oleh karena itu harus
dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang
memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam
dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti
trauma tusuk, berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti
pada tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya
tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti
pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga
pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi tunggal
ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).

3. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala atau manifestasi klinis pada pasien trauma thorax
menurut Hudak, (2009) yaitu :

a. Temponade jantung
a) Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung
b) Gelisah
c) Pucat, keringan dingin Peninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d) Pekak jantung melebar
e) Bunyi jantung melemah
f) Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g) ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h) Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
b. Hematothorax
a) Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b) Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
c. Pneumothoraks
a) Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b) Gagal pernapasan dengan sianosis
c) Kolaps sirkulasi
d) Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e) Pada auskultasi terdengar bunyi klik

4. Deskripsi patofisiologi ( Berdasarkan Kasus kegawatdaruratan )


Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasipernapasan
yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -otot pernapasan
diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative dari intratoraks.
Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama inspirasi.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding toraks dan
rongga toraks. Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitu dinding dada, rongga pleura,
parenkim paru, dan mediastinum. Dalam dinding dada termasuk tulang - tulang dada
dan otot - otot yang terkait (Sudoyo, 2009).

Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh darah
ataupun udara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru –
paru dan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio,
laserasi, hematoma dan pneumokel. Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh
darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks
bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan
oksigenasi darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara
dan darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera
toraks (Sudoyo, 2009).

Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera lain yang terkait,
dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks
cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan
secara sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).

5. Klasifikasi
Trauma dada dikalsifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Trauma tajam
a) Open  Pneumothoraks 
b)  Hemothoraks
c) Trauma tracheobronkial
d) Contusio Paru
e)  Ruptur diafragma
f)  Trauma Mediastinal
b.  Trauma tumpul
a) Tension pneumothoraks  
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

b) Trauma tracheobronkhial
c) Flail Chest
d) Ruptur diafragma
e) Trauma mediastinal
f) Fraktur kosta

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul thorax, seperti
fraktur kosta, sternum dan sterno klavikula dislokasi.
b. Radiologi : foto thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan trauma
thorax. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan pemeriksaan foto thorax.
Lebih dari 90% kelainan serius trauma thorax dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan
foto thorax.
c. Ekhokardiografi
Transtorasi dan transefagus sangat membantu dalam menegakan diagnosa adanya
kelainan pada jantung dan esofagus.
d. EKG
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi akibat trauma
tumpul thoax, seperti kantusio jantung pada trauma.
e. Angiografi
Gold standard untuk pemeriksaan aorta thorakalis dengan dugaan adanya cedera aorta
pada trauma tumpul thorax.
f. Torasentesis
Menyatakan darah atau cairan serosanguinosa.
g. MRI
Pemeriksaan dengan teknik pengambilan gambar detail organ menggunakan magnet
dan gelombang radio.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb (hemoglobin)
Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen jaringan tubuh.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

b. Gas darah arteri (GDA) dan Ph


Gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk
menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigen, serta kadar
karbondioksida dalam darah.

8. Penatalaksanaan Medis/Operatif
a. WSD (Water Seal Drainage)
WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan udara,
cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung. 
b. Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Ventilasi mekanik
adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama
(Brunner dan Suddarth, 2010).

9. Terapi Farmakologis
Gunakan obat pereda nyeri seperti aspirin atau ibuprofen, tempatkan es pada area yang
cedera, lebih banyak beristirahat. Saat pemulihan, penting untuk batuk atau menarik
napas sedalam mungkin setidaknya satu kali dalam satu jam. Ini dapat membantu
mencegah pneumonia atau kolaps parsial pada jaringan paru.

10. Pemeriksaan fisik ( Berdasarkan ABCD / Kasus Kegwatdaruratan)


a. Primary survey
a) Airway
1) Curigai pasien mengalami trauma cervical (multiple trauma, jejas
klavikula, trauma kapitis, biomekanikal mendukung) indikasikan
pemasangan neck collar.
2) Look, listen, feel.
- Cairan (gurgling) : miringkan pasien (logroll), fingersweep, suction.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

- Pangkal lidah jatuh kebelakang (snoring) : head tilt, chin lift, jaw
thurst. Berikan OPA jika pasien tidak sadar, Berikan NPA jika
pasien sadar dan reflek gag (+).
- Crowing : ETT dan nedlle cricothyroidotomy.
b) Breathing
1) Hitung frekuensi nafas.
2) Cek saturasi oksigen menggunakan oxymetri.
3) Lakukan pemeriksaan IAPP (Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi).

c) Circulation
1) Cek nadi, tekanan darah, akral, CRT, sianosis.
2) Stop bleeding jika ada perdarahan.
3) Lakukkan pembidaian/balut tekan.
4) Tentukan derajat perdarahan dan lakukan resusitasi cairan / darah sesuai
derajat.
d) Disability
1) Mengkaji GCS ( eye, verbal, motorik).
2) Melihat pupil Isokhor/unisokhor.
3) Mengaji lateralisasi motoric.
e) Exposure
Lakukkan dengan cara lepas pakaian pasien lihat bagian depan apakah ada
luka lain selimuti pasien lalu lakukan logroll dan palpasi bagian belakang
pasien dari kepala hingga kaki, pasang LSB dan letakkan pasien diLSB.
f) Foley catether
1) Lihat adakah kontra indikasi pemasangan kateter pada pasien.
2) Buang urine pertama yang keluar (diuresis).
3) Kaji urine kedua (jumlah, warna).
g) Gastric tube
1) Indikasi pemasangan (distensi abdomen, mencegah aspirasi,
memasukkan obat dan makanan).
2) Pasang NPA jika tidak ada kontra indikasi basis crani (raccoon eye,
otorrhea, rinorea, battle sign.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

3) Pasang OGT bila ada kontra indikasi.


h) Heart monitor
Indikasi (riwayat penyakit jantung, aritmia, >40 tahun).
i) Re-Evaluasi
1) ABC
2) Monitoring perdarahan.
3) Monitoring urine output
4) Cek tanda tanda vital.
b. Secondary survey
a) BTLS (Bentuk Tumor Luka Sakit) head to toe.
b) Colok lubang (hidung, telinga, mulut, anus \).
c) Cek tanda tanda vital.
d) Anamnesis KOMPAK (Keluhan, Obat, Makanan, Penyakit, Alergi,
Kejadian).
e) Pemeriksaan diagnostic : cek darah lengkap, Rontgen, CT Scan, MRI.
f) Transfer/Rujuk
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

11. Patoflow

Trauma tajam atau


tumpul

Cedera jaringan lunak,


cedera/hilang nya
kontinuitas struktur.

Perdarahan jaringan
interstitium,perdarahan intra
alveolar, kolaps arteri dan
arteri-arteri kecil, hingga
tahanan perifer pembuluh
darah paru meningkat.

Reabsorbsi darah oleh pleura


tidak memadai/tidak optimal.

Hema thoraks

Ekspansi paru
Edema
tracheal/faringeal,
peningkatan produksi
Gangguan
secret dan
ventilasi
penurunan
kemampuan batuk

Bersihan Jalan Napas Pola nafas Tidak


Tidak Efektif Efektif
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

12. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Data Subjektif : Trauma thorax Pola Nafas Tidak Efektif


- Dispnea
Reabsorsi darah
Data Objektif :
- Retraksi dada (+)
- Fase ekspirasi Hemathorax
memanjang
- Pola nafas abnormal
Ekspensi paru

Gangguan ventilasi

Pola Nafas Tidak Efektif

Bersihan Jalan Nafas Tidak


Hematoraks Efektif
Data Subjektif :
- Dispnea
- Sulit berbicara Ekspensi paru
- Orthopnea
Gangguan ventilasi
Data Objektif :
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk Bersihan Jalan Nafas Tidak
- Terdapat suara mengi, Efektif
wheezing atau ronkhi
- Mekonium dijalan
nafas

13. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas Diagnosa


a. Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan, hambatan upaya napas
b. Bersihan jalan napas b.d spasme jalan napas, sekresi yang tertahan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Pola nafas tidak Pola Napas Manajemen jalan napas
efektif b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor pola napas - Untuk mengetahui pola napas yg
berhubungan selama 1x8 jam maka tercapai pola napas
- Monitor bunyi napas abnormal
dengan penurunan membaik dengan kriteria hasil :
kemampuan paru tambahan - Untuk mengetahui adanya bunyi napas
- Dispnea menurun
- Monitor sputum tambahan seperti gurgling, mengi,
- Penggunaan otot bantu napas
- Pertahankan wheezing, ronkhi
menurun
kepatenan jalan napas - Memonitor sputum
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun
dengan head tilt dan (jumlah,warna,aroma)
- Pernapasan cuping hidung menurun
chin lift - Mempertahankan jalan napas dengan
- Frekuensi napas membaik
- Posisikan semi fowler head tilt chin lift, jaw thrust jika curiga
- Kedalaman napas membaik
- Berikan oksigen ada tambahan trauma servikal
- Memposisikan semi fowler mengatasi
kesulitan bernapas pasien
- Memberikan oksigen sesuai dengan
saturasi oksigen

2 Bersihan jalan
napas b.d sekret
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021

yang berlebih, Bersihan jalan napas Pemantauan respirasi


gumpalan darah Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor frekuensi, - Untuk mengetahui frekuensi, irama
yang menghalangi selama 1x8 jam maka tercapai bersihan irama dalam rentang normal
jalan napas meningkat dengan kriteria
pernapasan - Monitor pola napas - Untuk mengetahui adanya pola napas
hasil :
- Produksi sputum menurun - Monitor adanya abnormal
- Mengi menurun - Memonitor sputum
produksi sputum
- Wheezing menurun
- Dispnea menurun - Monitor adanya (jumlah,warna,aroma)
- Sulit berbicara menurun sumbatan jalan napas - Memonitor adanya sumbatan jalan
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik - Palpasi kesimetrisan napas
ekspansi paru - Untuk mengetahui ketidaksimetrisan
- Auskultasi bunyi ekspansi paru
napas - Untuk mengetahui bunyi napas yang
- Monitor saturasi abnormal di ics 2 sampai ics 6
oksigen - Memonitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD - Memonitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray - Memonitor hasil x-ray toraks
toraks

Anda mungkin juga menyukai