DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Astuti Lupita Sari
2. Azlina Fitri 15. Putri Aina
8. Fikryan Aula
3. Dina Marliana
9. Helmi lawinta akbar
4. Dzakwan afif 16. Rinda Arini
10. Julian Ade Kantari
5. Elmiana
11. Liza karlina
6. Eva widiyana 17. Vista F. mutia sari
12. Miftahul Hairani
7. Fidia Mulaya Rizki
13. Muslihin
18. Weni S. Imansari
14. Nurlailah
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh lansia, yang
biasanya disebabkan oleh penurunan kapasitaskandung kemih atau ketidakmampan menahan
berkemih karena berkurangnya kemampuan tahanan otok urik pada uretra karenaperubahan
fisiologis pada lansia. Bau yang tidak sedap serta perasaan kotor akibat inkontinensia urine
ini akan mengakibatkan masalah sosial dan psikologis serta juga akan mempengaruhi
aktivitas lansia sehari-hari (Suharsono dkk, 2013).
Menurut data dari WHO 2013, 200 juta penduduk dunia mengalami inkontinensia urin.
Data di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10-20 juta orang dewasa mengalami
inkontinensia urin. Pada usia 35-65 tahun mencapai 12%. Prevalensi akan meningkat sampai
16% pada wanita usia lebih dari 65 tahun. Di Indonesia sekitar 5,8% penduduk indonesia
menderita inkontinensia urin. Hasil survey dilakukan di rumah sakit menunjukkan, penderita
inkontinensia di seluruh indonesia mencapai 4,7% atau sekitar 5-7% juta penduduk dan 60%
diantaranya adalah wanita. Meski tidak berbahaya, namun gangguan ini tentu sangat
mengganggu dan membuat malu, sehingga menimbulkan rasa rendah diri atau deresi pada
penderitanya (Collein, 2012). Sedangkan Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram,
setelah dilakukan studi pendahuluan pada bulan November 2018 menggunakan kuisioner
SSI, tercatat bahwa dari 87 jumlah Lansia secara Keseluruhan terdapat 36 Lansia yang
mengalami Inkontinensia urin. Tetapi penanganan Inkontinensia Urin masih sangat kurang.
Menurut Informasi yang didapatkan dari petugas Balai Sosial Lanjut usia mandalika mataram
sampai sejauh ini masalah Inkontinensia urin belum terkaji dan belum pernah diberikan
penanganan berupa senam kegel. Salah satu penyebab penanganan Inkontinensia urin belum
terlaksana adalah karena masyarakat belum tahu tempat yang tepat untuk berobat disertai
kurangnya pemahaman tenaga kesehatan tentang inkontinensia urin (Depkes, 2015).
Tingginya angka kejadian inkontinensia urine ini menyebabkan perlunya penanganan
yang sesuai, karena jika tidak segera ditangani akan menyebabkan komplikasi seperti infeksi
saluran kemih, infeksi kulit sekitar kemaluan, gangguan tidur, dekubitus dan gejala ruam.
Selain itu, masalah psikososial seperti dijauhi orang lain karena berbau pesing, minder, serta
mudah marah dapat saja terjadi. Menurut Karjoyo (2017) terdapat cara yang digunakan untuk
memperbaiki ketidakmampuan berkemih yaitu dengan latihan otot dasar panggul (pelvic
muscte exercise) atau sering disebut dengan senam kegel. Senam kegel adalah aktivitas fisik
yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara benlang-ulang guna meningkatkan
kebugaran tubuh dan juga dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih serta bermanfaat
dalam menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dengan membantu
memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara reflek
menghambat kontraksi kandung kemih (Nursalam, 2008 dalam Majid, 2009). Senam kegel
sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul sehingga memperkuat
fungsi sfingter eksternal pada kandung kemih Oleh karena itu, senam kegel sangat tepat utuk
diterapkan dalam mengatasi inkontinensia urine pada warga desa terong tawah ini.
Kata Kunci :Inkontinensia urine, Senam kegel.
B. Analisis Situasi
Menurut data dari WHO, 200 juta penduduk di Dunia yang mengalami inkontinensia
urin. Menurut nationalkidneyandurologycdiseaseadvisoryboarddi Amerika Serikat, jumlah
penderita inkontinensia mencapai 13 juta dengan 85 % diantaranyaperempuan. Jumlah ini
sebenarnya masih sangat sedikit dari kondisi sebenarnya, sebab masih banyak kasus yang
tidak dilaporkan (Maasetal, 2018).Diperkirakan bahwa 25-35% dari seluruh orang tuaakan
mengalami inkontinensia urin selama kejadian seumur hidup Dibandingkan pada usia
produksi (Onat, 2014). Inkontinensia urin akan bertambah berat saat berumur 65-74 tahun.
(Aspiani,R.Y, 2014)
Data prevalensi inkontinensia di Indonesia didapatkan angka inkontinensia urin pada
tahun 2005 sebesar 10%, pada tahun 2006 meningkat menjadi 12%, dan semakin meningkat
pada tahun 2007 yaitu sebesar 21%, kemudian menurun pada tahun 2008 sebesar 9%, dan
naik lagi pada tahun 2013 sebesar 18%, pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar
30% (Depkes 2018). Di Sumatera Utara pada tahun 2018 angka kejadian inkontinensia urine
pada lansia sebesar 9.81% (Riskesdas, 2018)).
Sedangkan Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram, setelah dilakukan studi
pendahuluan pada bulan November 2018 menggunakan kuisioner SSI, tercatat bahwa dari 87
jumlah Lansia secara Keseluruhan terdapat 36 Lansia yang mengalami Inkontinensia urin.
Tetapi penanganan Inkontinensia Urin masih sangat kurang.
C. Permasalahan
Inkotinensia urin perlu penanganan yang sesuai, karena jika tidak segera ditangani
inkontinensia dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi saluran kemih, infeksi
kulit daerah kemaluan, gangguan tidur, dan gejala ruam. Selain itu, masalah psikososial
seperti dijauhi orang lain karena berbau pesing, minder, tidak percaya diri, mudah marah juga
sering terjadi dan hal ini berakibat pada depresi dan isolasi sosial.Sekarang ada berbagai
macam cara untuk mengembalikan lagi fungsi berkemih.
Penanganan Inkontinensia Urin di Mataram sendiri masih sangat kurang. Menurut
Informasi yang didapatkan dari petugas Balai Sosial Lanjut usia mandalika mataram sampai
sejauh ini masalah Inkontinensia urin belum terkaji dan belum pernah diberikan penanganan
berupa senam kegel. Salah satu penyebab penanganan Inkontinensia urin belum terlaksana
adalah karena masyarakat belum tahu tempat yang tepat untuk berobat disertai kurangnya
pemahaman tenaga kesehatan tentang inkontinensia urin (Depkes, 2015).
D. Solusi Permasalahan
1. Memberikan penyuluhan tentang penyakit Inkontinensia Urin serta cara pencegahannya
dapat membantu mengurangi kasus inkontinensia urine di indeonesia khususnya desa
terong tawah.
2. Diharapkan dengan melakukan kegiatan ini, tingkat pengetahuan warga mengenai
penyakit Inkontinensia Urin serta cara pencegahannya dapat dapat ditingkatkan.
E. Tujuan
1. Tujuan umum
Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit inkontinensia urine dan
cara pencegahannya
2. Tujuan khusus
a. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan peserta dapat memahami tentang penyakit
inkontinensia urine
b. Setelah dilakukan demontrasi tentang senam kegel peserta mampu mempraktekan
kembali cara senam kegel dengan baik guna mecegah penyakit inkontinensia urine
F. Nama Kegiatan
Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan Penyakit Inkontinensia Urin Dengan Senam
Kegel Pada Warga Desa Terong Tawah
G. Tema Kegiatan
Atasi inkontinensia urine dengan senam kegel
H. Metode Pelatihan
1. Ceramah
2. Demonstrasi dan simulasi senam kegel
3. Tanya jawab
I. Media Kegiatan
1. Leaflet
2. LCD/laptop
J. Waktu/Tempat
1. Hari/Tanggal : Sabtu , 18 Juni 2022
2. Tempat : Aula Desa Terong Tawah
K. Sasaran
Kegiatan ini melibatkan warga yang berada di Desa Terong Tawah Barat Kec. Labuapi
Kabupaten Lombok Barat.
L. Lampiran
1. Susunan panitia
2. Anggaran dana
3. Susunan acara penyuluhan
4. Leaflet
M. Penutup
Demikian proposal kegiatan Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan Penyakit
Inkontinensia Urin Dengan Senam Kegel Pada Warga Desa Terong Tawah yang kami
ajukan, atas kerjasamanya kami sampaikan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram. 2018. Daftar Penyakit Kelayan Balai Sosial Lanjut
Departemen Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2018. Statistik Lanjut Usia Provinsi NTB. Mataram : Dinas
Kesehatan Provinsi NTB
Karjoyo, J. D., Pangemanan, D., & Onibala, F. (2017). Pengaruh Senam Kegel Terhadap
Frekuensi Inkontinensia Urine Pada Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumpaan
MinahasaSelatan. Jurnal Keperawatan, 5(1).
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan RI. tersedia di : http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan- indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan RI
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2017.pdf
Novera, M. 2016. Pengaruh senam kegel terhadap frekuensi BAK pada lansia dengan
inkontinensia urin di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih.
Suharyanto dan Madjid (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media
Usia Mandalika Mataram. Mataram : Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram Daley, D.
(2014). 30 Menit untuk Bugar & Sehat . Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Wahyudi, A.S. 2017. Pengaruh latihan senam kegel terhadap frekuensi berkemih pada lansia.
Yunawa, Rudi. (2006). Buku Panduan Klinis Menanganai Inkontinensia. Edisi ke 2. Singapura :
Masyarakat Kontinensia
Lampiran 1
SUSUNAN KEPANITIAAN
Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Penyakit Inkontinensia Urin Dengan Senam Kegel
Waktu : 35 menit
A. Latar Belakang
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh lansia, yang
biasanya disebabkan oleh penurunan kapasitas kandung kemih atau ketidakmampuan
menahan berkemih karena berkurangnya kemampuan tahanan otok lurik pada uretra karena
perubahan fisiologis pada lansia. Bau yang tidak sedap serta perasaan kotor akibat
inkontinensia urine ini akan mengakibatkan masalah sosial dan psikologis serta juga akan
mempengaruhi aktivitas lansia sehari-hari (Suharsono dkk, 2013).
dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran
tubuh dan juga dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih serta bermanfaat dalam
menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dengan membantu memperkuat
otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara reflek menghambat
kontraksi kandung kemih (Nursalam, 2008 dalam Majid, 2009).
Senam kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul
sehingga memperkuat fungsi sfingter eksternal pada kandung kemih Oleh karena itu, senam
kegel sangat tepat untuk diterapkan dalam mengatasi inkontinensia urine pada lansia di Panti
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 1x30 menit diharapkan
para lansia dapat mempraktekkan senam kegel untuk mengatasi inkontinensia urine.
H. Rencana Evaluasi
Struktur:
1. Satuan Acara Penyuluhan sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan.
2. Alat sudah dipersiapkan 15 menit sebelum penyuluhan dimulai.
3. Media yang digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap digunakan. Media
yang digunakan yaitu powerpoint dan video
Proses :
1. 80% lansia berada ditempat sesuai waktu yang telah ditentukan
2. 80% lansia tetap mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai.
3. 50% lansia kooperatif dan aktif dalam penyuluhan dengan memperhatikan materi yang
disampaikan dan bertanya pada penyuluh mengenai hal-hal yang belum dimengerti
Hasil :
1. 80% lansia dapat mengetahui dan memahahi pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
akibat,cara mengatasiinkontinensia urine.
2. 80% lansia dapat mengetahui dan memahami pengertian, manfaat, indikasi dan
kontraindikasi serta langkah-langkahsenam kegel
3. 60% peserta dapat memperagakan senam kegel
Materi
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh lansia,
yang biasanya disebabkan oleh penurunan kapasitas kandung kemih atau
ketidakmampuan menahan berkemih karena berkurangnya kemampuan tahanan otok
lurik pada uretra karena perubahan fisiologis pada lansia (Suharsono dkk, 2013).
4) Tempelkan kedua telapak tangan sambil melakukan gerakan naik turun 2x dan tahan
selama 8 detik
5) Menekan kandung kemih dengan 1 tangan dan tahan selama 8 detik
Ardani. (2010) Pengaruh Senam Kegel Terhadap Kontraksi Otot Dasar Panggul Pada Lansia
Wanita di Banjar Pegok Denpasar Selatan. Scripsi tidak dipublikasikan.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Mulyani. (2013). Menopause Akhir Siklus Menstruasi Pada Wanita Usia Pertengahan. Cetakan I.
Yogyakarta: Nuha Medika
Karjoyo, dkk. (2017). Pengaruh senam kegel terhadap frekuensi inkontinensia urin pada lanjut
usia di wilayah kerja puskesmas tumpaanminahasa selatan. E Jurnal Keperawatan.
Vol. 5(1).
Suharsono, dkk (2013). Aspek keperawatan pada inkontinensia urin. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Vol. 1 (1).
Wahyu, W. (2009). Pengaruh Senam Kegel Terhadap Frekuensi Inkontinensia Uine Pada Lansia
di Panti Werda Pucang Gading Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan.
Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Yanthi, K.D.P. (2011). Pengaruh Senam Kegel Terhadap Kekuatan Otot Dasar Panggul pada
Wanita Menopause di Banjar Sulangai Desa Sulangai Petang. Skripsi tidak
dipublikasikan. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.