Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seringkali pada masa nifas terjadi beberapa masalah diantaranya ibu

nifas mengeluh karena mengalami kesulitan dalam buang air besar atau BAB

dimana feses menjadi lebih padat sehingga sulit untuk dikeluarkan yang

disebut dengan konstipasi (Kusumaningrum, 2015). Konstipasi diartikan

sebagai perubahan frekuensi defekasi, volume, dan konsistensi feses.

Konstipasi bukan penyakit, melainkan gejala penurunan frekuensi defekasi

(>3 hari sekali atau <2 kali seminggu) yang diikuti dengan pengeluaran feces

yang lama dengan konsistensi keras dan kering (Yasmara, 2013). Idealnya

pada keadaan normal dalam 24 jam kolon harus dikosongkan secara teratur

(Kusumaningrum, 2015).

Berdasarkan National Health Interview, prevalensi konstipasi di

Amerika Serikat berkisar antara 2-20%. Di Cina, survei yang dilakukan pada

orang berusia kurang dari 60 tahun di beberapa kota menunjukkan kejadian

konstipasi kronis sebesar 15-20%. Di Beijing dilakukan studi acak pada orang

dewasa usia 18-70 tahun dan ditemukan 6,07% menderita konstipasi.

Konstipasi dapat terjadi pada segala usia, dari bayi sampai lansia. Berdasarkan

International Database US Census Bureau pada tahun 2005 prevalensi

konstipasi pada ibu post partum, dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UGM

Geriatri RS Dr. Sardjito di Indonesia kasus konstipasi yang diderita oleh ibu

1
2 1. 2

post partum sekitar 4-30%, ternyata ibu post partum lebih mengeluh kesulitan

buang air besar. Sedangkan konstipasi yang diderita masyarakat di atas usia

lanjut sekitar 2-25% pada usia 60 tahun ke atas (Probosuseno, 2007).

Di Indonesia lebih dari 2,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering

konstipasi, hingga prevelensinya mencapai sekitar 2% (Kusumaningrum,

2015). Menurut survey yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas

Balowerti Kota Kediri pada bulan Agustus tahun 2017 dari 10 ibu nifas

didapatkan 6 ibu nifas belum bisa buang air besar > 3hari setelah pasca

persalinan dengan atau 60% ibu nifas belum bisa buang air besar pasca

persalian dan 4 ibu nifas yang pada hari ke 3 sudah bisa buang air besar 1-3

kali dengan konsistensi lunak. Dari hasil survey awal dapat disimpulkan

bahwa masih banyak ibu nifas yang belum bisa buang air besar ≥ 3 hari masa

nifas.

Penyebab utama terjadinya konstipasi adalah kurangnya aktivitas fi

sik, konsumsi makanan berserat dan asupan cairan (Arnaud, 2008). Asupan

cairan adalah rerata jumlah cairan yang diminum oleh responden berdasarkan

catatan minum selama 3 hari (3D-fl uid diary). Konsumsi air putih kepada

kelompok wanita usia 25–42 tahun sebesar > 2 liter per hari (Muawanah,

2016). Kebutuhan asupan cairan berkisar antara 1200-1500 cc/hari. Atau

minimal 8 gelas/hari. Kebutuhan nutrisi ibu nifas harus terpenuhi secara

optimal dengan menghindari pantangan makanan, diit yang salah,

memperhatikan kandungan gizi yang seimbang (Nanny, Vivian, dkk, dalam

Kusumaningrum, 2015). Gerak tubuh yang kurang, baik disengaja maupun


2 1. 3

tidak disengaja menyebabkan penurunan peristaltic usus sebagai pemicu

terjadinya konstipasi (Yasmara, 2013). Hasil penelitian sebelumnya olah

Yasmara (2015) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan minum air

putih 500 ml di pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien dengan

imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskeletal dengannilai p=0,002

(p<0,05).

Mekanisme air putih bisa menurunkan konstipasi adalah dengan

minum 500 ml air putih LVM (Lower Maximum Volume) yaitu volume

minimal yang dimasukkan ke dalam lambung yang mampu menyebabkan

gerakan peristaltik pada lambung (Lunding dalam Yasmara, 2013), maka

rangsangan dari regangan lambung ini melalui saraf otonom ekstrinsik

menjadi pemicu utama gerakan massa di kolon melalui refleks gastrokolik.

Refleks gastrokolik mampu menstimulasi otot polos kolon sehingga

meningkatkan motilitas kolon dan mencegah terjadinya konstipasi (Bassotti

dan Villanaci dalam Yasmara, 2013).

Sedangkan Penurunan aktivitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya

penurunan gerak peristaltik dan dapat menyebabkan melambatnya feses

menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga

feses mengeras. Aktivitas fisik juga membantu seseorang untuk

mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal,

otot pelvis dan diafragma sangat penting bagi defekasi (Asmadi, 2008). Jika

konstipasi dibiarkan berlarut-larut bisa menimbulkan kanker kolon, resiko


2 1. 4

terjadi wasir/ambient (hemorrhoid), volvulus daerah sigmoid, haemorrhoid,

kanker kolon, dan penyakit divertikular (Darmojo & Martono, 2008).

Dampak dari susah buang air besar yaitu perut kembung, penuh, sakit

pada bagian bawah, nafsu makan berkurang. Tubuh tidak fit,lesu, mudah

lelah, sering mengantuk dan berkeringat dingin. Resiko terjadi wasir atau

ambient hemorrhoid. Pernafasan sesak karena volume perut untuk bernafas

kurang.Resiko usus besar, terjadinya kanker usus, akibat dari toksin (racun)

yang terlalu lama mengendap di bagian lambung. Dampak Konstipasi

diperkirakan menyebabkan 2,5 juta penderita berkunjung ke dokter setiap tiap

tahunnya (Kusumaningrum, 2015).

Mengingat permasalahan di atas maka upaya yang dilakukan untuk

menghindari kejadian diatas maka pola makan ibu nifas harus memenuhi

syarat yaitu bermutu dan bergizi, cukup kalori, makan makanan yang

mengandung protein-sayuran, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan,

diet yang mengandung serat halus, peningkatan asupan cairan dan penggunaan

laktasif profilaksis yang tidak mengiritasi usus dapat diberikan untuk

mengurangi konstipasi (Bobak dalam Kusumaningrum, 2015). Diet sangat

berperan penting dalam mencegah konstipasi, yaitu diet banyak serat seperti:

sayuran, buah, mentega, telur, dan daging dapat mengurangi angka kejadian

konstipasi (Iqbal dalam Kusumaningrum, 2015). Untuk mendukung manfaat

serat ini, ibu nifas diharapkan mencukupi asupan cairan (air putih) sebanyak

dua sampai tiga liter perharinya serta dapat melakukan aktivitas fsik yang

cukup.
2 1. 5

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik melakukan penelitian

“Analisis Asupan Cairan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Hubungan Kejadian

Konstipasi Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Kota

Kediri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah dapat dirumuskan : apakah

ada hubungan asupan cairan dan aktivitas fisik terhadap kejadian konstipasi

pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan asupan cairan dan aktivitas fisik terhadap

kejadian konstipasi pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas

Balowerti Kota Kediri.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi asupan cairan pada ibu postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Balowerti Kota Kediri.


b. Mengidentifikasi aktivitas fisik pada ibu postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Balowerti Kota Kediri.


c. Mengidentifikasi kejadian konstipasi pada ibu postpartum di Wilayah

Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri.


d. Menganalisis pengaruh asupan cairan dan aktivitas fisik terhadap

hubungan kejadian konstipasi pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Balowerti Kota Kediri.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau sumber pustaka dalam

menambah bahan pelajaran disamping system pembelajaran secara teoritis


2 1. 6

atau teotorial sehingga mahasiswa dapat belajar dengan menyesuaikan

antara teori dengan hipotesis penelitian di lapangan, khususnya penelitian

tentang analisis asupan cairan dan aktivitas fisik terhadap hubungan

kejadian konstipasi pada ibu postpartum.


2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
1) Sebagai sumber data bagi peneliti selanjutnya
2) Sebagai pengalaman belajar dalam proses penelitian
3) Sebagai pengembangan serta penerapan ilmu yang didapat
4) Dengan penelitian ini peneliti bisa mengetahui seberapa jauh

hubungan asupan cairan dan aktivitas fisik terhadap kejadian

konstipasi pada ibu postpartum.


b. Bagi institusi pendidikan
Sebagai pelengkap perbendaharaan perpustakaan, serta dapat menjadi

bahan pertimbangan bagi mahasiswa-mahasiswa yang dapat penelitian

pada masalah yang sama (meneruskan penelitian).

c. Bagi Profesi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam proses

melakukan asuhan keperawatan khususnya tentang penanganan

konstipasi pada ibu post parum.


d. Bagi Responden
Responden diharapkan dapat merasakan manfaat yang paling besar

dari hasil penelitian ini yaitu berupa informasi tentang cara yang dapat

dilakukan dalam mencegah konstipasi dan gambaran atau pemahaman

yang dijadikan panduan dalam mengatasi konstipasi dalam kehidupan

sehari-hari.
2 7
2.

E. Keaslian penelitian
Penelitian yang akan diteliti ini, sebelumnya juga pernah diteliti oleh pihak yang lain yaitu :
Tabei 1.1 Keaslian penelitian asupan cairan dan aktivitas fisik terhadap kejadian konstipasi pada ibu post partum di Wilayah

Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri

Perb
Penelitian
No Judul Metode Hasil
& Tahun
edaan
1 Deni Yasmara, Konsumsi quassy Hasil: Terdapat pengaruh yang Penelitian Terdahulu :
Variabel bebas : konsumsi air putih
Dewi Irawaty, I air putih eksperimen, signifi kan minum air putih
pagi hari
Made Kariasa pagi hari dengan desain 500 ml di pagi hari terhadap Variabel terikat : konnstipasi
Penelitian Saat Ini :
Tahun 2013 terhadap post test only kejadian konstipasi pada pasien Variabel bebas : asupan cairan dan

konstipasi non equivalent dengan imobilisasi akibat aktivitas fisik


Variabel terikat : penurunan konstipasi
pada control group gangguan sistem

pasien muskuloskeletal dengan

imobilisasi nilai p=0,002 (p<0,05).


2 Oleh Andri Tri Hubungan cross sectional Hasil uji koefisien kontingensi Penelitian Terdahulu :
Variabel bebas : pemenuhan nutrisi
Kusumaningru pemenuhan C = 0,450 dimana p≤0,05.
tinggi serat
m Tahun 2015 nutrisi Sehingga hasil H1 diterima, Variabel terikat : kejadian konstipasi
Penelitian Saat Ini :
tinggi serat ada hubungan pemenuhan Variabel bebas : asupan cairan dan
2 8
2.

dengan kebutuhan nutrisi tinggi serat aktivitas fisik


Variabel terikat : penurunan konstipasi
kejadian dengan kejadian konstipasi ibu

Konstipasi nifas

pada ibu

nifas 3-6

hari
3. Muawanah1, Hubungan observasional Berdasarkan uji chi-square Penelitian Terdahulu :
Variabel bebas : asupan serat dan
Triska Susila asupan dengan didapatkan bahwa
cairan
Nindya Tahun serat dan pendekatan tidak ada hubungan yang Variabel terikat : konstipasi
Penelitian Saat Ini :
2013 cairan cross sectional signifi kan antara asupan serat Variabel bebas : pemberian terapi air

dengan dan cairan dengan kejadian putih


Variabel terikat : penurunan konstipasi
kejadian konstipasi (p > 0,05

Konstipasi

pada ibu

pasca

melahirkan
1

Anda mungkin juga menyukai