Anda di halaman 1dari 16

11.

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.

b) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkospasme).

c) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkuspasme).

d) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat imunitas.

Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Tidak efektifnya Pencapaian bersihan Mandiri 1. Beberapa derajat
bersihan jalan jalan napas dengan
1. Auskultasi bunyi spasme bronkus
nafas kriteria hasil nafas, catat terjadi dengan
berhubungan sebagai berikut: adanya bunyi obstruksi jalan nafas
dengan 1. Mempertahankan nafas, ex: mengi dan dapat/tidak
gangguan suplai jalan napas paten
2. Kaji/pantau dimanifestasikan
oksigen dengan bunyi napas frekuensi adanya nafas
(bronkospasme), bersih atau jelas. pernafasan, catat advertisius.
penumpukan 2. Menunjukan rasio 2. Tachipnea biasanya
sekret, sekret perilaku untuk inspirasi/ekspirasi ada pada beberapa
kental memperbaiki . derajat dan dapat
bersihan jalan nafas
3. Catat adanya ditemukan pada
misalnya batuk derajat dispnea, penerimaan atau
efektif dan ansietas, distress selama
mengeluarkan pernafasan, stress/adanya proses
sekret. penggunaan obat infeksi akut.
bantu. 3. Disfungsi
4. Tempatkan posisi pernafasan adalah
yang nyaman variable yang
pada pasien, tergantung pada
contoh: tahap proses akut
meninggikan yang menimbulkan
kepala tempat perawatan di rumah
tidur, duduk pada sakit.
sandara tempat
4. Peninggian kepala
tidur. tempat tidur
5. Pertahankan memudahkan fungsi
polusi lingkungan pernafasan dengan
minimum, menggunakan
contoh: debu, gravitasi.
asap dll. 5. Pencetus tipe alergi
6. Tingkatkan pernafasan dapat
masukan cairan mentriger episode
sampai dengan akut.
3000 ml/ hari
6. Hidrasi membantu
sesuai toleransi menurunkan
jantung kekentalan sekret,
memberikan air penggunaan cairan
hangat. hangat dapat
Kolaborasi menurunkan
7. Berikan obat kekentalan sekret,
sesuai indikasi penggunaan cairan
bronkodilator. hangat dapat
menurunkan spasme
bronkus.
7. Merelaksasikan otot
halus dan
menurunkan spasme
jalan nafas, mengi,
dan produksi
mukosa.

2 Pola nafas tidak Perbaikan pola Mandiri 1. Membantu pasien


efektif nafas dengan
1. Ajarkan pasien memperpanjang
berhubungan kriteria hasil pernapasan waktu ekspirasi
dengan sebagai berikut: dalam. sehingga pasien
1. Mempertahankan 2. Tinggikan kepala akan bernapas lebih
gangguan suplai
oksigen ventilasi adekuat dan bantu efektif dan efisien.
(bronkospasme) dengan menunjukan mengubah posisi.
2. Duduk tinggi
RR:16-20 x/menit Berikan posisi memungkinkan
dan irama napas semi fowler. ekspansi paru dan
teratur. Kolaborasi memudahkan
2. Tidak mengalami
3. Berikan oksigen pernapasan.
sianosis atau tanda tambahan. 3. Memaksimalkan
hipoksia lain. bernapas dan
3. Pasien dapat menurunkan kerja
melakukan napas.
pernafasan dalam.
3 Gangguan Perbaikan Mandiri 1. Sianosis mungkin
pertukaran gas pertukaran gas
1. Kaji/awasi secara perifer atau sentral
berhubungan dengan kriteria hasil rutin kulit dan keabu-abuan dan
dengan sebagai berikut: membrane sianosis sentral
1. Perbaikan ventilasi.
gangguan suplai mukosa. mengindikasikan
oksigen 2. Perbaikan oksigen
2. Palpasi fremitus. beratnya
(bronkuspasme) jaringan adekuat. 3. Awasi tanda- hipoksemia.
tanda vital dan
2. Penurunan getaran
irama jantung. vibrasi diduga
Kolaborasi adanya pengumplan
4. Berikan oksigen cairan/udara.
tambahan sesuai
3. Tachicardi,
dengan indikasi disritmia, dan
hasil AGDA dan perubahan tekanan
toleransi pasien. darah dapat
menunjukan efek
hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.
4. Dapat memperbaiki
atau mencegah
memburuknya
hipoksia.
4 Risiko tinggi Tidak terjadinya Mandiri 1. Demam dapat
terhadap infeksi infeksi dengan
1. Awasi suhu. terjadi karena
berhubungan kriteria hasil
2. Diskusikan infeksi dan atau
dengan tidak sebagai berikut: adekuat dehidrasi.
adekuat 1. Mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi.2. Malnutrisi dapat
imunitas intervensi untuk Kolaborasi mempengaruhi
mencegah atau
3. Dapatkan kesehatan umum
menurunkan resiko specimen sputum dan menurunkan
infeksi. dengan batuk atau tahanan terhadap
2. Perubahan pola pengisapan untuk infeksi.
hidup untuk pewarnaan gram,
3. Untuk
meningkatkan kultur/sensitifitas. mengidentifikasi
lingkungan yang organisme penyabab
nyaman. dan kerentanan
terhadap berbagai
anti microbial.

BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN Nn. G
DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONKHIAL
DI RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN AHMAD

A. Uraian Kasus
Nn. G 23 tahun suku minang datang dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun pagi dan
semakin meningkat ketika beraktivitas, klien juga batuk berdahak. Dari hasil pengkajian klien
mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih, dan klien merasa sesaknya
berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer). Klien juga mengatakan mempunyai riwayat
asma sejak kelas 6 SD dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: rongga dada
simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan, suara napas
klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi dinding dada, dan sputum berwarna putih kental.
Dari hasil observasi didapatkan hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD =
130/70 mmHg, RR = 36x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit = 17.000/mm3, trombosit 260.000/mm3,
Ht = 47vol%. Klien saat ini mendapatkan terapi: IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin,
Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L. Pada pemeriksaan penunjang X-ray dada/thorax,
didapatkan hasil paru dalam batas normal.

B. Pengkajian

1. Anamnesa
 Identitas Klien
Nama : Nn. G
Umur : 23 tahun

 Alasan Masuk (Keluhan Utama)


Klien masuk rumah sakit dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas, serta batuk berdahak.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kelas 6 SD

 Riwayat penyakit Sekarang

Klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.


 Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki riwayat asma, yaitu
ibunya.

2. Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat Kesadaran: Compos mentis

b) TTV:

(1) BP : 130/70 mmHg

(2) RR: 36 x/menit

(3) HR: 76 x/menit

(4) T : 37oC

c) Hasil pengkajian:

 Inspeksi

Rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), dan sputum berwarna putih kental.

 Palpasi

Taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan.

 Perkusi

Resonan dikedua lapang paru.

 Auskultasi

Suara napas klien terdengar wheezing.

3. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium


 Pada pemeriksaan penunjang
X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.

 Pemeriksaan laboratorium

- Hb = 15,5 gr%

- Leukosit = 17.000/mm3

- Trombosit 260.000/mm3

- Ht = 47vol%.

4. Terapi Pengobatan Saat Ini


IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L.

C. Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Pencetus serangan Tidak
1. Klien (alergen) efektifnya
mengatakanbatuk ↓ bersihan jalan
berdahak dengan Reaksi antigen & antibodi nafas
dahak berwarna ↓
putih. Dikeluarkannya substansi
vasoaktif (histamin,
2. Klien merasa
bradikinin, & anafilaksin)
sesak.

↑ permeabilitas kapiler

DO:
Kontraksi otot polos
1. Tanda-tanda
vital: Edema mukosa

BP=130/70 Hipersekresi
mmHg

RR=36 x/menit
Obstruksi jalan nafas
HR=76x/menit

T=37oC
Tidak efektifnya bersihan
2. Klien tampak
jalan nafas
sesak nafas
disertai batuk
berdahak,
berwarna putih
agak kental.

3. Suara napas
klien terdengar
wheezing.
4. Terapi yang
diberikan:
oksigen 2L,
IVFD RL 20 tts/i,
Pulmicort,
Ventolin,
Bisolvon.

2 DS: Pencetus serangan Pola nafas tidak


1. Klien merasa (alergen) efektif
sesak ↓
DO: Reaksi antigen & antibodi
1. Tanda-tanda ↓
vital: Dikeluarkannya substansi
vasoaktif (histamin,
BP=130/70
bradikinin, & anafilaksin)
mmHg
RR=36 x/menit ↓
HR=76x/menit Kontraksi otot polos
T=37oC ↓
2. Klien tampak Bronkospasme
sesak nafas ↓
disertai batuk Suplai O2 menurun
berdahak, ↓
berwarna putih Merangsang kemoreseptor
agak kental. sentral (spons dan medulla
oblongata)
3. Suara napas

klien terdengar
Hiperventilasi
wheezing.

4. Terapi yang Sesak
diberikan: ↓
oksigen 2L, Pola nafas tidak efektif

IVFD RL 20 tts/i,
Pulmicort,
Ventolin,
Bisolvon.

D. Web of Caution (WOC)


E. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Tidak efektifnya Pencapaian Mandiri
bersihan jalan bersihan jalan 1. Auskultasi 1. Beberapa
nafas napas dengan bunyi nafas, derajat spasme
berhubungan kriteria hasil catat adanya bronkus terjadi
dengan sebagai berikut: bunyi nafas, dengan
gangguan suplai1. Mempertahankan ex: mengi obstruksi jalan
oksigen jalan napas paten nafas dan
(bronkospasme), dengan bunyi dapat/tidak
penumpukan napas bersih atau dimanifestasika
sekret, sekret jelas. n adanya nafas
kental. 2. Menunjukan advertisius.
perilaku untuk
memperbaiki 2. Tachipnea
bersihan jalan 2. Kaji/pantau biasanya ada
nafas misalnya frekuensi pada beberapa
batuk efektif dan pernafasan, derajat dan
mengeluarkan catat rasio dapat ditemukan
sekret. inspirasi/ekspi pada
rasi. penerimaan atau
selama
stress/adanya
proses infeksi
akut.

3. Disfungsi
pernafasan
3. Catat adanya adalah variable
derajat yang tergantung
dispnea, pada tahap
ansietas, proses akut
distress yang
pernafasan, menimbulkan
penggunaan perawatan di
obat bantu. rumah sakit.

4. Peninggian
kepala tempat
tidur
4. Tempatkan memudahkan
posisi yang fungsi
nyaman pada pernafasan
pasien, contoh: dengan
meninggikan menggunakan
kepala tempat gravitasi.
tidur, duduk
pada sandara
tempat tidur.
5. Pencetus tipe
5. Pertahankan alergi
polusi pernafasan
lingkungan dapat mentriger
minimum, episode akut.
contoh: debu,
asap dll.
6. Hidrasi
6. Tingkatkan membantu
masukan menurunkan
cairan sampai kekentalan
dengan 3000 sekret,
ml/ hari sesuai penggunaan
toleransi cairan hangat
jantung dapat
memberikan menurunkan
air hangat. kekentalan
sekret,
penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
spasme bronkus.

Kolaborasi 7. Merelaksasikan
7. Berikan obat otot halus dan
sesuai indikasi menurunkan
bronkodilator. spasme jalan
nafas, mengi,
dan produksi
mukosa.

2 Pola nafas tidak Perbaikan pola Mandiri


efektif nafas dengan 1. Tinggikan 1. Duduk tinggi
berhubungan kriteria hasil kepala dan memungkinkan
dengan suplai sebagai berikut: bantu ekspansi paru
oksigen 1. Mempertahankan mengubah dan
berkurang ventilasi adekuat posisi. Berikan memudahkan
(bronkospasme) dengan posisi semi pernapasan.
menunjukan fowler.
RR=16-20
x/menit dan 2. Ajarkan
irama napas pasien 2. Membantu
teratur. pernapasan pasien
2. Tidak dalam. memperpanjang
mengalami waktu ekspirasi
sianosis atau sehingga pasien
tanda hipoksia akan bernapas
lain. lebih efektif dan
3. Pasien dapat efisien.
melakukan
pernafasan Kolaborasi 3. Memaksimalkan
dalam. 3. Berikan bernapas dan
oksigen menurunkan
tambahan. kerja napas

F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi


1. Penatalaksanan Farmakologi
Belum terlalu lama, yakni baru sejak pertengahan tahun 1990-an mulai mengental keyakinan
di kalangan kedokteran bahwa asma yang tidak terkendali dalam jangka panjang bisa
menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan dan paru-paru. Cara menangani asma yang
reaktif, yakni hanya pada saat datangnya serangan sudah ketinggalan zaman. Hasil penelitian
medis menunjukkan bahwa para penderita asma yang terutama menggantungkan diri pada obat-
obatan pelega (reliever/bronkodilator) secara umum memiliki kondisi yang buruk dibandingkan
penderita asma umumnya. Selanjutnya prosentase keharusan kunjungan ke unit gawat daruat
(UGD), keharusan mengalami rawat inap, dan risiko kematiannya karena asma juga lebih tinggi.

Hal ini membuktikan bahwa pasa asma ekstrinsik, penyebab asma yang mereka derita adalah
karena peradangan (inflamasi), dan bukan karena bronkokonstriksi. Dengan demikian, dokter
masa kini menggunakan obat peradangan sebagai senjata utama, sedang obat-obatan pelega
sebagai pendukung. Keyakinan ini sangat disokong oleh penemuan obat-obatan pencegah
peradangan saluran pernapasan, yang aman untuk digunakan dalam jangka panjang.

Menurut AAAI (Amerika Academy of Allergy, Asthma & Immunology) penggolongan obat
asma (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut:

a) Obat-obat anti peradangan (preventer)


(1) Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang

(2) Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan, pembengkakan saluran napas, dan
produksi lendir

(3) Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitivitas saluran pernapasan terhadap pemicu asma
yang berupa alergen.

(4) Penggunaannya harus teratur dalam jangka panjang

(5) Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar dua minggu baru terlihat
efektivitasnya ayang terukur.

Contoh obat anti peradangan adalah beclometasone [Becotide®], budesonide [Pulmicort®],


fluticasone [Flixotide®], mometasone [Asmanex®], dan montelukast [Singulair®] secara
bertahap mengurangi peradangan saluran napas dan (jika digunakan secara teratur) akan
mengontrol penyakit asma. Obat pencegah biasanya tersedia dalam bentuk inhaler berwarna
cokelat, putih, merah, atau oranye, meskipun beberapa (misalnya montelukast) tersedia dalam
tablet.
b) Obat-obat pelega gejala berjangka panjang
Obat-obat pelega gejala berjangka panjang dalam nama generik yang ada di pasaran adalah
salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol xinafoate) dan teofilin (theophylline).

(1) Salmeterol

Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana obat ini bekerja dengan
mengendurkan oto-otot yang mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini paling efektif bila
dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan tidak dapat berfungsi sebagai pelega
seketika dalam hal terjadi serangan asma.

Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya kerjanya bertahan hingga 12 jam.
Obat ini disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukut dan obat hirup bubuk kering. Obat ini
tidak dapat digunakan untuk anak-anak di bawah 12 tahun.

(2) Teofilin

Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang terdapat dalam secangkir
kopi) dan termasuk bronkodilator yang lama daya kerjanya. Efek samping obat ini sama seperti
kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien hiperaktif.

(3) Albuterol Sulfat atau Salbutamol.

Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukur, obat
hirup bubuk kering, larutan untuk alat nebulizer, sirup, tablet biasa, tablet lepas-tunda (extended-
reliase). Bentuk hirup bekerja lebih karena langsung menuju saluran pernapasan yang
bermasalah, ketimbang harus lewat lambung dulu. Efek samping obat ini dapat menyebabkan
stimulasi, jantung berdebar, dan pusing.

Merek yang paling populer adalah Ventolin dan Proventil yang disajikan sebagai obat hirup
dosis terukur. Proventil HFA sebagai obat hirup bubuk kering. Ventolin terdaftar di Indonesia
dalam bentuk sediaan tablet, sirup, nebulizer, danspray. Merek lain adalah Ascolen.

c) Obat-obat pelega gejala asma (reliever/bronkodilator)


Misalnya salbutamol [Ventolin®], terbutaline [Bricanyl®], formoterol [Foradil®, Oxis®],
dan salmeterol [Serevent®] secara cepat mengembalikan saluran napas yang menyempit yang
terjadi selama serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda/pelega biasanya tersedia dalam
bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.

d) Obat-obatan kortikosteroid oral


Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi pembengkakan dan peradangan
yang mencetuskan serangan asma. Obat ini membutuhkan enam hingga delapan jam untuk
bekerja, sehingga makin cepat digunakan makin cepat pula daya kerja yang dirasakan.

Malam hari termasuk waktu dimana serangan asma paling sering terjadi, karena fungsi paru-
paru berada pada titik yang paling rendah di tengan malam. Dari hasil penelitian terbukti bahwa
dosis kortikosteroid oral yang diberikan di siang hari bisa membantu mereka yang mengalami
serangan asma untuk tidur pada malam harinya.

Di sisi lain, efek samping penggunaan kortikosteroid oral juga cukup nyata, seperti
perubahan suasana hati (mood changes), meningkatnya selera makan, perubahan berat badan,
dan gejala demam yang ditekan. Akan tetapi, efek samping dari penggunaan kortikosteroid ini
tidak perlu dikhawatirkan jika penggunaannya hanya dalam jangka pendek dan kadangkala saja.

(1) Prednison (Prednisone)


Prednison adalah preparat kortikosteroid oral yang paling umum

Anda mungkin juga menyukai