OLEH:
Dewi Kartika Wulandari
NIM 182311101137
Hari :
Tanggal :
Jember, Maret 2019
TIM PEMBIMBING
Peran perawat sangat penting untu memahami eleminasi normal, faktor yang
meningkatkan dan menghambat, dan membantu mencegah terjadinya gangguan
eliminasi fekal. Tindakan yang dilakukan perawat dalam upaya meningkatkan
eleminasi normal dan membantu klien dengan segera untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi dengan meminimalkan rasa ketidaknyamanan.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Eleminasi Fekal (Kasiyati, 2016)
a. Usia
Pada bayi sampai 2-3 tahun, lambung kecil, enzim kurang, peristaltik usus
cepat, neuromuskuler belum berkembang normal sehingga mereka belum
mampu mengontrol buang air besar (diare/ inkontinensia). Pada usia lanjut,
sistem gastroinstestinal sering mengalami perubahan sehingga merusak proses
pencernaan dan eleminasi. Perubahan yang terjadi yaitu gigi berkurang, enzim
di saliva dan lambung berkurang, peristaltik dan tonus abdomen berkurang,
serta melambatnya impuls saraf. Hal tersebut menyebabkan lansia beresiko
mengalami konstipasi. Lansia yang dirawat di rumah sakit beresiko mengalami
perubahan fungsi usus.
b. Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu mempertahakan pola
peristaltik yang teratur dalam kolon, sedangkan makanan berserat, berselulosa
dan banyaknya makanan penting untuk mendukung volume fekal. Makan tinggi
serat seperti buah apel, sayur kangkung, bayam, mentimun, dan gandum.
contoh bila makanan yang kita makan rendah serat menyebabkan peristaltik
lambat, sehingga terjadi peningkatan penyerapan air diusus, hal ini berakibat
seseorang mengalami konstipasi. Demikian juga seseorang dengan diet yang
tidak teratur akan menganggu pola defekasi dan makanan yang mengandung
gas seperti bawang, kembang kol, dan kacang-kacangan.
c. Pemasukan cairan
Asupan cairan yang cukup bisa mengencerkan isi usus dan memudahkan
bergerak melalui kolon, orang dewasa intake cairan normalnya yaitu 2000-3000
ml/hari (6-8 gelas). Jika intake cairan tidak adekuat atau pengeluaran yang
berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan, sehingga tubuh akan
menyerap cairan dari chyme sehingga feses menjadi keras, kering dan feses
sulit melewati pemcernaan, hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami
konstipasi. Minuman hangat dan jus buah bisa memperlunak feses dan
meingkatkan peristaltik.
d. Aktivitas
Seseorang dengan latihan fisik yang baik akan membantu peristaltik meningkat,
sementara imobilisasi menekan mortilitas kolon. Ambulasi dini setelah dini
setelag klien menderita sakit dianjurkan untuk meningkatkan dan
mempertahakan eleminasi normal. Contoh pada klien dengan keadaan
berbaring terus-menerus akan menurunkan peristaltik usus, sehingga terjadi
peningkatan penyerapan air, hal ini berdampak pada klien yaitu konstipasi atau
fekal infaction.
e. Faktor psikologik
Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan peristaltik usus,
sehingga seseorang bisa menyebabkan diare. Namun, ada pula seseorang
dengan depresi, sistem saraf otonom akan memperlambat impuls saraf dan
peristaltik usus menurun yang bisa menyebabkan konstipasi.
f. Kebiasaan pribadi
Kebanyakan orang merasa lebih mudah dan nyaman defikasi dikamar mandi
sendiri. Kebiasaan seseorang dengan melatih pola buang air besar (BAB) sejak
kecil secara teratur maka seseorang tersebut akan secara teratur pola
defikasinya atau sebaliknya. Individu yang sibuk. Higiene toilet buruk, bentuk
dan penggunaan toielt bersama-sama, klien di RS dengan penggunaan pispot,
privasi kurang dan kondisi yang tidak sesuai, hal ini dapat menganggu
kebiasaan dan perubahan eliminasi yang dapat memulai siklus rasa tidak
nyaman yang hebat.
g. Nyeri
Secara normal seseorang defekasi tidak menimbulkan nyeri. Contoh seseorang
dengan pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, fraktur ospubs,
epistomy akan mengurangi keinginan untuknstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran
feses yang lama atau keras, kering dan disertai upaya mengedan saat defekasi.
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Kondisi ini terjadi karena feses
berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Biasanya
disebabkan oleh pola defikasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang
lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas dan faktor usia. Setiap
individu mempunyai pola defekasi individual yang harus dikaji perawat, tidak
setiap orang dewasa memiliki pola defekasi setiap hari. Defekasi hanya setiap 4
hari sekali atau lebih dianggap tidak normal. Pola defekasi yang biasanya setiap
2-3 hari sekali, tanpa kesulitann.
C. ETIOLOGI
Faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada eliminasi fekal (Potter & Perry,
2010):
1. Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Serat
dan selulosa berpengaruh pada perbesaran volume feses.
Ketidakmampuan mencerna makanan akan mempengaruhi pola
defekasi.
2. Cairan masuk dan keluar yang adekuat dapat mempengaruhi output
urine dan feses.
3. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urin sangat membutuhkan tonus otot kandung kemih yang
sangat baik.
4. Meningkatnya stres psikologi akan mempengaruhi aktivitas peristaltik
dan frekuensi outpun urin maupun feses.
5. Usia tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya.
D. TANDA DAN GEJALA
1) Konstipasi
Tanda dan gejala konstipasi yaitu sebagai berikut (Bayu, 2016):
a) Menurunnya jumlah atau frekuensi Buang Air Besar (BAB);
b) Tekstur BAB keras dan kering;
c) BAB susah dikeluarkan;
d) Nyeri rektum;
e) Nyeri abdominal (pada perut);
f) Anoreksia;
g) Kembung;
h) Nafsu makan berkurang; dan
i) Selalu membutuhkan bantuan untuk defekasi.
2) Fecal Impaction
Tanda dan Gejala fecal impaction yaitu sebagai berikut (Bayu, 2016):
a) Anorexia (tidak enak makan);
b) Distensi abdomen; dan
c) Mual dan muntah.
3) Diare
Batasan karakteristik seseorang mengalami diare menurut Herdman &
Kamitsuru (2015) yaitu ada dorongan untuk defekasi, bising usus hiperaktif,
defekasi feses cair lebih dari 3 kali dalam waktu 24 jam, kram dan nyeri
abdomen.
4) Inkontinensia
Batasan karakteristik seseorang mengalami inkontinensia menurut Herdman
& Kamitsuru (2015) yaitu ketidakmampuan mengeluarkan feses padat,
ketidakmampuan mengenali dorongan defekasi, ketidakmampuan mengenali
rektum penuh, ketidakmampuan menunda defekasi, kulit perianal kemerahan,
rembesan konstan feses lunak, dan tidak perhatian terhadap dorongan
defekasi.
E. PATOFISIOLOGI
Udara tercemar
Mycobacterium Dihirup Kurang Kurang
tuberculose individu rentan informasi pengetahuan
Masuk paru
Reaksi
inflamasi/peradangan
Hipertermia
Penumpukan eksudat
dalam alveoli
Peritoneum dan
Ketidakefektifan
disfusi oksigen
bersihan jalan
nafas
Asam lambung naik
Mual, anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
konstipasi
(Somantri,Irman, 2008 dan Widagdo, 2011)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Tanyakan kepada pasien tentang kebiasaan atau pola defikasi seperti frekuensi,
waktunya, perilaku defekasi seperti penggunaan laksatif, kapan berakhir BAB,
karakteristik feses seperti bau dan tekstur, diet yang biasa dimakan dan yang
dihindari, cairan yang diminum baikjenis maupun jumlah, aktivitas yang dilakukan,
penggunaan obat-obatan, stress yang berkepanjangan dan riwayat pembedahan dan
penyakit.
b. Pemeriksaan fisik
Periksalah pasien pada abdomen apakah terjadi distensi, simetris, gerakan peristaltik
dan adanya massa pada perut, sedangkan pada rektum dan anus meliputi tanda-tanda
inflamasi, perubahan warna, lesi fistula, hemoroid dan adanya massa.
c. Keadaan feses
Lakukan identifikasi feses meliputi konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah dan unsur
abnormal.
a. Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan
usia
b. Perubahan kebiasaan makan
c. Perubahan lingkungan baru
d. Depresi
e. Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
3. Intervensi keperawatan
2. tingkatkan 2. Meningkat
intake protein, nutrisi nutrisi klin
sehingga
membantu
pemenuhan
nutrisi
4. Implementasi keperawatan
5. Discharge Planning
Penyuluhan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mencegah terjadinya konstipasi
sehingga klien dapat buang air besar atau eliminasi fekal dengan lancar dan tidak ada gangguan
Penyuluhan yang diberikan antara lain
Daftar Pustaka
Andi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum. Http://www.jevuska.com/2007/04/19/retensi-urine-
post-partum
Bayu, R. 2016. Kebutuhan Eliminasi Fekal. Online. Stikes Dharma Husada Bandung.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=17&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiC29T6
ltXZAhUC4o8KHUiwAh44ChAWCEowBg&url=http%3A%2F
%2Fdosen.stikesdhb.ac.id%2Fbayu%2Fwp-content%2Fuploads%2Fsites
%2F6%2F2016%2F04%2FEliminasi-2.ppt&usg=AOvVaw2rv-IvCTKXHnuC5iDBo4Kc
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit Kedokteran EGC:
Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada :
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-
eliminasi-fecal/
Kasiyati, dkk. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta Selatan
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada: www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan
Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Rong , Huang et al. 2014. Physical Activity and Constipation in Hong Kong Adolescents .
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3938666/