Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL PADA


PASIEN DENGAN KP LAMA DAN HEMOPTOE DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT PARU JEMBER

OLEH:
Dewi Kartika Wulandari
NIM 182311101137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan disusun oleh:

Nama : Dewi Kartika Wulandari


NIM : 182311101137
Judul : GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL
PADA PASIEN DENGAN KP LAMA DAN HEMOPTOE DI
RUANG/UNIT MELATI (RUMAH SAKIT PARU JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :
Jember, Maret 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Ahmad Rifai, MS Ns. Ahmad Eko Wibowo. S,Kep


NIP 19850207 201504 1 001 NIP 19890926 201403 1 001
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI


1. Definisi Gangguan Eliminasi Fekal

Manusia memiliki beberapa kebutuhan fiologis untuk bertahan hidup yaitu,


oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, temperatur, tempat tinggal istirahat dan seks .
Eliminasi adalah proses pembuangan metabolisme tubuh, sisa metabolisme akan
terbagi menjadi dua jenis yaitu sisa dari saluran cerna yang akan dibuang menjadi
feses dan sisa metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran
lain seperti urine, CO2, nitrogen dan H2O (Potter & Perry, 2010).

Eliminasi bowel/fekal/buang air besar (BAB) atau disebut juga sebagai


defekasi merupakan proses normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk
mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan ini disebut dengan feses
atau stool. Eleminasi produk sisa pencernaan yang teratur, hal ini penting untuk
normal tubuh. Fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola dan
kebiasaan eleminasi. Eleminasi bowel adalah salah satu aktivitas yang harus
dilakukan oleh manusia. Seseorang dapat melakukan buang air besar sangatlah
bersifat individual ada yang satu kali atau lebih dalam satu hari, bahkan ada yang
mengalami gangguan yaitu hanya 3-4 kali dalam satu minggu atau beberapa kali
dalam sehari, perubahan eleminasi fekal dapat menyebabkan masalah
gastroinstestinal dan sistem tubuh lain. Hal ini apabila dibiarkan dapat menjadi
masalah seperti konstipasi, fecal impaction, dan hemoroid (Kasiyati, 2016)

Peran perawat sangat penting untu memahami eleminasi normal, faktor yang
meningkatkan dan menghambat, dan membantu mencegah terjadinya gangguan
eliminasi fekal. Tindakan yang dilakukan perawat dalam upaya meningkatkan
eleminasi normal dan membantu klien dengan segera untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi dengan meminimalkan rasa ketidaknyamanan.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Eleminasi Fekal (Kasiyati, 2016)
a. Usia
Pada bayi sampai 2-3 tahun, lambung kecil, enzim kurang, peristaltik usus
cepat, neuromuskuler belum berkembang normal sehingga mereka belum
mampu mengontrol buang air besar (diare/ inkontinensia). Pada usia lanjut,
sistem gastroinstestinal sering mengalami perubahan sehingga merusak proses
pencernaan dan eleminasi. Perubahan yang terjadi yaitu gigi berkurang, enzim
di saliva dan lambung berkurang, peristaltik dan tonus abdomen berkurang,
serta melambatnya impuls saraf. Hal tersebut menyebabkan lansia beresiko
mengalami konstipasi. Lansia yang dirawat di rumah sakit beresiko mengalami
perubahan fungsi usus.
b. Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu mempertahakan pola
peristaltik yang teratur dalam kolon, sedangkan makanan berserat, berselulosa
dan banyaknya makanan penting untuk mendukung volume fekal. Makan tinggi
serat seperti buah apel, sayur kangkung, bayam, mentimun, dan gandum.
contoh bila makanan yang kita makan rendah serat menyebabkan peristaltik
lambat, sehingga terjadi peningkatan penyerapan air diusus, hal ini berakibat
seseorang mengalami konstipasi. Demikian juga seseorang dengan diet yang
tidak teratur akan menganggu pola defekasi dan makanan yang mengandung
gas seperti bawang, kembang kol, dan kacang-kacangan.
c. Pemasukan cairan
Asupan cairan yang cukup bisa mengencerkan isi usus dan memudahkan
bergerak melalui kolon, orang dewasa intake cairan normalnya yaitu 2000-3000
ml/hari (6-8 gelas). Jika intake cairan tidak adekuat atau pengeluaran yang
berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan, sehingga tubuh akan
menyerap cairan dari chyme sehingga feses menjadi keras, kering dan feses
sulit melewati pemcernaan, hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami
konstipasi. Minuman hangat dan jus buah bisa memperlunak feses dan
meingkatkan peristaltik.
d. Aktivitas
Seseorang dengan latihan fisik yang baik akan membantu peristaltik meningkat,
sementara imobilisasi menekan mortilitas kolon. Ambulasi dini setelah dini
setelag klien menderita sakit dianjurkan untuk meningkatkan dan
mempertahakan eleminasi normal. Contoh pada klien dengan keadaan
berbaring terus-menerus akan menurunkan peristaltik usus, sehingga terjadi
peningkatan penyerapan air, hal ini berdampak pada klien yaitu konstipasi atau
fekal infaction.
e. Faktor psikologik
Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan peristaltik usus,
sehingga seseorang bisa menyebabkan diare. Namun, ada pula seseorang
dengan depresi, sistem saraf otonom akan memperlambat impuls saraf dan
peristaltik usus menurun yang bisa menyebabkan konstipasi.
f. Kebiasaan pribadi
Kebanyakan orang merasa lebih mudah dan nyaman defikasi dikamar mandi
sendiri. Kebiasaan seseorang dengan melatih pola buang air besar (BAB) sejak
kecil secara teratur maka seseorang tersebut akan secara teratur pola
defikasinya atau sebaliknya. Individu yang sibuk. Higiene toilet buruk, bentuk
dan penggunaan toielt bersama-sama, klien di RS dengan penggunaan pispot,
privasi kurang dan kondisi yang tidak sesuai, hal ini dapat menganggu
kebiasaan dan perubahan eliminasi yang dapat memulai siklus rasa tidak
nyaman yang hebat.
g. Nyeri
Secara normal seseorang defekasi tidak menimbulkan nyeri. Contoh seseorang
dengan pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, fraktur ospubs,
epistomy akan mengurangi keinginan untuknstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran
feses yang lama atau keras, kering dan disertai upaya mengedan saat defekasi.
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Kondisi ini terjadi karena feses
berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Biasanya
disebabkan oleh pola defikasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang
lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas dan faktor usia. Setiap
individu mempunyai pola defekasi individual yang harus dikaji perawat, tidak
setiap orang dewasa memiliki pola defekasi setiap hari. Defekasi hanya setiap 4
hari sekali atau lebih dianggap tidak normal. Pola defekasi yang biasanya setiap
2-3 hari sekali, tanpa kesulitann.

3. Masalah-Masalah Gangguan Eliminasi Fekal (Kasiyati, 2016)


a. Fecal imfaction
Fecal imfaction atau impaksi feses akibat dari konstipasi yang tidak diatasi.
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap didalam rektum.
Hal ini tidak dapat dikeluarkan. Feses yang keras dikolon dan lipatan sigmoid
yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi feses yang berkepanjangan. Klien
menderita kelemahan, tidak sadar hal ini paling beresiko mengalami impaksi
karena tidak sadar akan kebutuhan defekasi.
b. Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan pengeluaran feses
yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan proses pencernaan,
absorpsi dan sekresi dalam saluran GI, akibatnya chyme melewati usus terlalu
cepat sehingga usus besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air.
c. Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas dari usus. Kerusakan spinter anus akibat kerusakan
fungsi spinter atau persarafan di daerah anus yang menyebabkan inkontinensia.
Penyebabnya penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spinter
anus eksternal.
d. Kembung
Kembung merupakan menumpuknya gas pada lumen intestinal sehingga
dinding usus meregang dan distensi, dapat disebabkan karena konstipasi,
penggunaan obat-obatan seperti barbiturate. Penurunan aktivitas intestinal,
makan banyak mengandung gas, pemecahan makanan oleh bakteri-bakteri dan
efek anastesi.
e. Hemeroid
Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rektum (bisa internal dan
eksternal) akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut. Penyebabnya adalah
konstipasi kronis, kehamilan dan obesitas.
B. EPIDEMIOLOGI

Gangguan eliminasi fekal merupakan salah satu penyakit gastrointestinal (GI)


dimana masalah kesehatan utama yang menyerang lebih dari 34 juta orang
amerika. Kira-kira 20 juta dari mereka mengalami gangguan kronis dan kira-
kira 2 juta mengalami kecacatan permanen. Jumlah yang meninggal setiap
tahun karena penyakit GI adalah 200.000. penyakit gastrointestinal penting
karena mayoritas dari proses pencernaan tempat terjadinya absorpsi. Jenis
penyakit dan gangguan yang mempengaruhi saluran GI sangat banyak dan
bervariasi (Brunner dan Suddarth 2001).

C. ETIOLOGI
Faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada eliminasi fekal (Potter & Perry,
2010):
1. Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Serat
dan selulosa berpengaruh pada perbesaran volume feses.
Ketidakmampuan mencerna makanan akan mempengaruhi pola
defekasi.
2. Cairan masuk dan keluar yang adekuat dapat mempengaruhi output
urine dan feses.
3. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urin sangat membutuhkan tonus otot kandung kemih yang
sangat baik.
4. Meningkatnya stres psikologi akan mempengaruhi aktivitas peristaltik
dan frekuensi outpun urin maupun feses.
5. Usia tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya.
D. TANDA DAN GEJALA
1) Konstipasi
Tanda dan gejala konstipasi yaitu sebagai berikut (Bayu, 2016):
a) Menurunnya jumlah atau frekuensi Buang Air Besar (BAB);
b) Tekstur BAB keras dan kering;
c) BAB susah dikeluarkan;
d) Nyeri rektum;
e) Nyeri abdominal (pada perut);
f) Anoreksia;
g) Kembung;
h) Nafsu makan berkurang; dan
i) Selalu membutuhkan bantuan untuk defekasi.

2) Fecal Impaction
Tanda dan Gejala fecal impaction yaitu sebagai berikut (Bayu, 2016):
a) Anorexia (tidak enak makan);
b) Distensi abdomen; dan
c) Mual dan muntah.
3) Diare
Batasan karakteristik seseorang mengalami diare menurut Herdman &
Kamitsuru (2015) yaitu ada dorongan untuk defekasi, bising usus hiperaktif,
defekasi feses cair lebih dari 3 kali dalam waktu 24 jam, kram dan nyeri
abdomen.

4) Inkontinensia
Batasan karakteristik seseorang mengalami inkontinensia menurut Herdman
& Kamitsuru (2015) yaitu ketidakmampuan mengeluarkan feses padat,
ketidakmampuan mengenali dorongan defekasi, ketidakmampuan mengenali
rektum penuh, ketidakmampuan menunda defekasi, kulit perianal kemerahan,
rembesan konstan feses lunak, dan tidak perhatian terhadap dorongan
defekasi.
E. PATOFISIOLOGI

Udara tercemar
Mycobacterium Dihirup Kurang Kurang
tuberculose individu rentan informasi pengetahuan

Masuk paru

Reaksi
inflamasi/peradangan
Hipertermia

Penumpukan eksudat
dalam alveoli

Tuberkel Produksi sekret


berlebih
Meluas

Penyebaran hematogen Sekret susah


lomfigen dikeluarkan

Peritoneum dan
Ketidakefektifan
disfusi oksigen
bersihan jalan
nafas
Asam lambung naik

Mual, anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Asupan serat dan cairan kurang

konstipasi
(Somantri,Irman, 2008 dan Widagdo, 2011)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi visualisasi langsung


ataupun tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium :
a.        Tehnik visualisasi langsung
Instrumen yang dimasukkan ke dalam mulut atau rektum memungkinkan dokter
menginspeksi integritas lendir. Pemeriksaan diagnostic yang melibatkan visualisasi
struktur saluran GastroIntestinal (GI), sering memerlukan dikosongkannya isi di bagian
usus. Klien tidak diizinkan untuk makan atau minum setelah tengah malam jika esoknya
akan dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan dengan menggunakan barium enema,
endoskopi saluran GI bagian bawah atau serangkaian pemmeriksaan saluran GI bagian
atas biasanya pasien menerima katartik dan enema. Pengosongan usus dapat menganggu
eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal.
a. Pemeriksaan laboratorium
Spesimen feses, perawat bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan bahwa
spesiemen diambil dengan akurat, diberi label dengan benar pada wadah yang tepat dan
dikirim ke laboratorium tepat waktu ditempatkan pada wadah khusus dan di dalam
pengawet kimia. Pengambilan spesimen mengguakan teknik aseptic .

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Tanyakan kepada pasien tentang kebiasaan atau pola defikasi seperti frekuensi,
waktunya, perilaku defekasi seperti penggunaan laksatif, kapan berakhir BAB,
karakteristik feses seperti bau dan tekstur, diet yang biasa dimakan dan yang
dihindari, cairan yang diminum baikjenis maupun jumlah, aktivitas yang dilakukan,
penggunaan obat-obatan, stress yang berkepanjangan dan riwayat pembedahan dan
penyakit.
b. Pemeriksaan fisik
Periksalah pasien pada abdomen apakah terjadi distensi, simetris, gerakan peristaltik
dan adanya massa pada perut, sedangkan pada rektum dan anus meliputi tanda-tanda
inflamasi, perubahan warna, lesi fistula, hemoroid dan adanya massa.
c. Keadaan feses
Lakukan identifikasi feses meliputi konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah dan unsur
abnormal.

No keadaan normal abnormal penyebab


1 warna - Bayi: kuning - Putih, hitam/tar, - Kurangnya kadar
atau merah empedu, perdarahan
saluran cerna bagian atas,
atau perdarahan saluran
cerna bagian bawah.
- Dewasa: coklat - Pucat berlemak - Malabsorpsi lemak
2 Bau Khas feses dan Amis dan perubahan Darah dan infeksi
dipengaruhi oleh bau
makanan
3 konsistensi Lunak dan berbentuk Cair Diare dan absorpsi
kurang
4 bentuk Sesuai diameter Kecil, bentuknya Obstruksi dan peristaltic
rektum seperti pensil yang cepat
5 konstituen Makanan yang tidak Darah, pus, benda Internal bleeding, infeksi,
dicerna, bakteri yang asing, mukus atau tertelan benda, iritasi,
mati, lemak, pigmen cacing atau inflamasi
empedu, mukosa usus,
air

d. Pemeriksaan laboratorium dan Diagnostik


Endoskopi, protoksigmoidodkopi merupakan prosedur pemeriksaan dengan
memasukkan alat kedalam saluran cerna bagian bawah untuk mengevaluasi kolon dan
sekum terhadap peradangan, perdarahan dan diare.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan eliminasi fekal : konstipasi
Definisi penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau
pengeluaran feses tidak tuntas dan/atau feses yang keras, kering dan banyak.\
Batasan karakteristik :
a. Perubahan pada pola defekasi
b. Penurunan volume feses
c. Tidak dapat makan
d. Adanya feses lunak seperti pasta didalam rektum

Faktor yang berhubungan :

a. Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan
usia
b. Perubahan kebiasaan makan
c. Perubahan lingkungan baru
d. Depresi
e. Penurunan motilitas traktus gastrointestinal

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan NIC Label:
Bowel Management
eliminasi : tindakan keperawatan
(0450) :
konstipasi selama 3 x 24 jam 1.      Pantau 1.      Untuk
pergerakan, mengetahui
diharapkan tidak
frekuensi, pergerakan,
terjadi tanda-tanda konsistensi, bentuk frekuensi,
dan warna feses pada konsistensi,
konstipasi dengan
klien bentuk dan warna
kriteria hasil : feses pada klien
NOC :
2.      Pantau suara 2.    Untuk
Bowel elimination
bising usus pada mengetahui suara
Kriteria hasil : klien bising usus pada
klien
Kriteria hasil:
1.      Pertahankan pola 3.    Berikan cairan 3.    Mengonsums
hangat setelah makan i asupan cairan
eliminasi(bayi:4-
(hangat) dalam
6x/hari jika ASI, 1- jumlah yang
cukup dapat
3x/hari jika susu botol)
membantu
(dewasa: 2- melunakkan feses
3x/minggu) (4)
2.      Identifikasi 4.    Gunakan obat 4.    Membantu
supositoria rektal dan melancarkan
warna tinja(Bayi:
kolaborasikan pergerakan feses
kuning, Orang dengan dokter dalam usus
Dewasa: coklat) (4)
5.    Evaluasi 5.    Penggunaan
3.      Bising usus penggunaan obat– obat yang
obatan yang memiliki efek
Bising usus dan
memiliki efek samping
peristaltik normal 5 – samping konstipasi konstipasi dapat
dihentikan untuk
35 kali per menit (4)
sementara
4.      Tonus otot untuk
mengeluarkan feses
6.    Pantau tanda dan 6.    Membantu
meningkat dengan gejala diare, impaksi dalam melakukan
dan konstipasi. pencegahan lebih
skala 4-5
awal
5.      Nyeri saat BAB
NIC label :
berkurang dengan
Nutrition
skala 4-5 Management (1100)
1.       sediakan 1.      Agar pasien
6.      Konsistensi feses
pilihan makanan dapat memilih
klien lunak (4) makanan yang
disukainya dan
dapat memenuhi
kebutuhan
tubuhnya

2.      tingkatkan 2.      Meningkat
intake protein, nutrisi nutrisi klin
sehingga
membantu
pemenuhan
nutrisi

3.      pastikan diet 3.      Pemberian


serat pasien tinggi serat tinggi bisa
untuk mencegah membantu
konstipasi pencegahan
konstipasi.

2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan NIC Label :


an nutrisi kurang tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
dari kebutuhan selama 3x24 jam, (1100) 1. untuk
tubuh diharapkan tidak 1. kaji adanya mengurangi
terjadi tanda-tanda alergi resiko alergi
nutrisi kurang dengan kambuh
kriteria hasil :
NOC Label :
Nutrisional status 2. untuk
Kriteria Hasil : 2. kolaborasi memenuhi
1. BB tetap atau dengan ahli kebutuhan
bertambah gizi nutrisi yang
2. Tidak ada tanda kurang serta
malnutrisi meningkatkan
3. Peningkatan nafsu makan
fungsi pasien
mengecap atau
menelan 3. untuk
3. yakinkan menghindari
bahwa diet konstipasi
yang
dilakukan
tetap
memenuhi
seratnya
4. untuk
4. anjurkan menambah
pasien untuk nutrisi yang
makan sedikit dibutuhkan
namun tetap tubuh.
rutin

4. Implementasi keperawatan

Waktu Implementasi Paraf


1. memantau pergerakan, frekuensi, konsistensi, Dewi k
bentuk dan warna feses pada klien
2.      memantau suara bising usus pada klien
3.    memberikan cairan hangat setelah makan
4.    menggunakan obat supositoria rektal dan
kolaborasikan dengan dokter
5.    mengevaluasi penggunaan obat–obatan yang
memiliki efek samping konstipasi
6.    memantau tanda dan gejala diare, impaksi dan
konstipasi.
7. menyediakan pilihan makanan
8. meningkatkan intake protein, nutrisi
9. memastikan diet serat pasien tinggi untuk mencegah
konstipasi
1. mengkaji adanya alergi Dewi k
2. mengkolaborasi dengan ahli gizi
3. menyakinkan bahwa diet yang dilakukan tetap
memenuhi seratnya
4. menganjurkan pasien untuk makan sedikit namun
tetap rutin

5. Discharge Planning
Penyuluhan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mencegah terjadinya konstipasi
sehingga klien dapat buang air besar atau eliminasi fekal dengan lancar dan tidak ada gangguan
Penyuluhan yang diberikan antara lain

a. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari


b. Makan makanan yang berserat. Seperti buah dan sayuran.
c. Minum air hangat
d. Minum obat supositoria yang telah diresepkan oleh dokter agar dapat buang besar dengan
lancar

H. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practiced in nursing

Konstipasi merupakan suatu gangguan eleminasi yang disebabakan oleh beberapa


faktor ditandai dengan tekstur feses yang keras. Faktor yang menyebabkan konstipasi
yaitu kebiasaan BAB yang tidak teratur, kebiasaan mengunakan laxativis yang
berlebihan, meningkatnya stress, diet yang tidak seimbang, kurangnya cairan,
medication, kurangnya aktivitas, usia dan proses penyakit (Bayu, 2016). Aktivitas fisik
secara umum berarti serangkaian gerakan anggota tubuh akibat kontraksi dan relaksasi
oleh otot yang memerlukan energi dalam jurnal “ Physical Activity and Constipation in
Hong Kong Adolescents” menunjukkan bahwa seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
aktivitas fisik merupakan salah satu aspek dalam hidup yang mempengaruhi proses
defekasi. Kurangnya aktivitas fisik akan menyebabkan konstipasi. Aktivitas fisik bukan
hanya yang melibatkan olahraga atau mengangkat beban berat. Mengambil
minum,memasak, menyapu, berkebun, mandi, dan kegiatan-kegiatan kecil lainnya sudah
dapat dikategorikan sebagai aktivitas fisik (Hong, Ruang., 2014).
Aktivitas yang kurang akan menyebabkan otot tubuh, mengalami penurunan
fungsi fisiologis sehingga mengganggu proses defekasi. Jika otot polos mengalami
penurunan fungsi , maka proses defekasi tidak akan berjalan optimal. Proses
pembentukan feses akan terhambat, sedangkan semakin lama feses berada didalam usus
besar maka semakin banyak air yang terserap oleh usus besar sehingga feses mengeras
dan mengakibatkan konstipasi. dengan meningkatnya kinerja otot diatas , gerak
peristaltik pada usus besar akan membantu kelancaran proses defekasi, sehingga sangat
dibutuhkan aktivitas fisik pada pasien yang mengalami konstipasi.

Daftar Pustaka
Andi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum. Http://www.jevuska.com/2007/04/19/retensi-urine-
post-partum
Bayu, R. 2016. Kebutuhan Eliminasi Fekal. Online. Stikes Dharma Husada Bandung.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=17&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiC29T6
ltXZAhUC4o8KHUiwAh44ChAWCEowBg&url=http%3A%2F
%2Fdosen.stikesdhb.ac.id%2Fbayu%2Fwp-content%2Fuploads%2Fsites
%2F6%2F2016%2F04%2FEliminasi-2.ppt&usg=AOvVaw2rv-IvCTKXHnuC5iDBo4Kc
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit Kedokteran EGC:
Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada :
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-
eliminasi-fecal/
Kasiyati, dkk. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta Selatan
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada: www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan
Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Rong , Huang et al. 2014. Physical Activity and Constipation in Hong Kong Adolescents .
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3938666/

Anda mungkin juga menyukai