Anda di halaman 1dari 28

DISKUSI KASUS FARMASI

OBSTIPASI

Oleh:
Dwiana Ardianti
G99142004

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
S U RAK AR TA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Obstipasi atau masyarakat biasa menyebut dengan sembelit atau konstipasi
merupakan kelainan pada sistem pencernaan dimana seorang manusia mengalami
pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dikeluarkan dan
dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Sebagian besar
orang pasti pernah mengalami obstipasi. Obstipasi sering dikaitkan dengan pola
makan yang tidak sehat dan tidak teratur sehingga dapat mengakibatkan adanya
gangguan pada saluran pencernaan. Obstipasi yang tidak segera ditangani dapat
mengakibatkan kanker usus pada penderitanya. Oleh karena itu, jangan pernah
menganggap remeh obstipasi. Dan jika sudah kronis, kemungkinan besar sulit
diobati.1
Penyebab obstipasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu terhambatnya buang air
besar dan transit lambat kolon (hypomobility). Sekitar 50% dari pasien di evaluasi
di rumah sakit rujukan tersier telah terjadi hambatan dalam buang air besar. Jenis
obstipasi memiliki penyebab mekanis dan fungsional. Penyebab pergerakan kolon
yang lambat meliputi diet, gangguan hormonal seperti hipotiroidisme, efek
samping obat, dan keracunan logam berat tapi jarang. Karena obstipasi adalah
gejala, bukan penyakit, pengobatan yang efektif mungkin terlebih dahulu dapat
menentukan penyebabnya. Perawatan termasuk perubahan dalam kebiasaan diet,
obat pencahar, enema, danoperasi pada situasi tertentu mungkin diperlukan.
Kejadian obstipasi secara umum terdapat di populasi dari 2%sampai 30%.1-2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Obstipasi berasal dari bahasa latin, Ob berarti in the way (perjalanan) dan
Stipare berarti to compress (menekan). Secara istilah, obstipasi merupakan suatu
bentuk konstipasi parah yang biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan
feses dalam usus (adanya obstruksi atau sumbatan pada usus). Gejala antara
obstipasi dan konstipasi sangat mirip yaitu adanya kesukaran mengeluarkan feses
(defekasi). Obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya.
Obstipasi disebabkan karena adanya sumbatan atau adanya obstruksi pada
intestinal, sedangkan konstipasi terjadi dikarenakan adanya sumbatan atau
obstruksi diluar intestinal. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras
dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh
akibat adanya feses atau gas dalam perut.2
B. Epidemiologi
Menurut data survey yang ada, obstipasi merupakan keluhan pencernaan
yang paling umum terjadi pada 2% sampai 30% dari populasi di Amerika Serikat.
Hal ini lebih sering terjadi pada wanita, orang tua dan anak-anak. Obstipasi ini
terjadi sering dirasakan pada orang tua karena adanya peningkatan jumlah
masalah kesehatan sebagai manusia usia lanjut dan penurunan aktivitas fisik.
Obstipasi menyumbang 3% dari semua masalah kesehatan yang ada setiap tahun.
Biaya kesehatan untuk obstipasi terkait total 6,9 milyar dollar pada AS setiap
tahunnya. Lebih dari empat juta orang Amerika sering mengalami obstipasi,
kalkulasi sebanyak 2,5 jutakun jungan ke dokter setahun terhadap masalah ini.
Sekitar725.000.000 dollar AS dihabiskan untuk produk pencahar setiap tahun di
Amerika.3

C. Etiologi

Penyebab tersering obstipasi adalah akibat obstruksi dari intralumen usus


meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus dan obstipasi akibat obstruksi
dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intra abdomen
misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.2
Obstipasi ada dua macam yaitu :
a. Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan
colok dubur didapatkan rektum yang kosong, kecuali jika obstruksi
terdapat pada rectum.
b. Obstipasi obstruksi parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari
tetapi dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial
lebih tidak darurat dibandingkan obstruksi total.3

Adapun penyebab yang lainnya seperti:1


1. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air
besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makanan kurang
mengandung selulosa.
2. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan myodem.
Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid sehingga proses
metabolisme berkurang.
3. Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi
terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk
buang air besar.Biasanya terjadi pada anak 1-2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun
pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung tidak mau
buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu atau sampai
beberapa bulan karena takut mengalami rasa sakit. Dengan tertahannya feses
dalam beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menumpuk

dan menjadi keras, sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar.
Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4. Penyakit organik
Obstipasi bisa terjadi berganti ganti dengan diare pada kasus carcinoma
colon dan divericulitis.Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan
sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang mengalami
trombosis.
5. Kelainan kongenital
6. Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital
(penyakit hirscprung). Obstruksi usus ileus mekonium atau sumbatan
mekonium.Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan
mekonium dalam 36 jam pertama.
7. Ileus obstruktif
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
yang nantiya menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akibatnya tersumbat,
akan terjadi pengumpulan isi lumen usus berupa gas dan cairan, khususnya di
daerah proximal. Hal itu akan menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan, yang membuat cairan dan gas tersebut akan
meningkat dan menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).2
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntahmuntah.2
Gejala utama dari illeus Obstruksi adalah mual dan muntah, umumnya pada
obstruksi letak tinggi. Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti
nyeri perut sekitar umbilikus / bagian epigastrium. Sedangkan Obstruksi pada
kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi

pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada
obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi. Pada tahap awal, tanda
vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan
terjadi dehidrasi. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic
akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan
rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intusepsi.2
8. Lainnya
Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong
terjadinya peristaltik.Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana
anak masih kekurangan cairan.
D. Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong
kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam
rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari, hal tersebut memberikan stimulus
pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan arkus aferen
menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang normal terdiri dari 3 faktor: Asupan cairan yang adekuat,
kegiatan fisik dan mental, jumlah asupan makanan berserat.4,5
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna
memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan.
Penyerapan tersebut menyebabkan perubahan feses dari bentuk cair menjadi lunak
dan berbentuk.Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan
merangsang untuk defekasi. Apabila tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat,
produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera
digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga penyerapan terjadi
terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan
serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan seseorang malas atau
tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya
luka. Proses dapat terjadi bila kurangnya aktivitas, menurunnya peristaltik usus
dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat, yang
kemungkinanpenyerapan air yang berlebihan.4,5

Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan


pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran
yang lebih besar. Sumbatan dari usus dapat juga menyebabkan obstipasi.5

Gambar 1. Keadaan Saat Obstipasi


E. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala obstipasi seperti gejala perut sembelit, distensi abdomen,
kembung/pembesaran atau perasaan penuh, kram dan nyeri persisten, peningkatan
bising usus. Gejala fisik yang dapat terjadi seperti halitosis, nadi cepat
(tachychardia), mual dan muntah, demam dan dehidrasi.2
Gejala-gejala ini dapat menyebabkan kondisi yang lebih buruk yang
timbul dari obstipasi, seperti illeus strangulasi hal ini menyebabkan kerusakan
usus yang disertai dengan gejala dehidrasi, mual, muntah, tekanan darah rendah
dan detak jantung yang cepat. Serta peritonitis, yang merupakan infeksi pada
lapisan usus.2
F. Diagnosis
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1. Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada ketidakmampuan mengeluarkan feses
maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau
partial. Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit
terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Selain itu
untuk mencari apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan
masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan

berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah yang kemungkinan
dapat diakibatan oleh adanya obstruksi neoplasma. 1,3
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi
dilakukan untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan
adanya distensi kolon. Bising usus tidak terdengar pada obstruksi usus fase
lanjut. Pemeriksaan regio femoralis dan inguinalis dilakukan untuk melihat
apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia
inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk
mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan
memberikan gambaran tentang isi rectum.3
3. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada penderita obstipasi
adalah: Pemeriksaan Hb, pemeriksaan urin, pemeriksaan penunjang lain
b.

yang dianggap perlu.2


Pencitraan dengan CT scan, USG, X-rays dengan atau tanpa bahan
kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa
udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara
menandakan obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk
menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.1

c.

Pemeriksaan laboratorium.
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang
dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung
leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam
kolon dan menentukan sebab obstipasi.2

G. Tata laksana
Tatalaksana yang dapat dilakukan antara lain:
1. Medika mentosa

Jenis-jenis pencahar dan mekanisme kerja


1. Pencahar rangsang
Merangsang mukosa, saraf intra mural / otot polos usus sehingga
menyebabkan peningkatan peistaltik dan sekresi usus
Menghambat natrium, kalium dan alkali pospatase
Meningkatkan sekresi prostaglandin dan siklik AMP sehingga
meningkatkan sekresi air dan elektrolit.
a. Minyak jarak/ Castor Oil/ Oleum ricini
Efek :akan terlihat setelah 3 jam dari pemberian
Efek samping : bingung, aritmia, kram otot, skin rash,
fatique.
b. Difenilmetan / Fenoftalein, di absorbsi sedikit diusus halus dan
mengalami siklus enterohepatik sehingga efeknya dapat bertahan
lama.
Efek akan telihat setelah 6-8 jam penggunaan
Efek samping : loss electrolyte, tinja berwarna merah,
alergi.
c. Bisakodil. Dimetabolisme dihati lalu di ekresi melalui empedu
sehingga menyebabkan rehirolisis dan merangsang motilitas usus
halus.
Efek : setelah 6-12 jam jika penggunaan oral,
setelah15menit-1jam penggunaan rectal
Efek samping : kolik usus, rasa terbakar pada anus.
d. Oksifenitasin. Jarang digunakan karena efek samping yg
ditimbulkan oleh obat.
Efek setalah 6-12 jam
Efek samping berupa ikterus, hepatitis dan reaksi
hipersensitifitas
e. Antrakinon
Terdiri dari :
Kaskara segrada
Dapat ditemukan dalam ASI
Efek setelah 6-12 jam
Efek samping berupa pigmentasi mukosa kolon
Sena
Efek setelah 6 jam
Efek samping kerusakan neuron mesentrik
Dantron
Efek setelah 6-8jam
2. Pencahar garam & Pencahar Osmotik

a. Garam magnesium
Mg sulfat (garam inggris)
Susu magnesium
Efek terlihat setelah 3-6jam
Efek samping berupa mual, dehidrasi, dekompensasi
ginjal, hipotensi, paralisis pernafasan
b. MgO2
Efek telihat setelah 6jam
c. Garam natrium
Na fosfat, efek samping berupa dieresis dan dehidrasi
Na sulfat
Na fosfat
Daya osmotic secara tidak lamgsung meningkatkan
peristaltic usus
Daya osmotic melembekkam tinja
3. Pencahar pembentuk masa
Mengikat air dan ion dalam lumen kolon yang menyebabkan tinja
menjadi banyak dan lunak.
a. Metilselusosa
Indikasi : pasien tidak boleh mengejan
Efek setelah 12-24 jam
Efek samping berupa obstruksi usus dan esofagus
b. Na karboksimetilselulosa
Tidak larut dalam cairan lambung
Efek samping berupa obstruksi usus dan esophagus
Ada efek sebagai antasida
c. Polikarbofil dan kalsium polikarbofil
Lebih banyaik mengikat cairan dari pencahar pembentuk
massa jenis lain
Kontra indikasi : pasienyang sedang direstriksi terhadap
kalsium
d. Psilium (plantago)
Membentuk gelatin jika bertemu denngan air
Mengganggu absorpsi kolesterol
e. Agar-agar
Suatu koloid hidrofil, banyak mengandung hemiselulosa,
sukar diabsorpsi
4. Pencahar emolien
Melunakkan tinja tanpa meningkatkan peristaltic usus
a. Dioktil na-sulfat dan dikotil kalsium sulfosuksinat

Menurunkan
tegangan
permukaan

sehingga

mempermudah penetrasi air dan lemak kedalam masa tinja


Efek setelah 24-28jam

Efek samping berupa muntah, diare, kolik, usus,


hepototoksik.
b. Paraffin cair
Mengurangi resopsi air dari tinja. Jika sedikit diabsorpsi
dapat ditemukan pada limfonodulus mesentrik, hati dan
limpa
Mengganggu absorpsi vitamin-vitamin larut lemak
Kontra indikasi berupa gangguan absorpsi zat-zat larut
lemak, lipid pneumonia, hipoprotrombninemia, pruritus ani,
prolog luka pasca bedah daerah anus
c. Minyak zaitun
Menurunkan sekresi dan motilitas lambung
Sumber energi
2. Perawatan Medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh,
nasogastrik decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan
aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.2
3. Operasi
Untuk mengatasi obstipasi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk
mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat
sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan
dapat mengakibatkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.2
4. Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial
dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan.2
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi seperti dehidrasi, perforasi, peritonitis,
sepsis, dan penyakit iskemik pada usus.3
I. Pencegahan
Pencegahannya antara lain dengan:6
1. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.

2. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari
dan cairan lainnya setiap hari.
3. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15
menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih
berat.
4. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang
air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak
ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda.
5. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buahbuahan dan sayur-sayuran.
6. Tidur minimal 4 jam sehari.
7. Diet tidak berlebihan.

BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. Identitas pasien
Nama pasien
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status
No. RM
Tanggal periksa

: Tn. Y
: 25 tahun
: Pria
: Desa Gendingan Kecamatan Widodaren Kab. Ngawi
: Kristen
: Mahasiswa
: Belum menikah
: 01 26 4x xx
: 2 Desember 2015

B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Sulit BAB
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit Dr. Moewardi dengan keluhan sulit BAB.
Keluhan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku BAB
seminggu 2 kali. Tinja yang keluar kecil kecil, keras, dan berwarna hitam.
Pasien merasa keluhan bertambah parah apabila pasien kurang tidur dan
kurang makan. Pasien belum ke dokter untuk memeriksakan keluhannya.
Pasien juga mengaku sering mengejan saat BAB karena rasa mengganjal di
daerah anus. Selain itu pasien mengatakan perut sering terasa penuh, sebah,
kaku dan sering buang angin (kentut). Tinja darah (-). Untuk BAK tidak ada
keluhan. Mual (+) dan muntah (-). Demam (-). Pasien bercerita bahwa sudah
1 bulan ini menjalani diet. Pasien hanya makan 2 kali sehari dengan porsi
yang sangat sedikit. Pasien tidak makan nasi sama sekali. Pasien juga
mengaku jarang makan sayuran dan buah-buahan. Pasien sering meminum
minuman manis untuk menekan rasa lapar. Menurut pengakuan pasien belum
3.

pernah merasakan sakit serupa.


Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit serupa
Riwayat hipertensi
Riwayat DM
Riwayat penyakit jantung

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

4.

Riwayat batuk lama


: disangkal
Riwayat alergi makan atau obat : disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa
Riwayat hipertensi
Riwayat DM
Riwayat penyakit jantung

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

5. Riwayat sosial ekonomi


Pasien adalah seorang mahasiswa, tinggal di kos-kosan, pengobatan
ditanggung oleh BPJS non PBI.
6. Riwayat kebiasaan
Riwayat makan sembarangan
Riwayat olah raga
Riwayat minum obat-obatan
Riwayat makan pedas
Riwayat minum alkohol
Riwayat merokok

: (+)
: jarang
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

C. Pemeriksaan fisik
1

Keadaan Umum

Compos mentis, tampak sakit ringan, gizi kesan

Status gizi

cukup
BB : 65 kg
TB : 170 cm
BMI : 22,49 kg/m2

Tanda Vital

Kesan : Status Gizi Normoweight


Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 96x/menit, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit

Kulit

Suhu : 36,5 0C
Warna sawo matang, petechie (-), ikterik (-),

Kepala

turgor cukup, hiperpigmentasi (-)


Bentuk mesocephal, rambut warna hitam,uban
(+),

Mata

mudah

rontok

(-),

luka

(-),

atrofi

m.temporalis(-).
Konjunctiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-),
perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor
diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+),
edema palpebra (-/-), strabismus (-/-), cekung

Mulut

(-/-)
Trismus (-), sianosis (-), gusi berdarah (-),
kering (+), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah

Leher

atrofi (-) stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)


JVP (R+2), trakea di tengah, simetris,
pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi

Thorax

cervical (-), leher kaku (-)


Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal
(-), atrofi m. Pectoralis (-), ginecomasti (-),
spider nevi (-) regio infra clavicula, pernafasan
torakoabdominal,

sela

iga

pembesaran KGB axilla (-/-)

melebar

(-),

Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Iktus kordis tidak tampak


Iktus kordis tidak kuat angkat
Batas jantung kanan atas : SIC II linea
parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea
parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis
sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial
linea medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III lateral parasternalis
sinistra

Auskultasi

Konfigurasi jantung kesan tidak melebar


HR : 96x/menit reguler. Bunyi jantung I-II
murni, intensitas normal, reguler, bising (-),
gallop (-).

Pulmo :
Depan
Inspeksi

Statis
Dinamis

Normochest, simetris, sela iga tidak melebar


Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak

Statis
Dinamis

melebar, retraksi intercostal (-)


Simetris
Pergerakan dada ka = ki, penanjakan dada ka =

Perkusi

Kiri
Kanan

ki, fremitus raba kanan = kiri


Sonor
Sonor

Auskultasi

Kanan

Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara

Palpasi

tambahan wheezing (-), ronchi basah kasar (-)


Kiri

basal paru, ronchi basah halus (-), krepitasi (-)


Suara dasar vesikuler intensitas meningkat, suara
tambahan wheezing (-), ronchi basah kasar (-),

ronchi basah halus (-), krepitasi (-)


Belakang
Inspeksi

Palpasi

Perkusi
Auskultasi

Statis

Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga

Dinamis

mendatar
Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela

Statis

iga tidak melebar, retraksi interkostal (-)


Dada kanan dan kiri simetris, sela iga tidak

Dinamis

melebar, retraksi (-),


Pergerakan kanan = kiri, simetris, fremitus raba

Kanan

kanan = kiri, penanjakan dada kanan = kiri


Sonor /Sonor
Suara dasar vesikuler meningkat, wheezing(-),
ronchi basah kasar (-), ronchi basah halus (-),

Kiri

krepitasi (-)
Suara dasar

vesikuler

intensitas

normal,

wheezing(-), ronchi basah kasar (-), ronchi basah


10

Punggung

11

Abdomen
Inspeksi

halus (-), krepitasi (-)


kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
Dinding perut sejajardinding thorak, bekas luka
operasi (-), venektasi (-), sikatrik (-), stria (-),

Auscultasi

caput medusae (-)


Peristaltik (+) menurun, bruit hepar (-), bising

Perkusi

epigastrium (-), metalic sound (-)


Perut keras seperti papan (-), timpani, pekak sisi
(-), pekak alih (-),undulasi (-), area trobe

Palpasi

tymphani, NKCV (-/-)


Perut keras (+) minimal, nyeri tekan (+)
minimal di seluruh lapang perut, hepar/ lien
sulit dievaluasi,
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-), nyeri

12

Genitourinaria

13

Ekstremitas
Superior

Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (+), akral

dekstra

dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-)

(-)

petechie (-), Spoon nail (-)kuku pucat (-),clubing


Superior

finger (-), hiperpigmentasi (-), palmar eritema (-)


Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (+), akral

sinistra

dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-),


petechie (-), Spoon nail (-) kuku pucat
(-),clubing finger (-), hiperpigmentasi (-), palmar

Inferior

eritema (-), CRT< 2 detik


Edema(-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral

dekstra

dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-),


petechie (-), Spoon nail (-), kuku pucat (-),
clubing finger (-), hiperpigmentasi (-), nyeri

Inferior

tekan (-), CRT< 2 detik


Edema(-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral

Sinistra

dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-),


petechie (-), Spoon nail (-), kuku
pucat(-),clubing finger (-), hiperpigmentasi (-),
nyeri tekan (-),CRT< 2 detik

D. Diagnosis banding
Obstipasi partial ec diet rendah selulosa
Ileus Obstruktif
Massa colon
Massa rectum
E. Diagnosis kerja
Obstipasi partial ec diet rendah selulosa
F. Planning
Diagnostik
Terapi

: Cek lab lengkap, USG Abdomen, Colon in loop


: Medikamentosa

G. Terapi
1. Non farmakologis
a. Meningkatkan aktivitas
b. Diet makanan tinggi selulosa (nasi, kentang) sesuai kebutuhan kalori, diet
tinggi serat (terutama sayur dan buah-buahan), diet rendah lemak dan
gula.
c. Perbanyak jam tidur (minimal 4 jam / hari)

d. Minum air putih minimal 2 liter / hari


2. Farmakologis
a. Dulcolax suppositoria 10mg sebelum BAB
b. Domperidone 10 mg 3 kali / hari
c. L-Bio
H. Tujuan terapi
1. Melakukan tatalaksana sesuai dengan penyebab penyakit
2. Memperbaiki keadaan umum pasien
3. Mencegah peningkatan keparahan penyakit
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien
5. Meminimalisasi hingga menghilangkan gejala penyakit
I. Resep
1. R/ Dulcolax mg 10 Supp No. III
1 dd supp 1 per rectal ante defecation
Pro: Nn. A (22 th)
2. R/ Domperidone tab mg 10 No. X
3 dd tab 1 ante coenam
Pro: Nn. A (22 th)
3. R/ L-bio granule sac No. XV
2 dd sac 1 solve in aqua cocta cc 200 haustus
Pro: Nn. A (22 th)

J. Prognosis
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
A.

Dulcolax7
Bisacodyl ( INN ) adalah stimulan pencahar obat. Hal ini biasanya
diresepkan untuk menghilangkan sembelit dan untuk pengelolaan disfungsi
neurogenik usus serta sebagai bagian dari persiapan usus sebelum pemeriksaan
medis. Bisacodyl adalah diphenylmethane derivatif dan pertama kali digunakan
sebagai pencahar pada tahun 1953 karena kesamaan untuk phenolphthalein.
Biasanya dijual dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg supositoria, atau supositoria 5
mg pediatrik.
Indikasi:
Digunakan untuk pasien yang menderita obstipasi. Untuk persipan
prosedur diagnostik, terapi sebelum dan sesudah operasi dalam kondisi untuk
mempercepat defeksi.
Kontra Indikasi:
Pada pasien ileus, obstruksi usus, yang baru mengalami pembedahan
dibagian perut seperti usus buntu, penyakit radang usus akut dan dehidrasi parah,
dan juga pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap bisacodyl atau
komponen lain dalam produk.
Komposisi:
1 tablet salut enterik mengandung 5 g:
4,4'-diacetoxy-diphenyl-(pyridyl-2)-methane (=bisacodil)

Zat tambahan:
Laktosa, pati jagung, gliserol, magnesium stearat, sukrosa, talk, akasia,
titanium dioksida, eudragit L100 dan S100, dibutilftalat, polietilen glikol, Feoksida kuning, beeswax white, carnauba wax, shellac.
Cara Kerja Obat:
Bisacodyl adalah laksatif yang bekerja lokal dari kelompok turunan difenil
metan. Sebagai laksatif perangsang (hidragogue antiresorptive laxative), Dulcolax
merangsang gerakan peristaltis usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan
meningkatkan akumulasi air dan alektrolit dalam lumen usus besar.
Mekanisme Tindakan:
Stimulan pencahar dipercaya untuk memproduksi laxation dengan
langsung merangsang gerakan peristaltik dari usus melalui iritasi mukosa lokal,
sehingga meningkatkan motilitas. Kajian yang lebih mutakhir menunjukkan
bahwa bisacodyl mempromosikan evakuasi dari usus besar dengan mengubah
cairan usus dan penyerapan elektrolit. Hal ini menyebabkan cairan usus akumulasi
bersih dan menghasilkan laxation.
Farmakokinetika:
Bisacodyl ini dikelola dengan baik secara oral atau pada dubur. Bisacodyl
minimal diserap (15%), dan terjadinya tindakan obat mulai 6-8 jam setelah dosis
oral dan 15 - 60 menit setelah pemberian dubur. Bisacodyl terdistribusi secara
lokal, dan mengalami metabolisme hepatik obat beredar dan kemudian dibuang
dalam urin.

Dosis dan Cara Pemberian:


Dosis yang dianjurkan adalah:
1. Untuk konstipasi, tablet salut enterik dewasa dan anak-anak di atas 12
tahun: 2 - 3 tablet (10 - 15 mg) sekali sehari. Anak-anak 6 - 12 tahun: 1
tablet (5 mg) sekali sehari. Suppositoria untuk dewasa 2 sachet sehari (2
g). Anak-anak di bawah 6 tahun: konsultasi dengan dokter atau dianjurkan
memakai supositoria anak. Tablet salut enterik sebaiknya diminum pada
malam hari untuk mendapatkan hasil evakuasi pada esok paginya. Tablet
mempunyai lapisan khusus, oleh karena itu tidak boleh diminum bersamasama dengan susu atau antasida. Tablet harus ditelan dalam keadaan utuh
dengan air secukupnya.
2. Untuk persiapan prosedur diagnostik dan sebelum operasi. Bila Dulcolax
digunakan pada pasien untuk persiapan pemeriksaan radiografik abdomen
atau persiapan sebelum operasi, maka penggunaan tablet Dulcolax harus
dikombinasi dengan supositoria, agar didapat evakuasi yang sempurna dari
usus. Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 2 - 4 tablet pada
malam sebelumnya dan 1 sipositoria pada esok paginya.
Efek Samping:
Sewaktu menggunakan Dulcolax, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut
termasuk kram, sakit perut, dan diare. Reaksi alergi, termasuk kasus-kasus
angiooedema dan reaksi anafilaktoid juga dilaporkan terjadi sehubungan dengan
pemberian Dulcolax.

B.

Domperidone8
Komposisi
Tiap tablet

mengandung:

Domperidone

maleat

setara

dengan

Domperidone 10 mg. Tiap 5 ml (sendok takar) suspense mengandung


Domperidone 5 mg.

Mekanisme Kerja
Domperidone merupakan antagonis dopamine yang mempunyai kerja
antiemetic. Efek antemetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek peripheral
(gastrokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamine di kemoreseptor
trigger zone yang terletak di luar sawar darah otak di daerah postrema.
Pemberian peroral Domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan
duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan
setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita yan
pengosongannya terlambat dan menambah tekanan pada sfingkter esophagus
bagian bawah pada orang sehat.
Indikasi
Dewasa:
- Untuk mual muntah akut. Tidak dianjurkan pencegahan rutin pada
-

muntah setelah operasi


Untuk mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian levodopa

dan bromokriptin lebih dari 12 minggu.


Untuk pengobatan symptom dyspepsia fungsional. Tidak dianjurkan
untuk pemberian jangka lama

Anak-anak:
-

Tidak dianjurkan, kecuali mual muntah pada kemoterapi kanker dan

radioterapi.
Dosis
Dispepsia Fungsional:
- Dewasa dan usia lanjut: 10 20 mg 3 kali sehari dan 10 20 mg sekali
sebelum tidur malam tergantun respon klinik. Pengobatan jangan
-

melebihi 12 minggu.
Anak-anak: tidak dianjurkan

Mual dan mutah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin)
-

Dewasa (termasuk usia lanjut): 10 20 mg dengan interval waktu 4 -8

jam.
Anak-anak (kemoterapi dan kanker): 0,2 0,4 mg/kg BB sehari,
dengan interval waktu 4 8 jam.

Obat diminum 15 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur malam.


Kontra indikasi
-

Pasien yang hipersensitif terhadap Domperidone.


Pasien dengan prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan

prolactin
Anak-anak

Efek samping

C.

Jarang dilaporkan: sedasi, reaksi ekstrapiramidal distonik, Parkinson


Peningkatan prolactin serum sehingga menyebabkan galatorrhal dan

ginecomastia
Mulut kering, sakit kepala, diare, rash kulit, rasa haus, cemas, gatal

L-Bio8
Komposisi
Rice starch, maltodextrin, Lactobacillus acidophilus,Lactobacillus casei,
Bifidobacterium infantis, Lactobacillus salivarius, Bifidobacterium lactis,
Bifidobacterium longum, Lactobacillus lactis
Mekanisme kerja

Sediaan

lactobacillus

merupakan

pengobatan

kontroversial

yang

diharapkan dapat mengganti koloni mikroflora. Hal ini diduga dapat


mengembalikan fungsi usus dan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
patogen
Indikasi
Memelihara fungsi pencernaan pada anak dan dewasa, membantu
mengembalikan fungsi normal pencernaan selama diare, sembelit, dispepsia, dan
intoleransi laktosa, membantu keseimbangan flora normal selama mengkonsumsi
antibiotika, membantu mengembalikan fungsi normal pencernaan pasien yang
mengalami kemoterapi, tukak peptik, membantu fermentasi usus.
Dosis
Usia 12 tahun 2-3 saset perhari. 2 tahun 1-2 saset per hari.
Aturan Pemakaian
1 sachet dicampurkan ke dalam 200 cc air. Dapat diberikan sebelum
makan ataupun sesudah makan.

Pada pasien ini diberikan Dulcolax suppositoria dengan alasan yaitu untuk
mengantisipasi apabila ada obstruksi di usus yang belum diketahui. Selain itu juga
untuk menghindari efek samping dari dulcolax oral yaitu menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, serta bisa menyebabkan hypokalemia.
Penggunaan dulcolax oral dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan lemas

dan syncope. Selain itu juga dapat menyebabkan gerakan peristaltik usus menjadi
berkurang karena harus selalu diberi rangsang. Penggunaan per rectal memang
menyebabkan sensasi rasa sakit dan iritasi lokal, kuhusnya pada fisura, namun
efek samping yang ditimbulkan lebih sedikit daripada oral.
Pemberian domperidone dimaksudkan untuk mengatasi gejala mual yang
mungkin disebabkan oleh gastritis akibat diet berlebih. Selain itu domperidone
juga memiliki efek kerja meningkatkan kontraksi antral dan duodenum serta
mempercepat pengosongan lambung. Hal ini juga bisa digunakan untuk
mengobati obstipasi pada pasien. Pemberian L-Bio atau probiotik dimaksudkan
untuk memelihara kesehatan pencernaan pasien.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara
obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan
feses (defekasi). Perbedaan yang jelas adalah pada obstipasi dikarenakan adanya
sumbatan pada intestinal sedangkan pada konstipasi disebabkan adanya sumbatan
diluar intestinal. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam
jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat
adanya feses atau gas dalam perut.2
Tanda dan gejala obstipasi seperti gejala perut sembelit, distensi abdomen,
kembung/pembesaran atau perasaan penuh, kram dan nyeri persisten, peningkatan
bising usus. Gejala fisik yang dapat terjadi seperti bau napas, nadi
cepat(tachychardia), mualdan muntah, demam dandehidrasi.2
B. Saran
Sebagai seroang tenaga medis, sebaiknya tidak hanya memberikan
tatalaksana dari aspek kuratif saja untuk kasus Obstipasi ini karena sebenarnya
kasus ini bisa dicegah dengan menjaga pola makan, rutin berolahraga, dan
membiasakan BAB setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Andromanakos N, Skandalakis P, Troupis T, Filippou D. Constipation of


anorectal outlet obstruction: Pathophysiology, evaluation and management.

2.

Journal of Gastroenterology and Hepatology. 20010.21 (4): p. 638646.


Arce DA, Ermocilla CA, Costa H. Evaluation of constipation.Am Fam

3.

Physician. 2012. 65 (11): 228390.


Journal of Gastroenterology and Hepatology 21 (4): 638646. [7] Walia, R.;
Mahajan, L.; Steffen, R. (October 2009). Recent advances in chronic

4.

constipation. Curr Opin Pediatr 21 (5): 6616.


Guyton, Arthur C, Hall,John E.Fisiologi kedokteran. Edisi 11. 2011. Jakarta:

5.

EGC.
Murray, Robert K, Granner, Daryl K, Mayes, Peter A, Rodwell, Victor W.

6.

Biokimia Harper. Edisi 25. 2010. Jakarta: EGC


Sembelit.
Diunduh
dari
URL:

(22

Oktober

2015)http://id.wikipedia.org/wiki/Sembelit#Pencegahan
7.

Dulcolax.

Diunduh

dari

URL:

(22

Oktober

2015)

http://www.dechacare.com/Dulcolax-Isi-4-P21.html
8.

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat,


Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke-VI. Jakarta: Elex Media
Komputindo

Anda mungkin juga menyukai