Anda di halaman 1dari 35

FITOTERAPI KONSTIPASI

Dr. Kintoko, M.Sc., Apt


 Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang
normal pada seseorang, disertai dengan kesulitan
keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses
yang sangat keras dan kering (Wilkinson, 2006).

DEFINISI
 Konstipasi adalah defekasi dengan frekuensi yang
sedikit, tinja tidak cukup jumlahnya, berbentuk keras
dan kering (Oenzil, 1995).

DEFINISI
 Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase
feses yang menyangkut konsistensi tinja dan frekuensi
berhajat. Konstipasi dikatakan akut jika lamanya 1
sampai 4 minggu, sedangkan dikatakan kronik jika
lamanya lebih dari 1 bulan (Mansjoer, 2000).

DEFINISI
 Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang
mungkin karena feses keras atau kering sehingga terjadi
kebiasaaan defekasi yang tidak teratur, faktor
psikogenik, kurang aktifitas, asupan cairan yang tidak
adekuat dan abnormalitas usus. (Paath, E.F. 2004) .

DEFINISI
 Adanya upaya mengejan saat defekasi adalah suatu tanda
yang terkait dengan konstipasi.
 Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih
lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar
kandungan air dalam feses diabsorpsi.
 Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan
melumasi feses.
 Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat
menimbulkan nyeri pada rektum. (Potter & Perry, 2005).

TANDA KONSTIPASI
 Normalnya pola defekasi yang biasanya setiap 2
sampai 3 hari sekali tanpa ada kesulitan, nyeri,
atau perdarahan dapat dianggap normal.

DEFEKASI NORMAL
 Sembelit
 Bebel

SINONIM
 Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4% sampai 30% pada
kelompok usia 60 tahun ke atas.
 Ternyata wanita lebih sering mengeluh konstipasi dibanding pria dengan perbandingan 3:1
hingga 2:1.
 Insiden konstipasi meningkat seiring bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke atas.
 Pada suatu penelitian pada orang berusia usia 65 tahun ke atas, terdapat penderita
konstipasi sekitar 34% wanita dan pria 26%.
 Di Inggris ditemukan 30% penduduk di atas usia 60 tahun merupakan konsumen yang
teratur menggunakan obat pencahar .
 Di Australia sekitar 20% populasi di atas 65 tahun mengeluh menderita konstipasi dan lebih
banyak pada wanita dibanding pria.
 Menurut National Health Interview Survey, sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh
menderita konstipasi terutama anak-anak, wanita dan orang usia 65 tahun ke atas.

EPIDEMIOLOGI
Penyebab umum konstipasi yang dikutip dari Potter dan Perry, 2005 adalah sebagai
berikut:
1. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk
defekasi dapat menyebabkan konstipasi.
2. Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya
daging, produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni (makanan penutup yang
berat) sering mengalami masalah konstipasi, karena bergerak lebih lambat di dalam
saluran cerna. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik.
3. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan
konstipasi.
4. Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi normal.
Selain itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan sempurna, memerlukan
waktu untuk diisi kembali oleh masa feses.

ETIOLOGI
5. Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek
menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan
konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare
pada sebagian orang), diuretik, antasid dalam kalsium atau aluminium, dan obat-obatan
antiparkinson dapat menyebabkan konstipasi.
6. Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen,
dan penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering mengonsumsi makanan rendah serat.
7. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI (gastrointestinal),
seperti obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.
8. Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera
pada medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi.
9. Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia
dapat menyebabkan konstipasi.

ETIOLOGI
10. Peningkatan stres psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan
konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan
sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah
kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya
antara diare dan konstipasi.
11. Umur
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua
turut berperan menyebabkan konstipasi.

ETIOLOGI
 Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu
konstipasi akut dan konstipasi kronis.
 Disebut konstipasi akut bila keluhan berlangsung kurang dari 4
minggu.
 Sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4 minggu
disebut konstipasi kronik

KLASIFIKASI
Berdasarkan International Workshop on Constipation, sebagai berikut:
1. Konstipasi Fungsional
Kriteria:
Dua atau lebih dari keluhan ini ada paling sedikit dalam 12 bulan:
a. Mengedan keras 25% dari BAB
b. Feses yang keras 25% dari BAB
c. Rasa tidak tuntas 25% dari BAB
d. BAB kurang dari 2 kali per minggu

KLASIFIKASI
Berdasarkan International Workshop on Constipation, sebagai
berikut:
2. Penundaan pada muara rektum
Kriteria:
a. Hambatan pada anus lebih dari 25% BAB
b. Waktu untuk BAB lebih lama
c. Perlu bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses

KLASIFIKASI
Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa
makanan yang tidak dapat dicerna lagi oleh saluran pencernaan,
akan masuk ke dalam usus besar ( kolon ) sebagai massa yang tidak
mampat serta basah.
Di sini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap oleh
tubuh. Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum ( dubur ),
yang dalam keadaan normal mendorong terjadinya gerakan
peristaltik usus besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi
sekali atau dua kali setiap 24 jam ( Akmal, dkk, 2010 ).

PATOGENESIS
Kotoran yang keras dan sulit dikeluarkan merupakan efek samping
yang tidak nyaman dari kehamilan. Sembelit terjadi karena hormon-
hormon kehamilan memperlambat transit makanan melalui saluran
pencenaan dan rahim yang membesar menekan poros usus ( rektum ).
Suplemen zat besi prenatal juga dapat memperburuk sembelit
( Kasdu, 2005 ).

PATOGENESIS
1. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena
tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih,
perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
2. Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada
biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (bahkan
dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah).
3. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,
kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut
terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja.

MANIFESTASI GEJALA KLINIS


4. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit
akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
6. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada
biasanya (jika kram perutnya parah, bahkan penderita akan kesulitan atau
sama sekali tidak bisa buang
7. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit
buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau
lebih).
8. Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.

MANIFESTASI GEJALA KLINIS


 Pemeriksaan fisik pada konstipasi sebagian besar tidak mendapatkan kelainan
yang jelas.
 Pemeriksaan dengan stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara gerakan
usus besar serta mengetahui adanya sumbatan usus. Sedang pemeriksaan
dubur untuk mengetahui adanya wasir, hernia, fissure (retakan) atau fistula
(hubungan abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor di dubur
yang bisa mengganggu proses buang air besar.

PEMERIKSAAN
 Colok dubur memberi informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya
timbunan tinja, atau adanya darah.
 Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor risiko
konstipasi seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat
keluarnya darah dari dubur.
 Anoskopi dianjurkan untuk menemukan hubungan abnormal pada saluran
cerna, tukak, wasir, dan tumor. Foto polos perut harus dikerjakan pada
penderita konstipasi untuk mendeteksi adanya pemadatan tinja atau tinja keras
yang menyumbat bahkan melubangi usus.

PEMERIKSAAN
Mencegah terjadinya konstipasi:
1. Jangan jajan di sembarang tempat.
2. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
3. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan
cairan lainnya setiap hari.
4. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk
olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
5. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar.
6. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
7. Tidur minimal 4 jam sehari.

PENCEGAHAN
Latihan usus besar:
Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada
penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya.
Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur setiap hari untuk
memanfaatkan gerakan usus besarnya. dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit
setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB.
Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-
tanda dan rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan
untuk BAB ini.

PENATALAKSANAAN
Diet:
Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan usia
lanjut.
Data epidemiologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak serat
mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit
gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel dan kanker kolorektal.
Serat meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat waktu transit di
usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar
6-8 gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.

PENATALAKSANAAN
Olahraga:
Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi
jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan
pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memperkuat otot-otot
dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut.

PENATALAKSANAAN
Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Psilium.

Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan
feses, sehingga mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor

Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada
penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol. Sorbitol terdapat dalam buah apel, pir, persik, dan
prun

Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang
banyak dipakai, misalnya daun sena dan akar klembak

MEKANISME AKSI
FITOTERAPI
 Aloe vera (L) Burm. f
(Lidah buaya)
 Bagian yang digunakan : Daun
 Data keamanan : LD50 gel Aloe vera per oral pada tikus: > 64,0 ml/kgbb. Ekstrak tidak menimbulkan
efek teratogenik pada tikus, sampai dosis oral 1000 mg/kgbb, dan aloin A sampai dosis 200 mg/kgbb.
NOEL Aloe polysaccharide, acemannaan pada tikus 50000 ppm atau 4,1 – 4,6 g/kgbb/hari. Toksisitas akut
dan subakut dengan dosis 4, 8, dan 16 g/kgbb tidak menimbulkan efek toksik baik pada histopatologis
organ internal maupun parameter biokimia.
 Manfaat : Konstipasi (Grade B)
 Kontraindikasi : Obstruksi usus, atonia, dehidrasi berat dengan gangguan elektrolit, konstipasi kronis.
Inflamasi intestinal seperti apendisitis, penyakit rohn, kolitis ulserative, irritable bowel syndrome, atau
divertikulitis. Anak < 10 tahun, kehamilan dan laktasi (Dalam supervisi dokter). Kejang otot, haemoroid,
nefritis, atau gejala GI yang belum dapat didiagnosa.
 Efek samping : Penggunaan berlebihan menimbulkan kolik spasme, nyeri abdomen, dan diare.
Penggunaan kronis dapat menimbulkan hepatitis, hipokalemia, hipokalsemia, asidosis metabolik,
malabsorpsi, penurunan BB, albuminuria, hematuria, pigmentasi melanosit di mukosa kolom
(pseudomelanosis coli).
 Interaksi : Penurunan waktu transit intestinal dapat mengurangi absorpsi oral obat lain. Hipokalemia
karena penggunaan jangka panajang dapat potensiasi efek glikosida kardiotonik (digitalis, strophanthus)
dan obat antiaritmia seperti quinidine. Induksi hipokalemia oleh obat seperti diuretik thiazid,
adrenocorticosteroid, dan akar liquorice meningkat dan ketidak seimbangan elektrolit memburuk
 Posologi : Dosis tunggal 1 kapsul (100 mg ekstrak), malam (mulai kerja 8 jam). Hanya digunakan untuk
periode singkat, maksimal 8-10 hari
 Graptophyllum pictum (Linn) Griff
(Daun ungu)
 Bagian yang digunakan : Daun
 Data keamanan : LD50 pada mencit: > 4 g/kgbb
 Manfaat : Konstipasi
 Posologi : 2 x 1 sachet (5 g serbuk)/hari, rebus dengan 2 gelas dengan api kecil sampai menjadi
setengahnya

 Plantago major (L)


(Daun sendok)
 Data keamanan : LD50 per oral: > 4 g kgbb pada tikus; LD50 per oral ekstrak air-etanol (1:1); daun 11,9
g/kgbb pada mencit
 Manfaat : Konstipasi (Grade B)
 Posologi : 3 x 1 kapsul (300 mg ekstrak )/hari, Dosis harian: 900-1200 mg
3-4 sachet (3 g Psyllium)/hari, selama 8 minggu disertai minum minimal 8 gelas air

Anda mungkin juga menyukai