Anda di halaman 1dari 119

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PIJAT REFLEKSI KAKI

TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA


DENGAN HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Gerontik

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1II B


Group I
Nama NIM
Dewi Yati Banun 212310
05
Dyah Ayu Fatma. H 212311
43
Ertina Karo Karo 212311
70
Ellen Widiawati 212311
Wibowo 83
Gracetika Sambine. 212311
65
Martha Nababan 212311
90
Marsondang Situmeang 212311
24
Sulistiyawati 212311
63
Trisia Morika 212311
32
Tesalonika Simanjuntak 212311
76
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayatnya penulis dan penyusun yang berjudul “ Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Perasan
Labu Siam terhadap Perubaha Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi” dapat
terselesaikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ricca Olivia


Nastasya,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.A, yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian tugas ini. Serta kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana menerapkan


Keperawatan Gerontik bagi pembacanya. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang sudah memberikan saran dalam memperbaiki laporan makalah ini.

Jakarta, Juni 2023

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di
negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi
sehingga munculnya berbagai penyakit tidak menular. Di Indonesia, interaksi
pembangunan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi dan geografis triple burden
disease (segitiga beban kerja) dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas
dikendalikan, penyakit tidak menular sudah semakin naik diikuti dengan
bermunculannya penyakit-penyakit baru (Kemkes, 2015).

Perkembangan penyakit tidak menular telah menjadi suatu tantangan pada abad 21. Di
dunia penyakit tidak menular telah menyumbangkan 3 juta kematian pada tahun 2011
dimana 65% kematian diantaranya terjadi pada penduduk dibawah umur 60 tahun.
Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka
kematian dunia adalah penyakit kardiovaskuler (Kemkes, 2015). WHO mengestimasi
di dunia terdapat 972 juta orang atau 26,4% mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan meningkan menjadi 29,2% di tahun 2021 (Pratama, 2016). Pada tahun
2021, kematian akibat penyakit kardiovaskuler mencapai angka 17,8 juta kematian
atau satu dari tiga kematian di dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit jantung.
(WHO, 2021)

Membicarakan penyakit kardiovaskuler tidak bisa lepas dari hipertensi. Hipertensi


adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140mmHg dan atau
diastolik lebih besar dari 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan istirahat/cukup tenang (Kemkes, 2015). Hipertensi adalah salah
satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia karena
prevalensinya yang tinggi juga asosiasinya terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan penelitian NHANES III ( The Third Nasional Health and Nutrition
Examination Survey), hipertensi mampu meningkatkan jantung koroner sebesar 12%
dan meningkatkan resiko stroke sebesar 24%. Hipertensi kadang tidak menunjukan
tanda-tanda dan gejala manifestasi penyakit, sehingga dikenal sebagai The Silent
Killer (Sustrany, 2010). Hal ini dapat berlangsung bertahun- tahun sampai akhirnya
penderita jatuh ke dalam kondisi darurat dan terkena penyakit jantung, stroke, atau
rusak ginjalnya. Komplikasi ini banyak berujung pada kematian sehingga yang tercatat
sebagai penyebab kematian adalah komplikasinya (Hartono, 2011).

Setianto (2017) mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu :


Normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mmHg dan Distole Blood Pressure =
DBP < 80 mmHg), Pra hipertensi (SBP 120 - 139 mm Hg dan DBP 80 - 89 mmHg),
Hipertensi tahap 1 (SBP 140 - 159 mm Hg dan DBP 90 - 99 mmHg) dan Hipertensi
tahap 2 (SBP > = 160 dan DBP > = 100. mmHg) (DinKes Sulawesi Selatan, 2007).
Tanda – tanda orang yang menderita tekanan darah tinggi menurut Junaidi (2010)
adalah sakit kepala, kelelahan, sesak nafas, gelisah, penglihatan kabur.

Kenaikan prevalensi hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia terutama pada usia
lanjut. Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 7%-15%. Tahun 2015
penyakit hipertensi menempati urutan ke dua dari sepuluh besar penyakit, dan
sebanyak 61% penderita adalah masyarakat yang berusia 60 tahun ke atas (Kemkes,
2015). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau
oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian
pada semua umur di Indonesia. (Riskesdas, 2018). Berdasarkan Riskesdas 2018
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun
sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua
sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur
45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Penyakit jantung koroner, misalnya yang sangat erat berkaitan dengan hipertensi
ternyata perlahan tapi pasti merangkak naik sebagai penyebab kematian utama di
Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang diselenggarakan
Departemen Kesehatan tahun 1972, hipertensi masih berada pada urutan ke-11
(Hartono, 2011). SKRT tahun 1986 hipertensi naik menduduki urutan ke-3. Sejak
SKRT tahun 1992, kemudian 1995, lalu 2001, posisinya telah mencapai urutan ke-1.
(Hartono, 2011).
Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang
terarah. Tujuan program penanggulangan penyakit kardiovaskuler adalah mencegah
peningkatan jumlah penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat dengan
menghindari faktor penyebab seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia,obesitas,
kolesterol, merokok, stres dan lain-lain. Untuk menghindari hal tersebut perlu
pengamatan secara dini. Hipertensi sering ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65
tahun keatas. Beberapa puluh tahun lalu hipertensi dan berbagai komplikasi beratnya
dikenal sebagai penyakit yang hanya menyerang orang - orang tua (usia 50 tahun ke
atas). Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, banyak dijumpai kasus kematian
mendadak, kelumpuhan, atau stroke yang menyerang orang - orang berusia muda (di
bawah 50 tahun) (Hartono, 2011).

Penyakit hipertensi bisa dikendalikan dengan cara farmakologi dan non farmakologi,
secara farmakologi yaitu dengan obat penurunan tekanan darah. Obat-obatan tersebut
diantaranya jenis -jenis obat golongan diuretik, penghambat adrenergik,ACE-
Inhibitor, ARB, antagonis kalsium, dan lain sebagainya (Junaidi, 2010). Secara non
farmakologi yaitu berolahraga secara teratur, diet seimbang, kurangi asupan garam,
kurangi berat badan, tidak merokok dan dengan menggunakan obat tradisional/ herbal.
Terapi herbal yaitu suatu proses penyembuhan dengan menggunakan ramuan berbagai
tanaman berkhasiat obat. Saat ini terapi seperti ini sedang populer di kalangan
masyarakat karena dinilai sebagai pengobatan yang mempunyai efek samping sedikit,
murah, dan mudah didapat salah satunya yaitu dengan terapi pijat refleksi kaki
(Hayens 2013)

Pijat refleksi kaki adalah suatu teknik pemijatan di kedua kaki pada berbagai titik
refleksi di kaki, membelai lembut secara teratur untuk meningkatkan relaksasi. Teknik
pijat refleksi kaki ini dapat merangsang teknik dasar yang sering dipakai dalam pijat
refleksi diantaranya: mengusap (massase), teknik merambatkan ibu jari, memutar
tangan pada satu titik, serta teknik menekan dan menahan. Rangsangan-rangsangan
berupa pijatan dan tekanan pada kaki dapat memancarkan gelombang-gelombang
relaksasi ke seluruh tubuh (Faridah Umamah, 2019). merambat yang dapat tumbuh
pada tanah dataran tinggi maupun dataran rendah, tanpa banyak memerlukan
perawatan khusus (Kholis, 2011).
Secara fisiologis pemberian terapi pijat refleksi kaki dapat meningkatkan aliran darah.
Kompresi pada otot merangsang aliran darah vena dalam jaringan subkutan dan
mengakibatkan retensi darah menurun dalam pembuluh perifer dan peningkatan
drainase getah bening. Selain itu juga dapat menyebabkan pelebaran arteri yang
meningkatkan suplai darah ke daerah yang sedang dipijat, juga dapat meningkatkan
pasokan darah dan meningkatkan efektivitas kontraksi otot serta membuang sisa
metabolisme dari otot-otot sehingga membantu mengurangi ketegangan pada otot,
merangsang relaksasi dan kenyamanan. (Chanif & Khoiriyah, 2016).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Meruyung Limo Depok, Jawa
Barat terdapat 15 orang yang menderita tekanan darah tinggi. Penderita biasanya
memakan buah mentimun, alpokat, seledri atau belimbing untuk menurunkan tekanan
darah tingginya. Beberapa penderita hipertensi ada yang meminum obat anti hipertensi
dan menggunakan terapi pijat refleksi untuk mengobati penyakit darah tingginya
dengan cara. pijat refleksi kaki diberikan dalam posisi duduk dan memijat titik
hipertensi yang ada di telapak kaki. Sebelum diberikan terapi pijat refleksi kaki,
terlebih dahulu mengukur tekanan darah responden, setelah itu di bimbing dengan
dzikir kemudian membersihkan dan merendam kaki responden kurang lebih 15 menit,
kemudian dilakukan pemijatan dititik hipertensi. Dengan frekuensi gerakan pijat 15
kali dalam semenit selama kurang lebih 30 menit. setelah diberikan terapi pijat refleksi
kaki 5- 10 menit tekanan darah responden di ukur kembali. Terapi pijat refleksi ini
dilakukan selama 9 kali pertemuan dengan setiap responden diberikan pijat refleksi
kaki 3 kali dalam seminggu selama 3 mingg

Dari fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk


mengetahui ” Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi di Meruyung Limo, Depo Jawa Barat”

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan fenomena dalam latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui
apakah ada Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki terhadap perubahan tekanan darah
pada penderita hipertensi.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemberian Pengaruh Terapi pijat
refleksi kaki terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan hipertensi
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada lansia
dengan hipertensi
c. Membuat intervensi keperawatan sesuai masalah keperawatan yang ditemukan
pada lansia hipertensi
d. Mengaplikasikan pemberian Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki pada lansi
dengan hipertensi
e. Mengidentifikasi karakteristik usia dan jenis kelamin responden
f. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia sebelum dan sesudah diberikan
terapi Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki
g. Menganalisis pengaruh Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki terhadap perubahan
tekanan darah pada penderita hipertensi.

D. Manfaat Penellitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kemajuan
dibidang ilmu keperawatan terutama tentang pengaruh Pengaruh Terapi pijat
refleksi kaki terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Posbindu
Meruyung Limo, Depom Jawa Barat
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi lansia
Memberikan informasi tentang manfaat Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki dan
cara cara melakukan pijat kaki untuk membantu menurunkan tekanan darah
tinggi yang dialaminya dan diharapkan berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh pasien dapat tetap menerapkan dengan benar cara pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dengan perasan labu siam.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
keperawatan komunitas tentang terapi komplementer dalam mengenali
Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki dalam menurunkan tekanan darah.
c. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan sebuah pengalaman nyata dalam membantu pasien untuk
menurunkan tekanan darah tingginya sehingga dapat mencegah terjadinya
komplikasi. Selain itu peniliti juga mendapatkan pengetahuan tentang
pengaruh Pengaruh Terapi pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan
darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Terkait


1. Konsep Lansia
a. Definisi
Lanjut usia adalah Seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan
55 tahun (WHO, 2015). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus
kehidupan manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan
yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu (Prasetya,
2010). Usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Supraba, 2015). Menua adalah suatu keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan
tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).

b. Batasan Lansia
Menurut (WHO,2015) klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia &gt; 90 tahun.

Berikut merupakan kategori umur menurut Depkes RI (2009):


1) Masa balita: 0-5 tahun
2) Masa kanak-kanak: 5-11 tahun
3) Masa remaja awal: 12-16 tahun
4) Masa remaja akhir: 17-25 tahun
5) Masa dewasa awal: 26- 35 tahun
6) Masa dewasa akhir: 36- 45 tahun
7) Masa lansia awal: 46-55 tahun
8) Masa lansia akhir: 56-65 tahun
9) Masa manula: >65 tahun

c. Teori proses Menua


Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari mulai kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti bahwa manusia sudah melalui
berbagai tahap kehidupan mulai neonatus, toddler, pra sekolah, sekolah,
remaja, dewasa dan lansia. Menua merupakan tahap tubuh dalam mencapi titik
maksimal, setelah itu tubuh menyusut di karenakan berkurangnya jumlah sel –
sel dalam tubuh akibatnya tubuh akan mengalami penurunan fungsi secara
bertahap (Padila, 2013). Daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari luar juga
akan mengalami penurunan sehingga secara progresif akan kehilangan daya
tahan tubuh terhadap infeksi dan terjadi penumpukan distorsi metabolik dan
struktural yang disebut penyakit degeneratif (IP.Suiraoka, 2012).

Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk


tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain (Kholifah, 2016). Beberapa jenis penyakit degeneratif yang akan dialami
lansia meliputi hipertensi, diabetes mellitus, asam urat, stroke, asterosklerosis.
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu:
1) Teori Biologi
a) Teori Jam Genetik
Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah
terprogram bahwa material didalam inti sel di katakan bagaikan
memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini di
dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (lifespan) yang tertentu. Manusia memiliki rentang
kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di perkirakan hanya
mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami
deteriorasi (Padila, 2013).
b) Wear and Tear Theory
Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi
akibat kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi
lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).
c) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel- sel
tubuh telah terpakai (Padila, 2013).
d) Slow Immunology Theory
Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri,
regulasi dan responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu
saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak dapat bertahan sehingga zat tersebut menjadi jaringan lemah
(Padila, 2013).
e) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi (Padila, 2013).
f) Teori Rantai Silang
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
molecular, lama kelamaan akan meningkat kekakuanya(tidak elastis),
hal ini disebabkan oleh karena sel- sel yang sudah tua dan reaksi
kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013).
g) Teori Mutasi Somatik
Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau
perubahan sel normal menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014).
h) Teori Nutrisi
Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu
meningkatkan makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan
lebih lama sehat. (Sofia, 2014).

2) Teori Psikologis
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan
pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif
termasuk pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas perkembangan. Teori
yang merupakan psikososial adalah sebagi berikut :
a) Teori Integritas Ego
Merupakan teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas
yang harus di capai dalam tahap perkembangannya. Tugas
perkembangan terkahir merefleksikan kehidupan seseorang dan
pencapaianya.
b) Teori Integritas Personal
Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak-
kanak dan tetap bertahan secara stabil.perubahan yang radikal pada
usia tua bisa menjadi mengindikasi penyakit otak (Padila 2013).

3) Teori Sosial
Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan,
kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen
sehingga interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah
harga diri dan kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila 2013).

4) Teori Konsekuensi Fungsional


Menurut teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan
perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila,
2013).
d. Proses aging pada kardiovaskuler terkait hipertensi
Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi efek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Menua (aging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso 2009).
Proses menua akan menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular. Hal ini
pada akhirnya juga akan menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung.
Perubahan fisiologi jantung ini harus kita bedakan dari efek patologis yang
terjadi karena penyakit lain, seperti pada penyakit coronary arterial disease yang
juga sering terjadi dengan meningkatnya umur. Ada sebuah masalah besar
dalam mengukur dampak menua terhadap fisiologi jantung, yaitu mengenai
masalah penyakit laten yang terdapat pada lansia. Hal ini dapat dilihat dari
prevalensi penyakit CAD pada hasil autopsi, di mana ditemukan lebih dari 60%
pasien meninggal yang berumur 60 tahun atau lebih, mengalami 75% oklusi
atau lebih besar, pada setidaknya satu arteri koronaria. Sedangkan pada hasil
pendataan lain tercatat hanya sekitar 20% pasien berumur >80 tahun yang secara
klinis mempunyai manifestasi CAD. Jelas hal ini menggambarkan bahwa pada
sebagian lansia, penyakit CAD adalah asimptomatik.
Hal ini sangat menyulitkan bagi kita dalam mengadakan penelitian mengenai
efek fisiologis menua pada jantung. Kita harus terlebih dahulu menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain seperti CAD pada sekelompok lansia yang
sepertinya sehat. Akan tetapi, tidak semua penelitian dilakukan dengan terlebih
dahulu menyingkirkan penyakit laten yang mungkin terdapat. Hal inilah yang
sering menyebabkan terdapatnya perbedaan dalam hasil pendataan pada
sejumlah penelitian.

Konsep medis perubahan system Kardiovaskuler


1. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai
dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya
perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari
perubahan intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab
apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada
apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ
tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa
jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada
wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya
jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid,
degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun
katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik
ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang
muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar. Dengan
bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup aorta
paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga
menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan
degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan
kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup mitral yang sering
ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau
cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.

2. Pembuluh Darah Otak


Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan
a.vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio
kususnya pada pangkal arteri karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula
terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami
perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi dan
kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi
mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah
serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc / 100 gm / menit pada usia
lanjut menurun menjadi 30cc / 100gm / menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem
vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat
menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid).
Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer mendorong periost yang
meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian
periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk
osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna
vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat mengakibatkan pengurangan
tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada
a.vertebralis, yaitu:
Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan
dapat mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini. Berkurangnya panjang
kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-kelok. Pada posisi
tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut
seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada
orang tua sangat rentan terhadap perubahan- perubahan, baik perubahan
posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak

3. Pembuluh Darah Perifer.


Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer
yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal
ini menyebabkan iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan
kladikasio.

2. Konsep Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana tekanan
darah diarteri meningkat. Dengan setiap detak jantung, jantung memompa
darah melalui arteri keseluruh tubuh. tekanan darah adalah kekuatan darah
yang mendorong dinding pembuluh darah. Jika tekanan terlalu tinggi, jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompa, dan ini bisa menyebabkan
kerusakan organ dan beberapa penyakit lain seperti serangan jantung, stroke,
gagal jantung,atau gagal ginjal (Bustan, 2015).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi merupakan silent killer dimana
gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama
dengan gejala penyakit lainnya (Info datin, 2014).

b. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health Organization-
International Society of Hypertension), dan ESH-ESC (European Society of
Hypertension-European Society of Cardiology, 2014).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan darah

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah


Tekanan Darah Sistolik Diastolik
WHO- ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
ISH
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120- <85 80-84
129
Tinggi-Normal 130- 130- 85-89 85-89
139 139
Hipertensi kelas 140- 140- 90-99 90-99
1 (ringan) 159 159
Cabang: 140- 90-94
perbatasan 149
Hipertensi kelas 160- 160- 100- 100-
2 (sedang) 179 179 109 109
Hipertensi kelas 180 180 110 110
3 (berat)

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia (2016):
Tabel 2.2 Kategori Tekanan darah menurut Depkes, 2016
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi
140-159 90-99
derajat 1
Hipertensi
160 100
derajat 2
Hipertensi
> 180 > 110
derajat 3
c. Pengukuran Tekanan Darah
Saat ini terdapat 2 jenis tensimeter sebagai berikut :
1) Tensimeter Digital
Tensimeter jenis ini merupakan alat tensimeter yang lebih mudah
digunakan dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat memberikan
nilai hasil pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi aliran darah
( korotkof) dan hasil pengukuran dapat dilihat pada layar. beberapa alat
tensimeter digital juga dapat mencetak hasil pengukuran tekanan darah
(Medycalogi, 2017).
2) Tensimeter Manual
Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid dan
tensimeter air raksa. cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter ini sama.
Perbedaannya adalah pada alat untuk membaca hasil pengukuran dimana
pada tensimeter aneroid, hasil pengukuran dapat dilihat melalui angka
yang ditunjukkan oleh jarum pada cakram angka sedangkan pada
tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat melalui nilai yang
ditunjukkan oleh air raksa pada skala yang ada ( medycology, 2017).

d. Patofisiologi
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan
usia, terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah, dan kemampuan
meregang pada arteri besar. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai
dengan penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar, resistensi perifer
yang tinggi, pengisian diastolik yang abnormal, dan bertambahnya masa
ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan
arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan
hipertensi sistolik dan diastolik memiliki output jantung, volume intravaskuler,
aliran darah ke ginjal dan aktivitas plasma renin yang lebih rendah, serta
terjadi resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan
bertambahnya norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem
reseptor beta adrenergik sehingga terjadi penurunan fungsi relaksasi otot
pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri, 2008). Lanjut usia mengalami
kerusakan struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah
dari jantung yang menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh
darah dan tingginya tekanan darah.Dimulai dengan atheroscerosis, gangguan
struktur anatomi pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan
pembuluh darah .kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan
kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran
darah peripher.kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban
jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan
upaya pemompaan jantung yang akhirnya memberikan gambaran peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2015).

e. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi primer dan sekunder hanya
sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi


atas dua bagian, yaitu :
1) Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup
seperti obesitas, alkohol,merokok,kurang bergerak dan pola makan. tipe ini
terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi,sekitar 95% .
hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30-50 tahun.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan /sebagai akibat dari
adanya penyakit lain. tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari
kasus tekanan darah tinggi. beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal,kelainan
hormonal,obat-obatan (putri, 2013).

f. Gejala Hipertensi
Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah.Gejala
yang timbul berbeda -beda. kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala
dan baru timbul keluhan setelah terjadi komplikasi yang spesifik pada organ
tertentu seperti ginjal, mata,otak dan jantung.
Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-
tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna. bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat
spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. akan tetapi, pada penderita
hipertensi berat biasanya akan timbul gejala anatara lain: sakit kepala,
kelelahan, mual dan muntah,sesak nafas gellisah,pandangan menjadi
kabur,mata berkunang-kunang,mudah marah,telinga berdengung,sulit
tidur,rasa berat ditengkuk,nyeri didaerah bagian belakang,nyeri didada,otot
lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,keringat berlebihan,
kulit tampak pucat atau kemerahan ,denyut jantung menjadi kuat, cepat dan
tidak teratur, impotensi, darah diurin (Wijaya, 2014).

g. Komplikasi
1) Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten terhadap
pemompaan darah dari bentrikel kiri sehingga beban jantung berkurang.
sebagai akibatnya terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. hipertropi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah ,fungsi ruang yang memburuk dan dilatasi ruang
jantung.Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah
jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dan
dilatasi “(payah jantung). jantung semakin terancam seiring payahnya
aterosklerosis koroner. (Eni eriana, 2013).
2) Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering sekitar 80%
kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi akibat aliran darah diarteri
otak terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran
darah di arteri koroner saat serangan jantung atau angina. Otak menjadi
kekurangan oksigen dan nutrisi. Sedangkan stroke hemoragik sekitar 20%
kasus timbul pada saat pembuluh darah diotak atau di dekat otak pecah,
penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang parsisten. Hal ini
menyebabkan darah meresap ke ruang diantara sel-sel otak. Walaupun
stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya
dapat menjadi lebih serius (Eni eriana, 2013).
3) Ginjal
Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal
mengalami atherosclerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga
aliran darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan
fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang semua bahan sisa dari dalam
darah. Bila ginjal tidak berfungsi, bahan sisa akan menumpuk dalam darah
dan ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani dan Tantan,
2013).
4) Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,
sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang
sensitive terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vascular retina.
Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal
penyakit jantung.Oleh karena itu, dokter lain akan melihat bagian belakang
mata anda dengan alat yang disebut oftalmoskop (Marliani dan Tantan,
2013).

h. Pencegahan
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa
dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko penyakit
hipertentensi. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
1) Memeriksakan tekanan darah secara teratur
2) Menjaga berat badan dalam rentang normal
3) Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan
4) berserat , rendah lemak dan mengurangi garam
5) Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
6) Tidur secara tratur
7) Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi (wijaya, 2015).

i) Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian
dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri
pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes
melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun jika memungkinkan
(Smeltzer, 2013).

a. Pendekatan non farmakologis mencakup penurunan berat badan;


pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH
(Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran, dan
produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah tinggi
(Smeltzer, 2013).
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil,
dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai
terapi lini pertama : diuretik dan penyekat beta (Smeltzer, 2013).
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks
(Smeltzer, 2013).

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan


tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi, adapun
penatalaksanaannya sebagai berikut :
a. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian
faktor risiko, yaitu :
1) Turunkan berat badan pada obesitas.
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT)
3) Hentikan konsumsi alkohol.
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet
hipertensi
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat memicu
timbulnya hipertensi, antara lain :
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham, bacon,
dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan
lainnya.
2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,
kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.

b. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan pengobatan
non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage
1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala
dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang
sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau
HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat
yang tidak sembuh dengan kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x
125-250 mg. Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta
blocker. Bila ada penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah
sakit.
3. Tinjauan Umum Tentang Terapi Pijat Refleksi Kaki
a. Deskripsi Terapi Pijat Refleksi Kaki
Pijat refleksi kaki adalah suatu teknik pemijatan di kedua kaki pada
berbagai titik refleksi di kaki, membelai lembut secara teratur untuk
meningkatkan relaksasi. Teknik pijat refleksi kaki ini dapat
merangsang teknik dasar yang sering dipakai dalam pijat refleksi
diantaranya: mengusap (massase), teknik merambatkan ibu jari,
memutar tangan pada satu titik, serta teknik menekan dan menahan.
Rangsangan-rangsangan berupa pijatan dan tekanan pada kaki dapat
memancarkan gelombang-gelombang relaksasi ke seluruh tubuh
(Faridah Umamah, 2019). merambat yang dapat tumbuh pada tanah
dataran tinggi maupun dataran rendah, tanpa banyak memerlukan
perawatan khusus (Kholis, 2011).

Secara fisiologis pemberian terapi pijat refleksi kaki dapat


meningkatkan aliran darah. Kompresi pada otot merangsang aliran
darah vena dalam jaringan subkutan dan mengakibatkan retensi darah
menurun dalam pembuluh perifer dan peningkatan drainase getah
bening. Selain itu juga dapat menyebabkan pelebaran arteri yang
meningkatkan suplai darah ke daerah yang sedang dipijat, juga dapat
meningkatkan pasokan darah dan meningkatkan efektivitas kontraksi
otot serta membuang sisa metabolisme dari otot-otot sehingga
membantu mengurangi ketegangan pada otot, merangsang relaksasi
dan kenyamanan. (Chanif & Khoiriyah, 2016

b. Mekanisme kandungan Labu siam Terhadap penurunan tekanan


darah

Pada dasarnya reflexology adalah metode untuk memperlancar


kembali aliran darah. Adanya pijatan-pijatan terhadap titik
sentrarefleks diharapkan terputusnya aliran darah, penyempitan,
penyumbatan pada pembuluh darah menjadi normal kembali.
Pemijatan/penekanan pada titik-titik sentrarefleks jantung dan
hypertension point akan merangsang impuls syaraf bekerja pada
sistem syaraf autonomik cabang dari parasimpatik.
Pemijatan/penekanan dengan irama yang teratur pada kaki akan
merefleksi pada organ-organ yang bersangkutan, menstimulasi syaraf
tepi melalui alur-alur persyarafan menuju sistem syaraf pusat dan
sistem syaraf belakang sehingga terjadi efek relaksasi dan tubuh
dalam keadaan homeostasis. Keadaan homeostasis pada tubuh yang
mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan fungsi
dan mampu mengembalikan tekanan darah pada ambang normal
(Jones, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Mohammadpour,
Dehnoalian, Mojtabavi (2013) menunjukkan efek positif dari
reflexology untuk mengurangi tekanan darah pada pasien stroke
secara signifikan setelah kelompok eksperimen menerima foot
reflexology selama 30 menit. Hal ini sejalan dengan penelitian
Nugroho, Asrin, & Sarwono (2012) yang menunjukkan bahwa foot
reflexology lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan
hipnoterapi. Park & Cho (2012) membuktikan bahwa foot reflexology
adalah intervensi keperawatan yang efektif untuk menurunkan tekanan
sistolik dan trigliserida dan untuk meningkatkan kepuasan hidup tetapi
tidak menurunkan kolesterol darah.

Penerapan foot reflexology dalam keperawatan dapat digunakan untuk


membantu proses pemulihan pada klien hipertensi, tidak hanya pada
klien yang menjalani perawatan di tempat pelayanan kesehatan seperti
di Puskesmas atau rumah sakit, tetapi juga dapat dilakukan di rumah
maupun di panti. Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Luhur
Yogyakarta merupakan salah panti sosial terbesar di DIY yang
menampung para lansia untuk mendapatkan perawatan dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari baik secara bio-psiko-
sosial dan spiritual. PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dihuni 88
lansia
c. Prosedur Terapi Pijat Refleksi Kaki
Pengertian Pijat ringan dengan melakukan
sentuhan
pada jaringan lunak tubuh dengan
menggunakan tangan sebagai alat
untuk
menimbulkan efek positif dari
pembuluh
darah otot & system syaraf tubuh
Tujuan Menerapkan terapi light massage
pada penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah
Setting Atur klien ke posisi nyaman
(supinasi atau semi fowler) 2.
Ruangan nyaman dan tenang
Alat dan Bahan 1. Bak Instrumen berisi :
 Minyak Zaitun
 Minyak Pijat ( Kayu Putih,dll)

2. Kom kecil berisi campuran minyak


zaitun dan minyak gososk 3 : 1
3. Perlak
4. Handuk
5. Handscoon 2 pasang
6. Selimut / Kain
7. Bengkok kosong
8. Skort
Prosedur Persiapan Pasien
1) Memberitahu pasien tentang
Tindakan yang akan dilakukan dan
menjelaskan tujuan
Langkah Kerja
1) Mencuci Tangan
2) Kaji adanya kontraindikasi seperti
penurunan platelet, penurunan
integritas kulit, area dengan lesi
terbuka, kemerahan atau inflamasi,
bengkak dan hipersensifitas
terhadapsentuhan
3) Kaji kemauan/kesiapan pasien
untuk dilakukan pemijatan
4) Tetapkan lama waktu pemijatan
untuk mencapai respon yang
diinginkan
5) Pilih lokasi tubuh yang akan
dipijat
6) Siapkan lingkungan yang hangat,
nyaman dan memiliki privasi,
tanpa adanya distraksi
7) Tempatkan pada posisi nyaman
untuk menfasilitasi pemijatan
8) Buka area yang dipijat, sesuai
kebutuhan
9) Tutupi area yang tidak dibuka
dengan menggunakan selimut,
sprei atau handuk mandi sesaui
kebutuhan
10) Hangatkan campuran minyak
zaitun dan minyak pijat pada
telapak tangan atau dengan
memasukkan botol dalam air
hangat dalam beebrapa menit
11) Pijat secara terus-menerus,
halus, usapan yang panjang;
meremas; atau getaran dengan
telapak tangan, jari-jari dan
jempol
12) Sesuaikan area pemijatan,
tehnik dan tekanan sesuai
dengan persepsi kenyamanan
pasien dan tujuan pemijatan
13) Pijat tangan atau kaki jika
lokasi yang lain tidak nyaman
atau jika hal tersebut lebih
nayman untuk pasien
14) Dorong pasien untuk
(melakukan) nafas dalam dan
rileks selama pemijatan
15) Dorong pasien untuk
menyebutkan bagian-bagian
yang terasa tidak merasa
nyaman ketika dipijat
16) Instruksikan pasien untuk
beristirahat pada saat pijat
sudah selesai
17) Mencuci tangan dan
membereskan alat. 1
8) Evaluasi dan Dokumentasi
respon terhadap pemijatan

Sikap :
1) Berempati dengan keadaan
pasien
2) Tidak tergesa-gesa.
3) Bekerja dengan hati-hati
sehingga tidak menyakitkan
pasien.

B. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
b. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat
sebelum tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan
sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan
penanggung jawab.
c. Riwayat Masuk Panti : Menjelaskan mengapa memilih tinggal di
panti dan bagaimana proses nya sehingga dapat bertempat tinggal di
panti.
d. Riwayat Keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua,
saudara kandung, pasangan, dan anak-anak)
e. Riwayat Pekerjaan Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan
sebelumnya, dan sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan yang tinggi.
f. Riwayat Lingkup Hidup Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah
kamar, jumlah orang yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat,
dan nomor telpon.
g. Riwayat Rekreasi Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi,
dan liburan
h. Sumber/ Sistem Pendukung Sumber pendukung adalah anggota atau
staf pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat atau klinik
i. Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur 24 Menjelaskan
kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan
hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual ataupun
aktivitas sebelum tidur.
j.
Status Kesehatan Saat Ini Meliputi : klien mengeluh pusing, klien mengatakan kaku pa

k. Obat-Obatan Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana


mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang menginstruksikan
dan tanggal resep
l. Status Imunisasi Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
m. Nutrisi Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan
minum, pola konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat
badan. Biasanya pasien dengan hipertensi perlu memenuhi
kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak,
dan serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol
tekanan darah pada klien.
n. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien
dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan
tanda klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi,
palpasi dan perkusi. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut,
struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata,
kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris,
ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang
hidung, tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga,
ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman
pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum
dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis
serta denyut nadi karotis. Pada pemeriksaan payudara meliputi
inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (warna kemerahan pada
mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan
pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada benjolan,
pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan). Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi
terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot
bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal premitus),
perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan
auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).
Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati
ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-
batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi
(mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak
bising/murmur) Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi
terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk abdomen,
benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit abdomen,
lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau peristalik usus
dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan,
benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien) dan
perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus
uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada pemeriksaan
integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit,
tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi
atau tidak. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan
tingkatan kesadaran (GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII),
fungsi motorik dan sensorik

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penentuan dari masalah keperawatan yang
ditunjukkan oleh klien.
a. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi (SDKI: D.0017)

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan &
Hari/ Diagnosa Intervensi Paraf & Nama
No Kriteria
Tgl Keperawatan Keperawatan Jelas
Hasil
2 Mei 1 Resiko Perfusi Setelah Pemantauan KELOMPOK
2023 Serebral Tidak dilakukan Intrakranial 1A
Efektif b.d tindakan (SIKI: I.06198)
Hipertensi keperawatan
(SDKI: 3x24 jam
D.0017) diharapkan Observasi
perfusi 1. Identifikasi
serebral tidak penyebab
efektif dapat peningkatan
teratasi TIK
dengan 2. Monitor
kriteria hasil: Peningkatan
1. Tekanan Tekanan
Intrakrani Darah
al 3. Monitor
Menurun Pelebaran
2. Sakit Tekanan
Kepala Nadi (Selisih
Menurun TDS dan
3. Gelisah TDD)
Menurun 4. Monitor
4. Kecemasa Penurunan
n Frekuensi
Menurun Jantung
5. Tekanan 5. Monitor
Darah Ireguleritas
Sistolik Irama Nafas
Membaik 6. Monitor
6. Tekanan Penurunan
Darah Tingkat
Diastolik Kesadaran
Membaik
Terapeutik
(SLKI: 1. Pertahankan
L.02014) posisi kepala
dan leher
netral
2. Atur interval
pemantauan
sesuai
kondisi
pasien
3. Dokumentasi
kan hasil
pemantauan
4. Monitor
keberhasilan
terapi
komplemente
r yang telah
diberikan

Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
serta
informasikan
hasil
pemantauan
2. Edukasi
tentang
terapi
komplemente
r )perasan
labu siam)
untuk
menurunkan
tekan darah
3. Libatkan
keluarga
dalam
melakukan
terapi
komplemente
r.

1. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan terapi pijat relaksasi kaki. terapi pijat relaksasi kaki
merupakan suatu metode untuk membantu menurunkan tekanan darah.
Labu siam memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya
dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena mengandung kalium .
Kalium dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan
angiostensin II sehingga vasokontriksi pembuluh darah berkurang dan
menurunya aldosteron sehingga reabsorbsi natrium dan air kedalam
darah berkurang. Kalium juga mempunyai efek pompa Na-K yaitu kalium
dipompa dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa
keluar sehingga kalium dapat menurunkan tenanan darah.

2. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat atau acuan untuk menilai keberhasilan dari
implementasi keperawatan (ika & sariono, 2010).

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan penjelasan tentang konsep- konsep yang
terkandung didalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk
mengistilahkan unsur-unsur yang terkandung didalam fenomena-fenomena
yang akanditeliti,dan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep tersebut
(Kelana, 2011).

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep


yang diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan atau suatu
uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep lainya atau variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah
yang diteliti (Notoadmojo, 2012).
Skema 2.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pijat Relaksasi Kaki Penurunan Tekanan


Darah

Usia
Jenis Kelamin

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain
eksperimen semu (Pre and Post test without control), penelitian yang
mengujicoba suatu intervensi pada sekelompok subyek dengan atau tanpa
kelompok perbandingan namun tidak dilakukan randomisasi untuk
memasukkan subyek kedalam kelompok perlakuan atau kontrol (Dharma,
2011).

Skema 3.1
Skema Desain Penelitian
R1 : O1 X1 O2
Keterangan :
R : Responden penelitian semua mendapat perlakuan/intervensi
O1 : Pre test pada kelompok perlakuan’
O2 : Post test setelah perlakuan
X1 : Uji coba / intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
(Dharma, 2011)

B. Subjek Kasus
Moleong (2010: 132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan
yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Menurut Anton M.
Moeliono (2012) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang yang
diamati sebagai sasaran penelitian.

Subjek penelitian ini yaitu seseorang yang masuk kedalam kelompok lanjut
usia yaitu berusia lebih dari 60 tahun yang menderita hipertensi. Jumlah subjek
penelitian yaitu sebanyak 15 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap lansia yang tergabung dalam Posbindu
Meruyung Limo Depok

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terdiri dari waktu persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan dan pemberian intervensi dilaksanakan pada bulan
Juni2023.

D. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan makalah tentang pengaruh pemberian
perasan labu siam terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi. Setelah mendapat persetujuan dari pembimbing klinik maka
penelitian dilanjutkan dengan pengumpulan data. Data tekanan darah pada
lansia di peroleh dengan pengukuran tekanan darah lansia secara langsung dan
melakukan wawancara terhadap lansia.

E. Fokus dan studi Kasus


Fokus studi kasus ini adalah penurunan tekanan darah pada lansia dengan
Terapi Pijat Refleksi Kaki

F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012). Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010). Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Karakteristik Responden
Lama waktu Mengisi Lembaran Ordinal
Usia hidup sejak lembar observasi 1. Usia
responden lahir observasi (elderly) usia
hingga dilakukan 60-74 tahun
intervensi 2. Usia tua
(old) usia 75-
90 tahun
3. Usia sangat
tua (very old)
usia diatas 90
tahun.
Jenis Kelamin Perbedaan antara Mengisi Lembar 1. Perempuan Nominal
perempuan dan lembar observasi 2. Laki-laki
laki-laki secara observasi
biologis
Variabel Dependen
Penurunan Disebut hipertensi Mengukur Sphygmom Tekanan darah Interval
Tekanan Darah jika, tekanan Tekanan anometer 1. sistole 140-
Sistole dan darah sistolik Darah dan 159, diastole
Diastole >140 mmHg dan mengguna Stetoskop 90-99
Diastolik >90 kan mmHg,
mmHg Tensimete Hipertensi
r ringan
2. sistole 160-
179, diastole
100-109
mmHg,
3. sistole >180 ,
diastole
>110,
Hipertensi
berat

Variabel Independen
Terapi Pijat Pijat refleksi kaki Nominal
Refleksi Kaki dilakukan dengan
memijat titik
refleksi pada kaki.
Pijat refleksi kaki
dapat merilekskan
tubuh dan
membuat tubuh
lebih nyaman.
Pijat refleksi kaki
diberikan dalam
posisi duduk dan
memijat titik
hipertensi yang
ada di telapak
kaki. Sebelum
diberikan terapi
pijat refleksi kaki,
terlebih dahulu
mengukur
tekanan darah
responden, setelah
itu di bimbing
dengan dzikir
kemudian
membersihkan
dan merendam
kaki responden
kurang lebih 15
menit, kemudian
dilakukan
pemijatan dititik
hipertensi.
Dengan frekuensi
gerakan pijat 15
kali dalam
semenit selama
kurang lebih 30
menit. setelah
diberikan terapi
pijat refleksi kaki
5- 10 menit
tekanan darah
responden di ukur
kembali. Terapi
pijat refleksi ini
dilakukan selama
9 kali pertemuan
dengan setiap
responden
diberikan pijat
refleksi kaki 3
kali dalam
seminggu selama
3 minggu

G. Instrument Studi Kasus


Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan oleh peneliti untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu
fenomena (Dharma, 2011).
1. Lembar demografi, lembar ini adalah lembar yang akan diisi oleh
responden.
2. Sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah responden
3. Lembar observasi, lembar ini digunakan untuk mencatat hasil pengukuran
tekanan darah responden sebelum dan sesudah di berikan terapi.
4. Lembar ceklis, lembar ini di gunakan untuk memantau kepatuhan responden
dalam meminum air perasan labu siam.

H. Metode Pengumpulan Data


1. Memberikan informed consent kepada responden.
2. Memberikan lembar data demografi dan menjelaskan bagaimana cara
mengisinya kepada responden.
3. Melakukan kontrak waktu kepada responden untuk dilakukan pemberian
intervensi.
4. Peneliti memberikan intervensi pemberian perasan labu siam pada
responden selama 3 hari.
5. Peneliti akan melakukan pengukuran (pre test) tekanan darah sebelum
dilakukan pemberian perasan labu siam.
6. Peneliti akan memberikan cara mendapat perasan labu siam
7. Peneliti mengisi lembar checklis untk responden yang meminum perasan
labu siam
8. Peneliti akan melakukan pengukuran (post test) kembali tekanan darah
setelah meminum perasan labu siam dan memasukan data ke lembar
observasi.

I. Penyajian dan Analisa Data dalam Distribusi Frekuensi


1. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis ini tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata, median, dan
standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
Analisa data univariat pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik responden yang meliputi usia dan jenis kelamin.

Rumus:
f
X = x 100 %
n

Keterangan:
X : Frekuensi mean dan medan dari suatu kelas
F: Frekuensi suatu kelas
n : banyak sampel
(Hidayat, 2013)

2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan terhadap 2
variabel (variable independen dengan variable dependen) (Notoatmojo,
2012). Analisi bivariate dalam penelitian ini di lakukan untuk mengetahui
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi dengan melihat pre test dan post test. Menutur Sabri &
Harton (2014). Analisis ini menggunakan uji statistik Paired t-test apabila
data berdistribusi normal dan Wilcoxon test apabila data berdistribusi tidak
normal, tujuan pengujian ini adalah untuk menguji perbedaan mean pada
kelompok sama dari dua hasil pengukuran (pre test and post test).

Rumus:
d
T=
SDd / √ n

Keterangan:
d : Rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dan 2
SD_d: Standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2
(Hastono & Sabri, 2014).

Nilai T tersebut dimasukan dalam table t dan cari nilai p. jika hasil
perhitungan p < nilai alpha (0,05) maka di putuskan H0 di tolak (sabri &
Hastono, 2014)

BAB IV
HASIL DAN STUDI KASUS
A. Hasil Studi Kasus
1. Gambaran Lokasi Penelitian
a. Posbindu Ciracas dan warga Desa Rawa Kalong Cimanggis Depok

2. Pengkajian
No Nama Usia Jenis Pengkajian
Kelmain
1. Ny N 66 th Perempuan Data Subyektif :

● Klien mengatakan mempunyai riwayat

tekanan darah tinggi selama 3 tahun terakhir.

● Klien mengtakan nyeri kepala


● Klien mengatakan meminum obat

amlodiphine 10 mg 1x1 tablet .

● Klien mengatakan kaku disertai dengan

pusing jika tekanan darahnya naik.


Data Obyektif :

● TD : 169/100 mmHg

RR : 20x/menit

N : 88x/menit

S : 36,3⁰C

● Klien tampak beberapa kali memijat

tengkuknya

● Klien tampak lemas

2. Ny K 67 th Perempuan Data Subyektif :

● Klien mengatakan memiliki riwayat

hipertensi

● Klien mengatakan sering pusing

● Klien mengatakan leher bagian belakang

kaku dan pegal, namun hilang /berkurang


bila digosok-gosok dengan minyak kayu
putih

● Klien mengatakan jantung sering berdebar-

debar terlebih pada saat banyak pikiran

● Klien mengatakan meminum obat


amlodiphine 10 mg 1x1 tablet
Data obyektif:

● KU: baik

● Kesadaran: compos mentis

● TD: 158/98 mmHg

N: 82 x/menit

RR: 19 x/menit

S: 36,5 oC

● Klien tampak lemas

3. Ny Sp 66 th Perempuan Data Subyektif :

● Pasien mengatakan kepala terasa pusing,

tengkuk terasa kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

Data Obyektif :

● KU: Sedang

● Kes: composmentis

● Pasien tampak lemas

● TD: 178/84 mmHg

N: 89x/mennit
RR: 20 x/menit
S:36,7˚ C

4. Tn.D 65 th Laki-laki Data Subyektif :


● Pasien mengatakan kepala terasa pusing,

tengkuk terasa kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

Data Obyektif :

● Pasien tampak lemas

● Ku: sedang

● Keasadaran : composmentis

● TD: 180/126 mmHg

N: 83 x/mennit
RR: 20 x/menit
S: 36,7˚ C

5. Tn.M 62 th Laki-laki Data Subyektif :

● Pasien mengatakan kepala terasa pusing,

tengkuk terasa kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

Data Obyektif :

● Pasien tampak lemas

● TD 168/86 mmHg

N: 88 x/mennit
RR: 19 x/menit
S: 36,7˚ C

6. Ny.S 68 th Perempuan Data Subyektif :


● Klien mengatakan tengkuknya terasa kaku

dan tegang

● Klien mengatakan kepala terasa pusing dan

tangan terasa kesemutan


Data Obyektif :

● Klien tampak lemas

● TD 164/103 mmHg

N:85 x/mennit
RR: 20 x/menit
S: 37˚ C

7. Ny.Sm 69 th Perempuan Data Subyektif :

● Pasien mengatakan kepala terasa pusing,

tengkuk terasa kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

Data Obyektif :

● Pasien tampak lemas,

● TD 165/101 mmHg

N:85 x/mennit
RR: 20 x/menit
S: 36,7˚ C

8. Tn.St 65 th Laki-laki Data Subyektif :

● Klien mengatakan memiliki riwayat

hipertensi

● Klien mengatakan kepala terasa pusing,


tengkuk terasa kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

● Klien mengatakan meminum obat

amlodiphine 5 mg 1x1 tablet


Data Obyektif :

● Pasien tampak lemas,

● TD 163/108 mmHg

N:78 x/mennit
RR: 18 x/menit
S: 36,5˚ C

9. Tn. Dr 62 th Laki-laki Data Subyektif :

● Klien mengatakan mempunyai riwayat

tekanan darah tinggi selama 4 tahun


terakhir.

● Klien mengatakan meminum obat

amlodiphine 10 mg 1x1 tablet .

● Klien mengatakan pusing.

● Klien mengatakan kepala nya terasa kaku.

Data Obyektif :

● TD : 166/99 mmHg

RR : 19x/menit
N : 86 x/menit
S : 36,4⁰C

● Klien tampak beberapa kali memijat

tengkuknya.
● Klien tampak lemas

10. Tn.Du 63 th Laki-laki Data Subyektif :

● Klien mengatakan memiliki riwayat

hipertensi

● Klien mengatakan kepala terasa pusing,

tengkuk terasa kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

● Klien mengatakan meminum obat

amlodiphine 5 mg 1x1 tablet


Data Obyektif :

● Pasien tampak lemas,

● TD : 153/90 mmHg

RR : 20x/menit
N : 88 x/menit
S : 36,4⁰C

11. Tn.T 69 th Laki – laki Data Subyektif :

● Klien mengatakan pusing dan sakit kepala

● Klien mengatakan tengkuk terasa sakit

● Klien mengatakan penglihatan buram

Data Obyektif :

● Kesadaran compos mentis

● Keadaan umum baik


● CRT 3detik

● TD : 165/89 mmHg

N : 88x/menit
S :36,5°C
RR: 20 x/menit

● Nadi teraba kuat

12. Ny.Stn 62 th Perempuan Data Subyektif :

● Klien mengatakan pusing dan sakit kepala

● Klien mengatakan tengkuk terasa sakit

Data Obyektif :

● Kesadaran compos mentis

● Keadaan umum baik

● CRT 3detik

● TD : 165/101 mmHg

N : 82x/menit
S :36,5°C
RR: 18x/menit

● Nadi teraba kuat

13. Tn. Y 67 th Laki – laki Data Subyektif :

● Klien mengatakan pusing dan sakit kepala

● Klien mengatakan tengkuk terasa sakit

● Klien mengatkan jika tekanan darahnya


tidak dikontrol
Data Obyektif :

● Kesadaran compos mentis

● Keadaan umum baik

● CRT 3detik

● TD : 143 /83 mmHg

N : 89 x/menit
S :36,5°C
RR: 20 x/menit

● Nadi teraba kuat

14. Ny .Sh 68 th Perempuan Data Subyektif :

● Klien mengatakan pusing dan sakit kepala

● Klien mengatakan tengkuk terasa sakit

● Klien mengatakan sakit sekali jika tekanan

darahnya tinggi
Data Obyektif :

● Kesadaran compos mentis

● Keadaan umum baik

● CRT 3detik

● TD : 158 / 84 mmHg

N : 83x/menit
S :36,5°C
RR: 20 x/menit
● Nadi teraba kuat

15. Tn.G 63 th Laki – laki Data Subyektif :

● Klien mengatakan pusing dan sakit kepala

● Klien mengatakan tengkuk terasa sakit

Data Obyektif :

● Kesadaran compos mentis

● Keadaan umum baik

● CRT 3detik

● TD : 155/ 82 mmHg

N : 88 x/menit
S :36,6°C
RR: 19 x/menit

● Nadi teraba kuat

3. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi (SDKI: D.0017)

4. Intervensi Keperawatan

Hari Diagnosa Tujuan & Intervensi Paraf &


No
/Tgl Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan Nama Jelas

1 Resiko Perfusi Setelah dilakukan Pemantauan KELOMPOK


Serebral Tidak tindakan Intrakranial 1A
Efektif b.d keperawatan 3x24 (SIKI: I.06198)
Hipertensi jam diharapkan
(SDKI: perfusi serebral Observasi
tidak efektif dapat 1. Identifikasi
D.0017) teratasi dengan penyebab
kriteria hasil: peningkatan
7. Tekanan TIK
Intrakranial 2. Monitor
Menurun Peningkatan
8. Sakit Kepala Tekanan
Menurun Darah
9. Gelisah 3. Monitor
Menurun Pelebaran
10. Kecemasan Tekanan Nadi
Menurun (Selisih TDS
11. Tekanan dan TDD)
Darah Sistolik 4. Monitor
Membaik Penurunan
12. Tekanan Frekuensi
Darah Jantung
Diastolik 5. Monitor
Membaik Ireguleritas
Irama Nafas
(SLKI: L.02014) 6. Monitor
Penurunan
Tingkat
Kesadaran

Terapeutik
1. Pertahankan
posisi kepala
dan leher
netral
2. Atur interval
pemantauan
sesuai kondisi
pasien
3. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
4. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang telah di
berikan
Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
serta
informasikan
hasil
pemantauan
2. Ajarakan
terapi
komplementer
(perasan labu
siam) untuk
menurunkan
tekanan darah
3. Libatkan
keluarga
dalam
melakukan
terapi
komplementer

5. Implementasi Keperawatan

HARI PERTAMA
No Nama Tindakan Dan Hasil Paraf &
Nama Jelas
1. Ny.N 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 1A
1. Klien mengatakan merasakan pusing.
2. Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit
hipertensi sejak 3 tahun terakhir.
3. Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika
tekanan darahnya naik.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil :
TD : 169/100 mmHg
RR : 20x/menit
n : 88x/menit
s : 36,3⁰C
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
Hasil : TDS : 169, TDD: 100 selisih 69
4. Ajarakan terapi komplementer (perasan labu siam) untuk
menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat mengikuti
penyuluhan tentang perasan labu siam yang di ajarkan oleh
perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil: TD: 169/101mmHg

2. Ny K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A

4. Klien mengatakan pusing


5. Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi
6. Klien mengatakan jantungnya sering berdebar-debar,
terlebih pada saat banyak pikiran
7. Klien mengatkan leher bagian belakang kaku dan pegal,
namun hilang/ berkurang rasanya bila di gosok-gosok
dengan minyak kayu putih.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil :
TD: 158/98 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 19 x/menit
S: 36,5 oC
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
Hasil : TDS : 158, TDD: 98 selisih 60
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikutipenyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 148/86 mmHg

3. Ny. Sp 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, 1A
klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 173/84 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : TDS : 173, TDD: 84 selisih 89
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 156/61 mmHg

4. Tn.D 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, 1A
klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 180/126 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : TDS : 180, TDD: 126 selisih 54
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 174/100 mmHg

5. Tn.M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, 1A
klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 168/86 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : TDS : 168, TDD: 86 selisih 82
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 165/100 mmHg

6. Ny. S 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien sudah menderita hipertensi sejak 5 tahun 1A
yang lalu dan klien mengatakan kepalanya terasa pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 164/103 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : TDS : 164, TDD: 103 selisih 61
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 155/84 mmHg

7. Ny.Sm 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, 1A
klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 165/101 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : TDS : 165, TDD: 101 selisih 64
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 164/92 mmHg

8. Tn. St 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A

8. Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit


hipertensi
9. Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk
terasa kaku
10. Klien mengatakan tangan terasa kesemutan
11. Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5
mg 1x1 tablet
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 163/108 mmHg,

3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan


TDD)
Hasil : TDS : 163, TDD: 108 selisih 55

4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)


untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 149/102 mmHg
9. Tn Dr 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 1A
- Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah
tinggi selama 4 tahun terakhir.
- Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 10
mg 1x1 tablet .
- Klien mengatakan pusing.
- Klien mengatakan kepala nya terasa kaku.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD : 166/99 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : TDS : 166 TDD: 99 selisih 67
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 157/99 mmHg

10. Tn. Du 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A
- Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit
hipertensi
- Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk
terasa kaku
- Klien mengatakan tangan terasa kesemutan
- Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5 mg
1x1 tablet
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 153/90 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : TDS : 153, TDD: 90 selisih 63
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 148/87 mmHg
11. Tn.T 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan merasa pusing,nyeri kepala 1A
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 165/89 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : TDS : 165, TDD: 89 selisih 76
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 140/88 mmHg

12. Ny. Stn 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan merasa puisng,nyeri kepala dan 1A
menderita hipertensi sejak 3 bulan yang lalu
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil :TD 165/101 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 155/90 mmHg

13. Tn. Y 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 1A
pada leher
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD :143/83 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 148/81 mmHg

14. Ny. Sh 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 1A
pada leher
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 158/84 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/68 mmHg

15. Tn. G 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 1A
pada leher
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 155/82 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti penyuluhan tentang perasan labu siam yang di
ajarkan oleh perawat
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 148/90 mmHg

IMPLEMENTASI
HARI KEDUA
No Nama Tindakan Dan Hasil Paraf &
Nama Jelas
1. Ny.N 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 1A

12. Klien mengatakan pusing berkurang.


13. Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika
tekanan darahnya naik.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD : 160/88 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/85 mmHg.

2. Ny K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A

14. Klien mengatakan pusing berkurang


15. Klien mengatakan jantungnya sering berdebar-
debar, terlebih pada saat banyak pikiran berkurang
16. Klien mengatkan leher bagian belakang kaku dan
pegal, namun hilang/ berkurang rasanya bila di
gosok-gosok dengan minyak kayu putih.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 150/83 mmHg,
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/88 mmHg.
3. Ny. Sp 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, 1A
klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 160/85 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan
TDD)
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 158/70 mmHg
4. Tn.D 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, 1A
klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 190/100 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 175/100 mmHg

5. Tn.M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang 1A
lalu, klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 158/90 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 143/88 mmHg

6. Ny. S 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien sudah menderita hipertensi sejak 5 tahun 1A
yang lalu dan klien mengatakan kepalanya masih
terasa pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 158/95 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/90 mmHg

7. Ny.Sm 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang 1A
lalu, klien merasakan kepalanya pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 170/90 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 155/100 mmHg

8. Tn. St 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A
17. Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk
terasa kaku sedikit berkurang
18. Klien mengatakan tangan terasa kesemutan
berkurang
19. Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5
mg 1x1 tablet
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TTV :TD 153/100 mmHg,

3. Memonitor pelebaran tekanan nadi


Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi

4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu


siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam

5. Memonitor peningkatan tekanan darah


Hasil : TD: 135/90 mmHg

9. Tn Dr 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A
- Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan
darah tinggi selama 4 tahun terakhir.
- Klien mengatakan meminum obat amlodiphine
10 mg 1x1 tablet .
- Klien mengatakan pusing berkurang.
- Klien mengatakan kaku pada kepalanya sudah
berkurang.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD : 160/89 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 155/95 mmHg

10. Tn. Du 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A
- Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk
terasa kaku sedikit berkurang
- Klien mengatakan tangan terasa kesemutan
berkurang
- Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5
mg 1x1 tablet
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TTV :TD 165/88 mmHg,

3. Memonitor pelebaran tekanan nadi


Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi

4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu


siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 135/85 mmHg

11. Tn.T 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan sakit kepala 1A
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : td 145/89 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 136/84 mmHg
12. Ny. Stn 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan masih merasa pusing, sakit 1A
kepala dan kaku pada leher
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : td 163/100 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 155/87 mmHg

13. Tn. Y 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan masih merasa pusing, sakit 1A
kepala dan kaku pada leher
Memonitor peningkatan tekanan
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : td 138/93 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 135/88 mmHg
14. Ny. Sh 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan masih merasa pusing, sakit 1A
kepala dan kaku pada leher
Memonitor peningkatan tekanan
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : td 154/82 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 143/84 mmHg
15. Tn. G 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan masih merasa pusing, sakit 1A
kepala dan kaku pada leher
Memonitor peningkatan tekanan
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : td 150/85 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/80 mmHg

IMPLEMENTASI
HARI KETIGA
No Nama Tindakan Dan Hasil Paraf &
Nama Jelas
1. Ny.N 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 1A

20. Klien mengatakan sudah tidak pusing.


21. Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika
tekanan darahnya naik.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD : 155/85 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 150/90 mmHg

2. Ny K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil :Klien mengatakan pusing berkurang 1A
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/84 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 142/90 mmHg

3. Ny. Sp 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang 1A
lalu, klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 158/98 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 149/84 mmHg

4. Tn.D 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang 1A
lalu, klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 178/88 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 165/89 mmHg

5. Tn.M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang 1A
lalu, klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 155/84 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 143/84 mmHg

6. Ny. S 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang 1A
lalu dan klien mengatakan sudah tidak merasakan
pusing lagi
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 158/85 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 147/85 mmHg

7. Ny.Sm 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang 1A
lalu, klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 157/88 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 150/84 mmHg

8. Tn. St 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A
22. Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk
terasa kaku berkurang
23. Klien mengatakan tangan sudah tidak kesemutan
24. Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5
mg 1x1 tablet
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TTV :TD 154/80 mmHg,

3. Memonitor pelebaran tekanan nadi


Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi

4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu


siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam

5. Memonitor peningkatan tekanan darah


Hasil : TD: 135/84 mmHg

9. Tn Dr 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A
- Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan
darah tinggi selama 4 tahun terakhir.
- Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 10
mg 1x1 tablet .
- Klien mengatakan sudah tidak pusing.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD : 145/95 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/70 mmHg

10. Tn. Du 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 1A
- Klien mengatakan kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku berkurang
- Klien mengatakan tangan sudah tidak
kesemutan
- Klien mengatakan meminum obat amlodiphine
5 mg 1x1 tablet
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TTV :TD 155/75 mmHg,

3. Memonitor pelebaran tekanan nadi


Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi

4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu


siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam

5. Memonitor peningkatan tekanan darah


Hasil : TD: 150/80 mmHg

11. Tn.T 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan sudah tidak pusing,nyeri
pada kepala 1A
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/80 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 145/65 mmHg

12. Ny. Stn 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan sudah tidak pusing,nyeri pada 1A
kepala dan kaku pada leher
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : td 155/100 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 150/80 mmHg

13. Tn. Y 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan sudah tidak pusing,nyeri 1A
pada kepala
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 140/90 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 135/88 mmHg

14. Ny. Sh 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : Klien mengatakan sudah tidak pusing,nyeri 1A
pada kepala
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD :145/85 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 135/74 mmHg

15. Tn. G 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


2. Hasil : Klien mengatakan sudah tidak pusing,nyeri 1A
pada kepala Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD : 158/86 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : nadi teraba kuat dan tidak ada pelebaran nadi
4. Mengajarakan terapi komplementer (perasan labu
siam) untuk menurunkan tekanan darah
Hasil : Klien tampak minum air perasan labu siam
5. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD: 135/80 mmHg
6. Evaluasi Keperawatan
EVALUASI HARI PERTAMA
No Nama Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &
Nama Jelas
1. Ny.N S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan merasakan pusing.

● Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah

tinggi selama 3 tahun terakhir.

● Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika

tekanan darahnya naik.


O:

● TD : 169/101

● Klien tampak lemas.

● Klien tampak minum air perasan labu siam .

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

2. Ny K S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi

● Klien mengatakan sering pusing

● Klien mengatakan leher bagian belakang kaku dan pegal,


namun hilang /berkurang bila digosok-gosok dengan
minyak kayu putih

● Klien mengatakan jantung sering berdebar-debar terlebih

pada saat banyak pikiran


O:

● Klien tampak minum air perasan

labu siam

● TD: 148/86 mmHg

● Klien tampak lemas

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

3. Ny. Sp S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing

O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum air perasan labu siam

● TD 155/61 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

4. Tn.D S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing

O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum air perasan labu siam

● TD 174/100mmHg,

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

5. Tn.M S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing


O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum air perasan labu siam

● TD 165/100 mmHg,

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

6. Ny. S S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,

● klien mengatakan kepalanya terasa pusing

O:

● Klien tampak lemas

● Klien tampak minum air perasan labu siam

● TD 155/84 mmHg,

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

7. Ny.Sm S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing

O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum air perasan labu siam

● TTV :

o TD 164/92 mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

8. Tn. St S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi

● Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa

kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5 mg 1x1

tablet
O:

● Klien tampak minum air perasan labu siam

● TTV :TD 149/102 mmHg

● Klien tampak lemas

● Klien tampak meminum obat amlodiphine 5 mg 1x1

tablet
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

9. Tn Dr S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah

tinggi selama 4 tahun terakhir.

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 10 mg 1x1

tablet .

● Klien mengatakan pusing.

● Klien mengatakan kepala nya terasa kaku.

O:

● TD : 157/99 mmHg,

● Klien tampak lemas.


● Klien tampak minum air perasan labu siam.

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

10. Tn. Du S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi

● Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa

kaku

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5 mg 1x1

tablet
O:

● Klien tampak minum air perasan labu siam

● TTV :TD 148/87 mmHg

● Klien tampak lemas

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
11. Tn.T S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan masih sakit kepala dan tengkuk sakit

O:

● klien tampak lemas

● Kes : composmentis

● TD : 140/88 mmHg

● Penglihatan buram

● Tidak ada pelebaran nadi

● Nadi teraba kuat

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

12. Ny. Stn S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan masih pusing dan terasa sakit dibagian

tengkuk
O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : Td = 155/90 mmHg


A : masalah belum teratasi
P : intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

13. Tn. Y S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan masih pusing dan terasa sakit dibagian

tengkuk
O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 148/81 mmHg

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
14. Ny. Sh S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan terasa sakit dibagian tengkuk

O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis


● Ttv : Td = 145/68 mmHg

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah
15. Tn. G S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan terasa sakit dibagian tengkuk

● Klien mengatakan kadang – kadang pusing jika tekanan

darahnya tinggi
O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 148/90 mmHg

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

EVALUASI HARI KEDUA


No Nama Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &
Nama Jelas
1. Ny.N S: KELOMPOK
1A

● Klien mengatakan pusing berkurang.

● Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah

tinggi selama 3 tahun terakhir.

● Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika

tekanan darahnya naik.


O:

● Hasil TTV : TD : 145/85 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam .

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

2. Ny K S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan sering pusing berkurang

● Klien mengatakan leher bagian belakang kaku dan pegal,

namun hilang /berkurang bila digosok-gosok dengan minyak


kayu putih

● Klien mengatakan jantung sering berdebar-debar terlebih

pada saat banyak pikiran berkurang


O:

● Klien tampak minum perasan labu siam


● Klien tampak lemas berkurang

● TD: 145/88 mmHg

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

3. Ny. Sp S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing

O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum perasan labu siam

● TTV : TD: 158/70 mmHg,

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

4. Tn.D S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing

O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum perasan labu siam

● TTV : TD: 175/100 mmHg,

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

5. Tn.M S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing

O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum perasan labu siam

● TTV :TD:143/88 mmHg,

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

6. Ny. S S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,

● klien mengatakan kepalanya masih terasa pusing

O:

● Klien tampak lemas

● Klien tampak minum perasan labu siam

● TTV : TD 145/90 mmHg,

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

7. Ny.Sm S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya pusing


O:

● Klien tampak gelisah

● Klien tampak minum perasan labu siam

● TTV : TD 155/100 mmHg,

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

● Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK

● Memonitor peningkatan tekanan darah

● Memonitor pelebaran tekanan nadi

● Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)

untuk menurunkan tekanan darah

8. Tn. St S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa

kaku sedikit berkurang

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan berkurang

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5 mg 1x1

tablet
O:

● Klien tampak minum perasan labu siam

● TTV : TD 135/90 mmHg,

● Klien tampak lemas berkurang


A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

9. Tn Dr S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah

tinggi selama 4 tahun terakhir.

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 10 mg 1x1

tablet .

● Klien mengatakan pusing berkurang.

● Klien mengatakan kaku pada kepalanya sudah berkurang.

O:

● Hasil TTV : TD : 155/95 mmHg,

● Klien tampak minum perasan labu siam.

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

10. Tn. Du S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku sedikit berkurang

● Klien mengatakan tangan terasa kesemutan berkurang

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5 mg 1x1

tablet
O:

● Klien tampak minum perasan labu siam

● TTV :TD 135/85 mmHg,

● Klien tampak lemas berkurang

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

11. Tn.T S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan masih sakit kepala

O:

● klien tampak lemas

● Kes : composmentis

● TD: 136/84 mmHg

● Tidak ada pelebaran nadi

● Nadi teraba kuat


● Klien tampak minum perasan labu siam

A : masalah belum teratasi


1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

12. Ny. Stn S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan setelah melakukan relaksasi menjadi

lebih rileks dan masih sedikit pusing


O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 155/87 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

13. Tn. Y S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan dibagian tengkuk sakit

O:
● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 135/88 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam

A : Masalah belum teratasi


P : Intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

14. Ny. Sh S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan terasa sakit dibagian tengkuk dan belum

ada perubahan
O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 143/84 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam

A : Masalah belum teratasi


P : Intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

15. Tn. G S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan terasa sakit dibagian tengkuk

O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 145/80 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam

A : Masalah belum teratasi


P : Intevensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
4. Mengajarkan terapi komplementer (perasan labu siam)
untuk menurunkan tekanan darah

EVALUASI HARI KETIGA

No Nama Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &


Nama Jelas
1. Ny.N S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan sudah tidak pusing.

● Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah

tinggi selama 3 tahun terakhir.


● Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika

tekanan darahnya naik.


O:

● Hasil TTV : TD : 150/90 mmHg,

● Klien tampak minum perasan labu siam.

A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dihentikan.

2. Ny K S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan sering pusing berkurang

● Klien mengatakan leher bagian belakang kaku dan pegal,

namun hilang /berkurang bila digosok-gosok dengan


minyak kayu putih

● Klien mengatakan jantung sering berdebar-debar terlebih

pada saat banyak pikiran berkurang


O:

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● TD: 142/90 mmHg,

● Klien tampak lemas berkurang

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3. Ny. Sp S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,
● klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing lagi

O:

● Klien tampak tenang

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● TTV :TD 149/84 mmHg

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
4. Tn.D S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing lagi

O:

● Klien tampak tenang

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● TTV :TD 165/89 mmHg

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
5. Tn.M S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing lagi

O:

● Klien tampak tenang

● Klien tampak minum perasan labu siam.


● TTV : TD 143/84 mmHg

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
6. Ny. S S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,

● klien mengatakan sudah tidak merasakan pusing lagi

O:

● Klien sudah tampak rileks dan tenang

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● TTV :TD 147/85 mmHg

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dihentikan
7. Ny.Sm S: KELOMPOK
1A
● klien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu,

● klien merasakan kepalanya sudah tidak pusing lagi

O:

● Klien tampak tenang

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● TTV :TD 150/84 mmHg

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
8. Tn. St S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku berkurang

● Klien mengatakan tangan sudah tidak kesemutan

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5 mg 1x1

tablet
O:

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● TTV :TD 135/84 mmHg,

● Klien tampak lemas berkurang dan segar serta semangat

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
9. Tn Dr S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah

tinggi selama 4 tahun terakhir.

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 10 mg 1x1

tablet .

● Klien mengatakan sudah tidak pusing.

O:

● TTV : TD : 145/70 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam.

A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dihentikan.

10. Tn. Du S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku berkurang

● Klien mengatakan tangan sudah tidak kesemutan

● Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 5 mg 1x1

tablet
O:

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● TTV :TD 150/80 mmHg,

● Klien tampak lemas berkurang dan segar serta semangat

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

11. Tn.T S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan sakit kepala sudah tidak ada

O:

● Keadaan umum baik

● Kes ; composmentis

● TD : 140/65 mmHg

● Tidak ada pelebaran nadi

● Nadi teraba kuat

● Klien tampak minum perasan labu siam.

A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan
12. Ny. Stn S : KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan lebih baik dari sebelumnya pusing

sudah tidak ada


O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 150/80 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam.

A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan
13. Tn. Y S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan sudah tidak merasakan pusing dan

dibagian tengkuk sudah tidak sakit

● Klien mengatakan lebih rileks setelah melakukan relaksasi

O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD =135/88 mmHg

● Klien tampak minum perasan labu siam.

A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan

14. Ny. Sh S: KELOMPOK


1A
● Klien mengatakan sudah merasa nyaman dan sudah tidak
sakit dibagian tengkuk
O:

● Keadaan umum : baik

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● Kesadaran : compos mentis

● Ttv : TD = 135/74 mmHg

A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan
15. Tn. G S: KELOMPOK
1A
● Klien mengatakan merasa lebih baik setelah minum

perasan labu siam

● Klien mengatakan pusing sudah tidak ada

O:

● Keadaan umum : baik

● Kesadaran : compos mentis

● Klien tampak minum perasan labu siam.

● Ttv : TD = 135/80 mmHg

A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan

B. Hasil pengaruh pemberian perasan labu siam


1. Univariat
Karakteristik Responden
Karakteristik data pribadi responden yang terdiri dari usia dan jenis kelamin.
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi responden penelitian ini
a) Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden di Ciracas Tahun
2023 (n=15)

No usia frekuensi Presentase (%)


1 60-65 7 47
2 66-70 8 53
Total 15 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa karakteristik responden yang


berusia 66-70 tahun sebanyak 8 orang (53%), responden yang berusia 60-
65 tahun sebanyak 7 orang (47%),

b) Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin


Tabel 4.2
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin Responden di
Posbindu Ciracas Tahun 2023 (n=15)
No Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki-laki 8 53
2 Perempuan 7 47
Total 15 100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa karakteristik responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang (53%), responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (47%).

c) Rata-rata tekanan darah sebelum diberikan perasan labu siam

Analisa Univariat dilakukan dengan mencari rata-rata ( Mean) tekanan


darah sebelum dan sesudah pemberian perasan labu siam.
Tabel 4.3
Rata-rata Responden Berdasarkan Sebelum Tekanan Darah Sistolik
dan Diastolik di Ciracas dan Cimanggis Tahun 2023 ( n=15)

Variabel Mean Standar Deviasi Min-Mak


Sistole 159,8 16,7 130-180
Diastole 92,3 10,3 80 -110

Menurut tabel 4.1 dapat dilaporkan bahwa rata-rata sebelum tekanan darah
sistole adalah 159,8 mmHg dengan standar deviasi 16,7. Hasil survey
menunjukan bahwa sistole yang paling rendah adalah 130 mmHg dan yang
paling tinggi adaalah 180 mmHg. Sedangkan rata-rata diastole sebelum
adalah 92,3 mmHg dengan standar deviasi 10,3. Hasil survey menunjukan
bahwa diastole yang paling rendah adalah 80 mmHg dan yang paling tinggi
adalah 110 mmHg.

Tabel 4.4
Rata-rata Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik Sesudah di Ciracas dan Cimanggis Tahun 2023 ( n=15)

Variabel Mean Standar Deviasi Min-Mak


Sistole 147,07 13,6 130-180
Diastole 74,6 12,8 60-100

Menurut tabel 4.2 dapat dilaporkan bahwa rata-rata sistole sebelum adalah
147,07 mmHg dengan standar deviasi 13,6 mmHg. Hasil survey
menunjukan bahwa sistole yang paling rendah adalah 130 mmHg dan yang
paling tinggi adaalah 180 mmHg. Sedangkan rata-rata diastole sesudah
adalah 74,6 mmHg dengan standar deviasi 12,8. Hasil survey menunjukan
bahwa diastole yang paling rendah adalah 60 mmHg dan yang paling tinggi
adalah 100 mmHg.

2. Bivariat
Pengaruh pemberian perasan labu siam terhadap perubahan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi di Posbindu Ciracas dan warga Desa Rawa
Kalong Cimanggis Depok
Tabel 4.5
Pengaruh pemberian perasan labu siam terhadap perubahan tekanan
darah sistol pada lansia dengan hipertensi di Posbindu Ciracas dan
warga Desa Rawa Kalong Cimanggis Depok Tahun 2023 (n-15)
Sistol Mean Standar Deviasi P value
sebelum 165 mmHg 12,350 0,000
sesudah 149 mmHg 10,280

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum
diberikan perasan labu siam didapatkan hasil 165 mmHg dengan variasi
12,350 mmHg%. Setelah pemberian perasan labu siam turun menjadi 149
mmHg dengan variasi 10,280 mmHg%. Dari hasil ini berarti pemberian
perasan labu siam menurunkan rata-rata tekanan darah sistol sebesar 16
mmHg. Hasil uji statistic dengan uji T pair didapatkan pvalue=0,000 artinya
ada perbedaan signifikan rata-rata tekanandah sistol sebelum dan sesudah
pemberian perasan labu siam. Dengan kata lain, pemberian intervensi
perasan labu siam berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah
sistol pada lansia dengan hipertensi di Posbindu Ciracas dan warga Desa
Rawa Kalong Cimanggis Depok.

Tabel 4.6
Pengaruh pemberian perasan labu siam terhadap perubahan tekanan
darah diastole pada lansia dengan hipertensi di Posbindu Ciracas dan
warga Desa Rawa Kalong Cimanggis Depok Tahun 2023 (n=15)
Diastole Mean SD P value
Sebelum 98 mmHg 10,528 0,000
Sesudah 84 mmHg 7,997
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa rata-rata tekanan darah diastol sebelum
diberikan perasan labu siam didapatkan hasil 98 mmHg dengan variasi
10,528 mmHg%. Setelah pemberian perasan labu siam turun menjadi 84
mmHg dengan variasi 7,997 mmHg%. Dari hasil ini berarti pemberian
perasan labu siam menurunkan rata-rata tekanan darah diastol sebesar 14
mmHg. Hasil uji statistic dengan uji T pair didapatkan pvalue=0,000 artinya
ada perbedaan signifikan rata-rata tekanandah diastol sebelum dan sesudah
pemberian perasan labu siam. Dengan kata lain, pemberian intervensi
perasan labu siam berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah
diastole pada lansia dengan hipertensi di Posbindu Ciracas dan warga Desa
Rawa Kalong Cimanggis Depok.

3. Pembahasan
a) Analisis Karakteristik Pasien
1. Usia
Berdasarkan hasil analisis unuvariat menunjukan bahwa karakteristik
responden yang berusia 60-65 tahun sebanyak 7 orang (47%),
responden yang berusia 66-70 tahun sebanyak 8 orang (53%).
Analisa peneliti bahwa factor usia merupakan salah satu factor resiko
penyakit hipertensi. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan
tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukan bahwa karakteristik
responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (47%),
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang (53%).
Hasil analisis peneliti pada penelitian ini laki-laki banyak mengalami
hipertensi disbanding perempuan yang bisa disebabkan karna pola
aktivitas saat usia muda dan makanan yang dikonsumsi, serta factor
stressor yang dialami.
b) Analisa Tekanan Darah sebelum diberikan perasan labu siam
Berdasarkan analisis univariat menunjukan bahwa rata-rata tekanan darah
systole sebelum diberikan perasan labu siam pada responden lansia di
Posbindu Ciracas dan warga Desa Rawa Kalong Cimanggis Depok
adalah 159,2 mmHg (hipertensi grade 2), rata-rata tekanan darah diastole
92,3 mmHg (hipertensi grade 2).
Hasil analisis peneliti, rata-rata tekanan darah systole dan diastole pada
responden sebelum diberikan perasan labu siam yaitu termasuk dalam
hipertensi grade 2.
c) Analisa Tekanan Darah setelah diberikan perasan labu siam
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukan bahwa rata-rata tekanan
darah sistole setelah diberikan perasan labu siam pada responden lansia
di Posbindu Ciracas dan warga Desa Rawa Kalong Cimanggis Depok
adalah 147,07 mmHg (hipertensi grade 1), rata-rata tekanan darah
diastole 74,6 mmHg (hipertensi grade 1).
Hasil analisa peneliti, rata-rata tekanan darah systole dan diastole pada
responden setelah diberikan perasan labu siam turun menjadi hipertensi
grade 1.
d) Analisa tindakan keperawatan sesuai judul penelitian
Berdasarkan hasil analisis bivariate menunjukan bahwa data yang telah
dilakukan uji statistic paired T Test diperoleh nilai pvalue=0,000
(p<=0,05), berarti Ho ditolak Ha diterima. Hal ini menunjukan ada
pengaruh yang signifikan antara pemberian perasan labu siam terhadap
penurunan tekanan darah systole dan diastole pada lansia di Posbindu
Ciracas dan warga Desa Rawa Kalong Cimanggis Depok..
Berdasarkan hasil analisa tersebut, peneliti berpendapat bahwa
penurunan tekanan darah systole dan diastole pada penelitian ini
disebabkan perasan labu siam memiliki kandungan kalium yang dapat
mengurangi sekresi renin sehingga menyebabkan penurunan angiotensin
2 sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah berkurang dan
menurunnya aldosterone sehingga reabsorsi natrium dan air kedalam
darah berkurang sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Pada
penelitian sebelumnya Rizky dkk (2018), yang mengatakan terdapat
pengaruh pemberian perasan labu siam terhadap perubahan tekanan
darah pada wanita lanjut usia dengan hipertensi, hasil penelitian sebelum
diberikan perasan labu siam tekanan darah mengalami penurunan dari
153,13/93,75 mmHg menjadi 133,13/81,88 mmHg.

4. Keterbatasan Studi Kasus


Dalam pelaksanaan penelitian ini memiliki ketebatasan antara lain :
a. Waktu penelitian yang bertepatan dengan cuti Bersama dan libur lebaran
sehingga banyak responden yang sedang mudik atau tidak ada ditempat.
b. Pelaksanaan terapi komplementer pemberian perasan labu siam yang
dilaksanakan di Posbindu Ciracas dan warga Desa Rawa Kalong
Cimanggis Depok pada post pemberian perasan labu siam dilakukan
masing-masing tanpa berkumpul disatu tempat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian, analisa data penentuan diagnosa, perencanaan
(intervensi), implementasi, dan evaluasi tentang Pengaruh pemberian perasan
labu siam terhadap perubahan tekanan darah diastole pada lansia dengan
hipertensi di Posbindu Ciracas dan warga Desa Rawa Kalong Cimanggis
Depok Tahun 2023 untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi, maka kelompok menarik kesimpulan:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan data subjektif, dari semua lansia
mengatakan merasa pusing, dan nyeri tengkuk bila melakukan aktivitas
dan didapatkan rata-rata nilai tekanan darah 160-180 mmHg dengan usia
rata- rata 606-74 tahun. Ditemukan pada semua lansia mereka
mengkonsumti terapi farmakologi yaitu amlodipine 5 mg/10 mg,
bisoprolol atau pun captopril, ada sebagian lansia yang mendapat
farmakologi obat tensi lebih dari 1 terapi.
2. Diagnosa
Hasil diagnosa keperawatan pada kasus hipertensi pada lansia yaitu
resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
ditandai dengan klien mengatakan pusing dan nyeri tengkuk bila
melalukan aktivitas.
3. Intervensi
Intervensi untuk diagnosa Resiko perfusi serebral tidak efektif
berhubungan dengan hipertensi yaitu Managemen peningkatan tekanan
intra kranial (I.06194) dalam SIKI, antara lain Penyebab/gejala
peningkatan TIK, Monitor peningkatan tekanan darah, Monitor pelebaran
tekanan nadi (Selisih TDS dan TDD), Berikan terapi non farmakologi
untuk mengoptimalkan perubahan tekanan darah diastole pada lansia
dengan hipertensi.

4. Implementasi
Mengaplikasikan mengkonsumsi perasan labu siam 100 gram yang
diparut menggunakan parutan lalu diperas menggunakan saringan the
diminum 2x dalam sehari lalu setelah diberikan perasan labu siam lansia
dilakukan tensi evaluasi, tindakan ini dilakukan selama 3 hari. Hal ini
dilakukan untuk mengoptimalisasikan terhadap diagnosa resiko perfusi
serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang diberikan pada lansia hipertensi data subjektif yang
didapat yaitu klien mengatakan sudah tidak pusing, dan dapat
melaksanakan aktivitas yang ditandai dengan hasil penurunan tekanan
darah sistol terdapat rata-rata tekanan darah sistol sebelum diberikan
perasan labu siam didapatkan hasil 1,75 mmHg dengan variasi 0,550
mmHg%. Setelah pemberian perasan labu siam turun menjadi 1,15
mmHg dengan variasi 0,489 mmHg%. Dari hasil ini berarti pemberian
perasan labu siam menurunkan rata-rata tekanan darah sistol sebesar 0,6
mmHg%. Hasil uji statistic dengan uji T pair didapatkan pvalue=0,000
artinya ada perbedaan signifikan rata-rata tekanandah sistol sebelum dan
sesudah pemberian perasan labu siam. Dan rata-rata tekanan darah
diastol sebelum diberikan perasan labu siam didapatkan hasil 1,65 mmHg
dengan variasi 0,587 mmHg%. Setelah pemberian perasan labu siam
turun menjadi 1,05 mmHg dengan variasi 0,224 mmHg%. Dari hasil ini
berarti pemberian perasan labu siam menurunkan rata-rata tekanan darah
diastol sebesar 0,6 mmHg%. Hasil uji statistic dengan uji T pair
didapatkan pvalue=0,000 artinya ada perbedaan signifikan rata-rata
tekanandah diastol sebelum dan sesudah pemberian perasan labu siam.
Dengan kata lain, pemberian intervensi perasan labu siam berpengaruh
signifikan terhadap penurunan tekanan darah diastole pada lansia dengan
hipertensi di Posbindu Rawa Kalong.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Asuhan keperawatan ini sangat berguna untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu untuk pemberian terapi non
farmakologi.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil pembahasan ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
pelayanan keperawatan sebagai salah satu cara menurunkan tekanan
darah dengan menggunakan terapi non farmakologi yang mudah didapat
dan dijangkau sehingga bila dilakukan menjadi efektif untuk perubahan
tekanan darah.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dengan digunakan
sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam menangani
pasien hipertensi dan mengembangkan intervensi keperawatan. Sehingga
dapat menambah keilmuan khususnya dalam bidang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Sudijono. 2007. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada


Raju.

Anggraeni, N. I., Hidayat, I. W., Rachman, S. D., Ersanda. 2018. Bioactivity of


essential oil from lemongrass (Cymbopogon citratus Stapf) as
antioxidant agent. American Institute of Physics Publishing

Arif, Sumantri. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi pertama. Jakarta:


Kencana Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Depkes RI (2017). Profil kesehatan indonesia. Jakarta: Depkes Republik


Indonesia.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan-Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasl Penelitian. Jakarta: Trans
Infomedia.

Endar S, Wasisto U, Yesi H. 2015. Efektifitas Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Esensial. jurnal ners. Vol.2
No.2.

Hartono, LA. (2007). Stres & stroke. Yogyakarta: Kanisius.

Irfannudin.(2019).Cara Sistematis Berlatih Meneliti.Jakarta Timur:Rayana


Komunikasindo.

Jiwantoro,A.,Yudha.(2017).Riset Keperawatan Analisa Data Statistiik


Menggunakan SPSS.Jakarta:Mitra Wacana Media.

Juliansyah.(2011).Metodologi Penelitian.Jakarta:Kencana.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Maharani, S. (2016). Herbal Sebagai Obat Bagi Penderita Penyakit Mematikan.

Organization WH.A global brief on Hypertension: silent killer, global public


health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.

Potter,p.(2012).Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses dan praktik. Ed 4. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of nursing: concept, process,


and practice. 4/E (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamentals of nursing, 7th edition. (Terj.
dr. Adrina Ferderika Nggie dan dr. Marina Albar). Jakarta: EGC.

Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Purwanto, 2007. Teknik Relaksasi untuk Mengatasi Stress. Diperoleh tanggal 1


Mai 2020 dari http://www.wikimu.com/news/Dis playnews.aspx?
id15495

________. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Riset Kesehatan Dasar, 58.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info
terkini/hasilriskesdas-2018.pdf

Ramdani, H. (2012). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap


Penurunan Tekanan Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang.

Ramdhani, N., & Putra, A. A. (2009). Pengembangan multimedia relaksasi. Jurnal


Psikologi Volume 34 no.2. Diakses 3 Februari (2015) dari
http://www.pzikologizone.com/langka h-langkah-relaksasi-otot-
progresif.

Ratna Dewi Pudiastuti, 2011. Penyakit Pemicu STROKE. Yogyakarta : Nuha


Medika
Riskesdas. 2013. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpulan Data. Jakarta:
Badan litbangkes RI

Riwidikdo,H.(2013).Statistik Kesehatan dan Aplikasi SPSS Dalam


Prosedur.Yogyakarta:Rohima Press.

Smeltzer & Bare, 2002. Tekanan Darah Tinggi : Mengapa Terjadi,

Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, I. (2004). Hipertensi. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama Anggota IKAPI

Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Cara jitu mengenal darah tinggi (Hipertensi).
Yogyakarta: ANDI.

Triyanto. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

World Health Organization (WHO). 2016. WHO methods and data sources global
burden of diasese estimates 2000-2015.
LAMPIRAN
DATA TENSIMETER PRE DAN POST
HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3
Jenis
NO NAMA USIA 20/06/2022 21/06/2022 22/06/2022
Kelamin
Pre Post Pre Post Pre Post
169/10
1 Ny N P 66 169/100 1 160/88 145/85 155/85 150/90
2 Ny K P 67 158/98 148/86 150/83 145/88 145/84 142/90
3 Ny SP P 66 173/84 155/61 160/85 158/70 158/98 149/84
174/10 175/10
4 Tn D L 65 180/126 0 190/100 0 178/88 165/89
165/10
5 Tn M L 62 168/100 0 158/90 143/88 155/84 143/84
6 Ny S P 68 164/103 155/84 158/95 145/90 158/85 147/85
155/10
7 Ny Sm P 69 165/101 164/92 170/90 0 157/88 150/84
149/10
8 Tn St L 65 163/108 2 153/100 135/90 154/80 135/84
9 Tn DR L 62 166/99 157/99 160/89 155/95 145/95 145/70
10 Tn DU L 63 153/90 148/87 165/88 135/85 155/75 150/80
11 Tn T L 69 165/89 140/88 145/89 136/84 145/80 140/65
12 Ny Stn P 62 165/101 155/90 163/100 155/87 155/100 150/80
13 Tn Y L 67 143/83 148/81 138/93 135/88 140/90 135/88
14 Ny SH P 68 158/84 145/68 154/82 143/84 145/85 135/74
15 Tn G L 63 155/82 148/90 150/85 145/80 158/86 135/80

DATA SISTOLE

Jenis HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3


NAMA Kelami USIA 20/06/2022 21/06/2022 22/06/2022
n Pre Post Pre Post Pre Post
Ny N P 66 169 169 160 145 155 150
Ny K P 67 158 148 150 145 145 142
Ny SP P 66 173 155 160 158 158 149
Tn D L 65 180 174 190 175 178 165
Tn M L 62 168 165 158 143 155 143
Ny S P 68 164 155 158 145 158 147
Ny Sm P 69 165 164 170 155 157 150
Tn St L 65 163 149 153 135 154 135
Tn DR L 62 166 157 160 155 145 145
Tn DU L 63 153 148 165 135 155 150
Tn T L 69 165 140 145 136 145 140
Ny Stn P 62 165 155 163 155 155 150
Tn Y L 67 143 148 138 135 140 135
Ny SH P 68 158 145 154 143 145 135
Tn G L 63 155 148 150 145 158 135

DATA DIASTOLE

Jenis HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3


NAMA Kelami USIA 20/06/2022 21/06/2022 22/06/2022
n Pre Post Pre Post Pre Post
Ny N P 66 100 101 88 85 85 90
Ny K P 67 98 186 83 88 84 90
Ny SP P 66 84 61 85 70 98 84
Tn D L 65 126 100 100 100 88 89
Tn M L 62 100 100 90 88 84 84
Ny S P 68 103 84 95 90 85 85
Ny Sm P 69 101 92 90 100 88 84
Tn St L 65 108 102 100 90 80 84
Tn DR L 62 99 99 89 95 95 70
Tn DU L 63 90 87 88 85 75 80
Tn T L 69 89 88 89 84 80 65
Ny Stn P 62 101 90 100 87 100 80
Tn Y L 67 83 81 93 88 90 88
Ny SH P 68 84 68 82 84 85 74
Tn G L 63 82 90 85 80 86 80
Lampiran spss
usia
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Vali 60- 7 47.0 47.0 40.0
d 65
66- 8 53.0 53.0 100.0
74
Total 15 100.0 100.0

jeniskelamin
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Vali laki-laki 8 53.0 53.0 40.0
d perempuan 7 47.0 47.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

presistol
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Vali 140-159 6 30.0 30.0 30.0
d 160-180 13 65.0 65.0 95.0
Total 15 100.0 100.0

prediastol
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Vali 80-99 9 60.0 60.0 60.0
d 100-109 5 33.0 33.0 93.0
>110 1 7.0 7.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

possistol
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Vali 130-159 14 93.0 93.0 93.0
d 160-180 1 7.0 7.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

posdiastol
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Vali 60-89 13 86.0 86.0 86.0
d 90-100 2 14.0 14.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
Dokumentasi Seminar KTI pada Kamis, 18 Mei 2023 Jam 15.00 via Zoom dengan bu Ns. Maryati,S.Kep.,S.Sos.,MARS

Anda mungkin juga menyukai