Makalah Keperawatan Anak SINDROM NEFROTIK
Makalah Keperawatan Anak SINDROM NEFROTIK
Makalah Keperawatan Anak SINDROM NEFROTIK
Disusun oleh :
1. Nelly br tarigan 21231203
2. Siti muaisyah -21231172
3. Windah novianti - 21231189
4. Putu Eka Ratna Dewi - 21231112
5. Indah dwi Putri Rahayu - 21231215
6. Via Salamatul Apiah -21231223
7. Fitri Puspita Sarri - 21231180
8. Yayu Damayanti - 21231171
9. Anita Nurul Alifah – 21231220
10. Martha Nababan – 21231190
11.
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, dan
nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain,
seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan amyloidosis
C. Anatomi Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia
memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak
di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus
oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan (Astuti, 2013).
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator
air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan
sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin (Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula
Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan
masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat
arteri eferen (Astuti, 2013).
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output
(Astuti, 2013).
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari
kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan
osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin
dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik
plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam
urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi
dan yuliani, 2001 : 217).
E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001),
manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila
ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area
ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti
malese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
(Sumber: Irapanussa, 2015) (Sumber: nursingbegin.com, 2010)
F. Pathways
Anoreksia,
Hipoksia Metabolism nausea, vomitus Nafas tidak
jaringan anaerob adekuat
Gangguan
Iskemia Produksi asam pemenuhan Ketidakefektif
laktat nutrisi an pola nafas
Nekrosis
Menumpuk di Ketidakseimba Volume urin
otot ngan nutrisi yang diekskresi
Ketidakefek kurang dari
tifan perfusi kebutuhan
jaringan Kelemahan, tubuh Oliguri
perifer keletihan,
mudah capek
Intoleransi
aktivitas
konstipasi Mengubah
angiotensin Aldosterone
menjadi
angiotensin I &
II
Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer
Tekanan darah
Beban kerja
jantung
Penurunan
curah jantung
G. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang
berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin
serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi
ginjal, dan darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48
jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya
darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan
penyakit ginjal. Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes
awal diagnosis sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan
dipstik, atau melalui tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan
kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih
yang masuk dalam nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak
hialin dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot
collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari
jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total
protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis.
Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin >
2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.
4. Albumin serum
kualitatif : ++ sampai ++++
kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi
nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin
diperlukan untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena
masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk
membedakan minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal,
karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid.
Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian
akan diperiksa di laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas
radiologi untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat menggunakan jarum
model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi tengurap pasien
mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada posisi duduk
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan pemeriksaan lab
urin lengkap.
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien dipulangkan.
Biasanya untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi biopsi sore pulang (one
day care ).
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat tapi
biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah).
Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin
melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis
karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14
tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah
dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8
gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N:
0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal
(N: 0,3-1 gm/100ml), rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3
normal/rendah (N: 80-120 mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal.
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga pasien
dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk
meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk
menggantikan protein yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein di
tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk
pasien dengan edema berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk
mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2001).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup agens
antineoplastik (Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau siklosporin),
jika terjadi kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan (Brunner & Suddarth,
2001).
Batasan Karakteristik :
1) Edema
2) Ansietas
3) Anasarka
4) Gangguan pola nafas
5) Oliguria
6) Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7) Perubahan berat jenis urine
(NANDA, 2015)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan (anoreksia)
Batasan Karakteristik :
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Gangguan sensasi rasa
3) Kurang minat pada makanan
(NANDA, 2015)
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)
Batasan Karakteristik :
1) Berfokus pada penampilan masa lalu
2) Menghindari melihat tubuh
3) Menghindari menyentuh tubuh
4) Menyembunyikan bagian tubuh
5) Takut reaksi orang lain
(NANDA, 2015)
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus dengan jumlah
berlebihan (efusi pleura)
Batasan Karakteristik :
1) Suara nafas tambahan
2) Perubahan frekuensi dan irama napas
3) Sianosis
4) Dipsneu
5) Gelisah
(NANDA, 2015)
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penekanan tubuh
terlalu dalam akibat edema
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,
sensasi, suhu)
2) Waktu pengisian kapiler > 3 detik
3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4) Edema
5) Paresresia
(NANDA, 2015)
f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Bradipnea
4) Dipsnea
5) Penurunan ventilasi semeniit
(NANDA, 2015)
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Batasan Karakteristik :
1) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
2) Dipsnea setelah beraktivitas
3) Menyatakan merasa letih
4) Menyatakan merasa lemah
(NANDA, 2015)
h. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
Batasan Karakteristik :
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
4) Takikardia
(NANDA, 2015)
4. Intervensi
No. Tujuan &
Intervensi Rasional
Dx. Kriteria Hasil
1. Setelah Timbang berat badan Estimasi penurunan
dilakukan setiap hari dan monitor edema tubuh
tindakan status pasien
keperawatan
selama … x 24 valuasi harian
jam, Jaga intake/asupan yang keberhasilan terapi
diharapkan akurat dan catat output dan dasar penentuan
kelebihan tindakan
volume cairan
tidak terjadi menentukan
dengan kriteria Kaji lokasi dan luasnya intervensi lebih
hasil : edema lanjut
a. Terjadi
penurunan mencegah edema
edema dan Berikan cairan dengan bertambah parah
ascites tepat
b. Tidak Diberikan dini
terjadi Berikan diuretik yang pada fase
peningkata diresepkan oleh dokter oliguria untuk meng
n berat ubah ke fase
badan (NIC, 2013) nonoliguria, dan
meningkatkan
volume urine
adekuat
2. Setelah Monitor kalori dan Membantu dan
dilakukan asupan makanan mengidentifikasi
tindakan defisiensi dan
keperawatan kebutuhan diet
selama … x 24
jam, Lakukan atau bantu Mulut yang bersih
diharapkan pasien terkait perawatan dapat meningkatkan
ketidakseimba mulut sebelum makan nafsu makan
ngan nutrisi
kurang dari Pastikan makanan Meningkatkan selera
kebutuhan disajikan secara dan nafsu makan
tubuh tidak menarik dan pada suhu
terjadi, dengan yang paling cocok
kriteria hasil : untuk konsumsi secara
a. Nafsu optimal
makan
klien Anjurkan pasien terkait Pasien dapat
meningkat dengan kebutuhan diet kooperatif dan
b. Tidak untuk kondisi sakit melakukan apa yang
terjadi dianjurkan
hipoprotein Kolaborasi dengan ahli
emia gizi untuk mengatur Diet yang tepat dapat
c. porsi diet yang diperlukan meningkatkan status
makan (NIC, 2013) nutrisi pasien
yang
dihidangka
n
dihabiskan
3. Setelah Monitor apakah anak Mengidentifikasi
dilakukan bisa melihat bagian respon anak terhadap
tindakan tubuh mana yang perubahan tubuhnya
keperawatan berubah
selama … x 24
jam, Identifikasi strategi- Respon orangtua
diharapkan strategi penggunaan menentukan
gangguan citra koping oleh orangtua bagaimana persepsi
tubuh dapat dalam berespon anak terhadap
teratasi, terhadap perubahan tubuhnya
dengan kriteria penampilan anak
hasil :
a. Citra tubuh
positif Bangun hubungan Memudahkan
b. Mendeskri saling percaya dengan komunikasi personal
pisikan anak dengan anak
secara
faktual Gunakan gambaran Mekanisme evaluasi
perubahan mengenai gambaran diri dari persepsi citra
fungsi diri anak
tubuh
c. Mempertah Ajarkan untuk melihat Membantu
ankan pentingnya respon meningkatkan citra
interaksi mereka terhadap tubuh anak
sosial perubahan tubuh anak
dan penyesuaian di
masa depan, dengan
cara yang tepat.
(NIC, 2013)
5. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut :
1.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : An. A.L
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tgl MRS : 5 Oktober 2020
No RM : 00401531
Alamat : Jl.Mawar Sari II no 41 RT 007/011,Pasar Rebo
2. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD dengan keluhan seluruh tubuh bengkak, wajah/kelopak mata,
perut,scrotum, dan tungkai bengkak (Pasien SN relaps sering), Bengkak makin berat
pada 1 minggu terakhir ini. Pada 2 bulan trakhir ini protein urin +2 terus. Tidak ada
demam/batuk/pilek/sesak
5. Kebutuhan Dasar
A. Makan
1. Makanan yang disukai / tidak disukai :
Pasien tidak suka makanan yang pedas .
C. Personal Hygiene
1. Mandi : 2 kali
2. Mencuci rambut : setiap hari
3. Menggosok gigi : 2 kali
D. Eliminasi
1. BAB : bentuk padat , warna dan bau khas feses
2. BAK : warna urine kekuningan dan jernih jumlah sedikit saat berkemih
E. Aktivitas Bermain
Sebelum PSBB anak bermain aktif seperti main bola , sepeda dan renang . saat
ini anak hanya bermain game, bola dan sepeda didalam rumah sambil PJJ
( pembelajaran jarak jauh )
7. Keadaan Saat Ini
A. Diagnosis Medis
SN dengan Oedem Scrotum dan oedem Palpebra
B. Status Nutrisi
Diet Bebas Rendah garam
C. Status Cairan
Batasan cairan 800ml / 24 jam
D. Obat- obatan
- Prednisolon 1x24 mg
- Furosemid 2x20 mg IV
E. Aktivitas
Pasien saat ini lebih banyak melakukan aktivitas ditempat tidur,karena saat berjalan
Scrotum terasa berat
F. Tindakan Keperawatan
Menganjurkan pada Ibu dan pasien untuk mengukur haluaran urine/24 jam dan
mengikuti asupan cairan 800ml/24 jam
Pemeriksaan Penunjang
1 .Laboratorium
Basofil 1 0 – 1%
Eosinofil 1 1–3%
Batang 1 2–6%
Segmen 90 50 – 70 %
Limfosit 24 20 – 40 %
Monosit 2 2–8%
Urinalysis
RBC 6 -8 <2/LPB
WBC 2-4 <4/LPB
Glucosa Negative
Protein Positive 3
Ketone Negative
Bilirubin Negative
Occult Blood Positiv 1
Nitrit Negative
Urobilinogen 0.2
Radiologi
USG Ginjal Buli : morfologi kedua ginjal dan Buli dalam batas normal
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran Compos Metis
b. Tanda – Tanda Vital
● Suhu : 36 ◦c
● Nadi : 89 x/ menit
● Respirasi : 18 x/ menit
1. Kulit
2. Kuku
● Warna : Putih
3. Kepala
4. Mata
● Sklera : Anikterik
● Konjungtiva : Ananemis
● Refleks cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan reflek
5. Hidung
● Bentuk : Simetris
● Serumen : Sedikit
6. Telinga
● Bentuk : Sismetris
● Keadaan : Bersih
7. Mulut
● Bentuk : Simetris
9. Abdomen
● Nyeri tekan : Tidak ada
10. Genetalia
● Scrotum : Bengkak
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1.Klien datang dibawa ibunya kerumah 1. Pada saat dikaji Kulit tampak putih bersih
sakit dengan keluhan badan anaknya 2. nadi 89x/menit,
3. RR : 18x/menit,
bengkak-bengkak di seluruh badan terutama
4. tekanan darah 110/70mmHg
dibagian wajah, mata dan Scrotum 5. Hb : 13.6 g/dl
2. Ibunya mengatakan 1 minggu SMRS 6. wbc 12.1 x10/ud
7. Protein total 2,4 g/dl,
kelopak mata, wajah dan Scrotum semakin
8. Albumin: 1,2 g/dl,
membesar 9. Ureum/ Creatin : 51.36/0.48
3. Ibunya mengatakan klien susah untuk 10. Scrotum bengkak
11. oedem priorbita (+),
berjalan karena scrotum yang bengkak
12. hipoalbuminemia (+)
4. Klien mengatakan saat BAK Urine keluar 13. Batasan Minum 800 ml/24 jam
sedikit 14. darah (+1),
5.Ibunya mengatakan Batasan intake 800 15. protein (+3) ,
16. urobilonogen (0,2),
ml/24 jam 17. Klien tampak ceria mudah tersenyum
6.Ibunya mengatakan tidak ada rasa Nyeri, 19. BB : 34.9 Kg
sesak Nafas dan makan sesuai toleransi
7.Ibunya mengatakan Sindrom Nefrotik
sudah dialami sejak usia 2 Tahun lebih
8 Ibunya mengatakan selama sakit SN tidak
pernah Transfusi
ANALISA DATA
NO DATA KLIEN MASALAH KEPERAWATAN
1. DS : Kelebihan volume cairan
Klien datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
berhubungan dengan gangguan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di
mekanisme regulasi
seluruh badan terutama dibagian wajah, mata dan
Scrotum Ibunya mengatakan 1 minggu SMRS
kelopak mata, wajah dan Scrotum semakin
membesar
Klien mengatakan saat BAK Urine keluar sedikit
Ibunya mengatakan Sindrom Nefrotik sudah
dialami sejak usia 2 Tahun lebih
DO :
nadi 89x/menit,RR : 18x/menit,tekanan darah
110/70mmg
2.
Albumin: 1,2 g/dl Ketidakefektifan perfusi jaringan
Ureum/ Creatin : 51.36/0.48 perifer berhubungan dengan
Scrotum bengkak, oedem priorbita (+), penekanan tubuh terlalu dalam akibat
hipoalbuminemia (+)
edema
DS :
Klien datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di
seluruh badan terutama dibagian wajah, mata dan
Scrotum Ibunya mengatakan 1 minggu SMRS
kelopak mata, wajah dan Scrotum semakin
membesar
Klien mengatakan saat BAK Urine keluar sedikit
3.
Ibunya mengatakan Sindrom Nefrotik sudah
dialami sejak usia 2 Tahun lebih
DO :
nadi 89x/menit,RR : 18x/menit,tekanan darah
110/70mmg
Albumin: 1,2 g/dl
4. Ureum/ Creatin : 51.36/0.48
Scrotum bengkak, oedem priorbita (+),
hipoalbuminemia (+)
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan penyakit (edema)
DS :
Klien datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di
seluruh badan terutama dibagian wajah, mata dan
Scrotum
DO :
nadi 89x/menit,RR : 18x/menit,tekanan darah
110/70mmg
Scrotum bengkak, oedem priorbita (+),
BB : 34.9 Kg
Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Intervensi Keperawatan
Tujuan &
No. Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Dx.
1. Setelah Timbang berat badan Estimasi penurunan
dilakukan setiap hari dan monitor edema tubuh
tindakan status pasien
keperawatan
selama 1 x 24 valuasi harian
jam, Jaga intake/asupan yang keberhasilan terapi
diharapkan akurat dan catat output dan dasar penentuan
kelebihan tindakan
volume cairan
tidak terjadi menentukan
dengan kriteria Kaji lokasi dan luasnya intervensi lebih
hasil : edema lanjut
c. Terjadi
penurunan mencegah edema
edema dan Berikan cairan dengan bertambah parah
ascites tepat
d. Tidak Diberikan dini
terjadi Berikan diuretik yang pada fase
peningkata diresepkan oleh dokter oliguria untuk meng
n berat ubah ke fase
badan (NIC, 2013) nonoliguria, dan
meningkatkan
volume urine
adekuat
2. Setelah Monitor denyut dan Mengetahui kelainan
dilakukan irama jantung jantung
tindakan
keperawatan Ukur intake dan outtake Mengetahui
selama 1 x 24 cairan kelebihan atau
jam, kekurangan
diharapkan
perfusi Berikan oksigen sesuai Meningkatkan
jaringan kebutuhan perfusi
perifer efektif,
dengan kriteria Lakukan perawatan Menghindari
hasil : kulit, seperti pemberian gangguan integritas
d. Waktu lotion kulit
pengisian
kapiler < 3 Hindari terjadinya Mempertahankan
detik palsava manuver seperti pasukan oksigen
e. Tekanan mengedan, menahan
sistol dan napas, dan batuk
diastol (NIC, 2013)
dalam
rentang
yang
diharapkan
d. Tingkat
kesadaran
membaik
3. Setelah Monitor apakah anak Mengidentifikasi
dilakukan bisa melihat bagian respon anak terhadap
tindakan tubuh mana yang perubahan tubuhnya
keperawatan berubah
selama 1 x 24
jam, Identifikasi strategi- Respon orangtua
diharapkan strategi penggunaan menentukan
gangguan citra koping oleh orangtua bagaimana persepsi
tubuh dapat dalam berespon anak terhadap
teratasi, terhadap perubahan tubuhnya
dengan kriteria penampilan anak
hasil :
e. Citra tubuh Bangun hubungan Memudahkan
positif saling percaya dengan komunikasi personal
f. Mendeskri anak dengan anak
pisikan
secara Gunakan gambaran Mekanisme evaluasi
faktual mengenai gambaran diri dari persepsi citra
perubahan diri anak
fungsi
tubuh Ajarkan untuk melihat Membantu
c. Mempertah pentingnya respon meningkatkan citra
ankan mereka terhadap tubuh anak
interaksi perubahan tubuh anak
sosial dan penyesuaian di
masa depan, dengan
cara yang tepat.
(NIC, 2013)
Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction