Makalah Keperawatan Anak SINDROM NEFROTIK

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

DENGAN SINDROM NEFROTIK

Disusun oleh :
1. Nelly br tarigan 21231203
2. Siti muaisyah -21231172
3. Windah novianti - 21231189
4. Putu Eka Ratna Dewi - 21231112
5. Indah dwi Putri Rahayu - 21231215
6. Via Salamatul Apiah -21231223
7. Fitri Puspita Sarri - 21231180
8. Yayu Damayanti - 21231171
9. Anita Nurul Alifah – 21231220
10. Martha Nababan – 21231190
11.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2023
A. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan
urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan
gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus
(Luckman, 1996). Sindrom Nefrotik ditandai dengan proteinuria masif ( ≥ 40 mg/m2
LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine sewaktu >2mg/mg), hipoproteinemia,
hipoalbuminemia (≤2,5 gr/dL), edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001).
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1) peningkatan protein
dalam urin secara bermakna (proteinuria) (2) penurunan albumin dalam darah (3) edema,
dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).
Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Brunner &
Suddarth, 2001)

Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :


1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik Sindroma) :
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak
usia sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen,
seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis,
infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh
gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek
dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap
semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan
bayi jika tidak dilakukan dialisis.

B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, dan
nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain,
seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan amyloidosis
C. Anatomi Fisiologi Ginjal

(Sumber: Astuti, 2013)

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia
memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak
di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus
oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan (Astuti, 2013).

Unit fungsional ginjal


(Sumber: Astuti, 2013)

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator
air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan
sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin (Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula
Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan
masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat
arteri eferen (Astuti, 2013).
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output
(Astuti, 2013).
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari
kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan
osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin
dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik
plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam
urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi
dan yuliani, 2001 : 217).

E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001),
manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila
ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area
ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti
malese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
(Sumber: Irapanussa, 2015) (Sumber: nursingbegin.com, 2010)

(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id) (Sumber: pakarobatherbal.com)

F. Pathways

Virus, bakteri, protozoa inflamasi Perubahan


glomerulus permeabilitas
DM peningkatan viskositas darah membrane
Sistemik lupus eritematous regulasi glomerlurus
kekebalan terganggu proliferasi
abnormal leukosit Mekanisme
penghalang
Kerusakan
protein
glomerlurus

Protein & Kegagalan Kebocoran


albumin lolos dalam proses molekul besar
dalam filtrasi & filtrasi (immunoglobuli
masuk ke urine n)

Gangguan Protein dalam Protein dalam Pengeluaran


citra tubuh urine meningkat darah menurun IgG dan IgA
Pembengka Proteinuria Hipoalbuminemia Sel T dalam
kan pada sirkulasi
periorbita menurun

Ekstravaksi SINDROM Gangguan


cairan NEFROTIK imunitas
Mata

Penumpukan Volume Resiko infeksi


Oedema cairan ke ruang intravaskuler
intestinum
Reabsorbsi
ADH air

Penekanan Paru-paru Asites Kelebihan


pada tubuh volume cairan
terlalu dalam
Efusi pleura Tekanan
abdomen Menekan
meningkat diafragma

Nutrisi & O2 Ketidakefektifan


bersihan jalan
Mendesak Otot pernafasan
nafas
rongga lambung tidak optimal

Anoreksia,
Hipoksia Metabolism nausea, vomitus Nafas tidak
jaringan anaerob adekuat

Gangguan
Iskemia Produksi asam pemenuhan Ketidakefektif
laktat nutrisi an pola nafas

Nekrosis
Menumpuk di Ketidakseimba Volume urin
otot ngan nutrisi yang diekskresi
Ketidakefek kurang dari
tifan perfusi kebutuhan
jaringan Kelemahan, tubuh Oliguri
perifer keletihan,
mudah capek

Intoleransi
aktivitas

Absorbsi air oleh usus Hipovolemia Tekanan arteri


Feses mengeras Sekresi renin Granulasi sel-
sel glomerulus

konstipasi Mengubah
angiotensin Aldosterone
menjadi
angiotensin I &
II
Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer

Tekanan darah

Beban kerja
jantung

Penurunan
curah jantung

(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)

G. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang
berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin
serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi
ginjal, dan darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48
jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya
darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan
penyakit ginjal. Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes
awal diagnosis sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan
dipstik, atau melalui tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan
kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih
yang masuk dalam nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak
hialin dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot
collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari
jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total
protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis.
Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin >
2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.
4. Albumin serum
kualitatif : ++ sampai ++++
kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi
nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin
diperlukan untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena
masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk
membedakan minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal,
karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid.
Prosedur ini digunakan untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian
akan diperiksa di laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas
radiologi untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat menggunakan jarum
model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi tengurap pasien
mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada posisi duduk
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan pemeriksaan lab
urin lengkap.
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien dipulangkan.
Biasanya untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi biopsi sore pulang (one
day care ).

8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat tapi
biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah).
Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin
melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis
karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14
tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah
dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8
gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N:
0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal
(N: 0,3-1 gm/100ml), rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3
normal/rendah (N: 80-120 mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal.

(Sumber: Siburian, 2013)

H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga pasien
dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk
meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk
menggantikan protein yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein di
tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk
pasien dengan edema berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk
mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2001).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup agens
antineoplastik (Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau siklosporin),
jika terjadi kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan (Brunner & Suddarth,
2001).

Diet bagi klien sindrom nefrotik


1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia.
(Almatsier, 2007)
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu 35
kkal/kg BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein yang
dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya edema.
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan
trigliserida darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin
ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
(Almatsier, 2007)
3. Diet yang Dianjurkan dan Dihindari
Jenis Bahan
Dianjurkan Dibatasi
Makanan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, Roti, biskuit dan kue-
karbohidrat gandum, makaroni, pasta, kue yang dibuat
jagung, kentang, ubi, talas, menggunakan garam
singkong, havermout dapur dan soda.
Sumber Telur, susu skim/susu rendah Hati, ginjal, jantung,
protein lemak, daging tanpa lemak, limpa, otak, ham, sosis,
hewani ayam tanpa kulit, ikan babat, usus, paru,
sarden, kaldu daging,
bebek, burung, angsa,
remis, seafood dan
aneka. Protein hewani
yang diawetkan
menggunakan garam
seperti sarden, kornet,
ikan asin dan
sebagainya
Sumber Kacang-kacangan dan aneka Kacang-kacangan yang
protein nabati olahannya diasinkan aatu
diawetkan
Sayuran Semua jenis sayuran segar Sayuran yang
diasinkan atau
diawetkan
Buah-buahan Semua macam buah-buahan Buah-buahan yang
segar diasinkan atau
diawetkan
Minum Semua macam minuman yang Teh kental atau kopi.
tidak beralkohol Minuman yang
mengandung soda dan
alkohol: soft drink,
arak, ciu, bir
Lainnya Semua macam bumbu Makanan yang
secukupnya berlemak, penggunaan
santan kental, bumbu:
garam, baking powder,
soda kue, MSG, kecap,
terasi, ketchup, sambal
botol, petis, tauco,
bumbu instan, dan
sebagainya

I. Konsep Asuhan Keperawatan pada Sindrom Nefrotik


2. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6 th).
Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan kelainan
genetik sejak lahir.
2) Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun
terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan
diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering
bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya juga dapat
memicu terjadinya infeksi.
3) Agama
4) Suku/bangsa
5) Status
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
b. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan hubungannya
dengan klien.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar
(adanya acites)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan
hal berikut:
3) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
4) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
5) Kaji adanya anoreksia pada klien
6) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu
timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
f. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
3) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
4) Pola istirahat tidur: Susah tidur
5) Pola mekanisme koping : Cemas, maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
g. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan sistem tubuh
a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas
walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut.
Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia
pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
h. Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama
albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran
glomerulus. (Astuti, 2014; Munandar, 2014)
3. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

Batasan Karakteristik :
1) Edema
2) Ansietas
3) Anasarka
4) Gangguan pola nafas
5) Oliguria
6) Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7) Perubahan berat jenis urine
(NANDA, 2015)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan (anoreksia)

Batasan Karakteristik :
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Gangguan sensasi rasa
3) Kurang minat pada makanan

(NANDA, 2015)
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)

Batasan Karakteristik :
1) Berfokus pada penampilan masa lalu
2) Menghindari melihat tubuh
3) Menghindari menyentuh tubuh
4) Menyembunyikan bagian tubuh
5) Takut reaksi orang lain

(NANDA, 2015)
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus dengan jumlah
berlebihan (efusi pleura)

Batasan Karakteristik :
1) Suara nafas tambahan
2) Perubahan frekuensi dan irama napas
3) Sianosis
4) Dipsneu
5) Gelisah

(NANDA, 2015)
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penekanan tubuh
terlalu dalam akibat edema

Batasan Karakteristik :
1) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,
sensasi, suhu)
2) Waktu pengisian kapiler > 3 detik
3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4) Edema
5) Paresresia

(NANDA, 2015)
f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat

Batasan Karakteristik :
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Bradipnea
4) Dipsnea
5) Penurunan ventilasi semeniit

(NANDA, 2015)
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Batasan Karakteristik :
1) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
2) Dipsnea setelah beraktivitas
3) Menyatakan merasa letih
4) Menyatakan merasa lemah

(NANDA, 2015)
h. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung

Batasan Karakteristik :
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
4) Takikardia

(NANDA, 2015)
4. Intervensi
No. Tujuan &
Intervensi Rasional
Dx. Kriteria Hasil
1. Setelah Timbang berat badan Estimasi penurunan
dilakukan setiap hari dan monitor edema tubuh
tindakan status pasien
keperawatan
selama … x 24 valuasi harian
jam, Jaga intake/asupan yang keberhasilan terapi
diharapkan akurat dan catat output dan dasar penentuan
kelebihan tindakan
volume cairan
tidak terjadi menentukan
dengan kriteria Kaji lokasi dan luasnya intervensi lebih
hasil : edema lanjut
a. Terjadi
penurunan mencegah edema
edema dan Berikan cairan dengan bertambah parah
ascites tepat
b. Tidak Diberikan dini
terjadi Berikan diuretik yang pada fase
peningkata diresepkan oleh dokter oliguria untuk meng
n berat ubah ke fase
badan (NIC, 2013) nonoliguria, dan
meningkatkan
volume urine
adekuat
2. Setelah Monitor kalori dan Membantu dan
dilakukan asupan makanan mengidentifikasi
tindakan defisiensi dan
keperawatan kebutuhan diet
selama … x 24
jam, Lakukan atau bantu Mulut yang bersih
diharapkan pasien terkait perawatan dapat meningkatkan
ketidakseimba mulut sebelum makan nafsu makan
ngan nutrisi
kurang dari Pastikan makanan Meningkatkan selera
kebutuhan disajikan secara dan nafsu makan
tubuh tidak menarik dan pada suhu
terjadi, dengan yang paling cocok
kriteria hasil : untuk konsumsi secara
a. Nafsu optimal
makan
klien Anjurkan pasien terkait Pasien dapat
meningkat dengan kebutuhan diet kooperatif dan
b. Tidak untuk kondisi sakit melakukan apa yang
terjadi dianjurkan
hipoprotein Kolaborasi dengan ahli
emia gizi untuk mengatur Diet yang tepat dapat
c. porsi diet yang diperlukan meningkatkan status
makan (NIC, 2013) nutrisi pasien
yang
dihidangka
n
dihabiskan
3. Setelah Monitor apakah anak Mengidentifikasi
dilakukan bisa melihat bagian respon anak terhadap
tindakan tubuh mana yang perubahan tubuhnya
keperawatan berubah
selama … x 24
jam, Identifikasi strategi- Respon orangtua
diharapkan strategi penggunaan menentukan
gangguan citra koping oleh orangtua bagaimana persepsi
tubuh dapat dalam berespon anak terhadap
teratasi, terhadap perubahan tubuhnya
dengan kriteria penampilan anak
hasil :
a. Citra tubuh
positif Bangun hubungan Memudahkan
b. Mendeskri saling percaya dengan komunikasi personal
pisikan anak dengan anak
secara
faktual Gunakan gambaran Mekanisme evaluasi
perubahan mengenai gambaran diri dari persepsi citra
fungsi diri anak
tubuh
c. Mempertah Ajarkan untuk melihat Membantu
ankan pentingnya respon meningkatkan citra
interaksi mereka terhadap tubuh anak
sosial perubahan tubuh anak
dan penyesuaian di
masa depan, dengan
cara yang tepat.
(NIC, 2013)

4. Setelah Monitor respirasi dan Data dasar dalam


dilakukan status O2 menentukan
tindakan intervensi lebih
keperawatan lanjut
selama … x 24
Auskultasi suara nafas.
jam, Suara nafas
Catat adanya suara
diharapkan tambahan
nafas tambahan
bersihan jalan mengidentifikasikan
nafas dapat ada sumbatan dalam
efektif, dengan jalan nafas
kriteria hasil :
Atur intake untuk
a. Klien Mencegah edema
cairan
mampu bertambah parah
bernafas
Posisikan pasien
dengan Memaksimalkan
semifowler
mudah ventilasi
Lakukan fisioterapi
b. Mampu dada jika perlu Membantu
mengidenti (NIC, 2013) mengeluarkan sekret
fikasi dan
mencegah
faktor yang
dapat
menghamb
at jalan
nafas
5. Setelah Monitor denyut dan Mengetahui kelainan
dilakukan irama jantung jantung
tindakan
keperawatan Ukur intake dan outtake Mengetahui
selama … x 24 cairan kelebihan atau
jam, kekurangan
diharapkan
perfusi Berikan oksigen sesuai Meningkatkan
jaringan kebutuhan perfusi
perifer efektif,
dengan kriteria Lakukan perawatan Menghindari
hasil : kulit, seperti pemberian gangguan integritas
a. Waktu lotion kulit
pengisian
kapiler < 3 Hindari terjadinya Mempertahankan
detik palsava manuver seperti pasukan oksigen
b. Tekanan mengedan, menahan
sistol dan napas, dan batuk
diastol (NIC, 2013)
dalam
rentang
yang
diharapkan
c. Tingkat
kesadaran
membaik
6. Setelah Monitor jumlah Mengetahui status
dilakukan pernapasan, pernapasan
tindakan penggunaan otot bantu
keperawatan pernapasan, batuk,
selama … x 24 bunyi paru, tanda vital,
jam, warna kulit, AGD
diharapkan
pola nafas Berikan oksigen sesuai Mempertahankan
dapat efektif, program oksigen arteri
dengan kriteria
hasil : Atur posisi pasien Meningkatkan
a. Pasien fowler pengembangan paru
dapat
mendemon Alat-alat emergensi Kemungkinan terjadi
strasikan disiapkan dalam kesulitan bernapas
pola keadaan baik akut
pernapasan (NIC, 2013)
yang
efektif
b. Pasien
merasa
lebih
nyaman
dalam
bernafas
7. Setelah Monitor keterbatasan Merencanakan
dilakukan aktivitas, kelemahan intervensi dengan
tindakan saat aktivitas tepat
keperawatan
selama … x 24 Catat tanda vital Megkaji sejauh
jam, sebelum dan sesudah mana perbedaan
diharapkan aktivitas peningkatan selama
intoleran
aktivitas dapat aktivitas
teratasi,
dengan kriteria Lakukan istirahat yang Membantu
hasil : adekuat setelah latihan mengembalikan
a. Kelemahan dan aktivitas energi
yang
berkurang Berikan diet yang Metabolisme
b. Mempertah adekuat dengan membutuhkan energi
ankan kolaborasi ahli diet
kemampua (NIC, 2013)
n aktivitas
semaksima
l mungkin
8. Setelah Kaji suara nafas dan Data dasar dalam
dilakukan suara jantung menentukan
tindakan intervensi lebih
keperawatan lanjut
selama … x 24
jam, Ukur CVP pasien Mengetahui
diharapkan kelebihan atau
curah jantung kekurangan cairan
mengalami tubuh
peningkatan,
dengan kriteria
hasil : Monitor aktivitas pasien Mengurangi
a. Menunjukk kebutuhan oksigen
an curah
jantung Monitor saturasi Mengetahui
yang oksigen manifestasi
memuaska penurunan curah
n jantung
dibuktikan
oleh Kolaborasi pemberian Mengejan dapat
efektifitas memperparah
pompa laksatif penurunan curah
jantung, jantung
status (NIC, 2013)
sirkulasi,
perfusi
jaringan,
dan status
TTV
b. Tidak ada
edema
paru,
perifer, dan
asites

5. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut :

a. Kelebihan volume cairan teratasi


b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10. Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax (021) 723412Website: www.stikes-pertamedika.ac.id
Email: stikespertamedika@gmail.com
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tempat Praktek : RSPP
Tanggal Praktek : 5 Oktober 2020

1.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : An. A.L
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tgl MRS : 5 Oktober 2020
No RM : 00401531
Alamat : Jl.Mawar Sari II no 41 RT 007/011,Pasar Rebo

Nama Ayah : Tn. J


Nama Ibu : Ny R
Pekerjaan Ayah : Karyawan swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD dengan keluhan seluruh tubuh bengkak, wajah/kelopak mata,
perut,scrotum, dan tungkai bengkak (Pasien SN relaps sering), Bengkak makin berat
pada 1 minggu terakhir ini. Pada 2 bulan trakhir ini protein urin +2 terus. Tidak ada
demam/batuk/pilek/sesak

3. Riwayat Keshatan Masa Lampau


a. Penyakit yang pernah diderita : SN sudah dirasakan sejak umur 2 tahun
b. Pernah dirawat di Rumah Sakit : SN relaps
c. Obat-obatan yang digunakan : prednisolone dan Furosemid
d. Tindakan Operasi : Tidak ada
e. Alergi : Disangkal
f. Imunisasi : ibu pasien mengatakan imunisasi sudah dilakukan semua

Riwayat Kesehatan Keluarga ( BUAT GENOGRAM )


Susunan Keluarga (genogram 3 generasi hanya pada kasus-kasus tertentu)

: Laki-laki - - - - : Tinggal Serumah


: Perempuan : Klien
: Garis Perkawinan : Meninggal
Keterangan:
Klien tinggal serumah dengan kedua orangtuanya dan kakaknya ( 14 Thn).selama
pandemi, klien lebih sering tinggal dirumah dan jarang bepergian keluar rumah.
4. Riwayat Sosial
A. Yang mengasuh : orang tua
B. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
C. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
D. Pembawaan secara umum : anak banyak bicara dan sering tersenyum
E. Lingkungan rumah : bersih , tenang dan jauh dari keramaian

5. Kebutuhan Dasar
A. Makan
1. Makanan yang disukai / tidak disukai :
Pasien tidak suka makanan yang pedas .

2. Pola makan / jam makan :


Pola makan 3x/ hari , jam makan tidak teratur
B. Tidur
1. Lama tidur siang : 1-2 jam
2. Lama tidur malam : 8 jam
3. Kebiasaan sebelum tidur : main game

C. Personal Hygiene
1. Mandi : 2 kali
2. Mencuci rambut : setiap hari
3. Menggosok gigi : 2 kali
D. Eliminasi
1. BAB : bentuk padat , warna dan bau khas feses
2. BAK : warna urine kekuningan dan jernih jumlah sedikit saat berkemih
E. Aktivitas Bermain
Sebelum PSBB anak bermain aktif seperti main bola , sepeda dan renang . saat
ini anak hanya bermain game, bola dan sepeda didalam rumah sambil PJJ
( pembelajaran jarak jauh )
7. Keadaan Saat Ini
A. Diagnosis Medis
SN dengan Oedem Scrotum dan oedem Palpebra
B. Status Nutrisi
Diet Bebas Rendah garam
C. Status Cairan
Batasan cairan 800ml / 24 jam
D. Obat- obatan
- Prednisolon 1x24 mg
- Furosemid 2x20 mg IV
E. Aktivitas
Pasien saat ini lebih banyak melakukan aktivitas ditempat tidur,karena saat berjalan
Scrotum terasa berat
F. Tindakan Keperawatan
Menganjurkan pada Ibu dan pasien untuk mengukur haluaran urine/24 jam dan
mengikuti asupan cairan 800ml/24 jam

Pemeriksaan Penunjang
1 .Laboratorium

No Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal


Pemeriksaan
1. 05 oktober 2020 HB 13.6 11- 15 g/dl
Leokosit 12.1 5-10x 103/ul
Trombosit 569.000 150.000 – 500.00 /ul
Hematokrit 40 % 40 – 48 %
LED 110 5 -10 x10/ul
Albumin 1.2 3.8-5.4
Ureum 51.36
Creatinin 0.48 0.72-1.26

Basofil 1 0 – 1%
Eosinofil 1 1–3%
Batang 1 2–6%
Segmen 90 50 – 70 %
Limfosit 24 20 – 40 %
Monosit 2 2–8%

Urinalysis
RBC 6 -8 <2/LPB
WBC 2-4 <4/LPB
Glucosa Negative
Protein Positive 3
Ketone Negative
Bilirubin Negative
Occult Blood Positiv 1
Nitrit Negative
Urobilinogen 0.2

Radiologi
USG Ginjal Buli : morfologi kedua ginjal dan Buli dalam batas normal
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran Compos Metis
b. Tanda – Tanda Vital

● Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg

● Suhu : 36 ◦c

● Nadi : 89 x/ menit

● Respirasi : 18 x/ menit

1. Kulit

● Warna Kulit : Sawo matang

● Tekstur Kulit : lembab

2. Kuku

● Keadaan Kuku : Bersih

● Warna : Putih

3. Kepala

● Bentuk kepala : Simetris

● Kelainan : Tidak ada kelainan

● Keadaan Rambut : Bersih

● Kulit Kepala : Bersih

4. Mata

● Sklera : Anikterik

● Konjungtiva : Ananemis
● Refleks cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan reflek

cahaya mata pasien langsung berkedip.

● Pupil : Normal, ditandai ketika ada cahaya pupil mengecil

● Kelainan : Tidak ada

5. Hidung

● Fungsi penciuman : Normal

● Bentuk : Simetris

● Serumen : Sedikit

● Kelainan : Tidak ada

6. Telinga

● Fungsi pendengaran : Normal, ditandai bisa mendengar pertanyaan.

● Bentuk : Sismetris

● Keadaan : Bersih

7. Mulut

● Fungsi pengecap : Normal

● Kebersihan gigi : Bersih

● Kelainan bibir : Tidak ada

8. Dada dan paru – paru

● Bentuk : Simetris

● Frekuensi Napas : 18 x/menit

9. Abdomen
● Nyeri tekan : Tidak ada

10. Genetalia

● Keadaan rectum : Bersih

● Scrotum : Bengkak

11. Kekuataan otot

● Reflek bisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan reflek

hammer ada pergerakan.

● Reflek trisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan reflek

hammer terjadi pergerakan.

● Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan reflek

hammer terjadi pergerakan.

Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1.Klien datang dibawa ibunya kerumah 1. Pada saat dikaji Kulit tampak putih bersih
sakit dengan keluhan badan anaknya 2. nadi 89x/menit,
3. RR : 18x/menit,
bengkak-bengkak di seluruh badan terutama
4. tekanan darah 110/70mmHg
dibagian wajah, mata dan Scrotum 5. Hb : 13.6 g/dl
2. Ibunya mengatakan 1 minggu SMRS 6. wbc 12.1 x10/ud
7. Protein total 2,4 g/dl,
kelopak mata, wajah dan Scrotum semakin
8. Albumin: 1,2 g/dl,
membesar 9. Ureum/ Creatin : 51.36/0.48
3. Ibunya mengatakan klien susah untuk 10. Scrotum bengkak
11. oedem priorbita (+),
berjalan karena scrotum yang bengkak
12. hipoalbuminemia (+)
4. Klien mengatakan saat BAK Urine keluar 13. Batasan Minum 800 ml/24 jam
sedikit 14. darah (+1),
5.Ibunya mengatakan Batasan intake 800 15. protein (+3) ,
16. urobilonogen (0,2),
ml/24 jam 17. Klien tampak ceria mudah tersenyum
6.Ibunya mengatakan tidak ada rasa Nyeri, 19. BB : 34.9 Kg
sesak Nafas dan makan sesuai toleransi
7.Ibunya mengatakan Sindrom Nefrotik
sudah dialami sejak usia 2 Tahun lebih
8 Ibunya mengatakan selama sakit SN tidak
pernah Transfusi
ANALISA DATA
NO DATA KLIEN MASALAH KEPERAWATAN
1. DS : Kelebihan volume cairan
Klien datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
berhubungan dengan gangguan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di
mekanisme regulasi
seluruh badan terutama dibagian wajah, mata dan
Scrotum Ibunya mengatakan 1 minggu SMRS
kelopak mata, wajah dan Scrotum semakin
membesar
Klien mengatakan saat BAK Urine keluar sedikit
Ibunya mengatakan Sindrom Nefrotik sudah
dialami sejak usia 2 Tahun lebih
DO :
nadi 89x/menit,RR : 18x/menit,tekanan darah
110/70mmg
2.
Albumin: 1,2 g/dl Ketidakefektifan perfusi jaringan
Ureum/ Creatin : 51.36/0.48 perifer berhubungan dengan
Scrotum bengkak, oedem priorbita (+), penekanan tubuh terlalu dalam akibat
hipoalbuminemia (+)
edema

DS :
Klien datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di
seluruh badan terutama dibagian wajah, mata dan
Scrotum Ibunya mengatakan 1 minggu SMRS
kelopak mata, wajah dan Scrotum semakin
membesar
Klien mengatakan saat BAK Urine keluar sedikit
3.
Ibunya mengatakan Sindrom Nefrotik sudah
dialami sejak usia 2 Tahun lebih
DO :
nadi 89x/menit,RR : 18x/menit,tekanan darah
110/70mmg
Albumin: 1,2 g/dl
4. Ureum/ Creatin : 51.36/0.48
Scrotum bengkak, oedem priorbita (+),
hipoalbuminemia (+)
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan penyakit (edema)
DS :
Klien datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan
keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di
seluruh badan terutama dibagian wajah, mata dan
Scrotum
DO :
nadi 89x/menit,RR : 18x/menit,tekanan darah
110/70mmg
Scrotum bengkak, oedem priorbita (+),
BB : 34.9 Kg

DS : Intoleransi aktivitas berhubungan


Ibunya mengatakan klien susah untuk berjalan
dengan kelemahan umum
karena scrotum yang bengkak
Klien mengatakan saat BAK Urine keluar sedikit
Ibunya mengatakan Sindrom Nefrotik sudah
dialami sejak usia 2 Tahun lebih
DO :
Scrotum bengkak
oedem priorbita (+)
19. BB : 34.9 Kg

Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penekanan tubuh


terlalu dalam akibat edema

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Intervensi Keperawatan
Tujuan &
No. Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Dx.
1. Setelah Timbang berat badan Estimasi penurunan
dilakukan setiap hari dan monitor edema tubuh
tindakan status pasien
keperawatan
selama 1 x 24 valuasi harian
jam, Jaga intake/asupan yang keberhasilan terapi
diharapkan akurat dan catat output dan dasar penentuan
kelebihan tindakan
volume cairan
tidak terjadi menentukan
dengan kriteria Kaji lokasi dan luasnya intervensi lebih
hasil : edema lanjut
c. Terjadi
penurunan mencegah edema
edema dan Berikan cairan dengan bertambah parah
ascites tepat
d. Tidak Diberikan dini
terjadi Berikan diuretik yang pada fase
peningkata diresepkan oleh dokter oliguria untuk meng
n berat ubah ke fase
badan (NIC, 2013) nonoliguria, dan
meningkatkan
volume urine
adekuat
2. Setelah Monitor denyut dan Mengetahui kelainan
dilakukan irama jantung jantung
tindakan
keperawatan Ukur intake dan outtake Mengetahui
selama 1 x 24 cairan kelebihan atau
jam, kekurangan
diharapkan
perfusi Berikan oksigen sesuai Meningkatkan
jaringan kebutuhan perfusi
perifer efektif,
dengan kriteria Lakukan perawatan Menghindari
hasil : kulit, seperti pemberian gangguan integritas
d. Waktu lotion kulit
pengisian
kapiler < 3 Hindari terjadinya Mempertahankan
detik palsava manuver seperti pasukan oksigen
e. Tekanan mengedan, menahan
sistol dan napas, dan batuk
diastol (NIC, 2013)
dalam
rentang
yang
diharapkan
d. Tingkat
kesadaran
membaik
3. Setelah Monitor apakah anak Mengidentifikasi
dilakukan bisa melihat bagian respon anak terhadap
tindakan tubuh mana yang perubahan tubuhnya
keperawatan berubah
selama 1 x 24
jam, Identifikasi strategi- Respon orangtua
diharapkan strategi penggunaan menentukan
gangguan citra koping oleh orangtua bagaimana persepsi
tubuh dapat dalam berespon anak terhadap
teratasi, terhadap perubahan tubuhnya
dengan kriteria penampilan anak
hasil :
e. Citra tubuh Bangun hubungan Memudahkan
positif saling percaya dengan komunikasi personal
f. Mendeskri anak dengan anak
pisikan
secara Gunakan gambaran Mekanisme evaluasi
faktual mengenai gambaran diri dari persepsi citra
perubahan diri anak
fungsi
tubuh Ajarkan untuk melihat Membantu
c. Mempertah pentingnya respon meningkatkan citra
ankan mereka terhadap tubuh anak
interaksi perubahan tubuh anak
sosial dan penyesuaian di
masa depan, dengan
cara yang tepat.
(NIC, 2013)

4. Setelah Monitor keterbatasan Merencanakan


dilakukan aktivitas, kelemahan intervensi dengan
tindakan saat aktivitas tepat
keperawatan
selama 1 x 24 Catat tanda vital Megkaji sejauh
jam, sebelum dan sesudah mana perbedaan
diharapkan aktivitas peningkatan selama
intoleran aktivitas
aktivitas dapat
teratasi, Lakukan istirahat yang Membantu
dengan kriteria adekuat setelah latihan mengembalikan
hasil : dan aktivitas energi
c. Kelemahan
yang Berikan diet yang Metabolisme
berkurang adekuat dengan membutuhkan energi
d. Mempertah kolaborasi ahli diet
ankan (NIC, 2013)
kemampua
n aktivitas
semaksima
l mungkin
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction

Bulechek, Gloria, dkk. 2013. Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc.

NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi


2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai