Revisi Proposal Tak +laporan Hasil

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SOSIALISASI SESI I
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dalam Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

RIRI ANDRIANI
NIM: 21222009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JAKARTA
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi, pikiran,
kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang menjadi kelompok gejala klinis yang
disertai oleh penderita dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individu (Dalami
dkk, 2009).dalam jurnal (Putra Vivin Roy Wardana , Mamnuah, 2015). Mulai dari perilaku
menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang lain,
berdiam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Gangguan jiwa berdasarkan
banyaknya fenomena yang saat ini sering terjadi adalah dampak negatif dari isolasi sosial
yang sering dikenal dengan Skizofrenia. Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor
predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya pada diri sendiri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari
terabaikan dalam jurnal (Efendi . S , Atih .R, 2012).
Selain itu, isolasi sosial menurut Fortinash (2011) merupakan kondisi dimana pasien
selalu merasa sendiri dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman dalam jurnal
(Kirana Sukma Ayu Candra, 2015). Menurut Damayanti (2012) Isolasi sosial dipengaruhi
oleh 2 faktor yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi
meliputi faktor perkembangan, faktor biologi, dan faktor sosial budaya. Sedangkan pada
faktor presipitasi terjadinya isolasi sosial meliputi factor internal maupun eksternal seperti
stressor sosial budaya dan stressor biokimia dalam jurnal (Pandeirot, 2015). Dampak dari
isolasi sosial yang sering terjadi antara lain mengalami kecemasan, tidak percaya diri,tidak
mau berinteraksi, muncul halusinasi. Maka dari itu untuk mengatasi masalah isolasi sosial
dapat dilakukan dengan terapi yaitu TAKS.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk

2
mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan
sosialisasi klien. (Efendi . S , Atih .R, 2012).

B. Tujuan
Terapi aktifitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap
sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota. Secara umum tujuan terapi aktifitas kelompok adalah
meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari
orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi
dengan tindakan, dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
Secara khusus tujuannya kontruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau
social. Disamping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan kepercayaan diri, empati,
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial.(Keliat &
Prawirowiyono, 2014). Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dilaksananakan
dengan membantu pasien melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan
satu), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

2. Jenis
Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) jenis Terapi Aktivitas Kelompok secara
umum terdiri dari 4 yaitu :
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif atau Persepsi
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
c. Terapi Aktivitas Kelompo Orientasi Realitas
d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

3. Komponen Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) komponen kelompok terdiri dari
delapan aspek, yaitu sebagai berikut :
a. Struktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan keputusan
dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan
membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur
dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,
sedangkan keputusan diambil secara bersama.
b. Besaran Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya
berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Keliat dan

4
Akemat (2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck
(dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Anggota kelompok terlalu besar
akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan,
pendapat, dan pengalamannya, jika terlalu kecil tidak cukup variasi informasi dan
interaksi yang terjadi. Pada penelitian yang telah digunakan adalah menurut teori
Keliat dan Akemat yaitu sebanyak 10 orang.
c. Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-45 menit bagi fungsi kelompok yang rendah
dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Biasanya dimulai dengan
pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi.
Banyaknya sesi tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali
perminggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
d. Komunikasi
Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisa
pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk
memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.
e. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran
dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok,
yaitu maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence role, yaitu peran
serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada
penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada
kelompok.
f. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi
berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok
yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa
yang membuat keputusan dalam kelompok.
g. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap
perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu

5
dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian
perilaku anggota kelompok dengan normal kelompok, penting dalam menerima
anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap
pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.
h. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai
tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok.
Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu
diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.

4. Tujuan TAK Sosialisasi


Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) tujuan umum TAK Sosialisai adalah
pasien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap dan tujuan
khususnya adalah :
a. Pasien mampu memperkenalkan diri
b. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan
e. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan maslah pribadi pada orang lain
f. Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan.

5. Aktivitas dan Indikasi TAK Sosialisasi


Aktivitas yang dilaksanakan dalam tujuh sesi yang bertujuan untuk melatih kemampuan
sosialisasi pasien. Pasien yang diindikasikan mendapatkan TAKS adalah pasien yang
mengalami gangguan hubungan sosial berikut:
a. Pasien yang mengalami isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi
interpersonal
b. Pasien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai
dengan stimulus.

6
6. Sesi TAK Sosialisasi
TAK Sosialisasi terdiri dari 7 sesi, yaitu: (Keliat & Prawirowiyono, 2014)
a. Sesi 1 : TAKS
Tujuan :
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebut nama lengkap, nama
panggilan, asal, hobi dan teman terdekat.
b. Sesi 2 : TAKS
Tujuan :
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
 Memperkenalkan diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
 Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi
c. Sesi 3 : TAKS
Tujuan :
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok:
 Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
 Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi
d. Sesi 4 : TAKS
Tujuan :
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok:
 Menyampaikan topic yang ingin dibicarakan
 Memilih topik yang ingin dibicarakan
 Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
e. Sesi 5 : TAKS
Tujuan :
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain:
 Menyampaikan masalah pribadi
 Memilih satu masalah untuk dibicarakan
 Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih
f. Sesi 6 : TAKS
Tujuan :

7
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok :
 Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain
 Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan
g. Sesi 7 : TAKS
Tujuan :
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang
telah dilakukan.
.
7. Tahap – Tahap Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota,
dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada
anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok
seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
b. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik
atau kebersamaan.
1) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
2) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa
yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
3) Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
c. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan

8
realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok,
dan penyelesaian masalah yang kreatif.
d. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

8. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok


a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
b. Sebagai leader dan co leader
c. Sebagai fasilitator
d. Sebagai observer
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

9
BAB III
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SOSIALISASI (TAKS) SESI 1

A. Topik
Sosialisasi

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap.
2. Tujuan Khusus:
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan,
asal dan hobi.

C. Landasan Teoritis
Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain
disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi
sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain,
pengakuan dari orang lain, penghargaaan orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang
dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk
berinteraksi dengan orang lain.
Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien jiwa, terapi aktivitas kelompok sering
diperlukan dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan
terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari therapi modalitas yang
berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.
Menurut Keliat & Prawirowiyono (2014), Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas
kelompok ini yaitu tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi:
1. Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi
2. Mendorong sosialisasi dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien)
3. Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu

10
4. Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif
5. Meningkatkan rasa dimiliki
6. Meningkatkan rasa percaya diri
7. Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.
Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi:
1. Meningkatkan kemampuan untuk ekpresi diri
2. Meningkatkan kemampuan empati
3. Meningkatkan keterampilan sosial
4. Meningkatkan pola penyelesaian masalah.
Menurut Prabowo (2014), beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam
penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah :
1. Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak diperhatikan,
merasa disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan cemas, menyendiri,
menghindar dari orang lain
2. Aspek intelektual
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien menjawab
seperlunya, jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat
3. Aspek sosial
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien mengatakan
bersedia mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal dengan satu perawat
lain ke satu klien lain. Terapi aktivitas stimulasi persepsi merupakan sebagian dari terapi
aktifitas kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi ini
diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan hubungan interpersonal yang adekuat
dan mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi eksternal.

D. Klien
1. Kriteria Anggota Kelompok
 Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
 Penderita sering berada di tempat tidur
 Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
 Penderita gelisah, curiga, takut, dan cemas
11
 Penderita dengan harga diri rendah
 Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai
pertanyaan
 Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
2. Peserta TAK terdiri dari 3 orang, yaitu:
 Ny.A
 Ny.S
 Tn.A

E. Pengorganisasian
1. Hari /Tanggal : 31 Desember 2022
Tempat : Rumah leader
Waktu : 10 menit
2. Tim Terapis:
a. Leader : Ns.Riri
Tugas :
1) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
2) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
3) Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
b. Co Leader : Ns.Yuli
Tugas :
1) Mendampingi leader jika terjadi blocking
2) Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
3) Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
4) Membuka dan menutup acara
5) Mengatur musik

12
c. Observer : Ns.Rifdah
Tugas :
1) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
2) Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok
3) Mengobservasi perilaku pasien
4) Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
5) Mendampingi peserta TAK
6) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
7) Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
d. Fasilitator : Ns.Malika
Tugas :
1) Mendampingi pasien dalam pelaksanaan TAK
2) Mengingatkan pasien tentang aturan permainan
3) Mengikuti jalannya TAK
3. Metode dan Media:
Metode : Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi
Media : Handphone/ laptop, nametag bola, buku catatan dan pulpen
4. Setting Tempat:
Keterangan :

= Leader

= Co-Leader

= Observer

= Fasilitator

= Pasien/ Klien

F. Proses Pelaksanaan :
1. Pra-Interaksi
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
b. Memilih pasien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
c. Membuat kontak dengan pasien

13
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada pasien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak :
1) Waktu : 10-15 menit
2) Tempat :
3) Topik : Mampu memperkenalkan diri
d. Tujuan aktivitas : Klien mampu memperkenalkan diri kepada orang lain
e. Aturan main :
1) Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir
2) Bila ingin ke kamar kecil atau meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
pemimpin TAK.
3. Kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu:
 musik akan dihidupkan serta bola akan diedarkan memutar
 Pada saat musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi.
b. Hidupkan musik dan edarkan bola memutar
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi dimulai
terapis sebagai contoh. Kemudian dilanjutkan dengan pasien yang mendapat giliran.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai
e. Ulangi 2,3 dan 4 sampai semua anggota kelompok dapat giliran
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.

14
4. Terminasi
a. Evaluasi respon subjektif:
1) Pemimpin TAK menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Pemimpin TAK memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Evaluasi respon objektif:
obsevasi perilaku klien selama kegiatan dikaitkan dengan tujuan
c. Rencana tindak lanjut :
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri dengan orang
lain di kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
d. Kontrak yang akan datang :
1) Topik : Memperkenalkan diri dan berkenalan dengan anggota kelompok lainnya.
2) Waktu : 15-20 menit
3) Tempat :

G. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk
menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS SESI 1, dievaluasi kemampuan klien
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir
evaluasi berikut.
a. Kemampuan verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan nama lengkap


2 Menyebutkan nama
panggilan
3 Menyebutkan asal
4 Menyebutkan hobi
Jumlah

15
b. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1) Dibawah judul nama klien,tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2) Untuk tiap klien,semua aspek dinilai dengan memberi tanda (  ) jika di temukan dan
tanda (x) jika tidak ditemukan.
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien dinilai mampu, dan
jika nilai 0,1, atau 2 klien dinilai belum mampu

2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang di miliki klien ketika TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti SESI 1 TAKS, klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal. Dianjurkan klien mampu bercakap-
cakap dengan anggota kelompok (buat jadwal selanjutnya)

16
DAFTAR PUSTAKA

Efendi . S , Atih .R, M. . W. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial. NERS Jurnal Keperawatan, 8(2), 105–
114. https://doi.org/10.25077/njk.8.2.105-114.2012

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Keliat, B. A., & Prawirowiyono, A. 2014. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. (B.
Angelina, Ed.). Jakarta: EGC.

Kirana Sukma Ayu Candra. (2015). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial
Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Journal of Health Sciences,
13(1), 85–91. Retrieved from http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/view/575

Pandeirot, L. M. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan


Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial Diagnosa Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya. Jurnal Keperawatan STIKES William Booth, 1–9. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/104640-ID-pengaruh-terapiaktivitas-
kelompok-sosia.pdf

Putra Vivin Roy Wardana , Mamnuah, T. S. (2015). Pengaruh terapi aktivitas kelompok
sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial pasien isolasi sosial di rumah sakit jiwa
grhasia yogyakarta. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 1–12. Retrieved from
http://digilib.unisayogya.ac.id/251/

17
EVALUASI TAK

A. Kemampuan verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
Ny.A Ny.S Tn.A
1 Menyebutkan nama lengkap   
2 Menyebutkan nama
  
panggilan
3 Menyebutkan asal
4 Menyebutkan hobi   
Jumlah 4 4 4

B. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
Ny.A Ny.S Tn.A
1 Kontak mata   
2 Duduk tegak   x
3 Menggunakan bahasa tubuh
  
yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari
  
awal sampai akhir
Jumlah 4 4 3

Keterangan:
Jika nilai 3 atau 4: Klien dinilai mampu
jika nilai 0,1, atau 2: Klien dinilai belum mampu

18
LAMPIRAN FOTO

19

Anda mungkin juga menyukai