LP & Askep Gerontik - Asam Urat - Evy Fauziaty - 11212051
LP & Askep Gerontik - Asam Urat - Evy Fauziaty - 11212051
Disusun oleh :
EVY FAUZIATY
NIM : 21231027
2. PROSES MENUA
Proses menua adalah peristiwa yang akan terjadi pada laki-laki dan
perempuan, baik muda maupun tua (Miller,2012). Hal tersebut
dikarenakan proses menua merupakan bagian dari peristiwa siklus
kehidupan manusia. Siklus kehidupan manusia dimulai dari janin dan
berakhir pada tahapan lanjut usia dan kematian. Lanjut usia merupakan
tahap akhir perkembangan manusia. Sehingga lansia adalah manusia
dewasa yang telah mengalami proses menua tahap akhir.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2003).
4. KARAKTERISTIK
Menurut Keliat (1999) dan Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaftif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008)
5. TIPE LANSIA
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana.
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
2. ETIOLOGI
1. Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat
dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan
metabolit.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
- Pembedahan
- Trauma
- Obat-obatan
- Alkohol
- Stress emosional
- Diet tinggi purin
3. a) Pembentukan Asam urat yang berlebihan
- Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang
bertambah.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
b) Kurangnya pengeluaran asam urat
- Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat
ditubuli distal ginjal
- Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.
- Atritis akut Nyeri akut berhubungan ekskresi asam urat oleh ginjal
- Tofi dengan agen pencedera fisik
7. PENATALAKSANAAN
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan
pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
Terapi farmakologi
Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin
200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama
dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin
berkompetesi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout
akut. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan
pada serangan akut.
Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin dan
kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :
1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang
mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.
NSAID yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut
adalah :
Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi
cukup mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak tahan
terhadap efek gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2 inhibitor
mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas lebih
rendah dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout
akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih
lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini
dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi
yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnosis antara atrithis sepsis dan gout akut.
Serangan kronik
Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol, urikourik dan
feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini:
1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah
alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi
ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara
menghambat enzim xantin oksidase.
2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat urikosurik.
Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).
8. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun
3. Gangguan mobilitas fisik b.d disfungsi persendian
9. ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan (PES) Rencana Tindakan
Hasil
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah Dilakukan Manajemen Nyeri (SIKI.I. 08238)
pencedera fisik (SDKI D.0077) Tindakan Keperawatan Observasi :
DS :
Selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
- Klien mengatakan terasa nyeri di
lututnya Diharapkan Nyeri intensitas nyeri
- Klien mengatakan memiliki penyakit Berkurang dengan Kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
asam urat kurang lebih sudah 1
Hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
tahun
- Klien mengatakan kesemutan di Tingkat Nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
kedua kaki (SLKIL. 08066) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Klien mengatakan lututnya terasa
1. Keluhannyeri menurun Terapeutik :
nyeri saat beraktivitas
- Klien mengatakan terasa kebas di 2. Sikap gelisah menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis teknik kompres jahe untuk
bagian telapak kaki 3. Tidak meringis mengurangi rasa nyeri
DO : 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
- Kesadaran: composmentis ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Klien tampak meringis
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak memegangi lututnya Edukasi :
ketika akan berdiri atau jongkok 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologisuntuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Resiko jatuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh (SIKI I. 14540)
kekuatan otot menurun (SDKI D. 0143) keperawatan selama Observasi :
DS : 1x24jam diharapkan klien 1. Identifikasi faktor resiko jatuh (mis. Usia > 65 tahun,
- Klien mengatakan terkadang sulit tidak mengalami jatuh penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi
dengan kriteriahasil :
untuk berdiri ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan
1. Klientidakterjatuhsaat
- Klien mengatakan ketika ingin berdiri penglihatan, neruropati)
berdiri
harus berpegangan dengan benda 2. Identifikasi resiko jatuh
2. Klientidakterjatuhsaat
sekitar 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
dudukmenurun
DO : (mis. Lantai licin, penerangan kurang)
3. Klien tidak terjatuh
- Klien tampak berpegangan pada 4. Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala (mis. Fall
saat berjalan
benda sekitar ketika akan berdiri Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika perlu
(SLKIL.14138)
- Gerakan tampak terbatas Terapeutik :
- Kekuatan otot
1. Jelaskan pentingnya alat bantu jalan untuk mencegah jatuh
- Hitung morse fall scale
2. Jelaskan pentingnya memasang handrail (pegangan) pada
kamar ma ndi dan area jalan dirumah
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
2. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
3. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
3 Gangguan mobilitas fisik Setelah Dilakukan Nyeri
berhubungan dengan nyeri (SDKI D. Tindakan Keperawatan Observasi :
0054) Selama 3x24 jam 1. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakkan
DS : klien diharapkan dapat 2. Monitor frekuensi tekanan darah sebelum mulai mobilisasi
- Klien mengatakan sulit tetap mempertahankan Terapeutik :
menggerakkan kaki pergerakkan dengan 1. Jelaskan alasan rasional pemberian latihan menggerakkan
- Klien mengatakan lututnya terasa Kriteria Hasil: sendi kepada pasien/keluarga
nyeri saat berjalan - Pergerakkan eksternitas 2. Libatkan keluarga
- Klien mengatakan enggan 5 Edukasi
melakukan jalan jauh - Kekuatan otot 5 1. Bantu Klien ke posisi yang optimal untuk latihan rentang
gerak
- Klien mengatakan merasa cemas saat - Rentang gerak (ROM) 5
2. Terapi latihan fisik, mobilitas sendi dengan menggunakan
berjalan
pergerakan tubuh aktif
DO :
3. Terapi latihan fisik, latih secara mandiri dengan
- Klien merasa sendi lutut kaku
menggunakan aktivitas atau protokol latihan tertentu
- Klien merasa gerakan menjadi
terbatas 4. Anjurkan klien untuk melalkukan latihan range of motion
secara aktif jika memungkinkan
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi III.
Jakarta: Balai Penerbit.
Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta: Media Aescul
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-
pertamedika.ac.id Email : stikes
pertamedika@gmail.com
I. Identitas
A. Nama : Ny. S
B. Umur : 60 tahun
C. Alamat : Jl. Guru Kojar RT 2 RW 4 Jurangmangu Barat-
Pondok Aren, Tangerang Selatan
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti : -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Banten
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Kawin
Keterangan :
BB (kg) 52
BMI = TB (m) × TB (m) = 2 = 23,11
(1,5)
Klasifikasi nilai :
1) Kurang : < 18.5
2) Normal : 18.5 – 24.9
3) Berlebih : 25 – 29.9
4) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan : klien mengatakan rambutnya rontok
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Strabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : pandangan mata kanan sudah agak kabur
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya, jelaskan : -
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan :-
Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : -
5) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD (Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : -------
6) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : ---
7) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri tekan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak, frekuensi : 10 x/menit
f) Massa : ya/tidak, regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ----
8) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 10 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya, jelaskan : tidak ada
9) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 55555 55555
44444 44444
0 = Lumpuh
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
10) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ------
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia anggap mampu.
Score = 2
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang) Tahun: 2023
Musim: Kemarau
Tanggal : 11
Hari : Selasa
Bulan: April
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang Negara : Indonesia
ada dimana) Propinsi : DKI Jakarta
Kota : Kota Tangerang Selatan
Kelurahan : Jurangmangu Barat
Ruangan : Rumah
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda. Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
TV
Kasur
Sapu
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)
Total : 24
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Keterangan :
Nama : Ny. S
Usia : 60 tahun
Jenia Kelamin : Perempuan
Ruangan : Home Visit
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :
Pilihan
No Pertanyaan Jawaban
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak
Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?
14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih
Ya Tidak
baik dari pada anda?
Interpretasi :
Normal :0-4
Depresi Ringan :5–8
Depresi sedang : 9 – 11
Depresi Berat : 12 - 15
1. Data Fokus
11/4/2023 2 1. Mengidentifikasikan faktor resiko jatuh (mis. Usia >65 Evy Fauziaty
(Selasa) tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif,
15.30 hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan
4
0
penglihatan, neruropati)
Hasil : kekuatan otot
klien 5555555555
44444 44444
2. Mengidentifikasikan resiko jatuh
Hasil : klien mengatakan lututnya terasa nyeri saat
beraktivitas terutama saat akan berdiri dan
jongkok
Klien mengatakan ketika ingin berdiri harus
berpegangan dengan benda sekitar
3. Menghitung resiko jatuh dengan menggunakan skala
(mis. Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika
perlu
Hasil :Hasil morse fall scale : 25 (resiko rendah : 25-30)
4. Mengobservasi TTV
Hasil : TTV :TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/ menit
S : 36,0oC
RR : 18 x/ menit
A. Latar Belakang
Penyakit asam urat atau yang lebih dikenal dengan “gout” adalah penyakit sendi yang terjadi
akibat kadar asam urat yang terlalu tinggi dalam darah. Pada kondisi normal, asam urat larut
dalam darah dan akan keluar melalui urin. Namun dalam kondisi tertentu, tubuh dapat
menghasilkan asam urat dalam jumlah berlebih atau mengalami gangguan dalam membuang
kelebihan asam urat ini, sehingga asam urat menumpuk dalam tubuh.
Asam urat (gout arthritis) disebabkan tumpukan asam urat pada sendi-sendi tubuh. Ketika
terdapat kelebihan asam urat pada aliran darah dan jumlahnya lebih dari yang dapat
dikeluarkan, asam urat tersebut merembes ke dalam jaringan sendi sehingga menyebabkan
rasa sakit dan pembengkakan. Rasa nyeri merupakan gejala penyakit Gout yang paling sering
(Smeltzer, 2014). Gout Arthritis biasanya paling banyak terdapat pada sendi jempol jari kaki,
sendi pergelangan, sendi kaki, sendi lutut dan sendi siku yang dapat menyebabkan nyeri yang
sedang meradang karena adanya penumpukan zat purin yang dapat membentuk kristal-kristal
yang mengakibatkan nyeri, jika nyeri yang dialami tidak segera ditangani akan
mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas fisik sehari-hari seperti menurunnya aktivitas
fisik (Nahariani, Lismawati, & Wibowo, 2015).
Di Indonesia prevalensi penyakit asam urat pada usia 55-64 tahun sebanyak 45%, usia 65-74
tahun sebanyak 51,9%, usia ≥75 tahun sebanyak 54,8%. Angka ini menunjukkan bahwa
penyakit asam urat nyeri akibat asam urat sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat
Indonesia (Riskesdas, 2013). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar
asam urat menjadi tinggi salah satunya adalah perilaku hidup tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan mengandung purin tinggi, mengkonsumi alkohol dan obesitas
(Zahara, 2013). Serangan gout dicirikan dengan rasa sakit yang menyiksa, dan seringkali
berulang. Serangan gout yang berulang juga dapat menyebabkan kerusakan struktural yang
berlanjut pada pembentukan tofi, sehingga dapat menimbulkan efek nyeri (Frecklington, dkk,
2011). Adanya
kristal asam urat memungkinkan terjadinya interaksi membran fosfolipid dan faktor serum
yang berkontribusi terhada reaksi inflamasi dan rasa nyeri (Martillo, Nazzal, & Crittenden,
2014).
Terapi yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi rasa nyeri dibagi
menjadi 2 yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis (Zuriati, 2017). Penanganan asam
urat secara farmakologi adalah dengan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) seperti
ibuprofen, naproxen dan allopurinol. Upaya penunjang lain untuk mengatasi nyeri asam urat
adalah dengan pengobatan non farmakologis, yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan
herbal yang dikenal turun temurun oleh masyarakat dapat berkhasiat menurunkan nyeri, salah
satunya adalah: jahe (Wilda & Panorama, 2020).
Kompres jahe merupakan campuran air hangat dan juga parutan jahe yang sudah diparut
sehingga akan ada efek panas dan pedas. Efek panas dan pedas dari jahe tersebut dapat
menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan sirkulasi
darah dan menyebabkan penurunan nyeri dengan menyingkirkan produkproduk inflamasi
seperti bradikinin, histamine dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri. Panas akan
merangsang sel saraf menutup sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak
dapat dihambat (Kumar, 2013).
Kompres jahe dilakukan dengan cara menempelkan jahe yang telah di sangrai dan di tumbuk
terlebih dahulu di area persendian yang mengalami nyeri lalu kemudian dibalut dengan
menggunakan kasa gulung, kompres ini dilakukan selama 20 menit (Zuriati, 2017).
Pemberian kompres air hangat saja kurang efektif dalam mengurangi rasa nyeri. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Izza, 2014) tentang efektifitas pemberian kompres
air hangat dan pemberian kompres jahe terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di unit
rehabilitasi sosial wening wardoyo ungaran, dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan pemberian terapi kompres air hangat dan kompres jahe terhadap
penurunan nyeri sendi lansia di unit rehabilitasi sosial wening wardoyo ungaran, dimana
pemberian terapi kompres jahe lebih efektif dibandingkan pemberian terapi kompres air
hangat.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri tahun 2017 dikemukan bahwa dengan pemberian
kompres hangat menggunakan jahe dapat menurunkan skala nyeri pada pasien gout artritis.
Simpulan Dan Saran Kompres jahe dengan menggunakan air hangat bisa mengurangi
intensitas nyeri pada pasien gout artritis karena jahe mengandung 6-gingerdion, 6-gingerol,
zingerol yang berfungsi menekan produk-produk inflamasi seperti histamin, bradikinin dan
prostaglandin. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis jahe yang lebih
efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan inflamasi.
C. Tujuan Penyuluhan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit di harapkan Ny. I dapat mengerti dan
memahami kompres hangat dengan jahe.
E. Tempat
Penyuluhan di lakukan di rumah Ny. S
G. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
H. Kisi-Kisi Materi
1. Pengertian kompres jahe
2. Tujuan kompres jahe
3. Alat dan bahan kompres jahe
4. Cara terapi kompres jahe
I. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No
Tahap Penyuluhan Peserta
1 Pembukaan a. Salam pembukaan a. Menjawab
b. Perkenalan b. salam
5 menit
c. Mengkomunikasikan tujuan c. Memperhatikan
J. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Kesiapan mahasiswa dalam memberikan materi penyuluhan.
b. Media dan alat yang memadai.
c. waktu sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Hasil
Sasaran dapat memahami dan menyebutkan kembali :
a. Menjelaskan pengertian kompres jahe
b. Menjelaskan tujuan kompres jahe
c. Menjelaskan alat dan bahan kompres jahe
d. Menjelaskan cara terapi kompres jahe
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternative untuk
mengurangi nyeri atau bengkak pada penderita asam urat.Terapi pengobatan Non-
farmakologi kompres jahe merupakan tindakan yang sering kali digunakan sebagai
obat nyeri persendian karena kandungan gingerol dan rasa hangat yang
ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan memperlancar sirkulasi darah,
sehingga suplai makanan dan oksigen lebih baik dan nyeri sendi berkurang (Izza,
2014).
Rabu
12-04-2023
07:00
54
55
56
57
DAFTAR PUSTAKA