Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

Disusun Oleh :

MARTHA NABABAN
21231190

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkanoleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masukkedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty(Nursalam, dkk. 2008).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat padaanak


dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dannyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yangtergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitannyamuk aedes
aegypty (betina) (Hidayat, 2006).

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa


denguehaemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virusdengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuhpenderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada
anakdan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendiyang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi

Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue


Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamukAedes Aegypti.
VirusDenguemempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4,
yang ditularkanmelalui nyamukAedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup
dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Keempatnya ditemukan diIndonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotip akanmenimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe yang lain sangat kurang,sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe yanglain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemisdenguedapat terinfeksi oleh3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virusdenguedapat ditemukandiberbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)

C. Manifestasi Klinis
Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : Demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan
kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric,
discomfort, nyeri perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif.
Selain itu, perdarahan kulit dapat terwujud memar atau dapat juga dapat
berupa perdarahan spontan mulai dari ptechiae (muncul pada hari-hari
pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan
muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan
gastrointestinal masif lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada
kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat
teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di
temukan. Pada masa konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak
tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba
pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan
beratanya penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun
kegagalan peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).

Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan
masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut:
- Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,
Hematuri, dan melena)
- Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
- Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama
pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis
disekitar mulut.

Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran
klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:

- Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
- Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi
- Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada
saluran tubuh dll.
- Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia
(kurang atau sama dengan 100.000 mm3 ) dan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 %).

D. Klasifikasi
Derajat Dengue Haemorhagic Fever menurut WHO:
- Derajat 1: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunyamanifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet positif
- Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain
- Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
danlembut, tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulitdingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah
- Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapatdiukur
E. Patofisologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegyptydimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka
terjadilahviremia (virus masuk ke dalam aliran darah) dan kemudian akan
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibataktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptide yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningginya premeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel di
dinding tersebut. Kemudian terjadi trombositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunya faktor koagulasi (prottombin, faktor V, VII, IX, X
dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya premeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemorgaik.Renjatan terjadi secara akut.Nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan hilangnya plasma melaui endotel dinding pembuluh darah.Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bias
terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
F. Pathway

G. Pemeriksaan diagnosik
1. Uji Torniquet
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara
mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan
kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang
kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu
keluar dari kapiler dan merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga
Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan kulit. Pandangan
mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Jika ada
lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka test biasanya baru
dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif. Seandainya dalam
lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan
ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga.

2. Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang
dapat ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut
dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.

3. Hematokrit
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses
perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa
peningkatan nilai hematocrit (meningkat 20% atau lebih) merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma.
Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.
Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai
hematocrit tidak meningkat bahkan menurun.
4. Trombosit umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
5. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer,
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
6. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
7. SGOT/SGPT: dapat meningkat.
8. Diagnosis Serologis
Lima tes serologi dasar telah secara rutin digunakan untuk diagnosis
infeksi dengue; hemaglutinasi-inhibisi (HI), complement fixation (CF), uji
netralisasi (NT), imunoglobulin M (IgM) enzyme-linked immunosorbent
assay capture (MAC-ELISA), dan imunoglobulin G langsung ELISA

H. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia)< 100.000/ mm3dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity
dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention,
2009) yaitu:
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu
mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama
fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya,
obat anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
perlu cairan IV
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian
kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah
trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg
normal
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yang
normal dan berlangsung 24-48 jam.

J. Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu
diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dan dapat terjadi karena
lingkungan yang kurang bersih. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah
merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN
3M Plus (Kemenkes RI, 2019).

1. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang


sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum
dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan
air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk
yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun
pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus
hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat
penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat
diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar
tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi
sarang nyamuk.
3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis
(daur ulang), kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali
atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan
seperti berikut:
1. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
2. Menggunakan obat anti nyamuk
3. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
4. Gotong Royong membersihkan lingkungan
5. Periksa tempat-tempat penampungan air
6. Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
7. Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
8. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer
9. Menanam tanaman pengusir nyamuk
Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan,
hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Tidak heran
jika hampir setiap tahunnya, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar
biasa (KLB).

Masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini. Oleh karena itu,
langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah upaya pencegahan
DBD dengan 3M Plus (Kemenkes RI, 2019)

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting dilakukan, baik saat penderita baru pertama
kali dating maupun selama klien dalam masa perawatan ((Hadinegoro,
2006: 10). Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan DHF dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Data dasar, meliputi:
- Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat
menelan. Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, nyeri tekan pada ulu hati.
- Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap
lanjut).
- Pola aktifitas dan latihan
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
- Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/
menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura,
nyeri epigastrik, nyeri otot/ sendi
- Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh
tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
- Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
- Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
dispnea, perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematuri),
peningkatan hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurang dari
100.000/mm.
- Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena
hipoproteinemia.
- Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum pasien : lemah.
2) Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma,
koma refleks, sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu
(meningkat), nadi (takikardi), pernafasan (cepat).
4) Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung (epistaksis),
mulut (mukosa kering, lidah kotor, perdarahan gusi), leher,
rektum, alat kelamin, anggota gerak (dingin), kulit (ptekie).
5) Sirkulasi : turgor (jelek).
6) Keadaan abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : teraba pembesaran pada hati
Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi : peristaltik usus

b. Data khusus, meliputi:


- Data subyektif
Pada pasien DHF data subyektif yang sering ditemukan adalah:
1) Lemah
2) Panas atau demam
3) Sakit kepala
4) Anoreksia (tidak mafsu makan, mual, sakit saat makan)
5) Nyeri ulu hati
6) Nyeri pada otot dan sendi
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8) Konstipasi

- Data obyektif
Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue Haemoragic
Fever adalah :
1) Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan
2) Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor
3) Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif,
epistaksis, (perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma,
hematemesis, melena.
4) Nyeri tekan pada epigastrik
5) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
6) Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

c. Pemeriksaan Penunjang Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu


dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, (Hadinegoro,
2006: 17).
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan
dijumpai :
- IgG dengue positif (dengue blood)
- Trombositipenia
- Hemoglobin meningkat >20%
- Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
hipoproteinema, hiponatremia, hypokalemia
- SGOT dan SGPT mungkin meningkat
- Ureum dan pH darah mungkin meningkat
- Waktu perdarahan memanjang
- Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois
metabolik PCO2<35-40 mmHg, HCO3 rendah.
(Hadinegoro, 2006: 44).

b) Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
c) Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada
klien yang diduga terkena DHF adalah:
- Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
- Uji komplemen fiksasi (CF test)
- Uji neutralisasi (N test)
- IgM Elisa (Mac. Elisa)
- IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).

Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test


(Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan
komplemen (komplemen fixation test) pada pemeriksaan
serologi dibutuhkan dua 20 bahan pemeriksaan yaitu pada
masa akut dan pada masa penyembuhan. Untuk pemeriksaan
serologi diambil darah vena 2-5 ml, (Hadinegoro, 2006: 19).

d) Pemeriksaan radiology
- Foto thorax Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi
pleura.
- Pemeriksaan USG Pada USG didapatkan hematomegali
dan splenomegali.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yeng mengalami
DHF adalah:
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma).
b. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses patologis
(viremia)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah, anoreksia.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya suplai O2
dalam tubuh
e. Hipovolemia berhubungan dengan Hematemesis, melena
f. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermi
(Hidayat, 2006: 125)

3. Intervensi
a. Deficit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
kebutuhan cairan klien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahamaman factor penyebab dan perlaku yang
perlu untuk memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum
air putih dan pemberian cairan lewai IV.
- Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik.

Rencana tindakan:
1) Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital.
Rasional : menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normal.
2) Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok.
Rasional : agar dapat segera dilakukan rehidrasi meksimal jika
terdapat tanda-tanda syok.
3) Memberikan cairan intravaskuler sesuai program.
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami deficit volume cairan dengan keadaan umum yang
buruk karena cairan IV langsung masuk ke pembuluh darah.
4) Memotivasi klien untuk banyak minum.
Rasional : untuk mengantisipasi terjadinya dehidrasi akibat
kebocoran plasma.
5) Memonitor haluaran urine dan asupan cairan klien (balance cairan).
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan atara masukan
dan haluaran. (Hidayat, 2006: 126).

b. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses patologis


(viremia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
- Skala nyeri klien berkurang
- Rasa nyaman klien terpenuhi
- Ekspresi klien lebih relax.

Rencana tindakan :
1) Mengkaji nyeri klien dengan PQRST (P = factor penambah dan
pengurang nyeri, Q = kualitas atau jenis nyeri, R = regio atau
daerah yang mengalami nyeri, S = skala nyeri, T = waktu dan
frekuensi nyeri).
Rasional : untuk menentukan jenis, skala, dan tempat terasa nyeri.
2) Mengkaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap
nyeri. Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan
tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien.
3) Memberikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang,
dan tenang. Rasional : membantu klien relax dan mengurangi
nyeri
4) Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan
perhatian klien pada hal lain.
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri. (Doenges, 1999:
590)

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual


muntah, anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapakan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
- Klien makan habis 1 porsi, tidak terjadi mual, muntah, dan
anoreksia.
- Klien mengalami kenaikan berat badan sesuai tingkat
perkembangan atau BB klien stabil (tidak mengalami penurunan).

Rencana tindakan :
1. Mengkaji pola kebutuhan nutrisi klien dan menimbang berat
badan.
Rasional : untuk mengetahui status gizi klien dan masalahnya
2) Mengkaji frekuensi mual dan muntah yang dirasakan klien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasi mual dan muntah.
3) Memberikan makanan sedikit tapi sering, usahakan dalam keadaan
hangat. Rasional : mencegah mual dan muntah.
4) Mencatat porsi makanan yang dihabiskan klien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui kecukupan nutrisi klien perhari.
5) Jika pemberian makanan per oral gagal, kolaborasi pemebrian
makanan parenteral.
Rasional : memenuhi nutrisi klien jika intake per oral gagal.
6) Kolaborasi pemberian antiemetic dan antasisda. Rasional :
mengurangi mual, muntah, dan melindungi lambung dari
peningkatan asam lanbung.
(Hidayat, 2006: 126)

4. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari


rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini
perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, P. (2014). Laporan PendahuluanAsuhan Keperawatan Pasien DHF.


Semarang: Universitas Diponegoro.

Septiani, A.R. (2018). Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada By.
Mdengan DHF Di Ruang Kertawijaya Di RSU Dr. Wahidinsudiro
Husodo Kota Mojokertotahun 2018. Mojokerto: Akademi Keperawatan
Kosgoro.

Suciwati. (2014). Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Demam Berdarah


Dengue Di Ruang B Iii Kiri Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Karya
Ilmiah STIKES Telogorejo.

Anda mungkin juga menyukai