LP Askep Anak DHF
LP Askep Anak DHF
Disusun Oleh :
MARTHA NABABAN
21231190
A. Pengertian DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkanoleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masukkedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty(Nursalam, dkk. 2008).
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : Demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan
kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric,
discomfort, nyeri perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif.
Selain itu, perdarahan kulit dapat terwujud memar atau dapat juga dapat
berupa perdarahan spontan mulai dari ptechiae (muncul pada hari-hari
pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan
muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan
gastrointestinal masif lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada
kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat
teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di
temukan. Pada masa konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak
tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba
pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan
beratanya penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun
kegagalan peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan
masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut:
- Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,
Hematuri, dan melena)
- Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
- Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama
pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis
disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran
klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
- Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
- Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi
- Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada
saluran tubuh dll.
- Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia
(kurang atau sama dengan 100.000 mm3 ) dan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 %).
D. Klasifikasi
Derajat Dengue Haemorhagic Fever menurut WHO:
- Derajat 1: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunyamanifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet positif
- Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain
- Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
danlembut, tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulitdingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah
- Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapatdiukur
E. Patofisologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegyptydimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka
terjadilahviremia (virus masuk ke dalam aliran darah) dan kemudian akan
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibataktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptide yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningginya premeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel di
dinding tersebut. Kemudian terjadi trombositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunya faktor koagulasi (prottombin, faktor V, VII, IX, X
dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya premeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemorgaik.Renjatan terjadi secara akut.Nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan hilangnya plasma melaui endotel dinding pembuluh darah.Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bias
terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
F. Pathway
G. Pemeriksaan diagnosik
1. Uji Torniquet
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara
mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan
kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang
kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu
keluar dari kapiler dan merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga
Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan kulit. Pandangan
mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Jika ada
lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka test biasanya baru
dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif. Seandainya dalam
lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan
ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga.
2. Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang
dapat ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut
dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.
3. Hematokrit
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses
perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa
peningkatan nilai hematocrit (meningkat 20% atau lebih) merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma.
Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.
Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai
hematocrit tidak meningkat bahkan menurun.
4. Trombosit umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
5. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer,
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
6. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
7. SGOT/SGPT: dapat meningkat.
8. Diagnosis Serologis
Lima tes serologi dasar telah secara rutin digunakan untuk diagnosis
infeksi dengue; hemaglutinasi-inhibisi (HI), complement fixation (CF), uji
netralisasi (NT), imunoglobulin M (IgM) enzyme-linked immunosorbent
assay capture (MAC-ELISA), dan imunoglobulin G langsung ELISA
H. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia)< 100.000/ mm3dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity
dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention,
2009) yaitu:
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu
mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama
fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya,
obat anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
perlu cairan IV
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian
kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah
trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg
normal
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yang
normal dan berlangsung 24-48 jam.
J. Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu
diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dan dapat terjadi karena
lingkungan yang kurang bersih. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah
merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN
3M Plus (Kemenkes RI, 2019).
Masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini. Oleh karena itu,
langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah upaya pencegahan
DBD dengan 3M Plus (Kemenkes RI, 2019)
- Data obyektif
Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue Haemoragic
Fever adalah :
1) Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan
2) Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor
3) Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif,
epistaksis, (perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma,
hematemesis, melena.
4) Nyeri tekan pada epigastrik
5) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
6) Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
b) Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
c) Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada
klien yang diduga terkena DHF adalah:
- Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
- Uji komplemen fiksasi (CF test)
- Uji neutralisasi (N test)
- IgM Elisa (Mac. Elisa)
- IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).
d) Pemeriksaan radiology
- Foto thorax Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi
pleura.
- Pemeriksaan USG Pada USG didapatkan hematomegali
dan splenomegali.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yeng mengalami
DHF adalah:
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma).
b. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses patologis
(viremia)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah, anoreksia.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya suplai O2
dalam tubuh
e. Hipovolemia berhubungan dengan Hematemesis, melena
f. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermi
(Hidayat, 2006: 125)
3. Intervensi
a. Deficit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
kebutuhan cairan klien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahamaman factor penyebab dan perlaku yang
perlu untuk memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum
air putih dan pemberian cairan lewai IV.
- Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik.
Rencana tindakan:
1) Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital.
Rasional : menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normal.
2) Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok.
Rasional : agar dapat segera dilakukan rehidrasi meksimal jika
terdapat tanda-tanda syok.
3) Memberikan cairan intravaskuler sesuai program.
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami deficit volume cairan dengan keadaan umum yang
buruk karena cairan IV langsung masuk ke pembuluh darah.
4) Memotivasi klien untuk banyak minum.
Rasional : untuk mengantisipasi terjadinya dehidrasi akibat
kebocoran plasma.
5) Memonitor haluaran urine dan asupan cairan klien (balance cairan).
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan atara masukan
dan haluaran. (Hidayat, 2006: 126).
Rencana tindakan :
1) Mengkaji nyeri klien dengan PQRST (P = factor penambah dan
pengurang nyeri, Q = kualitas atau jenis nyeri, R = regio atau
daerah yang mengalami nyeri, S = skala nyeri, T = waktu dan
frekuensi nyeri).
Rasional : untuk menentukan jenis, skala, dan tempat terasa nyeri.
2) Mengkaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap
nyeri. Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan
tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien.
3) Memberikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang,
dan tenang. Rasional : membantu klien relax dan mengurangi
nyeri
4) Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan
perhatian klien pada hal lain.
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri. (Doenges, 1999:
590)
Rencana tindakan :
1. Mengkaji pola kebutuhan nutrisi klien dan menimbang berat
badan.
Rasional : untuk mengetahui status gizi klien dan masalahnya
2) Mengkaji frekuensi mual dan muntah yang dirasakan klien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasi mual dan muntah.
3) Memberikan makanan sedikit tapi sering, usahakan dalam keadaan
hangat. Rasional : mencegah mual dan muntah.
4) Mencatat porsi makanan yang dihabiskan klien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui kecukupan nutrisi klien perhari.
5) Jika pemberian makanan per oral gagal, kolaborasi pemebrian
makanan parenteral.
Rasional : memenuhi nutrisi klien jika intake per oral gagal.
6) Kolaborasi pemberian antiemetic dan antasisda. Rasional :
mengurangi mual, muntah, dan melindungi lambung dari
peningkatan asam lanbung.
(Hidayat, 2006: 126)
Septiani, A.R. (2018). Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada By.
Mdengan DHF Di Ruang Kertawijaya Di RSU Dr. Wahidinsudiro
Husodo Kota Mojokertotahun 2018. Mojokerto: Akademi Keperawatan
Kosgoro.