Anda di halaman 1dari 8

INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF PADA ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA


DI SEKOLAH LUAR BIASA
DHARMA ASIH KOTA
PONTIANAK

Dahni Swasti Laras, Izhar Salim, Sulistyarini


Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak
Email : dahniswasti.laras30.@gmail.com

Abstract
This thesis entitled “social associative interaction in children with special needs
mental retardation in Dharma Asih extraordinary school in Pontianak City”. The
purpose of this research to describe the cooperation of harmony and cooptation
cooperation in children with mental retardation in Dharma Asih Pontianak city. The
method in this research is qualitative method with descriptive analysis. The techniques
used with obtain data in this research are observation, interview and documentation.
The subjects of this research are two students, one teacher and marching band coach.
The result of this research show that the role this it can be seen from the observation
that students who studying inside or outside the classroom is routine practice which is
done after the learning progress, learnes look very harmonious. They help each other
if one of the students have difficulties in doing the task and learnes able interaction
with the marching band coach who has worked one yaer in the school means that the
learn can reseive a new element from the marching band coach, therefore the
cooptation cooperation between the students and the marching band coach goes well.

Keywords: Associative Sosial Interaction, Mental Retardation

PENDAHULUAN memiliki kebutuhan khusus misalnya anak


Interaksi sosial merupakan proses penyandang tunagrahita, tunagrahita
dimana seseorang menjalin kontak dan merupakan masalah kelainan
komunikasi dengan orang lain, pertumbuhan yang terjadi di dalam diri
berinteraksi merupakan hal yang tidak anak yang perkembangannya mengalami
bisa terlepas dari kehidupan manusia, hambatan, gangguan, dan keterlambatan
adanya rasa memerlukan bantuan dari mental sehingga untuk mencapai
orang lain maka manusia akan melakukan perkembangan optimal diperlukan
kontak ataupun komunikasi satu sama penanganan khusus dan kelompok inilah
lainnya, dengan interaksi tersebut semua yang kemudian dikenal sebagai anak
manusia hidup sebagai makhluk sosial. berkebutuhan khusus. Dengan demikian
Setiap manusia cenderung berkomunikasi anak berkebutuhan khusus tunagrahita
dan berinteraksi dengan manusia lainnya. juga memerlukan interaksi dengan cara-
Apabila dua orang bertemu maka interaksi cara mereka agar memudahkan anak-anak
sosial dimulai pada saat itu, mereka saling tersebut berinteraksi dengan orang lain.
menegur, berjabat tangan, saling bicara, Namun pada kenyataannya pada anak
atau mungkin berkelahi. berkebutuhan khusus tunagrahita
Namun dalam kehidupan di sekitar mengalami masalah dalam hal
kita, tentu tidak jarang kita menjumpai berinteraksi yaitu kesulitan dalam
anak yang mengalami hambatan dalam berhubungan dengan kelompok maupun
berinteraksi baik yang di derita sejak lahir individu di sekitarnya dan hal ini
maupun yang terjadi di dalam aspek dipengaruhi akibat kecerdasan yang di
perkembangannya, ada pula anak yang bawah rata-rata, sehingga pendidikan dan

1
pengajaran yang diberikan memerlukan belajar atau rapor kepada ibu Meli,
program khusus. Harapan untuk peserta terjalin interaksi antara murid dan ibu
didik walaupun mereka memiliki Meli, murid tersebut layaknya seseorang
kebutuhan khusus, anak-anak tersebut yang normal ia berbicara kepada Ibu
diharapkan dapat berinteraksi, Meli ia meminta rapornya dan menjawab
berkomunikasi dengan baik kepada orang pertanyaan yang diajukan oleh ibu Meli,
lain layaknya orang normal pada namun ia agak lambat dalam berfikir,
umumnya walaupun anak tersebut jika di tanya agak lambat untuk
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. menjawab pertanyaan yang diajukan.
Berdasarkan observasi yang Adapun data nama siswa-siswi kelas
dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu VIII SLB-C Dharma Asih Kota
tanggal 27 September, ketika peneliti Pontianak tahun pelajaran 2017/2018
sedang di ruang TU bersama ibu Meli, yang mengalami kebutuhan khusus
ada seorang murid yang meminta hasil tunagrahita sebagai berikut :

Tabel 1. Data Nama Siswa-Siswi Kelas VIII SLB-C Dharma Asih Kota Pontianak
Tahun Pelajaran 2017/2018
No Nama Kelas
1. AVP VIII
2. EB VIII
3. FR VIII
4. RH VIII
5. SSS VIII
6. Sy. A H VIII
7. VO VIII
8. ZH VIII
9. NVL VIII

Berdasarkan data di atas Ibu Meli adapun yang menjadi sub-sub masalah
mengatakan karena mereka anak dalam penelitian ini adalah sebagai
berkebutuhan khusus dan memerlukan berikut: (1) Bagaimana kerjasama
cara khusus untuk menangani dan kerukunan pada anak berkebutuhan
mengajarnya maka di dalam kelas tersebut khsusus tunagrahita di SLB (Sekolah Luar
hanya ada 9 orang murid tidak lebih dari Biasa) Dharma Asih Kota Pontianak?
itu, hal tersebut agar memudahkan ketika (2) Bagaimana kerjasama kooptasi pada
guru mengajar supaya guru dapat anak berkebutuhan khusus tunagrahita
memantau para peserta didik dengan baik. diSLB (Sekolah Luar Biasa) Dharma Asih
Dari pemaparan latar belakang diatas Kota Pontianak?
maka peneliti tertarik untuk meneliti Penelitian diharapkan dapat
tentang interaksi sosial asosiatif pada anak memberikan manfaat secara teoritis
berkebutuhan khusus tunagrahita di SLB maupun praktis bagi lembaga pendidikan
(Sekolah Luar Biasa) Dharma Asih Kota dan guru agar dapat memberi masukan
Pontianak. Berdasarkan latar belakang dan inspirasi dalam memberikan
yang telah dipaparkan di atas, maka yang pendidikan pada anak berkebutuhan
menjadi permasalahan umum dalam khusus, khususnya dalam berinteraksi
penelitian ini adalah “Bagaimana interaksi terhadap anak berkebutuhan khusus agar
sosial asosiatif pada anak berkebutuhan tidak terjadi diskriminasi antara anak
khusus tunagrahita di SLB (Sekolah Luar berkebutuhan khusus dan anak-anak
Biasa) Dharma Asih Kota Pontianak”. lainnya dalam hal pendidikan. Menurut
Agar masalah penelitian menjadi terarah, Herabudin (2015 : 205) berpendapat

2
bahwa interaksi sosial adalah “proses royong”. Menurut Herabudin (2015 :
komunikasi antar orang untuk saling 215) kerukunan adalah “gotong-royong
mempengaruhi perasaan, pikiran, dan dan tolong menolong”. Berdasarkan
tindakan”. Menurut Astuti (2016 : 12) pendapat tersebut kerukunan merupakan
interaksi sosial asosiatif adalah “interaksi kondisi dan proses terciptanya dan
sosial yang bersifat positif artinya terpeliharanya pola-pola interaksi yang
mendukung seseorang atau kelompok beragam, kerukunan mencerminkan
manusia untuk mencapai tujuan tertentu”. hubungan timbal balik yang ditandai oleh
Menurut Herabudin (2015 : 214) sikap saling menerima, saling
bentuk-bentuk interaksi sosial asosiatif mempercayai, saling menghormati dan
adalah “kerja sama, kerukunan, saling menghargai serta sikap saling
bergaining, kooptasi(cooptation),koalisi memaknai kebersamaan. Menurut
(coalition), joint venture, dan akomodasi Sayanda yang termuat dalam internet
Sejalan dengan pendapat Herabudin, (http:// artikelsiana. Pengertian-interaksi-
Sulistyowati dan Soekanto (2015 : 65) sosial-asosiatif-disosiatif.com)
mengatakan bahwa bentuk- bentuk Bargaining adalah “pelaksanaan
interaksi sosial asosiatif adala “kerja perjanjian mengenai pertukaran barang-
sama, kerukunan, bergaining, kooptasi barang dan jasa antara dua organisasi
(cooptation), koalisi (coalition), joint atau lebih”. Menurut Nuraini (2013:342-
venture dan akomodasi. Adapun bentuk- 343) kooptasi (cooptation) yaitu “suatu
bentuk akomodasi yaitu coercion, proses penerimaan unsur-unsur baru
compromise, arbitration, mediation, dalam kepemimpinan dan pelaksanaan
conciliation, toleration, stalemate, dan politik organisasi sebagai satu-satunya
adjudikasi. cara menghindari terjadinya
Menurut Bungin (2006 : 59) kerja kegoncangan dalam stabilitas
sama adalah “usaha bersama antara organisasi”. Menurut Muin (2013: 61-63)
individu atau kelompok untuk mencapai mengatakan bahwa “koalisi, yaitu
satu atau beberapa tujuan bersama”. Kerja penyatuan antara dua kelompok
sama dapat terjadi apabila di antara masyarakat atau lebih yang mempunyai
individu atau kelompok tertentu tujuan yang sama dan ingin cepat
menyadari adanya kepentingan dan mencapainya bersama-sama. Karena
ancaman yang sama. Menurut Soekanto menyatukan atau memadukan pendapat
dan Sulistyowati 2015:67 mengatakan masyarakat yang berbeda-beda, koalisi
bahwa “kerjasama kerukunan berupa dapat saja menghasilkan keadaan yang
gotong-royong dan saling tolong- tidak stabil”. Menurut Muin (2013 : 64)
menolong”. Menurut Herabudin Joint Venture merupakan “suatu kontrak
(2015:215) mengatakan bahwa “kooptasi antara dua perusahaan untuk membentuk
(cooptation),yaitu proses penerimaan suatu perusahaan baru”. Menurut Rina
unsur baru dalam kepemimpinan atau Wulandari (2013 : 13) anak
pelaksanaan politik dalam suatu berkebutuhan khusus adalah “anak
organisasi sebagai salah satu cara untuk dengan karakteristik khusus yang
menghindari terjadinya kegoncangan berbeda dengan anak pada umumnya
dalam stabilitas organisasi yang tanpa selalu menunujukkan pada
bersangkutan”. Menurut Ewen ketidakmampuan mental, emosi, atau
(dalam Astuti 2016 : 19) kerukunan fisik,dengan klasifikasi anak dan remaja
adalah “gotong royong bentuk kerja sama yang secara fisik, psikolog dan sosial
yang dilakukan secara sukarela untuk mengalami masalah serius dan menetap”.
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Menurut Wantah (2007 : 1) tunagrahita
tertentu yang berkaitan langsung dengan adalah “retardasi mental yaitu kurangnya
orang-orang yang terlibat dalam gotong kemampuan anak dalam berpikir atau

3
bernalar yang mengakibatkan belajar, mengambil lokasi penelitian di SLB
dan adaptasi secara sosial berada di (Sekolah Luar Biasa) Dharma Asih Kota
bawah rata-rata”. Menurut Nida (2013 : Pontianak, Jalan Raya Ahmad Yani
170) tunagrahita adalah “anak yang Kota Pontianak Kalimantan Barat. Alat
memiliki intelegensi yang signifikan pengumpulan data dengan menggunakan
berada dibawah rata - rata dan disertai panduan observasi, panduan wawancara
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi dan dokumntasi. Menurut Sugiyono
perilaku yang muncul dalam masa (2009:224), teknik pengumpulan data
perkembangan”. merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama
METODE PENELITIAN dari penelitian ini adalah mendapatkan
Bentuk penelitian yang digunakan data. Nasution (dalam Sugiyono
dalam penelitian ini adalah penelitian 2009:310) menyatakan bahwa
kualitatif dengan metode penelitian
“observasi adalah dasar semua ilmu
deskriptif. Menurut Sugiyono
(2012:211) menyatakan bahwa metode
pengetahuan. Para ilmuan hanya
penelitian kualitatif deskriptif adalah dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
“pada umumnya disusun berdasarkan fakta mengenai dunia kenyataan
masalah yang telah ditetapkan, dengan yang diperoleh melalui observasi”.
demikian judul penelitiannya harus Marshall (dalam Sugiyono 2009:310)
sudah spesifik yang mencerminkan menyatakan bahwa “melalui
permasalahan dan variable yang akan observasi peneliti belajar berperilaku,
diteliti”. Menurut Hadari Nawawi dan makna dari perilaku
(2007:67) metode deskriptif dapat tersebut”.Tanpa mengetahui teknik
diartikan sebagai “prosedur pemecahan pengumpulan data, maka peneliti tidak
masalah yang di selidiki dengan akan mendapatkan data yang memenuhi
menggambarkan atau melukiskan standar data yang ditetapkan. Dalam
keadaan subjek/obyek (seseorang, penelitian ini peneliti menggunakan
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada teknik pengumpulan data yang berupa
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta observasi, wawancara dan dokumentasi.
yang tampak atau sebagaimana adanya”. Observasi atau pengamatan merupakan
Menurut Bungin (dalam Bataraistha, aktivitas pencatatan fenomena yang
2016:21) informan penelitian adalah dilakukan secara sistematis. Wawancara
“subjek yang memahami informasi adalah suatu kegiatan tanya jawab
objek penelitian sebagai pelaku dengan tatap muka antara pewawancara
maupun orang lain yang memahami dan yang diwawancarai. Sehubungan
informasi objek penelitian”. Senada dengan penelitian ini yang bersifat
dengan Moleong (2011:132) kualitataif, maka secara umum proses
informan adalah “orang yang analisis datanya mencakup 3 teknis,
sebagaimana menurut Sugiyono
dimanfaatkan untuk memberikan
(2009:338), yaitu (1) Reduksi data
informasi tentang situasi dan kondisi merupakan salah satu kegiatan yang
latar penelitian”. Informan dalam dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan
penelitian ini adalah wali kelas, penelitian. Kegiatan yang dilakukan oleh
pelatih marching band dan siswa/i peneliti berupa pencatatan kembali hasil
kelas VIII SLB Dharma Asih Kota penelitian yang dilakukan baik dari hasil
Pontianak. Objek yang diteliti yaitu dua obsevasi maupun wawancara yang telah
orang siswa/i kelas VIII, satu orang guru dilaksanakan. (2) penyajian data dalam
dan satu orang pelatih marching band. penelitian adalah usaha dari penulis
Di dalam penelitian ini, peneliti untuk mempermudah memberikan

4
gambaran hasil data yang diperoleh yang memiliki bagian-bagian dan tujuan
sehingga gambaran secara umum dapat tertentu yang harus dijaga bersama-
diperoleh. Termasuk kesimpulan sama, saling tolong menolong, toleransi,
sementara yang telah diperoleh pada tidak saling bermusuhan dan saling
waktu reduksi. (3) Verifikasi merupakan menjaga satu sama lain. interaksi sosial
kegiatan yang dilakukan selama proses asosiatif dalam bentuk kerjasama
penelitian berlangsung baik pada awal kerukunan antar peserta didik kelas VIII
memasuki tempat penelitian, mengambil di Sekolah Luar Biasa Dharma Asih
data penelitian sampai pada saat Kota Pontianak menunjukkan bahwa
penyajian data.Dalam penelitian ini, informan sudah melakukan interaksi
pengujian keabsahan data menggunakan sosial asosiatif dalam bentuk kerjasama
teknik : (1) perpanjang pengamatan, kerukunan dengan baik, terutama dapat
Tujuan dari perpanjangan pengamatan dilihat dari aktivitas harian di sekolah
ini dapat membuat hubungan peneliti yang dilakukan para peserta didik ketika
dengan narasumber akan semakin sedang belajar di kelas maupun ketika
berbentuk, semakin akrab, semakin sedang belajar di luar kelas yaitu
terbuka, jadi tidak ada informasi yang kegiatan praktek yang rutin dilakukan
disembunyikan. Perpanjangan setiap hari setelah jam pelajaran
pengamatan dilakukan peneliti dengan berlangsung. Berdasarkan observasi
cara kembali kelapangan untuk yang dilakukan peneliti sebanyak empat
melakukan pengamatan lagi. (2) kali, terdapat berbagai macam praktek
triangulasi, adapun jenis triangulasi yang yang dilakukan oleh peserta didik
digunakan dalam penelitian ini adalah diantaranya yaitu membuat serbet untuk
triangulasi teknik. Triangulasi teknik angkat panci yang terbuat dari kain
yang dilakukan peneliti adalah dengan perca, membuat gantungan pot yang
membandingkan hasil observasi dan terbuat dari tali nilon dan pipet
hasil wawancara selanjutnya dilakukan (menganyam), membuat gelang tangan
pengecekan data pada sumber yang terbuat dari senar dan manik-manik
sama yaitu wawancara guru,siswa dan warna-warni, membuat manggar terbuat
pelatih marching band. dari kertas kilat dan nanas. Peserta didik
sangat kompak dalam melakukan hal
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut dan tidak terlihat bahwa mereka
Penyajian data merupakan proses adalah anak yang berbeda atau memiliki
yang dilakukan setelah mereduksi data. kekhususan. Ketika sedang melakukan
Penyajian data dalam penelitian ini pembelajaran di kelas maupun praktek
bertujuan untuk memudahkan dalam terjalin kerjasama kerukunan yang
menganalisis data sehingga sangat akrab diantara peserta didik,
permasalahan dalam penelitian dapat mereka saling membantu satu sama lain
terjawab seluruhnya. Adapun yang ketika satu orang kesulitan mengerjakan
menjadi masalah umum dalam apa yang di perintahkan oleh gurunya
penelitian ini adalah Interaksi Sosial sehingga dapat menyelesaikan tugasnya
Asosiatif Pada Anak Berkebutuhan dengan baik. Pada saat itu kerukunan
Khusus Tunagrahita Di SLB (Sekolah terjalin diantara peserta didik salah
Luar Biasa) Dharma Asih Kota satunya seperti yang dilakukan oleh Z
Pontianak. Interaksi sosial asosiatif yang membantu R untuk membuat
dalam penelitian ini pada anak gelang tangan, karena R mengalami
berkebutuhan khusus tunagrahita berupa grahita sedang maka ia kesulitan dalam
kerjasama kerukunan dan kerjasama membuat gelang tangan. Seperti yang
kooptasi. Kerjasama kerukunan dilakukan oleh Z kepada R ia berkata
merupakan jalan hidup setiap manusia “ayo sini aku bantuin kamu bikin

5
gelangnya, coba kamu ambilkan aku anak yang lain ada yang menutup
gunting itu”. Kemudian setelah selesai jendela kelas dan menutup horden kelas,
membuat gelang peserta didik membuat setelah semuanya beres anak-anak
manggar yang akan digunakan untuk dipersilahkan membaca do’a dan pulang.
memperingati hari ulang tahun kota Kemudian interaksi sosial asosiatif
pontianak yang di dampingi oleh dalam bentuk kerjasama kooptasi antar
seorang guru, terlihat sangat kompak peserta didik kelas VIII di Sekolah Luar
yang dilakukan oleh peserta didik dalam Biasa Dharma Asih Kota Pontianak
menjalankan tugas tersebut, mereka menunjukkan bahwa informan sudah
sangat menikmati kegiatan praktek melakukan interaksi sosial asosiatif
dikala itu sambil mereka berbincang- dalam bentuk kerjasama kooptasi
bincang dan tertawa bercanda bersama dengan baik, terutama dapat dilihat dari
temannya, kerukunan yang terjalin amat aktivitas harian di sekolah yang
sangat erat diantara siswa satu dan siswa dilakukan para peserta didik ketika
lainnya, saya sebagai peneliti sangat sedang melangsungkan kegiatan praktek
terharu dengan hal tersebut dengan yang rutin dilakukan pada hari kamis
keadaan mereka yang tidak sempurna setelah jam pelajaran usai, yaitu
namun mereka mempunyai semangat kegiatan ekstrakulikuler marching band.
belajar yang sangat luar biasa tanpa Organisasi ini diikui oleh peserta didik
adanya rasa minder, mereka selalu yang baru diganti pelatihnya dimana
terlihat ceria di setiap harinya. pelatih tersebut baru mengajar satu
Berdasarkan wawancara yang tahun di Sekolah Luar Biasa ini.
dilakukan oleh peneliti dengan guru dan Kegiatan marching band yang diikuti
siswa tentang kerjasama kerukunan peserta didik yaitu hari kamis, jadi
menunjukkan keterangan bahwa yang ketika mereka selesai belajar belajar
peneliti dapatkan pada saat wawancara seperti biasa yang di mulai pukul 07.00
sesuai dengan keadaan lapangan pada Wib sampai dengan pukul 09.30 Wib,
saat observasi. Pada saat peserta didik pada jam berikutnya setelah istirahat
belajar di dalam kelas terlihat anak-anak peserta didik mengikuti latihan
sangat rukun, mengerjakan tugas sesuai marching band yang di pimpin oleh pak
dengan perintah yang diberikan oleh Ferri. Walaupun pak Ferri baru
gurunya, para peserta didik sangat mengajar satu tahun tetapi para peserta
antusias dalam melakukan pembelajaran didik di dalam latihan sangat mematuhi
baik di dalam kelas maupun di luar semua apa yang dikatakan oleh sang
kelas. Kerukunan yang tersirat pada pelatih tanpa ada satu pun anak yang
anak-anak sangat baik, mereka saling melanggar perkataan atau aturan yang
membantu satu sama lain apabila salah telah di buat oleh pak Ferri, misalnya
satu dari temannya kesusahan untuk tentang aturan disiplin tepat waktu ketka
membuat kesenian tersebut. Apabila jam latihan, tangan kanan atau tangan kiri
sekolah telah usai dan tiba saatnya untuk yang dahulu, ketukan birama lagu, 2/4,
pulang anak-anak segera bergegas ¾ atau 4/4 semuanya dilakukan atau
mengemasi barang-barang sekolahnya dimainkan dengan baik tanpa ada
dan bergegas bergotong-royong kendala atau hambatan sedikitpun. Para
mengemasi peralatan praktek yang telah peserta didik terlihat sangat kompak
mereka gunakan untuk membuat gelang dalam melakukan kegiatan tersebut,
tersebut. Para peserta didik terlihat tanpa adanya selisih paham diantara
sangat kompak dalam membereskan mereka, mereka melakukan kegiatan
peralatan yang sudah digunakan, tersebut layaknya anak normal pada
misalnya si R membereskan manik- umumnya tidak terlihat sama sekali
manik, senar serta gunting lalu anak- bahwa mereka adalah anak yang berbeda

6
(tidak normal), artinya peserta didik masalah penelitian ini adalah (1) Peserta
dapat menerima unsur baru dari pelatih didik kelas VIII di Sekolah Luar Biasa
marching band sehingga kerjasama Dharma Asih Kota Pontianak sudah
kooptasi antara peserta didik dan pelatih melakukan interaksi sosial asosiatif
marching band berjalan dengan baik. dalam bentuk kerjasama kerukunan
Berdasarkan wawancara yang dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
dilakukan oleh peneliti dengan pelatih hasil observasi bahwa peserta didik
Marching Band dan siswa tentang ketika sedang di kelas melakukan
kerjasama kooptasi menunjukkan pembelajaran tampak sangat rukun
keterangan bahwa yang peneliti dengan satu sama lain, mereka saling
dapatkan pada saat wawancara sesuai membantu jika ada salah satu murid
dengan keadaan lapangan pada saat yang kesulitan belajar atau kesulitan
observasi. Pada saat peserta didik dalam menulis, kemudian ketika peserta
mengikuti latihan drum band mereka didik sedang membuat kerajinan tangan
sangat lincah dalam memainkan alat-alat berupa serbet untuk angkat panci panas
drum band yang sesuai dengan dan gantungan pot yang didampingi oleh
keahliannya masing-masing seperti guru, para peserta didik bersama-sama
memainkan bassdrum, marchingbell melaksanakan tugas tersebut dengan
atau bliranya dan lain-lain. Mereka penuh rasa kerjasama kerukunan. (2)
memainkan alat tersebut layaknya Peserta didik kelas VIII di Sekolah Luar
seperti anak normal pada umunya, tidak Biasa Dharma Asih Kota Pontianak
dipungkiri dalam melakukan latihan sudah melakukan interaksi sosial
drum band pasti ada suatu kendala, asosiatif dalam bentuk kerjasama
misalnya pada saat melakukan ketukan kooptasi dengan baik. Hal ini dapat
irama kadang ada yang terlambat dari dilihat dari hasil observasi bahwa
temannya namun hal itu jarang terjadi. peserta didik anak tunagrahita mampu
Walaupun pak Ferri baru mengajar satu menjalin interaksi sosial asosiatif ketika
tahun tetapi para peserta didik di dalam pelatih marching band berbicara atau
latihan sangat mematuhi semua apa yang berinteraksi dengan anak tunagrahita,
dikatakan oleh sang pelatih tanpa ada sang anak mampu memberikan
satu pun anak yang melanggar perkataan tanggapan yang tepat terhadap apa yang
atau aturan yang telah di buat oleh pak dibicarakan atau diperintahkan oleh
Ferri, misalnya tentang aturan disiplin pelatih marching band. Misalnya
tepat waktu ketka latihan, tangan kanan seperti pada saat latihan marching band
atau tangan kiri yang dahulu, ketukan peserta didik mengikuti semua aturan
birama lagu, 2/4, ¾ atau 4/4 semuanya dan arahan yang diberikan oleh
dilakukan atau dimainkan dengan baik pelatihnya, tanpa adanya kerjasama
tanpa ada kendala atau hambatan latihan marching band tidak akan
sedikitpun. berjalan dengan lancar.

SIMPULAN DAN SARAN Saran


Simpulan Berdasarkan kesimpulan yang telah
Berdasarkan hasil penelitian dan dijelaskan dan dipaparkan di atas, maka
pembahasan yang telah peneliti lakukan, penulis memberikan saran sebagai
maka dapat disimpulkan bahwa interaksi berikut : (1) Untuk murid yang kurang
sosial asosiatif pada anak berkebutuhan berinteraksi hendaknya guru sering
khusus tunagrahita berupa kerjasama mengajak murid tersebut untuk
kerukunan dan kerjasama kooptasi telah melakukan interaksi, sehingga ia akan
dilakukan dengan baik. Sedangkan lebih berani untuk memulai atau
kesimpulan berdasarkan sub-sub mengawali interaksi dengan orang lain.

7
(2) Ketika belajar di kelas murid Sugiyono.(2012). Memahami Penelitian
cenderung ribut sebaiknya guru Kualitatif. Bandung: Penerbit
mengarahkan kepada murid agar tidak Alfabeta
ribut supaya interaksi ketika belajar
dapat terjalin dengan baik. Soyomukti, Nuraini (2013). Pengantar
Sosiologi : Dasar Analisis, Teori,
DAFTAR RUJUKAN Dan Pendekatan Menuju Analisis
Bungin Burhan. (2006). Sosiologi Masalah-Masalah Sosial,
Komunikasi Teori, Paradigma, dan Perubahan, Sosial & Kajian
Diskursus Teknologi Komunikasi di Strategis. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Masyarakat. Jakarta: Kencana Media.
Prenada Media Group.
Nawawi Hadari. (2007). Metode
Herabudin .(2015). Pengantar Sosiologi. Penelitian Bidang Sosial.
Bandung : Pustaka Setia Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Sayanda.(2010). Interaksi Sosial
Asosiatif dan Desosiatif. Nida,Khoirun.(2013).Jurnal Komunikasi
http://artikelsiana. Pengertian- Penyiaran Islam komunikasi Bagi
interaksi-sosial-asosiatif- Anak Berkebutuhan Khusus. Kudus
disosiatif.com/di akses pada
tanggal 18 agusutus 2017. Wantah J Maria.(2007). Pengembangan
Kemandirian Anak Tunagrahita
Soekanto, Soerjono dan Sulistyowati, Mampu Latih. Departemen
Budi. (2015). Sosiologi Suatu Pendidikan Nasional Direktorat
Pengantar. Edisi Revisi. Jakarta. PT Jendral Pendidikan Tinggi
RajaGrafindo Persada. Direktorat Ketenagaan.

Sugiyono.(2009). Metode penelitian Wulandari Rani.(2013). Teknik


pendidikan pendekatan kuantitatif, Mengajar Siswa Dengan Gangguan
kualitataif, R & D. Bandung : Bicara Dan Bahasa. Yogyakarta:
Penerbit Alfabeta. penerbit imperium.

Anda mungkin juga menyukai