Anda di halaman 1dari 8

Interaksi sosial anak panti asuhan Aisyiyah Bukittingi

Wahidah Fitriani
Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar
Putri Yeni
Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar
Revi Annisa Putri
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus,
Batusangkar
Silvia. M
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus,
Batusangkar
Sistia Wardani
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus,
Batusangkar
E-mail: psikologibpsikologi@gmail.com

Abstract [Center, Candara 12, Bold, Italic]


Abstract maximum of 200 words, written in Indonesian and English using the font Candara
12, single-spaced. The abstract must be clear and provide a brief description of the research
problem. The abstract contains 1) introduction; 2) research purposes; 3) research methods
(research designs, subjects, instruments, and data analysis techniques); 4) research results
and; 5) the abstract ends by giving a brief conclusion. Don't use citation and abbreviations.
Don’t write the score of data analysis result in the abstract
Keywords: Maximum of 5 keywords, written in alphabetical order and separated by
semicolons. [Justify, Candara 12, Spacing 1, Italic]

Abstrak [Center, Candara 12, Bold, Italic]


Abstrak maksimal 200 kata, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
menggunakan font Candara 12, spasi tunggal. Abstrak harus jelas dan memberikan
gambaran singkat tentang permasalahan yang diteliti. Abstrak berisi 1) pendahuluan; 2)
tujuan penelitian; 3) metode penelitian (desain penelitian, subjek, instrumen, dan teknik
analisis data); 4) hasil penelitian dan; 5) abstrak diakhiri dengan memberikan kesimpulan
singkat. Jangan menggunakan kutipan dan singkatan. Jangan menulis skor hasil analisis
data dalam abstrak
Kata kunci: Maksimum 5 kata kunci, ditulis urut abjad dan dipisahkan dengan tanda titik
koma. [Justify, Candara 12, Spacing 1, Italic]
Pendahuluan
Panti asuhan adalah lembaga sosial nirbala dimana lembaga ini menampung,
mendidik dan memelihara anak-anak yatim piatu, anak-anak terlantar, anak-anak yang
kurang mampu, serta anak-anak broken home. Panti Asuhan berperan sebagai pengganti
keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak dalam proses perkembangannya. Panti
asuhan dalam konteks pelayanan sosial negara adalah kewajiban negara seperti yang
diatur dalam pasal 34 undang-undang Dasar 1945. Terdapat banyak panti asuhan yang
tersebar di Indonesia, salah satu nya yaitu Panti Asuhan Aisyiyah yang merupakan panti
asuhan yang mempunyai banyak cabang, diantaranya yaitu Panti Asuhan Aisyiyah
Bukittinggi. Panti asuhan aisyiyah bukittinggi memenuhi kebutuhan anak-anak yang
dirawatnya mulai dari makanan, sekolah, hingga uang jajannya. Anak di Panti asuhan
Aisyiyah Bukittinggi berjumlah 44 orang, dengan 24 orang perempuan, dan 20 orang laki-
laki.
Setiap anak memiliki latar belakang berbeda-beda, ada yang hanya memiliki satu
orang tua, ada yang sudah tidak memiliki orang tua sama sekali, dan lainnya ada yang
memiliki orang tua yang masih lengkap tapi dengan ekonomi yang tidak mencukupi, serta
ada juga yang dari keluarga broken home. Karena mereka berasal dari latar belakang
yang berbeda sehingga mereka memiliki cara berinteraksi sosial yang berbeda pula, baik
interaksi dengan teman-teman yang ada di panti, interaksinya dengan keluarga dan
dengan ibu pengasuhnya. Anak yang mampu berinteraksi dengan lingkungan baru tentu
akan lebih mudah untuk mendekatkan diri dengan teman-teman di lingkungan panti
tersebut, sedangkan untuk anak yang tidak mampu menyesuaikan diri akan merasa
terpisah dengan lingkungannya, merasa hampa, dan juga merasa kosong.
Ketidakmampuan dalam memenuhi tugas perkembangan ini menyebabkan anak akan
merasa dikucilkan, terasing, bahkan merasa kesepian. Sehingga pandai atau tidaknya
anak dalam berinteraksi sosial juga dapat mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.
Soekanto (Sagita, 2022) mengatakan interaksi sosial adalah hubungan sosial
dinamis yang menyangkut hubungan antara individu, kelompok, maupun antara
individu dengan kelompok. Interaksi terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu adanya
kontak sosial dan komunikasi. Interaksi sosial ialah kunci dari kehidupan sosial, karena
tanpa adanya interaksi maka tidak mungkin ada kehidupan bersama, untuk menjalani
kehidupan manusia pasti membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Apabila dua
orang bertemu, interaksi sosial dapat terjadi pada saat itu. Mereka akan saling
menegur, berjabat tangan, berbicara atau bahkan saling berkelahi. Aktivitas-aktivitas
seperti itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang
bertemu secara tatap muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar
tanda-tanda, interaksi sosial tetap terjadi, oleh karena itu masing-masing orang sadar
akan adanya pihak lain yang dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam
perasaan maupun saraf orang yang bersangkutan, hal ini dapat disebabkan misalnya
karena adanya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan lain sebagainya.
Dari semua itu dapat menimbulkan kesan dalam pikiran seseorang, yang
kemudian dapat menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Hal ini sebenarnya
merupakan suatu keuntungan yang besar bagi manusia itu sendiri, karena dengan
adanya hal tersebut dapat menimbulkan kemajuan-kemajuan dalam hidup bersosial.
Jika manusia dalam hal ini hanya sebagai objek semata, maka kehidupannya tidak
mungkin akan lebih tinggi daripada kehidupan dari benda-benda mati yang lain,
sehingga kehidupan manusia tidak mungkin akan mengalami kemajuan. Namun apabila
manusia ini hanya sebagai subjek semata, maka ia tidak mungkin dapat hidup dalam
bermasyarakat, sebab pergaulan baru dapat terjadi apabila ada giving (memberi) dan
take (menerima) dari masing-masing anggota tersebut. Jadi jelas bahwa dalam hidup
individu dan bermasyarakat tidak dapat dipisahkan dan akan selalu ada interaksi antara
yang satu dengan yang lain. Demikian halnya dengan anak-anak yang hidup di panti
asuhan, mereka juga membutuhkan adanya interaksi sosial yang baik dengan semua
orang terutama dengan lingkungan sekolahnya. Dimana dalam berinteraksi sosial tentu
juga dapat mempengaruhi motivasi dalam belajar.

Interaksi sosial merupakan hal dasar dan proses yang sangat penting bagi
masyarakat dalam sebuah lingkungan sosial, karena dengan adanya interaksi sosial
maka terjadilah dinamika masyarakat yang muncul dari hubungan antar individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok di dalam
masyarakat. Interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitasaktivitas sosial.
Menurut Kimball Young dalam Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, interaksi
adalah faktor kunci dari semua hubungan sosial. ( dalam skripsi rofiatulkhoiri Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta: Yayasan
Badan Penerbit Fakultas Ekonomu Universitas Indonesia,1964) hlm. 183) Menurut
Slamet Santoso, interaksi sosial adalah salah satu cara individu untuk memelihara
tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu itu tetap dapat bertingkah laku
sosial dengan individu yang lain. Interaksi sosial juga dapat meningkatkan jumlah
kuantitas maupun kualitas dari tingkah laku sosial dengan individu yang lainnya dalam
keadaan atau situasi sosial. (skripsi silmi) Jadi interaksi sosial juga dapat dikatakan
sebagai bentuk dari hubungan anak panti dengan orang-orang yang ada disekitarnya,
baik itu keluarga, ibu asuh maupun teman sebayanya.
Metode
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Partisipan dalam penelitian ini
merupakan anak-anak yang ditinggal di Panti Asuhan Aisyiyah Bukitinggi. Prosedur
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode observasi dan wawancara. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu
reduksi data, penyajian data dan verifikasi, untuk mengetahui interaksi sosial anak Panti
Asuhan Aisyiyah Bukittinggi.
Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 18 Desember 2022 pada Panti Asuhan Aisyiyah
Bukittinggi. Dalam melakukan penelitian mengenai interaksi sosial anak panti asuhan ini,
peneliti telah melakukan wawancara dan observasi dengan anak asuh di Panti Asuhan
Aisyiyah Bukittingi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, interaksi sosial meliputi
interaksi sosial anak dengan keluarganya dirumah, dengan ibu asuh dan juga dengan
teman sebayanya. Anak-anak yang berada di panti ini bukan hanya anak-anak yatim piatu
saja melainkan juga dari anak-anak yang orang tuanya sudah berpisah dan anak-anak
dengan keterbatasan ekonomi. Anak-anak disana diharapkan untuk dapat meraih cita-
citanya melalui fasilitas yang diberikan oleh panti asuhan. Diantaranya memberikan
fasilitas untuk menempuh pendidikan formal dan juga non formal. Anak-anak ini dapat
bersekolah di sekolah yang dirujuk oleh panti. Anak-anak tersebut menempuh pendidikan
yang beragam, ada yang baru sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan juga
sekolah menengah atas. Di panti ini sendiri juga mengadakan agenda-agenda yang dapat
menjalin interaksi untuk anak-anak asuhnya, salah satu diantaranya dengan makan
bersama-sama di meja makan. Hal ini diharapkan agar anak dapat berinteraksi dengan
baik bersama teman-temannya.
Didapat dari hasil wawancara peneliti terhadap salah satu anak asuh, diketahui
bahwa ia adalah seorang anak yang orang tuanya telah berpisah dimana ia awalnya
tinggal bersama ibu, kakak, adek, serta neneknya. Diketahui bahwa ayahnya sendiri
sudah lama tidak berkomunikasi dan hilang kontak dari dirinya. Artinya ia adalah broken
home yang sudah tidak lagi mendapat kasih sayang dari seorang ayah. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Tutik Sulistiyowati dkk (2020) menunjukkan bahwa subjek yang
orang tuanya bercerai pada penelitian yang dilakukan memiliki tindakan atau perilaku
yang menyimpang. Sedangkan pada anak tersebut didapati tidak demikian, dari hasil
observasi dan wawancara ia merupakan anak yang pendiam, pemalu, tertutup dan
cerdas di sekolah sehingga selalu mendapat juara 1 di sekolahnya. Akan tetapi jika
dikaitkan dengan sifat pendiam anak tersebut penelitian dari Syahdan (2017)
menyimpulkan bahwa anak-anak di Di Desa Tarempa Barat Kabupaten Anambas yang
menjadi korban perceraian orang tuanya mengalami kesulitan berinteraksi, hal ini datang
dari dalam diri anak seperti adanya rasa malu, minder, takut, pendiam dan menjadi
tertutup.
Hal serupa juga disampaikan oleh Harry (2019) Menurut hasil analisis pengamatan,
anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya. Perceraian membawa
dampak buruk pada anak. Anak yang seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan
harus mengalami masa yang kritis untuk menjadi terbiasa dengan pertengkaran ayah dan
ibunya. Perubahan ini membuat hidup anak-anak menjadi tidak stabil dapat membuat
pikiran mereka terganggu, sehingga tidak dapat memusatkan perhatian pada waktu
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peneliti tidak saja menemukan bahwa perceraian
mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam proses belajar. Akan tetapi peneliti juga
menemukan bahwa anak korban perceraian biasanya melakukan serangkaian perbuatan
yang melanggar aturan yang ada pada lingkungan sekolah, misalnya bolos, sering
terlambat ke sekolah serta berperilaku kasar, tetapi peneliti juga menemukan “anak
pindah ke jalan”, dan terlibat dalam perbuatan yang menganggu ketertiban umum.
Beberapa kecenderungan diatas menujukkan adanya dampak perceraian terhadap
perkembangan psikososial anak dan prestasi belajar. Sedangkan pada anak yang peneliti
wawancarai hal ini tidak cukup benar, diketahui bahkan anak tersebut memiliki bakat
menulis yang karya-karyanya sudah ada yang diterbitkan. Anak ini meski tidak dapat
berinteraksi baik dengan keluarganya namun ia dapat menuangkan segala bentuk yang
dirasakannya ke dalam tulisan yang akhirnya menjadi prestasi bagi dirinya.
Di Panti Asuhan Asyiyah sendiri diketahui bahwa terdapat empat orang pengurus
yang mengurusi anak-anaknya. Dalam penelitian Purnama (2018) diketahui bahwa
Pengurus panti yang telah dianggap sebagai suatu keluarga bagi setiap anak panti
dimana pengurus panti mempunyai peranan sebagai tempat pemenuhan kasih sayang,
pemenuhan kebutuhan fisik, pendidikan dan memberikan pandangan hidup bagi anak-
anak serta sebagai tempat penanaman nilai-nilai / norma yang berlaku dalam masyarakat.
Sedangkan dari informan diketahui bahwa dirinya tidaklah terlalu dekat dengan
pengurusnya di panti. Ia lebih senang menghabiskan hari-harinya dikamar dengan
menulis. Adanya interaksi dirinya dengan ibu asuh hanyalah apabila ada kepentingan
yang sangat mendesak sekali, selain itu ia tidak terlalu sering berinteraksi dengan ibu
asuhnya. Panti Asuhan Aisyiyah juga menyediakan tempat atau mengarahkan anak-anak
yang ada di panti tersebut untuk bersekolah. Di sekolah tentunya anak-anak akan belajar
bersama guru dan bermain bersama teman-temannya. Diketahui tahu bahwa anak tidak
memiliki satu pun teman dekat. Ia mengaku berteman dengan siapa pun namun ia tidak
mau untuk berinteraksi lebih dekat. Segala sesuatunya hanya dicurahkan pada buku dan
tulisan semata.
Kesimpulan [Candara 12 bold]
Simpulan berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dibuat dengan singkat, jelas
dan ringkas, serta harus menjawab tujuan dari penelitian. Kesimpulan berisi sintesis
temuan dari analisis data dan diskusi, dan menyoroti temuan baru yang berkontribusi
pada pengembangan psikologi sebagai ilmu. Kesimpulan ditulis dalam bentuk paragraph
(bukan numerik). [Justify, Candara 12, spacing 1,15]
Saran ditulis dengan singkat, jelas, dan ringkas. Saran ditulis dalam bentuk
paragraph (bukan numerik). [Justify, Candara 12, spacing 1,15]
Referensi [Candara 12 bold]
Disusun berdasarkan acuan APA Style (Kunjungi https://apastyle.apa.org/ ) dan
hanya pustaka yang dikutip dalam artikel yang dicantumkan. Referensi harus berisi
pustaka-pustaka acuan yang berasal dari sumber primer (jurnal ilmiah), diterbitkan 5
(lima) tahun terakhir dan berjumlah minimum 80% dari keseluruhan daftar pustaka.
Setiap naskah paling tidak berisi 15 (lima belas) daftar referensi acuan. Penulisan referensi
harus menggunakan aplikasi manajemen referensi Mendeley. Contoh penulisan
referensi. [Justify, Candara 12, spacing 1]

1) Contoh referensi jurnal tanpa Digital Object Identifier (doi)


Klassen, R. M., Krawchuk, L. L., & Rajani, S. (2008). Academic procrastination of
undergraduates: Low self-efficacy to self-regulate predicts higher levels of
procrastination. Contemporary Educational Psychology, 33(4), 915-931.
2) Contoh referensi jurnal dengan Digital Object Identifier (doi)
Zacks, S., & Hen, M. (2018). Academic interventions for academic procrastination : A
review of the literature. Journal of Prevention & Intervention in the Community,
46(2), 117–130. https://doi.org/10.1080/10852352.2016.1198154
3) Contoh referensi jurnal online tanpa Digital Object Identifier (doi)
Melati, I. S., & Suhadianto. (2018). Efektivitas musik mozart untuk meningkatkan
kreativitas verbal. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 7(1), 69-78. Diunduh dari
http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/article/view/1497 tanggal 20 Agustus
2019
4) Contoh referensi jurnal online dengan Digital Object Identifier (doi)
Zacks, S., & Hen, M. (2018). Academic interventions for academic procrastination : A
review of the literature. Journal of Prevention & Intervention in the Community,
46(2), 117–130. Diunduh dari https://doi.org/10.1080/10852352.2016.1198154 tanggal
20 Agustus 2019
5) Contoh referensi buku
Ferrari, J.R., Jhonson, J.L. & McCown, W.G. (1995). Procrastination and task avoidance:
Theory, research and treatment. New York: Plenum Press.
6) Contoh referensi buku dengan editor
Block, J.H., & Burns, R.B. (1997). Mastery learning. Dalam L.S. Shulman (Ed.), Review of
research in education (Vol. 4, hlmn. 3-49). Itasca, IL. Peacock.
7) Contoh referensi prosiding seminar
Saraswati (2001) Towards sustainable cities: encounter the problems in third world cities.
Proceeding The 4th Quality in Research Seminar on Urbanization in the Information
Age: New Perspective on the Transformation of Fast Growing Cities in the Pacific Rim
(pp 165-177), Manila, ACM Press
8) Contoh referensi majalah
Chamberlin, J., Novotney, A., Packard, E., & Price, M. (2008, May). Enhancing worker
well-being: Occupational health psychologists convene to share their research on
work, stress, and health. Monitor on Psychology, 39(5). 26-29.
9) Contoh referensi majalah online
Clay, R. (2008, June). Science vs. ideology: Psychologists fight back about the misuse of
research. Monitor on Psychology, 39(6). Diunduh dari http://www.apa.org/monitor/
tanggal 10 Agustus 2012.
10) Contoh referensi tesis atau disertasi tidak dipublikasikan
Adik, P.A. (2016). Hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku delinkuen. (skripsi tidak
diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai