Anda di halaman 1dari 7

Tingkat Keterampilan Sosial ....

(Yuana Resmasari) 170

TINGKAT KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS II


KECAMATAN BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA
GRADE OF SOCIAL SKILL CHILDREN GROUP B AT GUGUS II KINDERGARTEN, BERBAH,
SLEMAN, YOGYAKARTA

Oleh: Yuana Resmasari, universitas negeri yogyakarta


yuana.resmasari2015@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterampilan sosial anak TK Kelompok B di Gugus
II Kecamatan Berbah, Sleman. Penelitian ini fokus pada keterampilan sosial meliputi keterampilan berkomunikasi,
menjadi bagian kelompok, kerja sama, kontrol diri, empati dan tanggung jawab. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di TK Gugus II Kecataman Berbah
berjumlah 93 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Instrumen dalam penelitian ini
berupa pedoman observasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan sosial anak usia 5-6 tahun di TK Gugus II Kecataman Berbah, Sleman masuk
dalam tingkat yang sangat tinggi karena mencakup 49 anak dengan persentasenya 53%; kemudian pada tingkat
yang tinggi berjumlah 30 anak dengan persentasenya 32%; tingkat sedang berjumlah 13 anak dengan persentasenya
14%; tingkat rendah berjumlah 1 anak dengan persentasenya 1%; dan tingkat yang sangat rendah berjumlah 0 anak
dengan persentasenya 0%. Keluarga, lingkungan, dan sekolah memiliki peran penting dalam perolehan
keterampilan sosial anak yang sangat tinggi.

Kata kunci: keterampilan sosial, anak usia 5-6 tahun

Abstract
This research purpose was to know the social skill children at Gugus II Kindergarten, Berbah, Sleman.
This research focuses on the social skill include communicating skill, being part of a group, cooperating, self
control, empathy, and responsibilities. This was a descriptive-quantitative research. The subjects of this research
were 93 studenst of the Group B at Gugus II Kindergarten, Berbah, Sleman. The technic to obtain data was used
observation. Instrument in this research was the from guidelines observation. The data was analyzed by
descriptive-quantitative technique. The result show the social skill of 5-6 years-old children at Gugus II Kecataman
Berbah, Sleman was very high because because they included 49 children with a percentage of 53%; then at a high
level there were 30 children with a percentage of 32%; moderate level of 13 children with a percentage of 14%;
low level of 1 children with a percentage of 0%; and a very low level of 0 children with a percentage of 0%.
Family, environment, and school play an important role in obtaining very high social skill of children.

Keywords: social skill, 5-6 years-old children

PENDAHULUAN rangsangan pendidikan agar anak memiliki


Pendidikan merupakan suatu proses yang kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
menyediakan lingkungan pembelajaran supaya Pembinaan rangsangan pendidikan yang
dapat mengembangkan bakat dan kemampuan diberikan di PAUD memiliki tujuan untuk
seseorang menjadi optimal. Salah satu jenjang mengembangkan kemampuan anak, baik dari
pendidikan awal atau dasar yang dianggap aspek perkembangan fisik motorik, kognitif,
penting dan berpengaruh dalam pembentukan bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral,
watak, karakter, dan kepribadian sejak awal serta seni. Perkembangan sosial merupakan salah
adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). satu aspek yang sangat penting untuk
Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 dikembangkan. Hurlock (2011: 250)
dijelaskan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini mengemukakan bahwa perkembangan sosial
merupakan salah satu upaya pembinaan yang merupakan perolehan kemampuan berperilaku
ditujukan pada anak sejak lahir sampai usia 6 yang sesuai dengan tuntutan sosial. Perilaku
tahun yang dilakukan melalui pembinaan perkembangan sosial yang dapat dicapai dengan
170 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-8 2019
baik akan menjadikan anak memiliki keterampilan interpersonal, regulasi emosional,
keterampilan sosial. kesiapan sosial, dan keterlibatan keluarga.
Lynch dan Simpson (2010: 2) menyatakan Keadaan tersebut juga menjadi perhatian bagi
bahwa keterampilan sosial merupakan perilaku penelitian Ambrose (2013: 30) yang memberi
yang mendorong interaksi positif berupa tindakan hasil penelitian bahwa sikap ibu yang negatif
dengan orang lain dan lingkungan yang seperti menentang keinginan anak-anak
mencakup menunjukkan empati, partisipasi dalam menyebabkan kesulitan penyesuaian emosi pada
kegiatan kelompok, kedermawanan, penolong, anak-anak dan kurangnya keterampilan sosial
komunikasi dengan orang lain, bernegosiasi, dan dasar seperti kerja sama, kontrol diri, percaya
menyelesaikan masalah. Keterampilan sosial diri, mengambil tanggung jawab yang juga
dianggap penting karena dapat memengaruhi dikenal sebagai keterampilan prososial.
perkembangan lainnya, seperti perkembangan Saat ini hampir setiap keluarga
sosial dan akademik. Pernyataan tersebut menggunakan teknologi gadget, televisi, dan
diperkuat oleh data yang diperoleh Eleby (2009: komputer yang memberi dampak pada setiap
6) yang menunjukkan bahwa, beberapa siswa kehidupan pada keluarga itu sendiri. Berdasarkan
yang kurang memiliki kemampuan akademis temuan Ayouby (2017: 78) mengenai dampak
yang ternyata dipengaruhi oleh tidak dimilikinya negatif penggunaan gadget pada keterampilan
keterampilan sosial secara baik. sosial terwujud pada perilaku anak diantaranya
Terdapat beberapa faktor yang adalah anak cenderung untuk individualis, susah
memengaruhi perkembangan keterampilan sosial. bergaul dan apabila sudah kecanduan akan sulit
Syamsul Bachri Thalib (2010: 159) menyebutkan untuk dikontrol dari pemakaian gadget.
faktor-faktor tersebut diantaranya keluarga, Rendahnya keterampilan sosial anak juga
lingkungan, kepribadian, rekreasi, pendidikan, terbukti melalui data temuan dari Reid, Littlefield
pergaulan dengan lawan jenis, persahabatan dan & Hammond (2008: 1-2) bahwa, beberapa anak
kemampuan menyesuaikan diri. Diantara faktor- usia TK menunjukkan masalah internalisasi
faktor yang memengaruhi, faktor utamanya seperti kecemasan, malu serta menarik diri dari
adalah peran keluarga, termasuk orangtua yang teman sebaya. Selain itu Reid, et.al (2008: 2)
memiliki peran penting dalam pembentukan diri menemukan bahwa, sebagian anak memiliki
anak dari kecil. masalah hubungan antarpribadi termasuk
Anak dapat mengenal keterampilan sosial rendahnya keterampilan sosial khususnya cara
dengan mengamati lingkungansya keluarganya. pemecahan masalah. Adanya permasalahan pada
Selanjutnya anak akan berusaha mengekspresikan pemecahan masalah juga menjadi temuan Rita
sikap yang menentukan diterima atau tidaknya Eka Izzaty, Farida Agus Setiawati & Yulia
sikap tersebut di depan orangtuanya. Pernyataan Ayriza (2017: 32) terhadap 35 Taman Kanak-
tersebut sejalan dengan penekanan Olcer dan kanak di Yogyakarta yang berkenaan dengan
Aytar (2014: 977) bahwa, semua keterampilan pemecahan masalah sosial anak. Temuannya
perkembangan individu dimulai pada tingkat yaitu bahwa strategi penyelesaian permasalahan
interpersonal dan dengan interaksi antara orang yang merupakan salah satu keterampilan sosial
tua (atau anggota masyarakat lainnya yang lebih menunjukkan bahwa jumlahnya paling banyak
memadai) dan sebagai peran utama pendekatan dilakukan anak-anak pada saat berinteraksi adalah
lingkungan mempertahankan anak, karena strategi yang cenderung negatif atau bersifat
sebenarnya prinsip-prinsip dasar diarahkan oleh agresi, seperti memukul, menendang,
perangkat yang berbeda dan anak mengatakan menjambak, dan mencubit.
bahwa belajar memiliki tipe yang berbeda. Hal itu Meski tidak semua anak belum
juga menjadi penelitian Arslan, Saltali, dan berkembang keterampilan sosialnya, namun perlu
Yilmaz (2011: 1281) yang meneliti 224 anak diketahui keterampilan sosial mana yang belum
yang berusia 6 tahun, menghasilkan data bahwa berkembang agar dapat ditindaklanjuti
adanya hubungan yang positif antara stimulasinya. Oleh karena itu, dalam penelitian
Tingkat Keterampilan Sosial .... (Yuana Resmasari) 171
ini, peneliti ingin mengungkapkan sejauh mana Prosedur
keterampilan sosial yang dimiliki oleh anak Langkah awal yang dilakukan peneliti
Taman Kanak-kanak Kelompok B di Gugus II adalah meminta izin pada sekolah dengan
Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Kemudian peneliti memulai pengambilan data
METODE PENELITIAN pada setiap sekolah selama 3 kali pengambilan
Jenis Penelitian data menggunakan pedoman observasi yang telah
Penelitian yang digunakan dalam penelitian disediakan.
ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dimana
penelitian ini mencoba menyelaraskan dengan Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
variabel penelitian yang memusatkan pada Data
masalah-masalah aktual yang terjadi pada saat Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa adalah tingkat keterampilan sosial yang ada anak
angka-angka yang memiliki makna. Hal tersebut Kelompok B di TK Gugus II Kecamatan Berbah.
sejalan dengan pendapat Nana Sudjana (1997:53) Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif penelitian ini menggunakan teknik observasi.
kuantitatif digunakan dengan tujuan dapat Observasi yang digunakan bersifat terstuktur atau
mendeskripsikan atau menjelaskan suatu sistematis, mengingat peneliti menggunakan
peristiwa yang terjadi sekarang dalam bentuk pedoman observasi sebagai instrumen
angka-angka yang bermakna. pengamatan. Sugiyono (2015: 205)
mengungkapkan bahwa observasi terstruktur
Waktu dan Tempat Penelitian adalah observasi yang telah dirancang secara
Penelitian dilaksanakan di TK Gugus II sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan
Kecamatan Berbah, Sleman yang terdiri dari dan di mana tempatnya. Adapun pengamatan
empat TK yaitu TK Kuncup Melati, TK ABA dilakukan sebanyak 3 kali di setiap TK. Adapun
Semoya, TK Tunas Harapan, dan TK Sukro aspek keterampilan sosial yang diamati meliputi:
Krido. Penelitian ini dilaksanakan pada semester keterampilan berkomunikasi, keterampilan untuk
genap dengan alokasi waktu dari bulan Januari- menjadi bagian dari kelompok, keterampilan
April 2019. untuk bekerja sama, empati dan tanggung jawab
Pengamatan dilakukan saat anak-anak
Subjek Penelitian sedang melakukan kegiatan di dalam kegiatan
Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6 pembelajaran maupun di luar pembelajaran, dari
tahun yaitu kelompok B di TK Gugus II pukul pukul 07.30 WIB sampai dengan 10.00
Kecamatan Berbah, Sleman. Jumlah siswa WIB. Instrumen yang berupa pedoman observasi
keseluruhan adalah 117 siswa. Berhubung berisi kisi-kisi keterampilan sosial anak akan diisi
peneliti menggunakan teknik proportional oleh peneliti dan guru dengan keadaan
random sampling karena penarikan sampel dari sebenarnya. Pada penelitian keterampilan sosial
populasi jumlahnya berbeda. Adapun besarnya ini menggunakan dua alternatif jawaban yaitu
sampel yang diteliti ditentukan menggunakan Muncul (M) atau Belum Muncul (BM).
tabel penemuan yang dikembangkan oleh Isme Pemilihan jawaban Muncul (M) memiliki makna
dan Michael (Sugiyono, 2015: 72) dengan bahwa anak telah mampu melakukan apa yang
mempertimbangkan taraf kesalahan sebanyak 5%, disebutkan pada deskriptor memiliki skor 1.
sehingga didapatkan sampel penelitian yang Sementara itu, jawaban Belum Muncul (BM)
berjumlah 93 anak yang ada di Kelompok B di memiliki makna bahwa anak belum mampu
Gugus II Kecamatan Berbah, Sleman. melakukan apa yang disebutkan pada indikator
memperoleh skor 0.
172 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-8 2019
Teknik Analisis Data Berdasarkan hasil lima kategori
Teknik analisis data yang digunakan keterampilan sosial yang telah dihitung, maka
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif tingkat keterampilan sosial anak Kelompok B di
kuantitatif dengan bantuan SPSS. Data yang Gugus II Kecamatan Berbah, Sleman dapat
diperoleh dari lapangan diolah untuk menghitung dihitung dengan kemudian disajikan dalam tabel
beberapa hal diantaranya adalah mean, median, distribusi kecenderungan lima kategori
modus, skor tertinggi dan skor terendah. Data keterampilan sosial sebagai berikut.
penelitian selanjutnya akan disajikan dalam
bentuk tabel tingkat keterampilan sosial tiap anak. Tabel 2. Distribusi Kecenderungan Lima
Untuk menentukan kategori keterampilan sosial Kategori Keterampilan Sosial
berdasarkan skor yang diperoleh, kemudian Kategori Frekuensi %
dikonversikan menjadi data dengan lima kategori Sangat Tinggi 49 53
menurut Saifuddin Azwar (2016:149) Tinggi 30 32
menggunakan rumus sebagai berikut: Sedang 13 14
a. Kelompok sangat tinggi = X ≥ Mi + 1,8 Rendah 1 1
(SDi) Sangat Rendah 0 0
b. Kelompok tinggi = Mi + 0,6 (SDi) ≤ Total 93 100
X < Mi + 1,8 (SDi)
c. Kelompok sedang = Mi – 0,6 (SDi) ≤
Dalam tabel distribusi kecenderungan
X < Mi + 0,6 (SDi) lima kategori keterampilan sosial dapat diketahui
d. Kelompok rendah = Mi – 1,8 (SDi) ≤
bahwa keterampilan sosial anak Kelompok B di
X < Mi ─ 0,6 (SDi) Gugus II Kecamatan Berbah, Sleman pada
e. Kelompok sangat rendah = X < (Mi ─ 1,8 kategori sangat tinggi mencakup 49 anak dengan
(SDi) persentasenya 53%; kategori tinggi berjumlah 30
anak dengan persentasenya 32%; kategori sedang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berjumlah 13 anak dengan persentasenya 14%;
Perolehan skor yang diolah adalah total kategori rendah berjumlah 1 anak dengan
skor tiga kali pengambilan data kemudian dibagi persentasenya 1%; dan kategori sangat rendah
tiga. Skor tersebut berasal dari observasi di TK berjumlah 0 anak dengan persentasenya 0%.
Gugus II Kecamatan Berbah. Adapaun Untuk memperjelas tabel distribusi
pengolahan data menghasilkan Mean sebesar kecenderungan lima kategori keterampilan sosial
20,87; Median sebesar 22,00; Rerata Teoritik dapat dijelaskan kembali pada Gambar 1.berikut.
13,5 Standar Deviasi sebesar 4,5, skor Minimum
7 dan skor Maximum 27. Selanjutnya dibuatlah
tabel rumus lima kategori keterampilan sosial
sebagai berikut.

Tabel 1. Rumus Lima Kategori Keterampilan


Sosial
No Kelompok Hasil Hitungan
1. Sangat tinggi X ≥ 21,6
2. Tinggi 16,2 ≤ X < 21,6
3. Sedang 10,8 ≤ X < 16,2
4. Rendah 5,4 ≤ X < 10,8
5. Sangat rendah X < 5,4

Gambar 1. Diagram Batang Tingkat


Keterampilan Sosial
Tingkat Keterampilan Sosial .... (Yuana Resmasari) 173
Berdasarkan diagram batang tersebut keseluruhan anak-anak telah memiliki
menunjukkan frekuensi keterampilan sosial yang keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam
paling tinggi terletak pada interval 22-24 kegiatan sehari-hari.
sebanyak 31 anak, frekuensi keterampilan Anak dapat memiliki tingkat keterampilan
selanjutnya berjumlah 18 anak terdapat pada sosial yang tinggi mencakup keterampilan
interval 16-18, 19-21, dan 25-27. Kemudian berkomunikasi yang mencakup beberapa
dilanjutkan dengan yang lebih rendah dengan indikator diantaranya adalah kemampuan untuk
interval 13-15 berjumlah 5 anak, dan yang lebih mendengarkan orang lain, komunikasi efektif,
rendah selanjutnya memiliki frekuensi 2 anak melakukan kontak mata, berbicara dengan sopan,
dengan interval 10-12 serta yang paling rendah mengenal satu sama lain, dan memberikan pujian.
terletak pada 7-9 sebanyak 1 anak Selanjutnya Kemudian pada keterampilan untuk menjadi
persentase keterampilan sosial dapat disajikan bagian dari kelompok mencakup kemampuan
melalui diagram lingkaran sebagai berikut. anak saat bergabung dalam kelompok sosialnya.
Sementara pada aspek kerja sama memiliki
indikator mengikuti aturan kelas dan kerja sama
dalam suatu kegiatan. Selanjutnya pada aspek
kontrol diri memiliki indikator kemampuan anak
untuk mengekspresikan emosinya sesuai kondisi.
Pada aspek empati memiliki tiga indikator
diantaranya adalah penuh pengertian, tenggang
rasa dan peduli terhadap sesama. Adapun aspek
yang terakhir adalah tanggung jawab yang
memiliki indikator menghargai barang milik
orang lain serta bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri.Hal tersebut sesuai dengan
pendapat George (2012: 254-255) bahwa anak
TK terus belajar untuk mengatur emosi dan
Gambar 2. Diagram Lingkaran Tingkat interaksi sosialnya. menambahkan bahwa,
Keterampilan Sosial Anak sebagian besar anak juga sangat percaya diri,
ingin ikut serta, dan ingin dapat menerima
Dalam diagram lingkaran keterampilan tanggung jawab.
sosial, maka dapat dilihat bahwa keterampilan Tingkat keterampilan sosial yang tinggi
sosial anak kelompok B di TK Gugus II menurut Elliot (1990) merupakan perilaku
Kecamatan Berbah pada kategori sangat rendah terpelajar yang dapat diterima secara sosial yang
memiliki kedudukan 0%. Selanjutnya pada memungkinkan seorang indiviu untuk
kategori rendah memiliki persentase 1%, kategori berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
sedang memiliki peningkatan persentase menjadi Keterampilan sosial yang dimiliki oleh anak
14%, kategori tinggi mencapai 32% dan kategori dapat bertujuan untuk menghindari interaksi
sangat tinggi menduduki peringkat paling atas sosial yang negatif. Itulah mengapa tingkat
dengan jumlah persentase yaitu 53%. keterampilan sosial perlu di ukur untuk dapat
Berdasarkan hasil diketahui keterampilan menjadi tindak lanjut bagi keluarga dan pihak
sosial anak kelompok B di TK Gugus II sekolah.
Kecamatan Berbah, Sleman masuk dalam Perolehan keterampilan sosial yang tinggi
kategori sangat tinggi dengan jumlah frekuensi tentunya tidak lepas dari campur tangan dari
yang masuk adalah 49 dengan persentase 53%. keluarga. mayoritas anak-anak yang ada di TK
Perolehan kategori sangat tinggi tersebut karena Gugus II Kecamatan Berbah dibesarkan dalam
perolehan skor anak memperoleh hasil lebih dari keluarga yang harmonis. Orang tua dapat
22. Hal ini menunjukkan bahwa secara menciptakan pola asuh yang demokratis di dalam
174 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-8 2019
keluarga seperti selalu mendengarkan keinginan Saran
anak, namun tetap dalam bimbingan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
Orang tua juga menjalin komunikasi dengan anak dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas,
setiap harinya, karena mayoritas anak masih maka penulis mengajukan saran agar
dalam pengasuhan orang tua. Selain itu, orang tua keterampilan sosial anak dapat seluruhnya
mengajarkan untuk bergaul dengan masyarakat berkembang secara optimal pada semua anak
dengan baik, karena masih banyaknya kegiatan di dengan cara sebagai berikut.
wilayah Desa. Hal tersebut sesuai dengan 1. Bagi Guru, dapat menindaklanjuti hasil
pendapat Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih penelitian keterampilan sosial yang belum
(2010: 2.39) yang mengungkapkan bahwa orang berkembang pada anak untuk dapat diberikan
tua sangat dianjurkan memberikan bimbingan intervensi. Adapaun keterampilan sosial yang
dengan cara mengajarkan kepada anak bagaimana belum berkembang dengan baik adalah
cara bergaul di masyarakat dengan tepat. kemampuan untuk memuji hasil karya teman.
Tidak hanya keluarga yang memiliki Guru dapat memberikan pembiasaan
peran penting dalam perolehan keterampilan pemberian apresiasi terhadap semua siswa.
sosial yang tinggi, namun sekolah juga memiliki 2. Bagi Kepala Sekolah, perlunya untuk memberi
andil. Kilic dan Aytar (2017: 185) kebijakan agar sekolah dapat menindaklanjuti
mengungkapkan bahwa adanya pengaruh hasil penelitian mengenai keterampilan sosial
program pelatihan keterampilan sosial pada anak agar keterampilan sosial lebih meningkat dan
di sekolah. Dalam hal itu, program pelatihan optimal pada keseluruhan anak. Selain itu,
keterampilan sosial di sekolah dibuktikan dengan memfalitasi kegiatan pembelajaran anak yang
masih memuat pembelajaran sosial dan budaya. dapat berhubungan dengan keterampilan
Tidak hanya secara kognitif saja, namun sosial.
kemampuan sosial emosional lebih di kedepankan
di sekolah. DAFTAR PUSTAKA

Ambrose, H. (2013). Young children's emotion


SIMPULAN DAN SARAN
regulation and social skills: the role of
Simpulan maternal emotional socialization and
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka mother-child interactional synchrony.
dapat diambil kesimpulan terhadap penelitian ini, Diakses pada tanggal 11 Februari 2019
yaitu. dari
1. Anak Kelompok B di TK Gugus II Kecamatan https://core.ac.uk/download/pdf/72774695
Berbah, Sleman telah memiliki keterampilan .pdf.
sosial yang sangat tinggi dibuktikan dari data
Arslan, E., Saltali, N.D & Yilmaz, H. (2011).
mampu mencapai skor di atas 22 dengan Social skills and emotional and behavioral
jumlah frekuensi 49 dan hasil persentase 53%. traits of preschool children. Social
2. Adapun keterampilan sosial pada tingkat Behavior and Personality An
tinggi berjumlah 30 anak dengan International Journal, 39 (9), 1281-1288.
persentasenya 32%
3. Keterampilan sosial tingkat sedang berjumlah Ayouby. (2017). Dampak penggunaan gadget
pada anak usia dini. Diakses pada tanggal
13 anak dengan persentasenya 14%; kategori
26 April 2019 dari
rendah berjumlah 1 anak dengan https://www.google.com/url?sa=t&source
persentasenya 1%; dan kategori sangat rendah =web&rct=j&url=http://digilib.unila.ac.id/
berjumlah 0 anak dengan persentasenya 0%. 27131/3/SKRIPSI%2520TANPA%2520B
4. Keluarga, lingkungan dan sekolah memiliki AB%2520PEMBAHASAN.pdf.
peran penting dalam perolehan kemampuan
keterampilan sosial anak yang sangat tinggi. Eleby, C. (2009). The impact of a student's lack
of social skills on their academic skills in
high school. Diakses pada tanggal 20
Tingkat Keterampilan Sosial .... (Yuana Resmasari) 175
Februari 2019 dari children and parental behaviors. Procedia
https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED529283 –Social, Behavior, Sci,14, 976-99.
.pdf
Presiden. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20,
Elliot, S.N. (1990). Social skills development Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
social skills development in early Nasional.
childhood in early childhood enabling
learning, growing friends. Diakses pada Reid, K., Littlefield, L & Hammond. (2008).
tanggal 11 Februari 2019 dari www. Early intervention for preschoolers with
images.pearsonassessments.com/.../ec_soc behaviour problems: preliminary findings
ialskills_elliott.pdf. for the exploring together preschool
program. Australian e-Journal for the
George,S.M. (2012). Dasar-dasar pendidikan Advancement of Mental Health, 7(1), 1-2.
anak usia dini. (Terjemahan Suci
Romadhona dan Apri Widiastuti) Jakarta: Rita Eka Izzaty, Farida Agus Setiawati & Yulia
Indeks. Ayriza. (2017). Pengembangan buku
program pembelajaran keterampilan sosial
Hurlock, E.B. (2011). Psikologi perkembangan bagi guru taman kanak-kanak. Jurnal
suatu pendekatan sepanjang rentang Peneletian Ilmu Pendidikan, 10 (1), 3-39.
kehidupan. (Terjemahan Istiwidayanti).
Jakarta: Erlangga Saifuddin Azwar. (2016). Metode penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kilic, K.M & Aytar, F.A.G. (2017). The effect
of social skills training on social skills in Nana Sudjana. (1997). Penilaian hasil proses
early childhood, the relationship between belajar mengajar. Bandung: Remaja
social skills and temperament. Journal Rosdakarya.
Faculty of Education. 42 (191). 185.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan.
Lynch, S.A & Simpson, C.G. (2010). Social Bandung: Alfabeta.
skills: laying the foundation for success.
Dimensions of Early Childhood. 38 (2) 3. Syamsul Bachri Thalib. (2010). Psikologi
pendidikan berbasis analisis empiris
Mulyani Sumantri & Nana Syaodih (2010). aplikatif. Jakarta: Kencana Media Group.
Perkembangan peserta didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Olcer, S.A & Aytar, A. (2014). A comparative


study into social skills of five-six year old

Anda mungkin juga menyukai