Anda di halaman 1dari 10

1

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT STRES BELAJAR PADA


MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA BANDUNG
EMOTIONAL INTELLIGENCE CONNECTION WITH STRESS LEVEL STUDENT LEARNING
IN NURSING ADVENTIST UNIVERSITY INDONESIA
Diana Janice Hutasoit
Universitas Advent Indonesia

ABSTRAK
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh pengalaman penulis saat berkuliah di Universitas
Advent Indonesia (UNAI) Bandung, dimana emosi tidak terkontrol yang mengakibatkan stress
belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang hubungan
kecerdasan emosional dengan tingkat stress belajar mahasiswa di UNAI Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasi. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 117 mahasiswa keperawatan tingkat III UNAI Bandung.
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi mahasiswa/i tingkat III UNAI Bandung
dengan menggunakan teknik sampel jenuh. Instrumen yang digunakan adalah dalam bentuk
kuisioner yang dikembangkan oleh (Mulyani, 2007) dan (Busari, 2011).
Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa keperawatan tingkat III tahun ajaran 2010/2011
UNAI Bandung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dengan tingkat stress belajar sedang.
Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan tingkat stress belajar
mahasiswa keperawatan.
Kata Kunci : kecerdasan emosi, stress, belajar, stress belajar
ABSTRACT

This thesis is motivated by the author's experience while studying at the Adventist University of
Indonesia (UNAI) Bandung, where the emotional stress resulting uncontrolled study. The
purpose of this study is to describe the relationship of emotional intelligence to the stress level of
students in Bandung UNAI.
The method used in this research is descriptive correlation method. The population used in this
study were 117 nursing students UNAI Bandung III level. Samples in this study were all student
populations / i level III UNAI Bandung by using saturated samples. The instrument used was in
the form of a questionnaire that was developed by (Mulyani, 2007) and (Busari, 2011).
The results showed that nursing students at level III academic year 2010/2011 UNAI Bandung
has high emotional intelligence with moderate learning stress levels. There is a significant
relationship between emotional intelligence and stress levels of students studying nursing.
Keywords: emotional quotient, stress, study, stress level student

Program Sarjana Keperawatan


Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

2
Latar Belakang Masalah
Penelitian Qaisy (2011:2-4) melalui American International Journal tentang pengaruh
kecerdasan emosional terhadap stress belajar di Saudi Arabia. Hasilnya menunjukan bahwa
mahasiswa yang tidak memiliki kecerdasan emosional yang baik tidak memiliki pengendalian
diri yang kuat terhadap stress belajar yang mengakibatkan prestasi belajar menurun.
Yulianti (2012:22) mempublikasikan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti (2010) di
Surakarta tentang kajian empiris atas perilaku belajar dan kecerdasan emosional yang
berpengaruh pada stress belajar mahasiswa. Hasilnya menunjukan bahwa mahasiswa yang
memiliki kecerdasan emosional yang baik berpengaruh pada perilaku belajar sehingga stress
belajar menurun.
Pengalaman penulis saat berkuliah di Universitas Advent Indonesia (UNAI), mengalami stress
belajar dalam masa perkuliahan. Banyaknya tugas yang menumpuk dan ujian yang dihadapi
sering menjadikan emosi labil dan tak terkendali sehingga menyebabkan stress dalam belajar
yang mengakibatkan penurunan prestasi belajar.

Tujuan
1. Mengidentifikasi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh mahasiswa keperawatan tingkat
III UNAI Bandung.
2. Mengidentifikasi stress belajar yang dialami oleh mahasiswa keperawatan tingkat III UNAI
Bandung.
3. Menganalisa hubungan antara kecerdasan emosional dengan stress belajar mahasiswa
keperawatan tingkat III UNAI Bandung.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan, sebagai bahan masukan pada saat melakukan rapat dosen
untuk memotivasi para dosen dalam mendorong mahasiswa keperawatan UNAI
mengembangkan kecerdasan emosional yang dimiliki.
2. Bidang penelitian, untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya
Tinjauan Pustaka
Definisi Kecerdasan Emosional
Goleman (2003:512) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
dalam mengatur kehidupan emosi dengan inteligensi melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Syahmuharnis dan Sidharta
(2006:15) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengelola emosi diri
sendiri dan hubungan orang lain. Kecerdasan emosional juga adalah kemampuan merasakan,
Program Sarjana Keperawatan
Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

3
memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan
pengaruh yang manusiawi. Apabila seseorang sedang mengalami stress, kecerdasan emosional
dapat mengelola emosi dengan hal yang positif (Ardiningsih 2008:197).
Faktor-faktor Kecerdasan Emosi
Goleman (2007:58-77) membagi kecerdasan emosional dalam lima faktor yaitu: kesadaran
emosi, pengendalian emosi, motivasi diri, empati dan hubungan sosial.
1. Kesadaran Emosi
Kesadaran emosional merupakan suatu keadaan dimana seseorang menyadari emosi atau
perasaan. Individu yang sadar secara emosional akan memahami perasaan marah, senang, sedih,
atau merasakan emosi lain. Sadar emosi berarti waspada terhadap suasana hati atau pikirian agar
tidak larut dalam emosi. Individu yang mempunyai kesadaran emosi menyadari apa yang sedang
dipikirkan dan apa yang dirasakan saat itu. Kesadaran diri terhadap emosi merupakan inti
kecerdasan emosi. Mayer (2007:64) mendefenisikan kesadaran emosi adalah kewaspadaan
terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah emosi.
2.Pengendalian emosi
Pengendalian emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar
dapat terungkap dengan tepat sehingga terjadi keseimbangan. Emosi berlebihan yang meningkat
dengan intensitas yang lama dapat merusak kestabilan. Menjaga agar emosi yang muncul dapat
tetap stabil merupakan kunci kesejahteraan emosi.
3. Motivasi Diri
Kemampuan memotivasi diri sendiri yang dimiliki individu akan cenderung memiliki
pandangan positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam diri. Orang yang memiliki
kemampuan ini lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya. Motivasi
diri adalah dorongan kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan untuk mencapai
tujuan.
4. Empati (Mengenal emosi orang lain)
Empati adalah kemampuan menyadari, memahami, menghargai perasaan orang lain dan
juga kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan pikiran orang lain. Apabila seseorang
terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan terampil membaca perasaan orang lain.
Semakin seseorang itu terbuka kepada diri sendiri, semakin mampu ia mengenal dan mengikuti
emosinya dan makin mudah membaca perasaan orang lain.
5. Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang
lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi. Hubungan sosial

Program Sarjana Keperawatan


Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

4
dapat mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal,
tanpa melukai orang lain.
Stress Belajar
Menurut Tajularipin (1998:88) yang dikutip oleh Levine (2009:65) stress belajar adalah
stress yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan-tekanan dan ketidaknyamanan saat
belajar. Tekanan tersebut membuat seseorang merasa tegang atau cemas karena ketidakmampuan
mengatasi atau meraih tuntutan belajar.
Menurut Yusuf (2007:135) terdapat dua sumber stres pada umumnya yaitu stres internal
dan stress eksternal. Stress belajar internal berasal dari diri sendiri, yaitu ketika kondisi tubuh
kurang sehat atau sedang ada konflik pribadi yang mengganggu pikiran. Stress belajar eksternal
berasal dari keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Beberapa respon yang dapat
ditimbulkan oleh stress belajar berupa: respon emosional, fisiologis, kognitif, dan behavioral
.
1. Respon emosional
Respon emosional atau respon secara psikologis, merupakan respon emosi yang timbul
akibat stres yaitu: perasaan kesal, marah, cemas, frustasi, iri, bimbang, takut, bersikap tidak
sabar, sedih dan duka cita.
2. Respon fisiologis
Respon fisiologis adalah reaksi yang terjadi dalam tubuh ketika tubuh mengalami stress,
respon tersebut menyiapkan diri untuk menghadapi stressor (The Fight or Flight Response,
The General Adaption Syndrome, Brain Body Pathway)
3. Respon Kognitif
Respon kognitif adalah respon individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup sebagai
sesuatu yang berbahaya, mengancam dan cara dalam menghadapi kejadian tersebut dengan
efektif
4. Respon Behavioural
Respon behavioral adalah upaya yang dilakukan untuk menuntaskan, mengurangi atau
mentoleransi tuntutan-tuntutan yang menyebabkan stres. Ketika mendapatkan nilai jelek
mahasiswa berupaya meningkatkan kedisiplinan dalam belajar atau bahkan membenci dosen
yang memberikan nilai tersebut.

Program Sarjana Keperawatan


Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

5
Metodologi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif korelasi. Pada penelitian ini
metode deskriptif korelasi digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan
kecerdasan emosional dengan tingkat stress belajar mahasiswa keperawatan UNAI.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 117 mahasiswa keperawatan tingkat III
UNAI Bandung yang dipilih dengan menggunakan sampel jenuh. Dari 117 responden yang
digunakan sebagai sampel, terdapat 7 orang responden yang tidak bersedia untuk mengisi
kuisioner. Maka total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 110 mahasiswa
keperawatan tingkat III UNAI Bandung.
Kriteria Memilih Sampel
Kriteria yang digunakan dalam memilih sampel pada penelitian ini adalah:
1. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan tingkat III tahun ajaran
2010/2011 UNAI Bandung
2. Responden berada di tempat pada saat data dikumpulkan.
3. Tidak ada paksaan bagi responden yang tidak bersedia.
Instrumen
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk kuisioner yang terdiri dari 75
pernyataan mengenai kecerdasan emosional yang dikembangkan oleh Mulyani (2007:25) dan
stress belajar yang dikembangkan oleh Busari (2011:99) yang sudah diuji validitas dan
rebilitasnya. Kuisioner penelitian ini terdiri dari 50 pernyataan tentang kecerdasan emosional dan
25 tentang stress belajar dengan mengunakan skala likert.
Validity and Reability
Suyanto (2011:55) mengatakan bahwa validitas dari alat pengumpul data (instrumen)
sangat diperlukan sebelum dipergunakan dalam penelitian. Instrument yang digunakan harus
benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan tes validitas, pada masing-masing item pertanyaan kuisioner. Uji validitas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

Suyanto (2011:59) mengatakan bahwa untuk dapat melihat apakah instrumen yang telah
disusun handal bila digunakan, maka perlu dilakukan uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas
instrument dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrument penelitian
ini berbentuk kuisioner dan skalanya bertingkat. Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas
instrument dengan menggunakan Alpha Cronbach menurut Arikunto (2006:191) adalah sebagai
berikut:

Program Sarjana Keperawatan


Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

6
Hasil dan Analisis
Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama: Bagaimanakah kecerdasan
emosional yang dimiliki oleh mahasiswa tingkat III UNAI Bandung? maka dihitung nilai ratarata skor responden. Lalu diinterpretasikan sebagaimana yang ditetapkan pada tabel 3.1. Rumus
yang digunakan untuk mencari rata-rata skor responden diambil dari rumus Sudjana (2005:67).
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
177
142
131
147
107
135
117
103
148
196
147
168
159
173
105
116
155
181
160
143
193
132
Total ratarata:

1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
110

Nilai rata-rata

3.54
2.84
2.62
2.94
2.14
2.7
2.34
2.06
2.96
3.92
2.94
3.36
3.18
3.46
2.1
2.32
3.1
3.62
3.2
2.86
3.86
2.64
373.18

= 373.18 = 3,39
110
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kecerdasan emosional mahasiswa
keperawatan UNAI tingkat III UNAI Bandung adalah 3,39. Menurut tabel kategori kecerdasan
emosional mahasiswa maka nilai tersebut berada pada kategori tinggi.
Untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua: Bagaimanakah tingkat stress belajar
yang dialami oleh mahasiswa keperawatan tingkat III UNAI Bandung? maka dilakukan
prosedur yang sama seperti menjawab identifikasi masalah pertama dengan mencari nilai ratarata keseluruhan responden.
66

2.64

77

61

83
63
78
55
97
92
Total rata-rata:

3
1
1
1
1
1
110

3.08
2.44
3.32
2.52
3.12
2.2
3.88
3.68
298.52

Program Sarjana Keperawatan


Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

Nilai rata-rata

=
= 298,52 =2,71
110

Dari tabel 4.2 menjelaskan bahwa nilai rata rata stress belajar mahasiswa adalah 2,71.
Menurut skala kategori tingkat stress belajar mahasiswa maka nilai tersebut berada pada kategori
sedang.
Untuk menjawab identifikasi masalah ketiga yaitu: Apakah ada hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosional dengan stress belajar mahasiswa keperawatan tingkat III
UNAI Bandung? maka digunakan nilai korelasi r product moment. Pengujian signifikansi
korelasi dikerjakan dengan menggunakan tabel atau dapat juga dihitung dengan menggunakan
uji t.
Rumus Pearson Product Moment:

110. (110.10.093.201) (15.791)(7.455)


) (15.791)2
=

2530205
12591,156 1569,409
2.530.205
4.066.584

= 0,622

Pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel, juga dapat dihitung
dengan uji t, dengan cara:

t=

10.550

Hasil olahan data diatas diketahui bahwa nilai dari


adalah 10,550 dan
adalah 1,982. Harga t tersebut dibandingkan dengan harga
dengan dk = 110 2 = 108.
Dengan dk 108 dan dengan taraf kesalahan ditetapkan sebesar 5% maka
= 1,982. Menurut
Sugiyono (2008:97) pada kriteria pengujian dua pihak, bila
<
maka Ho diterima
dan harga
adalah mutlak, jadi tidak dilihat (+) dan (-) dimana
dicari dari tabel
distribusi t. Harga
lebih besar dari
(10,550 > 1,982) sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima.
Program Sarjana Keperawatan
Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

Kesimpulan dan saran


Kesimpulan
Kesimpulan yang penulis peroleh dari penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa keperawatan tingkat III tahun ajaran 2010/2011 di UNAI Bandung memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.
2. Mahasiswa keperawatan tingkat III tahun ajaran 2010/2011 di UNAI Bandung, memiliki
tingkat stress belajar yang sedang.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan tingkat stress belajar
mahasiswa keperawatan tingkat III tahun ajaran 2010/2011 di UNAI Bandung.
Saran
1. Bidang Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Dekan Fakultas
Keperawatan untuk memotivasi para dosen saat melakukan rapat dosen dalam
mendorong mahasiswa mengembangkan kecerdasan emosional yang dimiliki melalui
manajemen stress yang baik, agar tingkat stress belajar mahasiswa dapat dikendalikan.
2. Bidang Penelitian
Diharapkan metode penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
dikembangkan dalam penelitian berikut yaitu pengaruh kecerdasan emosional dengan
indeks prestasi mahasiswa di UNAI Bandung.
Daftar Pustaka
Alvin N.L.O. 2007. Handling study stress: pengembangan media bimbingan belajar
berbasis
computer
tentang
strategi
mengatasi
stress
belajar.
[online].
http://eprints.uny.ac.id/9570/ [12 maret 2013].
Ardiningsih, U. 2008. Pengaruh kecerdasan emosional perawat dengan perilaku
melayani konsumen: Jurnal ekonomi dan bisnis 2(3):195-216. 18 Februari.
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Baron, A. 2006. Kecerdasan emosional remaja. Jakarta: Pustaka Media.
belajar pada mahasiswa.Bandung: PPS UPI.
Borba, F,G. 2008. Faktor-faktor kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia Utama.
Bulo, W. 2003. Pendidikan tinggi terhadap kecerdasan emosional. [online].
Available:http://resiandriani.com/2009/06/03/pengaruh-kecerdasan-emosional-dan-spritualauditor-terhadap-kinerja-auditor-dalam-kantor-akuntan-publik/ [ 7 Februari 2013]
Busari, A.O. 2011. Validation of student academic stress scale (SASS).: European
Journal of Social Sciences 21(1):194-105. 11 Februari.
Ciarrochi, D., Mischel ,M. & Sawaf, C. 2003. How to coping stress. [online]. Available: http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed [03 Maret 2013]
Program Sarjana Keperawatan
Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

9
Cooper, R.K., Sawaf, A. 2004. Executive eq: kecerdasan emosional dalam kepemimpinan
organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dann, J.2003. Memahami kecerdasan emosional dalam seminggu. Jakarta: Prestasi
Pusaka.
Dempsey, P.A dan Dempsey, A.D. 2002. Riset keperawatan: buku ajaran dan latihan.
Edisi ke -1. Jakarta: EGC
Gates, Y.Z., Kenworthy, S. 2003. Psikologi umum. Bandung: Komputindo.
Goleman, D. 2003. Kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi.
2007. Working with emotional intelligence. USA: Harvard University Press. Jakarta: P.T
Gramedia Pustaka Umum.
Heinz, R.,Steven, W.A.2006. Individu dengan kecerdasan emosionalnya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, A.A. 2007. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta:
Salemba Medika.
--------------------.2008. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Huan, V.S. 2006. The influence of dispositional optimism and gender on
adolescent,percepetion academic stress. (41)1: 533-546. 12 Februari.
Losyk, B. 2007. Kendalikan stres anda!. Jakarta: Gramedia.
Mayer, J.D., Caruso,D.R. 2007. Emotional inteligence: theory findings and implication,
2(8):64-65, 18 Februari.
Mayer, J.D., Ciarrochi, J. 2004. Applying emotional inteligence: a practioners
guide.USA: Psycology Press.
Merrel, G.H. 2008. Psikologi: Perilaku dalam bersikap. Jakarta: Grasindo.
Montes-Berges, B., Augusto, J.M. 2007. Exploring the relationship between peceived
emotional intelligence, coping, social support and mental health in nursing students. Journal of
psychiatric mantel health Nursing 14(2):71-163. 28 Maret
Mulyani, S. 2012. Media bimbingan belajar berbasis komputer tentang strategi
mengatasi
stres
dalam
belajar.[online].
Available:
http://eprints.uny.ac.id/9570/4/cover%20%20NIM.%2008104241024.pdf [28 Januari 2013].
Murtini, R. 2003. Pengaruh lingkungan terhadap stress dalam belajar: e-journal
universitas negri surakarta. 10(3):110-118, 01 Februari.
Naidoo, RS., Adams, JS., Pau, A. 2008. Emotional intelligence and perceived stress.63
(3):148-51. 30 Maret
Olenjick, K.R., Hulsch, V. 2007. Bahaya stress pada remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Patton, P. 2003. Emotional quotient (eq): pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta:
Mitra Media.
Payne, Woolf. 2005. Emotional inteligence. Jakarta:EGC
Qaisy, M.D. 2011. American international journal of contemporary research, 2(2)2-4, 31
Januari.
Riduwan. 2011. Dasar dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Robins, S.P., Judge, T.A. 2008. Organization behavior. Jakarta: Salemba Empat
Santrock, S. 2003. Handbook of stress medicine and health (2nd edition). America: CRC
Press LLC
Program Sarjana Keperawatan
Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

10
Segal, J. 2003. Kecerdasan emosi dan aplikasinya pada pendidikan agama. [online].
Available: http://staff.uny.ac.id [6 Maret 2013]
Semium, Y. 2006. Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Setiyawan, A. 2005. Bagaimana pendidikan karakter dirimu. Jakarta: Transmedia.
Shapiro, LE. 2003. Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka utama
Stein, S. J., Book, H. E. 2007. Ledakan eq: 15 prinsip dasar kecerdasan emosional meraih
sukses. Bandung: Kaifa.
Subiyanto, I. 2004. Metode penelitian. Yogyakarta: Akuntansi STIE
Sugiyono, D. 2008. Metode untuk penelitian. Bandung: IKAPI
Sumardi, DR. 2007. Pasword menuju sukses. Jakarta: Erlangga.
Suryaningsum. M.S. 2010. Pengaruh perilaku belajar, kecerdasan emosional terhadap
stress kuliah. [online]. Available: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1323
[10 Februari 2013].
Suyanto. 2011. Metode dan aplikasi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Syahmuharnis,. Sidharta, H. 2006. Transcendal quotient. Jakarta: Republika
Tajularipin, Aminuddin. 2009. The level of stress among students in urban and rural
secondary schools in malaysia: european journal of social sciences, 10(2):60-88, 14 Februari.
Yudha, B 2007. Stres akademik dan strategi pengelolaannya. Bandung: Pustaka Setia.
Yulianti, S. 2012. Kajian empiris atas pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa
terhadap stres kuliah di yogyakarta. [online]. Available: e-journal.stie-aub.ac.id [17 Maret 2013]
Yusuf, S. 2007. Mental hygiene perkembangan kesehatan mental dalam kajian psikologi
dan agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Program Sarjana Keperawatan


Email: dianajanishhutasoit@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai