Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH AGAMA

FIQIH

Disusun Oleh:
Kelompok V
1. Dhanang ardi saputra
2. Sairullah
3. Tri putra angkasa
Tingkat I Ekstensi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2010/2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul fiqih Ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata
kuliah AGAMA di jurusan Keperawatan Tanjung Karang.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bpk. Nurdin selaku dosen mata kuliah AGAMA yang telah member bimbingan
dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
khususnya dan masyarakat pada umunya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan pembaca.

Bandar Lampung Januari 2011

Penyusun

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Said bin Jubair tentang ayat
ini, ia berkata, Sesungguhnya Allah taala telah memerintahkan Nabi
Muhammad
dan kaum mukminn yang di makkah agar bertauhid,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta agar menahan tangan
mereka dari peperangan. Setelah hijrah ke negeri madinah, maka
turunlah semua kewajiban dan diizinkan bagi mereka untuk berperang.
Maka turunlah ayat ini.
Menurut Ibnu Abbas, Ketika Allah telah mewajibkan jihad pada
kaum muslimin, hati mereka sesak karena benci karena kewajiban ini.
Maka turunlah ayat ini.
Allah taala telah berfirman,
yaitu telah diwajibkan pada kalian.

berarti

Sebagaimana firman Allah,

telah diwajibkan pada kalian shiyam-. Dan kalimat


ada yang mengatakan bisa dengan dommah yang

berarti benci pada dirinya. Dan bisa dengan fathah berarti benci
pada orang lain. Benci di sini, karena kaum muslimin benci akan apa
yang terjadi atas jiwanya, bukan benci atas perintah Allah taala.
Lalu Allah
mengingatkan,

Yaitu janganlah kalian membenci peperangan, karena bisa jadi


membencinya tapi ia lebih baik bagi kalan karena akan mendatangkan
kemenangan, ghanimah dan kesyahidan. Dan janganlah kalian
menyukai duduk-duduk untuk meninggalkan jihad, karena bisa jadi
kalian menyukainya padahal ia akan mendatangkan keburukan bagi
kalian, yaitu tdak akan mendatangan kemenangan, ghanimah atau pun
kesyahidan.
Di akhir ayat Allah mengatakan,
Allah amat
mengetahui apa yang baik bagi kalian dan apa yang buruk bagi kalian.
Maka janganlah kalian membenci apa yang telah diwajibkan atas kalian
untau berjihad
melawan
musuhmusuh kalian dan
orang-orang
yang
telah
Allah
perintahkan
Dan
sesungguhnya
untuk
memeranginya.
pilihan meninggalka
Sesungguhnya
Allah
maha
jihad adalah keburukan
tahu
bahwa
peperangan
bagi kalian, yang
kalian melawan
mereka adalah
kalian tidak
mengetahui
apa
yang
kebaikan
bagi
kalian di masa
Allah
ketahui.
yang
akan
datang
dan
akhirat
kalian.
Dan
sesungguhnya
pilihan
meninggalkan
jihad
adalah
keburukan bagi kalian, yang kalian tidak mengetahui apa yang Allah
ketahui.
Ibnu Abbas berkisah, suatu ketika aku bersama Nabi
lalu
beliau berkata padaku, Wahai Ibnu Abbas, bersikaplah ridha dengan
apa yang telah Allah tetapkan walaupun menyelisihi hawa nafsumu,
karena ia telah ditetapkan dalam kitab-Nya. Aku katakan, Wahai

Rasullullah, maksud engkau yang mana, aku


telah membaca semua al-Quran.

Lalu beliau menjawab, dalam firman Allah taala, Boleh jadi


kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
[pula] kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Mengenai ayat
ini, para ulama berbeda pendapat: pertama, bahwa ayat ini muhkam,
yang tidak ada tafsiran lain atau dihapus oleh ayat lain. Kedua, bahwa
ayat ini dihapus karena mewajibkan jihad pada semua kalangan, maka
ayat ini dihapus oleh ayat, Tidak sepatutnya bagi oaring-orang yang
mumin itu pergi semuanya [ke medan perang]. Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [Qs. At-Taubah: 122]
Ketiga, ayat ini di satu sisi menghapus ayat dan di sisi lain di
hapus oleh ayat lain. Dengan alas an karena peperangan itu ada tiga
urutan: pertama kali adalah larangan berperang sebagaimana firman
Allah, tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada
mereka, Tahanlah tanganmu [dari berperang]. [Qs.an-Nisa: 77]
Lalu kedua, Allah perintahkan semuanya berperang, sebagaimana ayat
ini al-Baqarah: 216 dan firman Allah, Berangkatlah kamu baik dalam
keadaan ringan ataupun merasa berat. [At-Taubah:41]
Dan terakhir kalinya, perang menjadi wajib kifayah, sebagaimana
firman Allah, Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mumin itu pergi
semuanya [ke medan perang]. [at-Taubah: 122]
[Tafsir ath-Thabari: 2/345, Ahkamul Quran Li al-jashshash: 1/400,
Zaadul Masir: 1/234, Fathul Qadir: 2/216]

Jihad Sudah Usai ?


Tunduk pada kemewahan dunia, sibuk dengan bercocok tanaman,
dan meremehkan dosa riba, semuanya bisa menjadikan hati enggan
untuk berjihad. Setelah meninggalkan jihad, Allah pun menjadikan
musuh-musuhnya menguasai jiwa-jiwa mereka. Mereka mengira jihad

sudah usai, tidak perlu kembali mengasah pedang atau menyiapkan


senjata. Dalam sebuah hadits disebutkan,

Dari Salamah bin Nufail al-Kindi ia berkata, Saya duduk di sisi


Nabi,lalu seorang laki-laki berkata, Ya Rasulullah!, manusia telah
meninggalkan kuda perang dan menaruh [meletakkan] senjata. Mereka
mengatakan, Tidak ada jihad lagi, perang sudah selesai. Maka
Rasulullah menghadapkan wajahnya dan bersabda, Mereka berdusta !
Sekarang, sekarang perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari
ummatku, umat yang berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan
hati-hati sebagian manusia dan memberi rizki ummat tersebut dari
hamba-hambanya yang tersesat [ghanimah]. Begitulah sampai tegaknya

kiamat, dan sampai datangnya janji Allah. Kebaikan senantiasa


terlambat pada ubun-ubun kuda perang sampai hari kiamat. [HR. anNasaiy, Silsilah Ahadits Shahihah no: 1991]
Imam al-Khitabi berkata, Hadits ini menjelaskan, bahwa jihad
tidak pernah akan terputus selama-lamanya. Menurut al-Hafidz Ibnu
Hajar, Ini merupakan kabar gembira akan langgengnya Islam dan para
pemeluknya kingga hari kiamat, karena barangsiapa yang menyakini
langgengnya jihad berarti langgengnya para mujahidin, mereka adalah
kaum muslimin. [Marahil Jihad : 8-10]

Hadits ini tentunya menjadi kabar gembira tersendiri bagi kaum


muslimin, terlebih bagi mereka yang dalam kondisi lemah di bawah
tekanan penguasa kafir di belahan bumi mana pun. Harapan dan
keyakinan akan datangnya pertolongan Allah akan selalu tertancap
dalam diri mereka. Juga menjadi motivator bagi dirinya untuk
bersungguh-sungguh berjuang dan berkorban untuk menegakkan
agama Allah, kaerena pertolongan Allah tidak diberikan kepada kaum
yang berpangku tangan. Sebaliknya, hadits ini merupakan ancaman
bagi penguasa thagut yang mereka telah gencar mengumandangkan
perang pada kaum muslimin. Sesungguhnya pertolongan hanya untuk
kiamat Allah dan tentaranya saja, walaupun setelah beberapa waktu.
Permasalahannya, hari ini tidak semua kaum muslimin mampu
melaksanakan fardhu jihad, karena kondisi yang lemah di bawah
tekanan orang kafir. Maka yang tepat sebagaimana penjelasan Ibnu
Taimiyah [Sharim al-Maslul : 221], Bagi kaum muslimin yang dalam
kondisi lemah, hendaknya mereka mengamalkan ayat-ayat sabar untuk
mensikapi mereka yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dari akli kitab
atau musyrikin. Adapun bagi mereka yang punya kekuatan, mereka
mengamalakn ayat perang terhadap penguasa kafir, sehingga mereka
menyerahkan jizyah,dan mereka terhina. Wallahu Alam bi ash-showaab
[Abu Zaidan].

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman


kepercayaanmu orang-orang di kalanganmu (karena) mereka tidak hentihentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusuhkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka, lebih besar lagi.
Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya .
(Ali Imran[3]: 118)

Sahabat Terlarang
Imam ath-Thabari menyampaikan, ayat ini turun bertaut dengan
adanya sekelompok kaum muslimin yang bergaul, berkumpul, bahkan
berkawan akrab dengan orang-orang Yahudi dan kaum munafik yang
dahulu pernah mengikat sumpah untuk saling setia di masa jahiliah.
Dengan ayat ini, Allah melarang mereka berlaku demikian. Selain itu,
Allah juga tudak mengizinkan mereka meminta nasehat orang-orang
Yahudi dan munafik itu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
mereka temui. Penjelasan ini juga ditulis oleh Imam Abul Hsan alWahidy dalam kitabnya, Asbabu Nuzulil Quran.
Imam ath- Thabari kemudian mencatat beberapa riwayat yang
beliau jadikan landasan. Diantaranya sebuah riwayat dari Ibnu
Abbas
yang mengatakan, Ada sekelompok kaum muslimin yang
tetap mempertahankan hubungan harmonis
dengan beberapa orang Yahudi karena mereka
saling bertetangga, dan dahulu, di zaman
zahiliyah, pernah mengikat sumpahsetia.

Lantas, Allah menurunkan ayat ini untuk melarang mereka


bersahabat dekat dengan orang-orang Yahudi dan munafik itu, karena
dikhawatirkan akan terasa fitnah. Atsar ini tercantum dalm Sirah Ibnu
Hisyam (II/207).

Bithanah
Firman Allah

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman


kepercayaanmu orang-orang di luar kalanganmu.
Dalam tafsir ath- Thabari diterangkan, maksudnya, Wahai orangorang yang membenarkan Allah dan rasul-Nya, serta mengakui

ketetapan risalah yang dibawa nabi mereka dari Allah, janganlah kalian
mengambil bhitanah dari luar golongan kalian. Lebih mantap lagi beliau
memberi keterangan, Dari selain ahli dien atau millah kalian; selain
orang mukmin. Di dalam kitab itu dijelaskan pula bahwa arti bkitanah
adalah auliya ( teman dekat).
Dari sini jelas bahwa Allah taala melarang kaum mukminin
menjadikan orang-orang kafir sebagai sahabat karib. Lalu, Dia
memberitahukan betapa mereka tak henti-hentinya menabur dan
menyebarkan kecurangan, pengkhianatan serta permusuhan yang
disesaki kedengkian kepada orang-orang mukmin. Allah juga
memberikan sinyal agar orang-orang mukmin waspada terhadap
mereka. Maka Allah menyatakan di ayat ini, Mereka tidak hentihentinya (menimbulkan) kemudharata baginu.
Ibnu Jahir ath- Thabari menegaskan lagi, Sesungguhnya
bhitanah itu (yang diambil dari kalangan kuffar) tidak pernah absen
mengerahkan segal kemampuannya untuk menciptakan kerusakan pada
diri kalian.
Beliau mengatakan demikian karena arti kata al-khablu

dan al-khabal
adalah al-fasad
; kerusakan. Imam alQurthubiy menerangkan bahwa khabal disini,
yang bermakna kerusakan, bisa dalam bentuk
rusak fisik, kelakuan, atau akal pikiran.

Imam Abu Abdillah al-Qurthubiy, dalam kitab beliau, Jamiul


Bayan li-Ahkamil Quran, juga mengemukakan penafsiran senada
dengan
sedikit
tambahan.
Beliau
mengatakan
,
maksudnya, mereka tidak pernah lepas dari usaha untuk menimbulkan
kerusakan pada diri kalian. Yaitu, meskipun tidak memerangi kalian
secara zhahir, mereka tidak pernah berhenti dari upaya merangcang tipu
muslihat dan konspirasi.

Kerjasama

Dengan ayat ini, Allah mencegah kaum mukminin mengambil


orang-orang kafir, Yahudi dan hamba-hamba hawa nafsu sebagai orangorang kepercayaan yang menjadi partner diskusi atau curah gagasan
( brain-storming) dan tempat menyandarkan urusan-urusan mereka.

Kemudian Imam al Qurthubiy menyebutkan sebuah atsar, bahwa


umar bin Khatab
berkata;

jangan kalian pekerjakan Ahlul kitab, karena mereka menghalalkan


suap. Carilah bantuan, untuk (menyelesaikan) urusan kalian dan
(mengurusi) rakyat kalian, dari orang-orang yang takut kepada
Allah .
Syaikh Shalih ibnu Fauzan ibnu Abdullah al- Fauzan
mengatakan, bahwasanya tidak boleh melimpahi orang kafir sebuah
jabatan yang posisinya menguasai kaum muslimin dan memiliki
kekuatan control atas rahasia-rahasia mereka misalnya, mengatakan
orang-orang tersebut sebagai menteri dan konsultan.
Akan tetapi, beliau juga mengatakan bahwa dibolehkan mengupah
orang-orang kafir untuk melakukan sebagian tugas atau pekerjaan yang
ditimbang-timbang
tidak
sampai
taraf
mengancam stabilitas Daulah Islam.

Seperti, sebagai petunjuk jalan (guide), tenaga kerja pembangunan


gedung dan rehabilitasi jalan. Dengan syariat, memang benar-benar
sudah tidak didapati lagi orang yang bias melakukan pekerjaan iyu dari
kalangan muslimin sendiri. (lihat: Kitabut Tauhid lish-shaffil Awwal, hal.
127-128)
Beliau menyertakan sebuah riwayat Imam al-Bukhari yang berisi
perkataan Ummul Mukminin Aisyah
tentang Rasulullah
. Dan
Abu baker yang telah menyewa seorang kafir sebagai petunjuk jalan.
(lihat: shahih al- Bukhari, Kitab al- Ijarah, Bab istijarul Musirykin
indadh-Dharurah)

Walau demikian harus tetap bersikap waspada. Syaikhul Islam


Ibnu Taniyah rah mengatakan, para ualama telah menarangkan bahwa
ahlul dzimmah (orang-orang kafir dzimmiy, kafir yang hidup di bawah
kekuasaaan hokum islam), baik itu Yahudi, Nasrani, maupun kaum
munafik, saling bertukar informasi (berkorespondensi) tentang keadaan
dan rahasia kaum Muslim, kepada saudara-saudaranya sesame kafir.
Ada sebuah syair yang cukup masyur tentang hal ini,

Segala permusuhan masih bisa diharap kasih sayangnya, kecuali


permusuhan yang bermotif dien.
Oleh karenanya, orang-orang kafir dilarang menjadi karyawan
orang islam. Kalau mempekerjakan sesama muslim sudah cukup, maka
itu lebih baik demi kemaslahatan dien. Sebab, yang halal itu, walau
sedikit, berbarakah. Sedangkan, yang haram, meskipun berlimpah tetap
saja di abaikan Allah. (lihat: Majmu al-Fatawa XXVIII/646)
Tak Usai Sebelum Lawan Selesai
Sedangkan untuk bagian ayat yang berlafal ,
mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu, Ibnu Jarir menafsirkan, kaum
kuffar menginginkan sekali sekiranya kaum mukminin didera kesulitan.
Dan keburukan menimpa dien mereka. Lebih
jauh lagi, mereka mengangankan orang-orang
beriman bernasib jelek, dan hal-hal yang tidak
menyenangkan selalu menyelubungi mereka.

Imam Ibnu Jarir juga menuturkan tentang adanya pendapat lain


tentang tafsiran

. Diantara yang beliau sebutkan adalah,

mereka menginginkan kalian tersesat dari dien kalian.

Firman-nya,
menurut IBnu Jarir maknanya,
telah nyata kebenciannya dari lisan mereka. Bukti kuatnya yaitu,
kukuhnya mereka dalam kekufuran, dan kebencian terhadap orangorang yang berseberangan dengan kesesatan mereka. Ini adalah
permusuhan yang didasari oleh factor dien. Maka, konflik ini tidak akan
pernah usai sebelum salah satu dari kedua belah pihak beralih
mengikuti keyakinan lawannya.
Adapun firman-nya yang berbunyi,
Imam athThabari menulis, maksudnya hati orang-orang yang Allah larang untuk
dijadikan sebagai bhitanah itu menyimpan kebencian yang lebih besar
dari yang telah mereka tampakkan lewat lisan.
Dalam menafsirkan penggalan terakhir ayat ini,

bekiau menguraikan, Telah Kami jelaskan ayat-ayat (pelajran-pelajaran)


itu kepada kalian wahai orang-orang yang beriman. Telah Kami jelaskan
perkara kaum yahudi-yang Kami larang untuk kalian jadikan sebagai
sahabat karib-, supaya kalian dapat memetik ibrah darinya, jika kalian
berfikir. Yakni, jika kalian memikirkan tentang mauizhah (nasehat)
Allah, perintah-nya, larangan-nya, serta memahami sisi manfaatnya bagi
kalian.

Syahadah
Imam al-Qurthubiy menyebutkan satu hokum fikih tenteng
persaksian, yang di tarik berdasarkan ayat ini. Beliau katakan, Dalam
ayat ini terdapat petunjuk bahwa syahadah (kesaksian) seseorang atas
musuhnya tidak tidak diperkenankan. Aklu Madinah dan hijaz
berpendapat demikian. Namun diriwayatkan dari Abu Hanifah tentang
kebolehannya.

Setelah itu beliau mengutip perkataan Ibnu Syu ban yang


diriwayatka oleh Ibnu Bathal, Para ulama telah berijma (sepakat)

bahwa syahadah seseorang atas musuhnya tidak diperbolehkan dalam


hal apapun, meski dia seorang yang adil. Permusuhan itu menghapus
adalah (keadilan). Lalu bagaimana dengan permusuhan seorang kafir?
wallahu alam bish-shawab.

sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan


mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun
tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka
hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS.
Al-Aam:159).

Tafsiran Ayat
Allah

berfirman,

sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya.


Para Ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat menjadi dua
makna: pertama, sebagian mereka berpendapat, mereka adalah Yahudi
dan Nasrani, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas, Mujahid< Qatadah,
Assadi, dan Adhahak.
Sebabnya, karena orang Yahudi dan Nasrani telah berselisih
sebelum diutusnya Nabi Muhammad
maka ketika Nabi

lalu mereka terpecah belah,

diutus, Allah turunkan ayat ini. Mereka

meninggalkan ajaran agama islam, dan meninggalkan ajaran yang


diperintahkan kepada mereka. Demikian menurut Ibnu Abbas

Ulama lain berpendapat, mereka adalah ahlul bidah dari umat ini,
yaitu yang mengikuti sesuatu yang mutasyabih dalam al-Quran tanpa
mengikuti yang muhkam, ini adalah pendapat Abu Hurairah.
Ibnu Katsir berpendapat, Ayat ini umum secara dhahir, untuk setiap
orang yang memecah belah din Allah
Allah

, mereka telah menyimpang.

telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan din yang benar,

dan syariat yang tunggal, tidak ada perselisihan dan perbedaan di


dalamnya. Maka siapa yang menyimpang dan berkelompok seperti
orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, sesungguhnya Allah dan RsulNya berlepas diri dari neraka. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 2/182).
Imam Syaukani pun mendukung pendapat Ibnu Katsir, pendapat yang
terakhir adalah yang benar, karena lafazdnya umum. Masuk di
dalamnya kelompok ahlul kitab, kelompok musryik dan selain mereka
yang mengada-ada dari umat islam. (Fathlul qadir: 231-232).
Allah

berfirman,

dan mereka (terpecah ) menjadi beberapa golongan.


Menurut Imam Alalusy, yaitu sesuatu yang berkalompok, yang disetiap
kelompoknya ada seorng pemimpin, ia diikuti, dan ditaati perintahnya.
Abu umamah ia berpendapat, Mereka adalah orang-orang khawarji.

Dari umar bin khotob


Aisyah

bahwa Rasulullah

bersabda pada

,Wahai Aisyah,sesungguhnya orang-orang yang memecah

belah din mereka dan mereka berkelompok, adalah Ahlul Bidah,


pengikut hawa nafsu dan kesesatan dari uamt ini,

tidak ada pintu taubat bagi mereka. Wahai Aisyah, orang yang
berdosa baginya pintu taubat, kecuali Ahlul Bidah, tidak ada bagi
mereka.
Saya berlepas diri bagi mereka, dan mereka berlepas diri dariku.
(Ruhul Maany: 68)
Allah

berfirman,

Tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka.


Ahlul Tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat ini. Sebagian
mereka berkata, Ayat ini turun pada Rasulullah
agar

tidak

memerangi

orang

musryik

sebelum

, sebagai perintah
turun

perintah

memerangi mereka. Kemudian ayat ini dihapus oleh ayat al-Baraah


sebagai perintah untuk memerangi mereka. Hal ini sebagaimana
perkataan Assadi, Ayat ini bukan perintah agar memerangi mereka.
Lalu ayat ini dihapus dan turun perintah untuk memerangi mereka,
sebagaimana dalam surat al-Baraah.

Ahli tafsir lain berpendapat, ayat ini turun pada Rasulullah


sebagai pemberitahuan bahwa dari umatnya ada yang membuat hal
baru dalam urusan din sepeninggal beliau. Ayat ini tidak dihapus oleh
surat al- baraah, karena hukum naskh (penghapusan ayat) ini dalam
perintah dan larangan. Demikian menurut Ibnu Jahir, bahwa yang
benar ayat diatas merupakan pemberitahuan dari Allah
Rasulullah

pada

, bahwa dari umatnya ada

pelaku bidah.

Allah telah berlepas diri dari mereka, dan dari orang-orang


musryik, Yahudi dan Nasrani.
Allah

berfirman,

Kemudian Allah akan memeberitahukan kepada mereka apa


yang telah mereka perbuat.

Di hari kiamat Allah


kerjakan. Allah

beritahukan mereka atas apa-apa yang mereka

akan memeberi balasan bagi setiap diri mereka.orang

yang baik akan yang diberi pahala karena kebaikannya, dan orang yangt
buruk akan diberi balasan karena keburukannya. Kemudian Allah
berfirman, Barangsiapa membawa amal yang baik mka baginya
( pahala) sepuluh kali lipat amalnya ; dan barangsiapa yang membawa

perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan


seimbang

dengan

kejahatannya,

sedang

mereka

sedikitpun

tidak

dianiaya (dirugikan).(QS.Al-Aam: 160).


Maraji:
1. Jamiul Bayan, Ibnu Jarir Atthobary, Jilid 5, Hal 121-125, Darul
Fiker, Cet I 1421 H/2001 M
2. Lihat Aljami Liahkamil Quran Alqurthubi, Jilid 7 Hal 149
3. Mahasinut Tawil, ALqosimi, Jilid 4, Hal 802, Drul Fiker, Cet II
1978 M/1398H
4. Ruhul Maany, Imam Alalusy, Arul Fiker, Jilid 4, Hal 68

SYAIKH USMAH BIN LADIN


Telah keluar sekelompok pemuda yang benar-bernar yakin bahwa
kehidupan akhirat jauh lebih baik dari dunia dan seisinya. Sebuah
ucapan yang keluar dari hati yang telah meresap kedalam jiwa. Bagi
mereka kematian adalah syahadah, seakan-akan mereka lihat surga
Allah dengan mata kepala mereka.

Hai orang-orang beriaman, apabila kamu bertemu orang-orang kafir


yang sedang menyerangmu, maka jangankah kamu membelakangi
mereka (mundur) diwakyu itu, kecuali berbelol untuk(siasat) perang
atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka
hendaknya orang itu kembali dengan kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka jahanam. Dan amat buruklah tempat
kembalinya. (Al Anfal:15-16).

Tegar Menghadapi Musuh


Berkenaan ayat ini, Abu Jafar Muhammad bin Jarir Atf Tabari
berkata wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya,
(apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir ) untuk berperang.
maka jaganlah kamu membelakangi mereka (mundur) yaitu janganlah
kamu membelakangi mereka dengan punggung kalian sehingga kalian

dikalahkan oleh mereka. Namun tegarlah, sesungguhya Allah bersama


kalian untuk mengalahkan mereka
Abdurrahman bin Nnashir As Asdi berkata Allah memeintahkan
hambanya yang beriman untuk menjadi pemberani atas dasar
keimanan, teguh dalam perintahnya dan berusaha menempu sebabsebab yang menguatkan hati dan jasad. Dan Allah melarang mereka lari
kebelakang jika bertemu dengan pasukan (kafir) yang menyeranggmu.
Allah berfirman:
Hai orang-orang beriaman, apabila kamu bertemu orang-orang kafir yang
sedang menyerangmu, maka jangankah kamu membelakangi mereka
(mundur). Namun tegarlah utuk memerangi dan beersabar atas sepak
terjang mereka. Karena sesungguhnya itu adalah pertolongan dari Allah,
menguatkan hati orang-orang beriman dan terror bagi oarng-orang kafir.

Ancaman dalam ayat


Para ahli ilmu berbeda pendapat berkenaan firman Allah: barang
siapa yang membelakangi mereka (mundur) diwakyu itu, kecuali berbelol
untuk(siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan
lain, maka hendaknya orang itu kembali dengan kemurkaan dari Allah,
dan tempatnya ialah neraka jahanam.. apakah
ancaman yang tr\edapat dalam ayat ini khusus
bagi ahli badar atau umum bagi seluruh kaum
muslim?

Sebagian berpendapat,bahwa ancaman ini hanya ditujukan


kepada ahli badar, karena bagi mereka tidak boleh meninggalkan
Rasululah sendirian sehingga mereka mengalahkan beliau. Sedang pada
saat ini beliau sudah binasa. Di antara yang berpendapat demikian
adalah Abu Nadzrah, berkenaan firman Allah:
barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) maka yang
demikian itu adalah perang badar. mereka tidak boleh mundur untuk
bergabung dengan pasukan lain. Jika dari mereka hendak bergabung
dengan pasukan lain, tentu mereka akan bergabung dengan pasukan
musrikin (karena hanya ada satu hanya ada satu pasukan kaum
muslimin pada saat itu., selainnya adalah kaum musrikin).

Dan berkenaan ayat ini Abu Said al khudri juga berkata, ancaman
ini hanya belaku bagi para ahli bdaar, karena pada saat itu karena pada
saat itu tidak ada pasukan muslim lagi kecuali pasukan musrikin. Dan
masih banyak lagi riwayat yang menyebutkan bahwa ayat tersebut
hanya untuk ahli badar.
Ada juga yang berpendpat bahwa ayat ini umum berlaku bagi seluruh
mukmin yang mundur lari kebelakang (mundur) ketika bertemu musuh.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata dosa yang paling besar
adalah dosa syirik. MenYkutukan Allah dan lari dar peperangan.

Lari dari peperangan adalah dosa besar


Ancaman bagi orang yang lari dari peperangan sangat keras. Dia
akan membawa kemukaan dari Allahdanbdijanjikan dari neraka
jahanam. dan amat buruklah tempat kembalinya.
Abdurrahman bin Nahsir berkata bahwa,lari dari peperangan tanpa
adanya uzhur merupakan dosa besar. Sebagaimana disebutkan dalam
hadis-hadis shahih dan serta ancaman keras.
Nabi SAW bersabda:
jauhilah oleh kalian tujuh hal yang membinasakan yaitu syirik kepada
Allah, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, sihir, memakan harta
anak yatim, memakan riba, lari dari peperangan, dan menuduh wanita
mukminah baik-baik berzinah.

Kapan dibolehkan mundur


1. Mundur untuk mengatur siasat perang
Nundur
dalam
peperangan
iuntuk
mengatur
diperbolehkan. Hak inin bedasarkan firman
Allah

siasat

perang

keculai berbelok untuk siasat perang

Ibnu jahir thabari berkata kecuali kecuali untuk memerangi


musuh. Dan mencari kelemahan mereka sehingga memungkinkan
menghantam mereka dan menyerang mereka

Berkenaan ayat ini Adh Dhahak berkataAt Mutaharif (lari untuk


mengatur siasat) yaitu lari kedepan menndahului teman-temannya
untuk melihat kelengahan musuh kemudian menyerang mererka
2. Bergabung dengan pasukan lain
Lari dari peperangan untuk bergabung
diperbolehkan. Allh berfirman:

dengan

oasukan

lain

atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain


Ibnu jahir ath thabari berkata kecuali membelankangi musuh
dengan punggungnya (mundur) untuk bergabung dengan pasukan yang
lain. Yaitu bergabung dengan pasukan mukminin yang lain untuk
memerangi mereka untuk menyerang.
3. Jumlah musuh
mukminin

lebih

dua

kali

lipat

dari

jumlah

kaum

Pada mulanya kaum muslimin dilarang mundur dari peperangan


walaupun lumlah musuh lebih banyak sepuluh kali lipat dari kaum
muslimin. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah;
Hai Nabi, berkobarlah semangat para mumin untuk berperang. Jika
ada dua puluh orang diantaramu bersabar, niscahaya mereka mampu
mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang sabar
diantaramu, maka mereka akan mampu mengalahkan seribu dari para
oaring kafir. Disersbabkan kaum kafir itu kaum yang itdak mengerti.

Kemudian ayat ini dinaskh (hapus) dengan ayat:


sekarang Allah telah meringankanmu dan dia telah mengetahui bahwa
pada dirimu ada kelemahan. Maka jika diantaramu ada seratus orang
yang sabar, maka mereka mampu mengalahkan dua ratus orang kafir,
dan jika diantaramu ada seribu orang yang sabar, maka mereka mampu
mengalahkan dua ribu orang, dengan izin Allah. Dan Allah berserta
orang-orang yang sabar. (An Anfal:66)
Jadi kaum muslimin diperbolehakan mundur dari peperangan jika
jumlah musuh dua kali lebih banyak dari kaum muslimin. Namun jika

jumlah musuh kurang dari dua kali lipat kaum


mukmin maka haram bagi kaum muslimin kaum
muslimin lari dari peperangan,

kecuali untuk mengatur siasat perang atau bergabung dengan


pasukan lain kemudian kembali lagi untuk menyerang.
Iman Adz Dzahabi menegaskan, maksud lari dari peperangan adalah
jika jumlah musuh tidak lebih dari dua kali lipat jumlah kaum muslim
kecuali untuk siasat perang atau menggabungkan diri dengan pasukan
lain meskip[un jauh. Wallahu alam bishawwab. (Yzd)

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (quraisy) memikirkan daya upaya


terhadapmu untuk menagkap dan memenjarakanmu tau membunuhmu,
atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allh menggagalkan
tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya itu. (an anfal:30)

Sebab turunnya ayat


Terdapat

banyak

riwayat

berkenaan

sebab

turunnya

ayat

ini.

Diantaranya, riwayat dari Al Mathlabbn Abi Wadaah, sesungguhnya


Abu Thalib berkata kepada Nabi, Tukah kamu apa yang diinginkan
kaummu

olehmu?

membunuhku

atau

Nabi

menjawab

mengusirku

Abu

Mereka
thalib

ingin

enihirku

dan

berkata

Siapa

yang

mengabarkan ini kepadamu? Beliau menjawab Rabbku. Abu thalib


berkata sebaik-baiknya tuhan adalah rabbmu. Maka mohonlah
kebaikan kepada-Nya. Rasullshpun menjsawab, Aku sudah mohon
kebaikan kepadanya, bahkan Dia telah berwasiat kepadaku.
Maka turunlah ayat:

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (quraisy) memikirkan daya upaya


terhadapmu untuk menagkap dan memenjarakanmu tau membunuhmu,
atau mengusirmu. (Muhammad bn Jarir ath thabari, jamiul Bayan fi
Tawilil Quran.VI/225-226)

Namun menurut Ibnu katsir, riwayat yang menyebutkan Abhu


Thalib dalam masalah ini adlh wirayat yang gharib
jiddan (asing sekali) bahkan munka. Alasannya
karma ayat ini adalah ayat madaniyah,

sedangkkan kisah ayat ini berkenaan berkumpulnaya orang-orang


Quraisy yang berkumpul untuk memenjarkan nabi atau membunuh
beliau. Yang demikian terjadi pada malam

hijrah setelah tiga tahun

kematian Abu Thalib. Mereka mulai berani mengganggu nabi setelah


kematian

paman

beliau

yang

selalu

menjaganya,

menolong

dan

meringankan beban beliau. Adapun dalilnya adalah:

Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia menjelaskan


sesungguhya

golongan

pembesar

quraisy

dari

setiap

Qakibah

berkumpul d darun Nadwah. Iblis dating kepada meraka dengan


menyerupai oaring tua. Ketika mereka melihanya mereka berkata Siapa
kamu? Dia berkata staikh dari Najad. Aku aku mendegar kalian
berkumpul maka saya hadir untuk berkumpul bersama kalian

dan

sungguh kalian tidak akan sia-sia denagan pendapat dan nasehatku.


Mereka berkata, masuklah. Maka iblis masuk bersama mereka. Iblis

berkata lihat permasalahan laki-laki itu(Muhammad). Demi Allah dia


taelah menggangu urusan kalan.

Diantara mereka ada yang berkata, tuhan saja dipenjara, kemudian


biarkan saja dia celaka seperti para penyair sebelumya, Zuhair dan Nabi
Ghah, karena dia seperti penayir-penyair itu. Namun musuh Allah.
Syaikh dari Najd tadi berkata dengan nada tinggi Demi Allah pendapat
apa

ini?,

(jiak

kalian

mengerajkan)

sungguh

tuhannya

akan

mengeluarkan dan mengembalikan kepada para sahabatnya. Sehingga


merka akan mengembalikan kepada para sahabatnya. Dan tidak
khawatirkah kalian dari negeri kalian? Carilah pendapat yang lain.
Kemudian diantara merka berkata, Usir saja sehingga dia dapat
berhenti (dari dakwahnya).

Karena sesungguhnya jika kalian mengusirnya dimanpun dia berada,


dia tidak akan membahayakan kalian. Jika dia sudah menyakiti kalian,
maka kalin dapat beristirahat (dari gangguanya) dan urusannya tidak
ada pada orang lain.
Syaikh dari Najd berkata, Demi Alalh ya tidak detuju dengan apa yang
dia sampaikan, tidakkah kalian melhat, betapa manisnya kata-kata dia
sehingga dapat menarik siapa yang mendengarnya. Demi Allah jika
kailian melakukuan ini, bangsa arab akan menjadi ancaman bagi
kalian, mereka kan berkumpul dan mendatangi kalian dan mengusir
kalian serta membunuh para pembesar kalian. Mereka menjawab
Benar yang dikatakan orang ini. Carilah pendapat yang lain.

Abu Jahl bekata aku punya pendapat yang mana kalian tidak akan
berselisih setelah mendengar pendapatku. Merek berkata apa itu? dia
berkata kita akan mengambl setiap kabilah seorang oemuda yang
gagah perkasa. Setiap pemuda itu diberi pedang, kemudian mereka
harus menebasnya (Muhammad). Maka dengan begitu garah akan
menyebar disetiap kabilah. Sehingga Bani Hasyim tidak mampu untuk
memerangi semua orang-orang quraisy, (untuk menuntut balas). Jika
mereka menyaksikan hal itu tentu mereka akan menerima dengan
lapang dada dan beristirahat dan terlepas dari gangguannya. Saikh dari
Najd berkata Demi Allah, sungguh ini pendapat yang baik sekali. Tidak
ada pendapat lain tyang lebh bagus daari pendapat ini, kemudian
mereka setuju dengan pendapat ini dan pulang kerumah masingmasing. Kemudian Jibril mendatangi nabi, dan melarang agar tidak
tidur di kasur tempat biassa beliau tidur. Jibril mengabarkan makar
(tipu daya) yang dilakukan kaumnya. Maka malam harinya Nabi tidak
tidur dan Allah mengizinkan Nabi untuk keluar (dar makkah). Setelah
Nabi sampai Madinah, Allah menurunkan surat Al
Anfal ayat 30 tersebut.

Makar orangf-orang kafir


Tipu daya oang-orang musrik terhadap Nabi adalah merka akan
menangkap dan memenjarakan atau membunuh atu mengusir bliau.
Hal ini sebagai firman Allah:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (quraisy) memikirkan daya
upaya

terhadapmu

untuk

menagkap

membunuhmu, atau mengusirmu.

dan

memenjarakanmu

tau

Ibnu jarir Ath Thabari menjelaskan, Allah menjelaskan kepada NabiNya, Muhammad untuk mengingatkan beliau tentang nikmat yang
beliau dapat: dan ingatlah wahai Muhammad ketika orang-orang kafir
dan masyarakat musrikin membuat tipu daya untuk mengkap dan
memenjarakanmu.

Para

ahli

tafsir

berbeda

pendapat

tentang

maknanya.

Sebagian

berpendapat adalah untuk mengikatmu. Ada yang berpendapat makna


adalah memenjarakan. Dan ada juga yang berpendapat maknanya
adalah sihir.

Perbedaan pendpat ini saling bertentangan, kecuali pendapat yang


mengatakan adalah sihir. Dan riwayat yang menyebutkan sihir dalam
masalah ini adalah lemah menurut ibnu katsir. Karena didlamnya
menyebutkan pada peristiwa tersbut Abu Thalib telah meniggal dunia,
maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud adalah menagkap,
kemudian

memenjarakan

sehingga

perbedaan

ini

tiadk

saling

bertentangan.

Namun tipu daya untuk menagkap, memenjarakan, dan membunuh


Nabi, mereka tidak sepakat. Topu daya yang merka sepakati adalah tipu
daya yang disampaikan oleh Abu Jahl laknatulah alaih, yaitu tipu daya
membunuh nabi, sebagaimana yangdisampaikan beberapa riwayat.

Allah membalas maker mereka


Berkenaan ayat diatas Muhammad bin Jarir ath Thabari berkat
ingatlah waha Muhammad nikmatku atas kamu, yaitu tipu daya Ku
merubah tipu daya mereka (orang-orang kafir) atas kamu untuk
mengerjakajan, membunuh, serta mengusirmu darinegerimu. Hingga
aku menyelamatkanmu dri mereka dan aku membnasakan mereka.
Maka bangkitlah untuk memerangi siapa saja yang telah memerangi
kamu

ari

kalangan

orang-orang

musrik.

Dan

bergesrlah

untuk

melaksanakan agama yang lurus ini. Janganlah kamu takud dengan


jumlah mereka, sesungguhnya rabbmu sebaik-baiknya pembuat tipu
daya terhadap orang kufur terhadapnya. Beribadah terhadap selainnya,
dan menyelisihi perintah dan larangannya.

Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan tipu daya terhadap orang


kafir adalah hal ini. Diriwyatkan dari ibnu abbas ketika Allah
mengabarkan kepada nabi tentang makar orang-orang kafir untuk
membunuh baeliau, Ali bin Abu Thalib tidur ditempat nabi pada malam
tersebut. Dan Nabi keluar (dar rumahnya) hingga sampai digua
(Tsur).sehingga orng-orang musrik menuggu dan mereka mengira ia
adalah Muhammad. Ketiks psgi hari mereka bangkit dan mendapati Ali.
Sesungguhnya Allah membalas makar mereka. Mereka bertanya kepada
Ali, dimana sahabatmu? Ali menjawab aku tidak tau. Maka mereka
mengikuti

jejak

kaki

sampai ke gunung dan

Muhammad

hingga

melewati gua (Tsur) yang pintunya terdapat sarang laba-laba. Beliau


tinggal di gua tersebut selama tiga hari.

Makar orang kafir saat ini


Hari ini, orang-orang kafir melakukuan makar kepada kaum
muslim. Mereka memenjarakan, membunuh, mengusir kaum muslimin
dari negerinya. Berapa banyak kaum muslimin yang dipenjara, mereka
seperti guantanamo, Abu Ghuraib dan penjara lainnya. Beberapa kaum
muslimin yang dibunuh, dibantai, adalah oleh amerika,

seperti

afganistan, irak, palestina dan Negara muslim lainnya. Dan berapa


banyak kaum muslimin diusir dari negrinaya.

Sesungguhnya sehebat dan sewdahsyat apapun makar mereka, Allah


pasti

membalasnya.

Karena

sesungguhnya

Allah

sebaik-baiknya

pembalas makar. Allah tidak akan membiarkan kaumnya terlantar., dia


pasti menolong dan memenangkan mereka atas musuh-musuhnya.
Allah berfirman:

hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya dia
akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu, (Muhammad:7)
walahualam bis hawwab.

Jangan kamu mengira nahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup disisi Rabbnya dengan mendapat rezeki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang
diberikannya kepada mereka, dan mereka bergirang hati kepada mereka
orang yang masih dibelakang yang belum menyusul mereka, bahwa ia
ada kekhawatiran terhadap nereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
(Ali imran:169-170)

Sebab turunnya ayat


Berkenaan dengan sebab turunnya ayat ini para ulama berbeda
pendapat. Menurut Abu Dhuha, ayat ini turun berkenaan dengan para
syuhda pada perang uhud secara khusus. Pendapat ini didukung oleh
riwayat dari ibnu Abbas, dia berkata Rasulullah bersabda:
Ketika saudara-saudara kalian ditimpa nusibah (meninggal) pada
perang uhud, Allah menjadikan arwah-arwah mereka berada dalam
tembolok

burung

hijau

yang

minum

disungai-sungai

surga

dan

memakan buah-buahan didalamnya. Dan mereka berlindung dibawah


lampu yang terbuat dari emas yang terbuat dari Arsy. Ketika mereka

mendapatkan keindahan tempat minum, tempat makan dan keelokan


tempat tidur mereka, mereka berkata, seandainya saudara-saudara
kami tau apa yang diberikan Allah kepada kami sungguh mereka tidak
akan meninggalkan jihad dan tidak takut berperang. Maka Allah
berfirman: aku telah menyampaikan kepada
kalian tentang mereka. Maka Allah menurunkan
kepada Rasul-Ny ayat tersebut.

Sebagaimana para ulama berpendapat, ayat ini turun berkenaan


syuhada para perang badar yang jumlahnya empat belas syuhada,
terdiri dari delapan golongan anshar dan enam orang dari muhajirin.
Ada yang mengatakan ayat ini turun berkenaan dengan syuhada pada
birru manah. Ada juga yang mengatakan ayat ini turun berkenaan
dengan semua syuhada secara umum.

Para syuhada tidak mati


Firman Allah. Orang-orang yang gugur dijalan Allah Muhammad bin
jarir berkata, yaitu orang-orang yang terbunuh pada perang uhud dari
sahabat-sahabat Rasulullah(mati). Maksudnya Allah berfirman, Wahai
Muhammad jangan engkau kira shabat-sahabatmu mati, tidsaqk
merasakan sesuatu, tidak merasakanenak, dan nikmat. Sesunggihnya
mereka hidup disisiku, diberi nikmat dari Rizki-Ku,. Bereka gembira dan
bahagia dengan apa yang telah diberikan kepada mereka yang berupa
kehormatan dan karunia dari Ku dan balasan pahala yang besar.

Berkenaan ayat ini Abu baker jabir al jazairi berkata, jangan kamu kira
orang-orang yang syahid dari kalangan mukminin

pada perang uhud

dan yang lainnya itu mati, tidak merasakan sesuatu tidak merasakan
rizki dan enaknya hidup. Bahkan mereka hidup disisi Rabbnya, arwaharwah mereka diberi rizki dan didalam tembolok burung hijau yang
makan buah-buahan dari surga dan berlindung dibawah lampu yang
bergantung di Arsy. Sesungguhnya mereka hidup bahagia dengan
penghormatan yang diberikan Allah kepada mereka. Nereka ingin
memberi kabar gembira kepada saudara-saudara mereka dari kalangan
kaum mukminin yang berada dobelakang mereka di dunia yang beriman
dan berjihad, bahwa sesungguhnya mereka
menyusul mereka tidak akan pernah takud dan
tidak pula bersedih hati.

Karena paa yang mereka dapatkan dari kenikmatan di surga dan


penghormatan Allah kepada mereka didalamnya. Sesungguhnya semua
syuhada diberi kabar gembira

yang berupa nikmat dari Allah atas

mereka dan akan ditambah lagi nikmat tersebut. Allah tidak akan
menyia-nyiakan kaum mukminin baik yang syahid maupun yang tidak.
Bahkan mereka akan diberi kenikmatan lebih serta pahala dengan
karunia Allah.
Ayat ini senada dengan surat Al Baqarah ayat:154m dalam ayat tersebut
Allah berfirman:

dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur


dijalan Allah, (bahwa mereka itu)mati; bahkan (sebenarnya) mereka
hidupn tetapi kamu tidak menyadarinya. (Al Baqarah [2]: 154)

Jadi menurut ayat ini orang-orang yang hidup dan syahid dalam alam
yang lain dan bukan alam kita ini. Dimana mereka mendapat
kenikmatan-kenikmaatan

disisi

Allah,

dan

Allah

sajalah

yang

mengetahui bagaimana kehidupan mereka itu.

Kegembiraan par Syuhada


Firman Allah: dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang
yang

masih

tinggal

dibelakang

yang

belum

menyusul

mereka.

Muhammad bin jarir ath thabari berkata mereka bahagia bahagia


terhadap mereka yang belum menyusul merka dari saudar-saudara
mereka yang ditinggalkan. Saudara-saudara mereka yang masih hidup
didunia yang berada diatas manhaj mereka, yaitu berjihad malawan
musuh-musuh
mereka

Allah

mengetahui

dan

Rasul-Nya.

Karena

jika

saudara-saudaranya

shahid, mereka akan menyusulnya,

dan akan mendapatkan sebagaimana yang mereka dapatkan yang


berupa kehormatan dari Allah. Mereka bahagia jika saudara-saudaranya
seperti itu.
Abduraman bin nahsir bin As sadi berkata,mereka saling memberi
kabar gembira dengan sebagianyang lain, tentang saudaar-saudara

mereka yang belum menusul. Karena sesungguhnya saudara-saudara


mereka akan mendapatkan apa yang mereka dapatkan.
Firman Allah, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula
mereka baersedih hati imam Ath Thabari berkata, maksudnya dengan
itu semua, mereka tidak khawatir, karena mereka telaj aman dari azhab
Allah. Dan yakin akan keridhaannya. Sungguh mereka aman dari
ketakutan dari apa yang mereka takutkan ketika didunia. Mereka tidak
bersedih dengan apa yang mereka tinggalkan dari belakang mereka dari
dunia yang menyusahkan. Karena mereka telah mendqapatakan rizki,
kedudukan dan derajad yang tinggi.
Asy Syaikh As Saidi berkata, mereka gembira karena kekhawatiran
telah hilang dari mereka dan saudara-saudara mereka yang berhak
mendapatkan kebahagiaan yang sempurna.

Pahala besar bagi Syuhada


Imam Al Qurthbi berkata, ayat ini menunjukan betapa besar pahala
berperang di mjalan Allah dan syahid didalamnya. Hingga syahid dapat
menghapus dosa. Sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Amru
bin Ash, bahwa nabi bersabda:

Mati dijalan Allah menghapus dari segala sesuatu dosa selain hutang
(HR. Muslim dan At Tirmidzi)

Abdurrahman bin nahsir as sadi berkata ayat yang mulia ini


didalamnya terdapat keterangan tentang keutamaan dan kehormatan
bagi para Syuhada. Dan apa yang telah diberikan Allah terhadap mereka
yang berupa karunia dan kebaikan. Dalam ayat tersebut juga terdapat
jaminan bagi nereka hiburan yang berupa kehidupan atas kematian
mereka, semangat mereka dalam berjuang dijalan Allah dan mencari
syahid.
Tentang pahala orang yang mati syahid At tharmidzi meriwayatkan dari
al miqdam, dia berkata bahwa rasulullah bersabda, bagi orang yang
mati syahid mendapatkan enam perkaar dari Allah. Demikian juga
riwayat

dari

Ibnu

Majah,

orang

yang

mati

syahid

juga

akan

mendapatkan enam perkara. Jika kedua riwayat tersebut digabung


maka semua menjadi tujuh perkara (karena ada yang sama).

Yaitu dia diampuni sejak pertama darah menetes, melihat tempat


kembalinya di surga, selamat dari azhab kubur, aman dari goncangan
yang dahsyad (hari kiamat), diletakkan diatas kepalanya mahkota dari
mutiara yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya, dinikahkan
dengan 72 bidadari (harunin) dan dapat memberi syafaat kepada 70
anggota keluarganya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

sesungguhnya didalam surga terdapat setatus tingkatan yang


disediakan oleh Allah bagi para mujahidin dijalannya. Jarak diantara
tingkatan satu dengan yang lainnya adalah seperti jarak antara langit
dan bumi. Maka jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga
firdaus. Karena surga firdaus adalah surga yang paling tinggi. Diatasnya

terdapat Arsy arahman dari situ pula sungaisungai surga mengalir. (HR. Bukhari, At
Tarmidzi dan Ahmad)

Demikian keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada para


syuhada. Cukuplah ini sebagai motifasi bagi kita untuk senan tiasa
menumbuhkan semangat jihad untuk membela agama Allah dalam jiwa
kita. Hingga kita dapat meraih cita-cita tertinggi, yaitu mati dijalannya.
Amiin. Wallahu alam biswahab.

Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang


mengikutiku mengajak (kamu) hanya kepada Alloh dengan penuh
pengertian dan keyakinan. Maha suci Alloh, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang berbuat syirik (kepada-Nya). (yusuf: 108)

Dakwah Jalan Rasulullah

Firman Alloh, katakanlah, Inilah jalanku.


Menurut Ibnu Jarir Ath Thabari, inilah jalanku, mengajak kepada Alloh
semata dan tidak ada sekutu baginya.

Beliau

meriwayatkan

dari

Ibnu

Zaid

berkenaan

firman

Alloh:katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang


mengikutiku mengajak (kamu) hanya kepada Alloh dengan penuh

pengertian dan keyakinan.Dia berkata, Ini jalanku (sabiliy) maksudnya


ini urusanku, sunahku dan manhajku.

Sedangkan menurut riwayat dari Rabi bin Anas maksud dari Ini
jalanku (sabiliy) adalah ini dakwahku. (Ibnu Jarir Ath Thabari, Jamiul
Bayan fie Tawilil Quran juz 16 hal 291-292).

Berkenaan ayat ini Imam Asy Syaukani berkata, yaitu katakanlah


wahai Muhammad kepada orang-orang musyrik, inilah dakwah yang
mana aku berdakwah kepadanya dan jalan aku berada di atasnya.
Sabiliy adlah jalanku dan sunahku. (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir
Juz IV hal 79).

Abdurrahman bin Nashir As Sadi berkata, Inilah jalanku yaitu


thariqu (jalanku) yang mana aku berdakwah kepadanya. (dakwah) adlah
jalan yang mengantarkan (seorang hamba) kepada Alloh dan negri
kemuliaan. Beradkwah dengan ilmu yang benar dan mengamalkannya
serta memurnikan agama hanya untuk Alloh tanpa ada sekutu bagiNya. (Taisirul Karimir Rahman fie Tafsiril Kalamanil Manan hal 361).

Dakwah Kepada Tauhid

Mengenai

ayat

ini

Ibnu

Jarir

Ath

Thabari

berkata,

Alloh

mengingatkan Nabi Muhammad dengan berfirman:katakanlah wahai


Muhammad, dakwah ini yang mana saya berda di atasnya, yaitu dakwah
kepada tauhid dan ikhlas beribadah kepda-Nya tanpa menjadikan
sekutu-sekutu dengan illa-illah dan berhala-berhala, sehingga berujung
kepadaketaatan kepada-Nya dan meninggalkan maksiat. (Ibnu Jarir Ath
Thabar, Jamiul Bayan fie Tawilil Quran juz 16 hal 291).
Ibnu

Katsir

brkata:

alloh

berfirman

kepda

Rasul-Nya

(agar

mengatakan) kepda jin dan manusia dengan memerintahnya Nabi


Muhammad, untuk mengabarkan kepada manusia bahwa in adalah
jalan, thariqah dan sunahnya, yaitu dakwah kepada syahadat :
Tidak ada ilah yang haq kecuali Alloh dan
tidak ada sekutu bagi-Nya.

Beliau melanjutkan, menyeru kepada Alloh dengan syahadat ini di


atas bashirah, keyakinan dan burhan (bukti yang nyata). Dan orangorang yang mengikuti beliau juga berdakwah kepad apa yang beliau
dakwahkan dengan bashirah, keyakinan, burhan (bukti) baik secara
syari maupun secara akal. (Ibnu Katsir Quran Al Adzim Juz 4 hal 422).
Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah SAW tatkala mengurus
Muadz ke Yaman, bersabdalah beliau kepadanya: sungguh, kamu akan
mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali dawah yang
kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Alloh
dalam riwayat lain disebutkan : supaya mereka mentauhidkan Alloh
Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu dawahkan itu, maka
sampaikanlah kepada mereka bahwa Alloh mewajibkan shalat lima
waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu

sampaikan

itu,

maka

sampaikanlah kepda

mereka

bahwa

Alloh

mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya


diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika
mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, makka jauhkanlah
dirimu

dari

doa

orang

mazhlum

(teraniaaaaaaaaya),

karena

sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dan


Alloh. (H.R Bukhari dan Muslim).
Hadist ini menunjukkan bahwa tauhid (yang berarti memurnikan
ibadah hanya kepada Alloh dan tidak ada sekutu bagi-Nya) adalah awal
kewajiban. Sehingga merupakan awal yang didakwah oleh para Rasul.
Alloh berfirman :

ketika para rasul datang kepada mereka (dengan menyerukan):


Janganlah kamu menyembah selain Alloh. Mereka menjawab: Kalau
Tuhan kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikatNya , maka sesungguhnya kami kafir kepada
wahyu yang kamu diutus membawanya,
(Fushshilat:14).

Hendaknya setiap muslim juga berdakwah mengikuti rasulullah,


menyeru

manusia

untuk

mentauhidkan

Alloh.

Apalagi

saat

ini

kebanyakan manusia telah menyekutukan Alloh, baik orang-orang kafir


secara umum maupun dari kalngan kaum muslimin sendiri. Alloh
disekutukan dalam peribadahan, ketaatan, tasyri, hokum dan lain-lain.
Dan sesungguhnya setiap kat yang dilontarkan dalam rangka dakwah
kepada

tuhid merupakan suatu

perkataan paling baik. Hal ini

sebagaimana yang di firmankan oleh Alloh:

siapakah yang lebh baik perkataannya daripada orang yang


menyeru kepada Alloh, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
sesungguhnya akutermasuk orang-orang yang menyerah diri.
(fushshilat: 33).

Berdakwah dengan Bashirah

Firman Alloh:

Dengan penuh pengertian dan keyakinan

Imam

Asy

Syaukani

berkata,

Bashirah

adalah

ilmu

yang

membedakan antara kebenaran dan kebatilan. (Imam Asy Syaukani,


Fathul Qadir juz IV hal 79).
Dan Abdurarahman bin Nashir As Sadi berkata, Bashirah adalah
ilmu dan yakin, tanpa ragu dan bimbang.(Taisirul Karimir Rahman fie
Tafsiril Kalamanil Manan hal361).
Menurut

Syaikh

Muhammad

bin

Shalih

Al

Utsaimin,

yang

dimaksud bashirah adalah ilmu. Maka dakwah tersebut mencakup


keikhlasan dan ilmu. Karena kebanyakan yang merusak dakwah adalah
tidak adanya ilmu. Sehingga yang dimaksud ilmu
dalam firman,di atas bashirah tidak hanya ilmu
syari saja.

Namun mencakup ilmu syari dan ilmu tentang keadaan madu


(orang yang didakwahi) serta ilmu yang dapat menghantarkan kepada

tujuan dari dakwah tersebut. Inilah yang disebut hikmah. Maka hendak
nya (dai) paham terhadap hukum, paham keadaan madu dan paham
terhadap cara atau jalan yang dapat mengantarkan kepada keberhasilan
dakwah tersebut.
(Al Qaul Al Mufid ala Kitab At Tauhid, hal 82)

Alloh berfirman:

serulah (manusia) kepada jalan tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang tersesat dari jalan_nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(An Nahl: 125).

Ibnu Qayyim Al Jauziyah membagi keadaan objek dakwah menjadi


tiga bagian:
1.

Orang

yang

mencari

kebenaran

dan

mencintainya

serta

mendahulukan di atas segalanya apabila ia mengetahuinya.


Maka orang ini didakwahi dengan hikmah dan tidak

pernah

membutuhkan nasehat dan bantahan.


2.

Orang yang sibuk dengan sesuatu yang bertentangan dengan


kebenaran akan tetapi dia mengerti kebenaran tapi dia lebih
mengutamakannya

dari

[pada

kebenaran

maka

orang

ini

membutuhkan nasehat, dengan nasehat yang menyenangkan


(tentang surga) dan menakutkan (tentang neraka).
3.

Orang yang mengingkari kebenaran dan memusuhinya, maka


orang ini harus dibantah dengan bantahan yang baik.

Maha Suci Alloh dari segala Sekutu


Firman Alloh:
Maha suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat
syirik (kepadanya).

Ibnu Jarir Ath Thabari berkata. Alloh berfirman, Katakanlah,


kesucian dan keagungan bagi Alloh dari sekutu dalam kekuasaan dan
peribadahan kepada selain-Nya. Dan aku tiada termasuk orang-orang
yang berbuat syirik (kepadanya) Yaitu aku berlepas diri dari orangorang yang mensyirikkan Alloh, Aku bukan dari mereka dan meraka
bukan dari (golongan) ku.
Ibnu Katsir berkata, sucikanlah dan agungkanlah Alloh dari semua
sekutu dan tandingan-Nya. (sucikanlah Alloh) dari anak dan orang tua,
istri dan pembantu. Maha suci Alloh dan Maha Tinggi, Dia suci dari itu
semua.
Alloh berfirman:

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Alloh. Dan tak ada sauatupun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbihmereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
(Al Isra:44).

Demikianlah diantara jalan yang ditempuh rasulullah dan orangorang yang mengikuti beliau, yaitu berdakwah kepada tauhid dengan
bashirah. Sehingga agama di muka bumi ini hanya untuk Alloh. Dan
tidak ada sekutu bagi-Nya baik dalam peribadatan, kekuasaan maupun
tasyri dan hokum. Semoga kita dapat meniti jalan Rasulullah ini dan
istiqamah di atasnya. Amiin. (Yazid).

Mereka berkata Hai Musa, Kami sekali-kali tidak akan memasukynya


selamanya , selama mereka masih ada didalamnya, karena itu pergilah
kamu bersama Tuhan mu, dan berperanglah kamu berdua,
sesunggguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.( Al Maidah ; 24)

Kisah Bani Israil Ketika Memasuki Palestina


Ayat ini berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang tidak mau
menaati Nabi Musa, yaitu ketika mereka diperintah untuk memasuki
Palestina. Adapun kisah selengkapnya disebut dalam ayat sebelum dan
sesudahnya, Yaitu:
Allah berfirman:
(Musa berkata) Hai kaumku, masuklah ketanah suci ( Palestina ) yang
telah ditentukan Allah bagimu., dan janganlah kamu lari kebelakang
( Karena takut terhadap musuh), maka kamu mejadi orang-orang yang
merugi .

Mereka berkata Hai Musa. Seseungguhnya dalam negeri itu ada


orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak
akan memasukinya sebelum mereka keluar dari dalamnya. Jika mereka
keluar daripadanya. Pasti kami akan memasukinya yang takut
terhadap Allah telah memberi nikmat atas keduanya : serbulah mereka
melalui pintu gerbang ( Kota ) itu, maka bila kamu memasukinya maka
kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman , mereka berkata:

Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selamalamanya, selagi kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu
berdua, Sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja . Berkata
Musa : Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan
saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang
yang fasik itu Allah berfirman:

( Jika demikian ), Maka mereka selama empat puluh tahun,


(selama itu ) mereka akan berpura-pura kebingunggan dibumi (Padang
Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib ) orangorang yang fasik itu. ( Al Maidah 21-26)

Perlu dapahami bahwa tanah Palestina ditentukan Allah bagi kaum


Yahudi selama mereka iman dan takwa kepada Allah. Namun selama
mereka maksiat kepada Allah mereka tidak berhak menepati tanah
tersebut.

Keenganan Bani Israil Menaati Nabi Musa


Berkenaan dengan surat Al Maidah ayat 24 ini Ibnu Jarir Ath
Tahabari berkata ini adalah kabar dari Allah yang menyebutkan tentang
perkataan pembesaraan kaum Nabi Musa kepada Nabi Musa. Ketika
mereka diberi motivasi untuk berjihat menghadap musuh-musuh
mereka dan mereka dijanjikan dengan pertolongan Allah jika mereka
mau bangkit dan masuk pintu kota mereka, Mereka mengatakan : kami
sekali-kali tidak akan memasukunya selama-lamanya selagi mereka ada
didalamnya. yaitu selama orang-orang yang gagah perkasa yang tinggal
dikota itu.

Kota yang telah ditetapkan oleh Allah untuk mereka dan mereka
diperintahkan untuk memasukinya. ( Ibnu Jarir Ath Thabrani, Jaminul
Baya fi Takwilil Quran, IV / 520-521 )
Ibnu katsir berkata. Ini adalah bentuk ketakutan Mereka ( Bani Israil
pent ) dari jihat dan perselisihan mereka kepada Rasul untuk
memerangi musuh.
Beliau

melanjutkan, dikatakan Sesungguhnya ketika mereka

takut dari jihat dan hendak mundur dan kembali kemesir, Musa dan
Harun

bersujud.

Maka

para

pembesar

dari

Bani

Israiil

maju

menyampaikan keinginan mereka ( untuk mundur ). Kemudian Yusya


bin Nun dan Kalib bin Yuqna menyobek baju mereka dan mencela
kaumnya yang berbuat demikian. Sehingga mereka merajam keduanya

hingga terrjadi perkara dan bahaya yang sangat besar.( Ibnu Katsir,
Tafsir, Al Quran Al Adzam, juz II/37 )
Firman Allah:

Pergilah kamu bersama Tuhan mu, dan berperanglah kamu berdua,


sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja. Menurut Ibnu
Jarir Ath Tabrani Maksud ayat ini adalah, Kami ( Orang orang bini
Israil ) tidak akan datang bersamamu wahai Musa jika kamu berangkat
untuk memerangi mereka. Namun kami akan meninggalkan kamu, Pergi
kamu sendiri bersama tuhanmu kemudian perangilah mereka oleh kalian
berdua ( Ibnu Jarir Ath Thabrani, Jamiul Bayan fil Takwilil Quran , IV /
521 ).
Adh Dhahak berkata Allah memerintahkan Bani Israil untuk berangkat
kenegeri yang suci bersama Nabi Musa as. Ketika mereka telah dekat
dengan kota, Musa berkata kepada mereka,
masuklah kedalamnya, Maka mereka enggan
dan takut,
Kemudian mereka mengutus dua belas orang untuk melihat kedalamnya
kemudian datang dengan membawa buah dari buah-buahan mereka
dengan hebat. Mereka berkata Ketika dalam keadaan demikian mereka
berkata kepada musa, Pergilah kamu bersama tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti
disini saja . ( Ibnu Jarir Ath Thabrani, Jamiul Bayan fil Takwilil Quran
, IV / 521 )
Ketaatan Sahabat Kepada Rasulullah

Berbeda

halnya dengan para sahabat Raulullah, ketika mereka

bersegera untuk melaksanakanya. Demikian pula ketika diperintah


berperang merekapun juga bersegera menyambut seruan tersebut.
Ibnu Katsir berkata Betapa bagusya jawaban para sahabat pada hari
( Perang ) Badar., Ketika Rasulullah mengajak mereka untuk memerangi
rombongan

dagang

Qurais

).

Mereka

bermaksud

menghadang

rombongan yang dipimpin Abu Sufyan. Ketika rombongan itu lolos maka
datanglah pasukan perang, yang berjumlah sembilan ratus hingga
seribu pasukan. Maka Abu Bakar berbicara dengan perkataan yang
sangat bagus ( siap menghadapi- pent ). Dan sahabat dari kalangan
muhajirin juga menyatakan demikian. Rasulullah bersabda, Tunjukan
kepadaku ( Semangat kalian ), wahai kaum musliam, dan beliau
berkata demikian untuk megetahui beliau berkata demikian untuk
mengetahui siapa orang-orang Anshar, karena pada hari itu mereka
mayoritas. Maka Saad bin Muadz berkata, sepertinya kami yang
engkau maksud wahai Raulullah .

Demi yang mengutusmu dengan kebenaran seandainya engakau


bahwa kami kelautan, sesungguhnya kami akan menceburkan dirikami
bersama engkau dan tidak seorangpun dari kami bersama engkau
sesungguhnya kami
tidak

membencinya

tidak akan menyelisihinya. Sesunggunhnya kami


pertemuan

dengan

musuh

kami

besok,

sesungguhnya kami akan bersabar dalam peperangan dan jujur ketika


betemu dengan mereka. Semoggga Allah memeperlihatkan kepada mu
apa yang ingin engkau lihat dengan kedua mata mu dari kami. Kami
akan merasa bahagia dengan keberkahan dari Allah. Maka Raulullah
pun

gembira

dengan

perkataa

Muadz

tersebut

dan

tambah

bersemangat. ( Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Azim II/37 )


Menurut Ibnu Katsir ada kemungkinan kesetiaan para sahabat untuk
selalui menyertai Rasulullah dalam berperang juga diucapkan pada
perjanjian Hudaibiyah. Sebagaimana diriwatkan, dari Qatadah, dia
berkata Diceritkan kepada kami, sesungguhnya Rasullulah, bersabda
kepada sahadat kepada pada perjanjian Hudaibiyah, ketika orang
musrikin mengalangi mereka untuk melakukan manasik ( Umrah ),
seusngguhnya saya pergi dengan hewan kurban, maka sembelihlah di
Baitullah! Maka La Miqadad bin Al Aswad, Demi Allah, Kami tidak
seperti paa pembesar bani israil ketika mereka berkata kepada Nabi
Mereka . pangilah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk
menanti disini saja . Namun, ( Kami katakan ), Pergilah kamu berdua,
sesungguhnya kami bersama bersama kamlian untuk berperang ketika
para sahabat mendengar hal itu mereka mengikutinya ( menyembelih
hewan qurban-pent) . ( Ibnu Jarir Ath Tabrani).

Bagaimana Jika Belum Mampu Berjihat.

Tentunya kita tidak inggin seperti Bani Israil, yang sering


menyelisihi Nabinya. Bahkan ketika diajak berperang mereka sangat
lancang dengan mengatakan , pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua sesunggunhya kami hanya berduduk
menunggu disini saja namun hendaknya kita meniru para sahabat
Rasulullah, yaitu mereka bersegera melaksanakan perintah Allah dan
Rasul-Nya.
Namun bagaimana jika belum mampu melaksanakan perintah ini
karena lemah dan berpecah belah. Apakah kita harus berangkat
berjihat, tanpa perlu persiapan, ? Tentunya tidak demikian, karena
istihaah ( kemampuan ) merupkan parameter pelaksanaan jihat. Jihat
tidak dapat ditegakan jika kaum muslimin dalam keadaan lemah dan
tidak mempunyai kekuatan. Jika tidak cukup dengan pisau dapur dan
modal

semangat,.

Namun

pelaksanaan

jihad

membutuhkan

kemampuan, baik yang berupa kekuatan, senjata maupun dana.


Syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz telah mejawab permasalahan ini
dalam kitabnya. Al Umdaf fi Idadil Uddah, beliau berkata, Kami jawab
dengan perkataan Ibnu Tamiyah yaitu, Wajib beridad ( persiapan )
dalam rangka berjihad, yaitu dengan mempersiapkan kekuatan dan
kuda yang di tambahkan ketika gugur kewajiban jihad karena ketidak
mampuan ( lemah ). Karena sesungguhnya suatu kewajiban yang tidak
sempurna kecuali dengan suatu perkara, maka mereka tersebut menjadi
wajib hukumya . ( Syaikhul Islam Ibnu Taimiayah, majmunFatawa, 28
hal 259).

Dan secara khusus Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz memuat sub
bab , tidak ada yang menghalangi jihad
kecuali Al Ajzu ( kelemahan) . ( Al Umdah fi
Idadil Uddaah hal 471 ). Namun bukan berarti kaum

muslimin

yang belum mampu

berjihad hanya berpangku tangan,

mereka tetap diwajibkan untuk mengadakan persiapan jihad, ( Idid ).


Baik persiapan imani yaitu dengan ilmu Sari dan Tazkiyatun Nafs,
Maupun

persiapan

maadiy

yaitu

mempersiapkan

persiapan

dan

pebekkalan . Wallahu alam bishawwab ( Yacid).


Berfirman: Salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. ( Qs: Al
Hujrat : 12 ) . Rasulullah Shallallahualaihi wasalim bersabda: setiap
muslim atas muslim yang lain haram darah, darta dan kehormatanya (
HR. Imam Muslim ).
Berkaitan Dengan Istilah Sururiyyun Yang Sering Mereka Tundukan.
Berkata Syaikh

Al-Allanah Ablillah bin Hasab al-Quud rahimahullah

( anggota HaI ah Kibaril Ulama ), ketika ditanyakan kepada beliau


tentang istilah as-surury:
Sururiyyub? Dari ( sumber ) naban istilah ini datang kepada kita ?
silahkan anda periksa buku-buku ( kamus ) bahasa Arab. ! atau anda
periksa di buku-buku yabng

berkaitan dengan ( kamus ) sekte-sekte

agama-agama ( al milal wabnikhal )! Silahkan dikitab

mana istilah

sururiyyah bias kita temukan? Benar, jika yang dimaksud adalah

seseorang orang yang gembira dengan keadaan yang sedang ia alami


sekarang, karena nikmat Allah atasnya ( yang berupa ) ; kenikmtan,
ilmu dan aqidah yang benar, maka ini adalah ungkapan dan istilah yang
benar.

Dan semua kita berharap kepada Allah, agar kita termasuk


surruriyyun dengan makna ini ( bergembiralah atas limpahan nikmat
Allah subhanahu wa taala). ( dikutip oleh Majmuah min thalabatil ilmi
dari kaset muhadharah syaikah Abdullah bin Quud yang berjudul
Qashaaya lid Duaat juz II. Kitab Mudzakkirah Al-Watsaiq Al-Jaliyyah
Allati yataaama anha adiya us salafiyyah, hal. 4)
Berkaitan Dengan Aqidah Murjiah Yang Ada Pada Diri Salafiyyun
Lajnah Daimah Lil Buhuts Al Ilmiyah Ifta ( komisi Tetap dewan riset
dan fatwah ) Haiatu kibaril Ulama ( Majelis ULama Senior Arab Saudi)
telah memantau gerakan dakwah jamaah salafiyah ini. Dengan izin
Allah, mereka berhasil membongkar
menetapkan

pencelaan

buku-buku

kedok jamaah salafiah dan


para

tokoh

teras

jamaah

salafiyyah, diantaranya yaitu:


a. Ahkamu Taqrir Fi Ahkami Takfir. Murad Sukri , fatwah no. 20212,
tanggal : 7 2/1419 H.

b. At-Tahdziru min Fitnati Takfir dan daihatu Nazir, oleh ali bin
Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi AL-ATsari, fatwah no,
21517, tanggal: 14/6/1421H.

Dalam fatwah no 215`7, tertanggal 14.06.1421 H. Lajna, menyampaikan


beberapa alasan pencekalan buku At-Tahdiru min Fitnati Takfir dan
saihatu Nadzir keduanya tulisan Syaikh Ali Hasan al-Hallabi sebagai
berikut:

1. Penyusunanya, berdasarkan aqidah Mujiah yang bathil dan biah,


yaitu membatasi terjadinya kekufuran hanya pada kufur juhud
( penentangan ) dan AT-takdzib ( pendustaan ). Ini, bertentanagan
dengn ahlu sunah yang menyatakan, kekufuran bias terjadi karena;
perkataan keperbuatan, atau keragu-raguan.
2. Menyelewengkan penukilan dari iman Ibnu Katsir dalam al-Bidayah
wa nihayah , Ali Hasan bertutur. Ibnu Katsir berkata, Jenghis Khan
mengaku bahwa Wlyasiq berasal Dario Allah, dan ini adalah sebab
kekafiran.

Padahal

dalam

buku

al-Bidayah

tidak

terdapat

pernyataan ini. Ini hanya kedustaan Ali Hasan al-Halabi.


3. Berdusta atas nama Ibnu Taimiyah

menghatkan bahwamenganti

hokum ( Allah ) tidak kafir. Jelas ini bertentangan dengan pendapat


Ibnu Taimiyah dalam beberapa tulisanya.

4. Di dalam buku At-Tahdziru min Fitnati Takfir terdapat kebohongan


atas nama Syaikh Muhammad bin ibrahim Alu Syaikh.
5. Didalam kitab ini juga terdapat peremehan terhadap kewajiban
hukum terhadap hukum Allah.

Inilah beberapa nasehat dan kritik para ulama kepada gerakan


salafiyun. Memang dalam hal ini, para masyayikh salafiyun, tetapi bagai,
amapun, dalam realita kebanyakan salafiyun banyak yang bertaklid
kepad para masyakihnya, Menutup mata dari sumber ilmu lain dengan
alsan klasik mereka .

Haram mendengar atau membaca tulisan ahlu Bidah . sekilas


pemaparan diatas mudah-mudahan bias memberikan pencerahan ,
siapa sosok salalafi hari ini, dan semoga mereka bertaubat. Taala
Alamu bish Shawab ( Redaksi).

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama ( masuk islam) dari


golongan muhajirin dan Asnsar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada ,mereka dan merekapun rida kepada

Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir


sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal didalamnya,
itulah kemenangan yang besar ( At Taubat : 100).
Assabiqunal Awwalun
Berkenaan ayat ini Ibnu Jarir Ath Thabrani berkata ( maksud ) Dan
manusia terdahulu yang bersegera untuk Iman kepada Allah dan RasulNya

dari

kalangan

Muhajirin

Yaitu

mereka

yang

berhijrah

meningalkan kaum dan kerabat mereka serta meningalakan tempat


tinggal dan negeri mereka . Dan Ansar yaitu mereka yang menolong
Rasulullah atas musuh-musuhnya dari kalangan orang-orangyang kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya . Dan Orang-orang mengikuti mereka
dengan baik yaitu orang-orang yang mampu jalan mereka ( muhajirin
dan anshar ) dalam beriman kepada Allah dar Raul-Nya serta berhijrah
dari darul harb ( Negara kafir ) kepada Negara Islam, yang demikian
akan mendatangkan keridhaan dari Allah. Allah berfirman, Allah ridha
kepada mereka dan mereka ridha kepad Allah Ibnu Jarir Ath
Thabrani , Jamiulu Bayal fi Tawili Quran,
XIV/434)

Meskipun para ulama berbeda pedapat tentang makna assabiqunal


awwaum adalah para sahabat Rasulullah . mereka yang bersegera
beriman, hijrah, jihat, dan menolong Rasulullah . Abdurahman bin Nasir
as Sadi berkat, mereka adalah orang-orang terdahulu dari umat ini

yang bersegera beriman, berjihad dan menegakkan agama Allah.


( Taisirul Karimir Rahman fi tafsir kalamin manan , hal 304 ).
Mengikuti Para Sahabat
Firman Allah,
Dan ornag-orang yang mengikuti mereka dengan baik . ibnu jarir
berkata adapun orang-orang yang megikuti Muhajirin dan Anshar
dengan baik adalah mereka menyerahkan keislaman mereka.
Untuk Allah, menempuh jalan mereka dalam hijrah, menolong ( Agama
Allah-pent ) dan berbuat kebaikan . Hal ini sebagai mana yang
diriwayatkan dari Muhammad bin Kaab umar melewati seorang laki-laki
yang membaca ayat ini orang-orang yang terdahulu lagi yang pertamatama ( masuk Islam ) dari golongan muhajirin dan ansar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik dai berkata siapa yang
membaca ayat ini kepada mu ?. laki-laki tersebut menjawab Ubay bin
Kaab yang membacanya kepadaku Umar berkata, Kamu jagan pergi
dulu sebelum aku pergi bersama mu kepadanya ( Ubay ) maka keduanya
mendatangi ubay , kemudian umar berkata , apa kamu membaca ayat
ini? Ubay menjawab , Ya Umar berkata , Sesungguhnya kau menyangka
kita diangkat pada sebuah derajat yang tidak akan dicapai oleh orangorang setelah kita.

Ubay menjawab, benar namun ayat itu senada dengan ayat yang
terdapa pada awal surat Al Jumah yaitu dan ( juga ) kepada kaum yang
lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka . dan dialah
yang maha perkasa lagi maha bijaksana ( Al jumaah 3). Tengah dari
surat Al Hasyr , Yaitu, dan orang-orang yang datang sesudah mereka
( muhajirin dan anshar), mereka berada ya Rob kami, beri ampun kami
dan saudra-saudara kami yang beriman lebih dulu dari kami( Ah Hasr:
10 ). Dan akhir surat Al Anfal, yaitu, dan Orang-orang yang beriman
sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihat bersama mu maka orangorang

itu

termasuk

golonganmu

juga

Ibnu

Jarir

Ath

Thabrani,Xiv/437-438).
Ayat ini menunjukan tentang kewajiban mengikuti para salafus shalih.
Karena Allah karena meridhai para sahabat dan ornag-orang

yang

mengikuti mereka dengan baik. Denga ayat lain dengan secara tegas
Allah mengancam dengan keras orang-orang yang tidak mengikuti jalan
para sahabat.
Allah berfirman:
Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaranm
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
kami biarkan mereka leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasai itu
dan kami masukan ia kedalam jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruk
tempat kembali . ( An Nisa : 115 ).
Yang dimaksud Sabilul Mukmin ( jalan orang-orang mukmin ) dalam
ayat ini adalah jalan yang ditempuh oleh para sahabat. Karena ketika

ayat ini turun , Orang-orang mukmin pada saat itu adalah para sahabat
Rasulullah.

Rasulullah juga secara jelas memerintah kita untuk selalu berpegang


teguh kepada sunah. ( jalan ) yang ditempuh para sahabat. Diriwayatkan
dari Abi Najih Al Irbadh bin Sariyah, Rasulullah bersabda:
Sesunggunhnya barang siapa dianta kalian masih hidup niscaya bakal
menyaksikan banyak perselisihan. Karena ia berpegang teguh kepada
sunahku dan sunah kulafaur Rasyidin yang lurus( mendapat petunjuk)
dan gigitlah dengan gigi gerahan kalian( Hr. Abu Dawud dan At
Tirmizhi ).
Dalam hadits yang lain, beliau menyebutkan bahwa generasi sahabat
merupakan sebaik-baiknya generasi selanjutnya. ( Tabiin ) dan generasi
selanjutnya tabiI untabiin). Sehingga layak kalau kita mengikuti
mereka. Karena Rasulullah telah menjamin kebaikan mereka. Dari
Abdullah bin Masud .
Rasullullah bersabda:
Sebai-baik manusia adalah masaku, kemudian masa setelah mereka
( tabiut tabiin kemudian masa setelah mereka ( tabiut tabiin-pent)
( HR. Al Bukhari dan Muslim).
Allah Meridhai Mereka
Firman Allah ,

Allah ridha kepada mereka Ibnu Jarir berkata Maksudnya Allah


meridhai mereka semua karena mereka menaati-Nya, Memenuhi seruan
Nabi-Nya ketika diperintah dan dilarang.
Abdulrahman bin Nashir As Sadi berkata Keridhan-Nya lebih besar
daripada surga. ( Taisiru Karimin Rahman
fi Tafsir Kalamil Manah , hal 304).
Firman Allah,
Ibnu Jariri berkata dan Orang-orang terdahulu dari Muhajirin dan
Ashar serta orang-orang yang mengikuti nereka dengan baik juga ridah
kepada Allah. Dikarenakan pahala yang besar untuk mereka atas
ketaatan mereka dan keimanan mereka kepada-Nya dan Nabi-Nya.
Mencintai Sahabat
Berkenaan ayat ini Ibnu katsir berkata: sesungguhnya Allah yang
maha Agung telah mengabarkan, bahwa dia telah meridhai Assabiqunal
Awwalun dari kalanagan. Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik. Sungguh celaka siapa saja yang
membenci dan mencela mereka atau sebagian dari mereka. Apalagi
( mencela ) mereka, atau sebagia dari mereka Apalagi mencela
pembesar sahabat ( Orang mulia ) Setelah Rasulullah, Paling baik dan
paling utama diantara mereka, Ash Shidiq, khalifah yang agung Abu
Bakar bin Abu Quhafah

Radhiallahu anha. Sesungguhnya kelompok

sesat dari kalangan rafidhah memusuhi penghulu sahabat. Membenci


dan mencela mereka. Wa Iyaadzbillah min dzalik. Ini menunjukkan
bahwa mereka tidak berakal dan hati mereka sakit. BAgaimana

mungkin mereka beriman kepada Al Quran, sedangkan mereka mencela


keada orang yang diridhai oleh Allah ? Adapun ahlusunah mereka
meridhai yang diridhai oleh Allah, mencela apa yang dicela oleh Allah.
Mereka mengikuti dan tidak melakukan Bidah, mereka mengikuti dan
tidak membuat hal-hal yang baru. Oleh karena itu, mereka adalah
hizbullah ( golongan Allah ) yang beruntung dan hamba-Nya yang
beriman ( Ibnu Katsir, IV/ 203).

Dan salah satu prinsip Ahlusunah wa jamaah adalah menjaga hati


dan lisan dari mencela para sahib Rasulullah. Ahlusuna wal Jamaah
mengakui keutamaan mereka yang disebut dalam Al Quran dan As
Sunah. Sebeberapa pun banyak amal yang kita lakukan tidak akan bias
menyamai keutamaan mereka. Sehingga sungguh tidak pantas apabila
kita mencela mereka. Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri, Rasulullah
bersabda:
Jangan kalian mencari sahabat-sahabatku. Demi Allah yang jiwaku
berada ditangan-Nya kalau sekiranya salah seorang dari kalian
menginfaqkan emas sebesar gunung uhud, hal itu tidak menyamai infaq
satu mud atau setengah mud salah seorang dari mereka
( Muttafakunalaihi ).
Surga Bagi Mereka

Firman Allah:
Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
dibawah sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal
didalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Ibnu Jarir berkata, dan Allah menyiapkan bagi mereka sungai-sungai
yang mengalir dibawahnyan sungai-sungai Kekal didalamnya mereka
menetap didalamnya selamanya tidak mati dan tidak keluar darinya .

Friman Allah:
itulah kemenangan yang besar . Abu Bakar Jabir Al Jazairi berkata
Yaitu semua yang disebutkan yang berupa keridhaan-Nya Kepada
mereka, Keridhaan mereka kepada Allah dan surga yang dipersiapkan
untuk mereka adalah kemenangnan yang besar. Kemenangan adalah
selamat dari hal yang menakutkan, mendapat sesuatu yang disukai,
selamat dari neraka dan masuk Surga, ini kemenangan yang besar .
( Alsarut Tafaasir, II/ 120).
Demikianlah diantara keutamaan para sahabat dan orang-orang yang
mengikuti mereka. Allah meridhai mereka dan mereka pun ridah kepada

Allah. Dan Allah juga menjadikan surga bagi mereka. Semoga kita dapat
memenuhi jalan yang oleh para sahabat. Tidak penting kita menamakan
diri sebagai salafi ( Pengikut salaf ), namun yang lebih penting adalah
bagaimana kita berpemahaman dan beramal? Sesudah pemahaman kita
sesuai dengan salaf? Sudah kah kita mengikuti para salaf dalam
beriman, berhijrah, dan berjihad? Mari kita menjadi salaf sejati bukan
salaf imitasi. Wallahualam bish ahawwab( Yazid).

Anda mungkin juga menyukai