Anda di halaman 1dari 73

Sbook by vodo weblog http://vodozom.wordpress.

com

Perpustakaan Nasional : "Catalog Oalam Terbitan DR. ABDURRAHMAN 'UMAIRAH THE GREAT KNIGHT Kesatria Pilihan di Sekitar RasuluUah.-Jaka t Publishing, 2006 a: Embun 448 him. : 15 x 23.5 cm. ISBN : 979-26-4705-8 Hak Cipta dilindungi undang-undang Di larang mengutip, memperbanyak, dan meneq'emahkan sebagian atau sel buku ini tanpa izin tertulis penerbit urun lsi Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan atas undang-undana 6 tahun 1982 tentang hak cipta 9 normor Judul Asli : FURSAN MIN MADRASATIN NUBUWWAH Penulis : DR. ABDURRAHMAN VMAIRAH Peneijemah :

BADRUDDIN * MUHYIDDIN, LC Editor : ABDUL HAKIM, S.Hum. Design, Ilustrasi & Perwajahan isi: Tim Embun JL Benda Atas No. 37 B Cilandak Timur Jakarta Selatan Phone; 62-21 70762735. Fax. 62-21 78844983 . e-mail:embunpublishing@telkorn.net embunpublishing@plasa.com. ISBN: 979-26-4705-8 Cetakan pertama: April 2006 Dengan Noma Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Segala puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Yang Menguasai Hari Kemudian Hanya Kepada-Mu Kami Beribadah Dan Hanya Kepada-Mu Kami Mohon Pertolongan Tunjukanlah Kepada Kami Jalan Yang lurus Yaitu Jalan Orang-Orang Yang Engkau Beri Nikmat, Bukan Jalan Orang Yang Dibenci Dan Tersesat. PENDAHULUAN Dalam Kitab Sua Al-Qur'an, Allah swt. bersumpah dengan suara kuda dan rigkikannya, kuku-kuku kuda yang memercikkan api, dan kuda yang dipersiapkan untuk berperang, karenakuda adalah alat untuk berperang, pelindung bagi kesatria dan kebanggaan bagi pemenang. Allah menegaskan dalam firman-Nya, "Dan siapkanlah kekuatan yang kamu miliki dan kuda-kuda perang untuk menghadapi musuh, satu kekuatan yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu." (al-Anfaal [8]: 60) Umat yang mengetahui penggunaan besi sebagai peralatan perang, yaitu besi yang diisyaratkan Allah dalam firman-Nya, "Dan Kami ciptakan besi yang memiliki kekuatan dahsyat." (al-Hadiid [57]: 25), tidak akan mengenal lari dari medan perang. Umat yang dapat menerbangkan debu-debu di waktu sahur pasti dapat mengalahkan musuh-musuhnya. Ibnu Abbas mengomentari "strategi" peperangan yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw., "Bila para sahabat Nabi akan berjihad, mereka melakukan gerilya di malam hari dan menyerang musuh sebelum terbit fajar tatkala musuh sedang lalai." Allah swt. menggambarkan apa yang menimpa mereka, orang-orang yang malas, dalam firman-Nya, "Bila azab Allah turun di halaman rumah mereka, amat buruklah pagi yang dialami bagi orang-orang yang telah diberi peringatan." (ash-Shaaffat[37]: 177) Pagi menjadi pagi yang buruk bagi mereka karena mereka tidak berada di jalan para pejuang, tidak berakhlak dengan akhlak Al-Qur'an, dan bukan orang-orang yang dibimbing di madrasah kenabian. Sementara itu, salah seorang di antara para sahabat Nabi Muhammad saw. (Khalid bin al-Walid) berkata di akhir hayatnya, "Tidak ada malam yang lebih aku sukai, tatkala aku berbulan madu dengan istriku atau aku bercengkrama dengan anakanakku, dibandingkan dengan gelapnya malam dalam sebuah kancah pertempuran bersama para Muhajirin yang menyerukan perang." 1 'Abqnrtyyatu Khalid, Prof. Abbas Mahmud al-'Aqqaad. Allah swt. menyebutkan mereka dalam firman-Nya, "Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Di pengujung malam mereka memohon ampun kepada Allah swt." (adzDzaariyaat [51. 17-18) Mereka selalu bermunajat kepada Allah. Tidak sedikit pun waktu yang terlewatkan dari mengingat Allah. Mereka tidak suka melalaikan perintah-Nya, dan senantiasa siap memenuhi panggilan-Nya untuk menghalau musuh-musuh agama Allah, "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosadosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia lain yang kamu sukai (yaitu)

pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman." (ash-Shaff [61]: 10-13) Mendengar seruan tersebut para sahabat Nabi menyambutnya dengan gegap gempita. Mereka yakin bahwa cara ini merupakan jalan menuju kemenangan. Sambutan seperti itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keimanan yang mendalam dan jiwa berkorban untuk berjuang di jalan Allah. Berjuang dengan jiwa, raga, dan harta. Keimanan yang mendalam tidak akan tertanam kecuali karena keyakinan yang dimiliki para sahabat Nabi Muhammad saw., hingga terbuka kehidupan dunia bagi mereka. Mereka tersebar keempat penjuru angin dan menjadikanbumi sebagai pijakannya. Sebagian ahli sejarah mengatakan, "Mereka itu adalah para pejuang umat Muhammad." Para pengikut setia Nabi saw. yang telah dididik dan dibina langsung dengan Kitab Allah. Mereka menempati posisinya masing-masing, seolah-olah diciptakan untuk itu dan selalu menunggu perintah; bagaikan benda mati yang hidup karena hujan; seperti orang mati kemudian hidup dan menyebarluaskan ilmunya; juga seperti orang buta yang tidak dapat melihat kemudian menjadi panglima perang yang gagah berani. Allah berfirman, "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekattkali tidak dapat keluar daripadanya." (al-An'aam [6]: 122) Dari generasi pilihan ini terdptalah generasi pejuang yang gagah berani. Generasi yang diharapkan dapat memberantas Ateisme, kemusyrikan, kesia-siaan, kelompok gay, dan free sex (seks bebas). Umat ini mendidik generasi mudanya untuk selalu waspada dan selalu siap berjuang di jalan Allah dan tidak mau tunduk kepada tuhan yang lain, selain Tuhan yang Maha Esa. ISLAM MEMBENTUK UMAT JIHAD Dari generasi pilihan inilah Rasulullah saw. membentuk umat jihad, generasi yang gagah berani. Beliau membentuk mereka sebagai generasi yang siap berjuang dan mengajarkan kepada mereka tentang strategi berperang serta sebab-sebab mendapatkan kemenangan. Allah berfirman, "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah me-nyempurnakan seraka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bershalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu." (an-Nisaa [4]: 102) "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.." (al-Anfaal [8]: 60) Beliau menyiapkan jiwa mereka sebagai pejuang. Allah berfirman, "Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.." (at-Taubah [9]: 51) "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya..." (Ali Imraan [3]: 145) "(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman." "Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka

penggallah kepala-kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka." (al-Anfaal [8]: 12) Kemenangan tidak tergantung pada kekuatan pedang atau senjata, ketangguhan prajurit, dan kekuatan benteng pertahanan. Semuanya itu hanya merupakan unsur yang harus dipenuhi dalam medan pertempuran dan tidak boleh diabaikan sedikit pun. Penyebab kemenangan dan tidak tercapainya kemenangan bukan hanya dengan ibadah, kekuatan spiritual, dan kekuatan perorangan meskipun seorang Rasul, terlebih bukan seorang Rasul. Sebab, kemenangan yang hakiki itu datangnya dari Allah swt. Terkadang, kekuatan pasukan Islam lemah dan kurang siap untuk berperang, namun mereka mendapat kemenangan yang gemilang, sebagaimana firman Allah, "Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya." (Ali Imraan [3): 123) Dan, bisa jadi jurnlah pasukan Islam banyak dan siap untuk berperang, namun mereka kalah dan lari tunggang-langgang, sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu,maka jurnlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai." (at-Taubah [9]: 25) Jika kemenangan hakiki datangnya dari Allah, mengapa jihad harus dihentikan? Padahal, negara Islam dijajah dan kita hidup dalam ketakutan. Mengapa kita takut, takut mati? Mengapa umat Islam mencintai kehidupan dunia padahal AlQur'an mengatakan, "Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar." (an-Nisaa* [4]: 74) Ayat tersebut mendahulukan kematian, karena umat Islam tidak suka hidup berlamalama di dunia dan tidak terlalu cinta dengan kehidupan dunia. Mereka hanya menginginkan kejayaan agama Islam atau mati syahid karena membela agama. Bila mereka keluar untuk berjihad, maka yang terbayang di benak mereka ialah menang atau mati syahid karena mereka tidak suka berlama-lama di dunia. Untuk itu, utusan Rasul yang datang ke kerajaan Persia menuturkan, "Kami datang menghadapmu dengan pasukan yang mencintai kematian seperti kamu mencintai kehidupan." Jika hakikat kemenangan datang dari Allah, maka kekalahan itu akibat kecerobohan manusia dan jauhnya mereka dari Allah, juga karena dosa umat Islam. Allah berfirman, "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (asy-Syuura [42]: 30) Dengan pemahaman tersebut, muncullah generasi bangsa Arab yang siangnya bagaikan prajurit gagah berani dan malamnya bagaikan para biarawan. Generasi yang menyebarkan rasa aman setelah ketakutan dan cahaya kebenaran Islam setelah gelapnya kesesatan. Mereka membawa Al-Qur' an untuk menyebarkan petunjuk dan menyandang pedang untuk menghancurkan kebatilan, serta berusaha memasuki negeri Persia untuk mendapatkan kemenangan yang gilang-gemilang. Namun, mereka menghadapi massalah, yakni masalah menyeberangi lautan yang menghadang, padahal mereka tidak memiliki pengalaman untuk melakukan penyeberangan. Mereka selalu takut untuk menyeberang dan berusaha untuk menghindarinya, tetapi mereka kini bukanlah bangsa Arab yang kemarin, yang hanya ingin mempertahankan kehormatan kabilah. Mereka adalah pejuang-pejuang yang menyebarkan agama Allah. Itulah tujuan mereka.

Panglima Sa'ad memerintahkan pasukannya untuk menyeberangi Sungai Dajlah. Sebelum melakukan penyeberangan, panglima Sa'ad membagi pasukannya menjadi dua batalion untuk menjamin keamanan penyeberangan. Satu batalion pasukan di bawah pimpinan 'Ashim bin 'Amr yang diperintahkan untuk melakukan penyisiran dan satu batalion pasukan lagi dipimpin oleh al-Qa'qa bin 'Amr yang diperintahkan untuk mengawal batalion pertama sehingga penyeberangan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Kesuksesan strategi yang dilakukan Sa'ad ini dicatat oleh ahli sejarah. Penyeberangan ini dilakukan dengan nama Allah dan berserah diri kepada-Nya. Bila peperangan dilakukan atas nama Allah, berperang untuk menghalau musuh, membasmi kejahatan dan untuk membela kaum tertindas, maka tidak ada perasaan takut dan gentar terhadap persenjataan yang kuat. Daya kekuatan missile atau F15, dan F16 tidak berguna, meski jumlahnya ribuan. Mereka juga tidak takut dengan kecanggihan berbagai senjata, baik mutakhir maupun model lama. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah membela oarang-orang yang telah beriman." (al-Hajj [22]: 38) Peperangan yang dilakukan oleh orang-orang beriman dilakukan berdasarkan isyarat, izin, dan ketentuan Allah swt. Allah berfirman, "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnaya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu" (al-Hajj [22]: 39) Adapun kekalahan yang kita alami pada peristiwa Perang 1967perang antara pasukan Arab dengan pasukan Israel2 disebabkan adanya kapal laut Liberty. Sebuah kapal laut yang memiliki landasan untuk mengintai keberadaan kita, memata-matai strategi peperangan, membaca ide-ide kita bahkan dapat dikatakan selalu mengikuti kita. Kapal pengintai tersebut dapat melacak kedatangan dan kepergian kita. Itulah yang terjadi pada saat itu. Sesungguhnya, peralatan perang seperti itu mungkin ada dan mungkin juga tidak ada. Salah atau benar, menang atau kalah, peralatan perang yang demikian hanyalah satu penemuan ilmu pengetahuan, yang tidak akan terhenti sampai di sana serta tidak terbatas pada situasi perang. Sebab, dunia ilmu pengetahuan tidak mengenal kata berhenti. Sedangkan umat Islam memiliki senjata yang tidak pernah hilang, yaitu senjata iman dan ihsan. Keberanian orang beriman merupakan senjata paling ampuh dan benteng pertahanan yang paling kuat. Rasulullah saw. bersabda, "Takutlah kamu terhadap firasat orang beriman karena dia dapat melihat atas petunjuk cahaya Allah."3 Pada salah satu peperangan yang dahsyat, jauh dari Jazirah Arab, di daerah Nahawan, Umar bin Khaththab r.a. sebagai panglima pertama pasukan Islam melihat bahwa pasukan Islam telah dikepung musuh dan turun di medan pertempuran dalam situasi yang sangat sulit. Namun, dia dapat melihat dengan cahaya keimanan kepada Allah, satu strategi yang tidak mungkin salah karena strategi itu merupakan bimbingan dari Allah. Pasukan Islam mendengar perintah panglimanya untuk mengubah strategi perang di tengah-tengah berkecamuknya peperangan. 2 Sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang ahli strategi perang. 3 Penulis kitab ad-Dur raenuturkan, "Hadits tersebut hadits riv/ayat Imam athThabrani dan at-lfrmidzi dengan sanad dari Abu Umamah. Imam Tirmidzi juga mengeluarkan hadits tersebut dengan riv/ayat dari Abu 3d. Hadits riv/ayat ath-Thabrani, Abu Nu'aim, dan al-'Askari dengan sanad dari Tsauban. Dia menjadikan Jits tersebut sebagai hadits marfu' dengan lafal, "Takutlah kamu terhadap doa seorang muslim dan 'uang muslim, karena dia dapat melihat dengan cahaya Allah." is tersebut diriwayatkan secara mauquf oleh al-'Askari dengan sanad dari Abu Darda dengan lafal, 'akutiah terhadap keberanian para ulama karena mereka melihat dengan cahaya Allah." Umar berkata, "Wahai pasukanku tetaplah kalian di bukit-bukit." Mendengar itu, pasukan muslim mengikuti komando panglimanya sehingga umat Islam mendapatkan kemenangan. Itulah arti sebuah kemenangan. Kemenangan yang dijanjikan Allah kepada mereka, sehingga mereka dapat berjalan ke empat penjuru

arah mata angin, dan dunia berada di genggaman mereka. Hanya dalam waktu singkat, suara mu'adzin mengumandang-kan kalimat "Allahu Akbar," menggema di seluruh bangunan Nahawan. Suara kalimat Allah ber gema di Andalusia bahkan sampai ke daratan Eropa. Suara kalimat Allah menggema di negeri Cina sampai di perbatasan Sindi dan India. Suara kalimat Allah menggema di Qairawan sampai ke Byzantium, daerah perbatasan Tunisia. Suara kalimat Allah juga menggema di pantai laut putih bagian tengah yang mencakup Cyprus, Skotlandia. Daerah pantai ini menjadi daerah pelayaran Islam. Kalimat Allah menggema di daerah pantai Rusia bahkan hampir memenuhi tiga per empat dunia, mencakup Bukhara, Caucasus, Tanzania, Serbia, Gibraltar, bahkan gema kalimat Allah tersebut mencapai tiga benua: Eropa, Asia, dan Afrika, meskipun masih dibatasi oleh kepentingan politik dan geografis. Seorang muslim dapat melakukan perjalanan tanpa paspor, hanya atas nama Islam, dari Persia sampai ke Asia kecil. Dari negara-negara tersebut Islam terus merambah ke daerah-daerah perbatasan dan sekitarnya, bahkan masuk sampai ke Eropa dan tembok Vienna. Wakil Kaisar Tharsul Akbar mencatat di depan pintu utama bahwa kerajaan Utsmani telah menyeberangi lautan hitam, seperti rumah pribadinya hingga orang asing tidak diperkenankan masuk ke nya. Mereka membangun armada laut yang sangat besar dan tiada duanya di Eropa sehingga armada laut tersebut dapat menampung tentara Italia, Spanyol, Portugal, dan Malta pada tahun 945 dan 1547 M. Namun, armada laut tersebut tidak dapat menampung mereka lagi karena jumlah mereka yang sangat banyak sehingga mereka lari tunggang-langgang. Bila Konstantinopel dapat ditaklukkan oleh Maslamah bin Abdul Malik dan telah direbut kembali oleh penguasa setempat, maka Muhammad al-Fatih dapat merebut kembali untuk yang kedua kalinya. Baron Cardevo menyebutkan dalam kitab Mufakkirul Islaam juz 1, ketika membicarakan tentang Muhammad al-Fatih, "Sesungguhnya penaklukan yang dilakukan oleh Muhammad al-Fa ' bukan karena nasib baik, juga bukan karena lemahnya pe-merintahan Byzantium, melainkan karena pasukan tersebut telah menyiapkan kekuatan. Dengan menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya, tennasuk peralaran-peralatan canggih yang dirakit oleh para insinyur perakitan senjata sehingga tercipta bom rakitan yang berat timbangannya mencapai 300 kilogram dan kemampuan jelajahnya lebih dari satu mil." Dikatakan bahwa untuk membawa senjata tersebut diperlukan 700 orang dan diperlukan waktu 2 jam untuk menggunakannya. Ketika Muhammad al-Fatih berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel, dia membawa pasukan 300 ribu personel dengan persenjaraan yang cukup memadai, bahkan armada lautnya mengepung negara tersebut dengan 120 kapal perang, yaitu penaklukan armada laut di daerah perbukitan.4 Jika pasukan Arab menggunakan pedang dalam menaklukkan daerah-daerah taklukkannya, mereka mengembangkan senjata tersebut pada penaklukan daerah Persia dengan menggunakan perahu dan kapal laut. Dibantu dengan persenjataan alami untuk menghancurkan negara Romawi, mereka mengepung musuh-musuh yang diposisikan antara pasukan muslim dan lautan. Itu merupakan strategi yang mempercepat kemenangan Islam. Pada dekade terakhir, Muhammad Fatih telah mampu mengembangkan senjata sehingga bukan senjata primitif, bukan pedang dan tombak, bukan perisai dan rantai besi yang digunakan melainkan senapan, tank amphibi dan peralatan-peralatan modern yang dapat digunakan untuk menyeberangi lautan. Semua itu diperoleh dengan memanfaatkan kemampuan para tawanan dan ilmuwan asing. Hal tersebut beliau lakukan karena tidak ada larangan mengembangkan senjata. Rasulullah saw. bersabda, "Hikmah merupakan mutiara orang beriman yang hilang. Di mana pun ditemukannya, maka orang beriman lebih berhak atas hikmah tersebut." Islam adalah agama dinamis, rasionalis, analisis, objektif, dan agama masa depan. Islam selalu memotivasi para pemeluknya agar menjadikan ilmu sebagai alat

menuju perdamaian, kemenangan, pengendalian alam dan pemberdayaan bumi dan isinya bagi kemaslahatan manusia. Kemudian al-Fatih menaklukkan Konstantinopel, kota yang dikomentari oleh Napoleon, "Jika dunia ini menjadi satu negara, maka kota Konstantinopel merupakan kota yang paling layak 4 "Apa kerugian dunia atas kemunduran umat Islam." dijadikan ibu kota negara tersebut." Andrea Maurois dalam bukunya Kekalahan Prancis pada Perang Dunia Kedua mengatakan bahwa sebab utama kekalahan Prancis ialah rusaknya moralitas bangsa Prancis sebagai akibat tersebarnya perbuatan amoral di tengah-tengah penduduk. Negara Jepang merasakan pengaruh negatif kemajuan ilmu pengetahuan bagi para pemudanya. Mereka mulai bermalas-malasan, berf oya-f oya, dan melakukan seks bebas. Bagaimana usaha negara dalam mengatasi situasi seperti itu? Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, Jepang tidak mengacu pada penyelesaian dunia Barat atau Timur. Jepang pun tidak mengacu pada ilmu jiwa karena teori ilmu tersebut saling bertentangan. Penyelesaian masalah para pecandu minuman keras, orang-orang stres, dan penyakit para kapitalis, mengacu pada ajaran agama. Ajaran agama dijadikan unsur utama untuk memberikan bekal dan bimbingan, hingga ditetapkan Peraturan Pemerintah Jepang bahwa pemuda tidak diterima sebagai pegawai negeri sipil kecuaU orang yang rajin ke tempat ibadah dan telah lama membentengj jiwanya dengan ajaran agama, yaitu agama Budha.5 Kehancuran berbagai negara pada perang dunia kedua disebabkan pen-duduknya bermoral rendah dan gemar berpesta pora. Al-Qur'an menguatkan pendapat tersebut, "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (suatu mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (al-Israa" [17]: 16) Di antara sebab utama kekalahan dunia masa lalu oleh Islam ialah merosotnya moral. Kemerosotan moral hampir menyebar ke seluruh komponen bangsa, karena kemerosotan moral bangsalah, negara Persia dan Romawi dapat ditaklukkan oleh para pejuang muslim yang dididik di madrasah Nabi, yaitu sekolah yang membentuk seorang kabilah Qudhaa'ah berani berbicara di depan Kaisar Romawi, "Umat Islam bagaikan singa di siang hari dan bagaikan rahib di malam hari. Jika putra raja mereka mencuri, maka mereka memotong tangannya, dan bila putra raja berzina, maka mereka merajamnya sebagai penegakan hukum had (potong tangan)." Mendengar penuturan tersebut panglima perang Romawi berkomentar, "Jika yang dikatakan itu benar adanya, maka perut bumi lebih baik daripada bertemu dengan mereka di bumi ini." 5 Rijaalun Mujaahiduun, Prof. Taufiq Saba' dengan sedikit perubahan. Sekarang ini, umat Islam berada dalam krisis moral. Kami perlu menyampaikan kepada generasi muda dan para pejuang muslim, agar mereka dapat mengambil pelajaran strategi yang digunakan nenek moyang mereka, yaitu meninggalkan negerinya, negeri kegelapan, kebodohan, dan negeri yang dikuasai paham-paham akidah yang menyesatkan. Mereka dapat membangun dunia, membersihkannya dan menanamkan kebenaran pada umat manusia. Apakah anak-cucu mereka dapat mengambil pelajaran dari strategi yang digunakan? Bila anak-cucu mereka melakukan hal yang sama dengan nenek moyangnya, niscaya negara dan tanah air mereka yang dirampas dapat direbut kembali, dan berbahagialah orang-orang beriman yang mendapat pertolongan Allah. Allah menolong siapa saja yang dikehendakL Prof. Dr. Abdurrahman Umairah DAFTAR ISI PENDAHULUAN..........................................

ISLAM MEMBENTUK UMAT JIHAD.............. UTBAH BIN USAID ABU BASHIR R.A...................... Bebas dari Cengkeraman Dua Utusan Quraisy................... Pengorbanan Abad Kedua Puluh.......................... SATD BIN AMIR AL-JUMAHI R.A................................. Sa'id bin 'Amir dan Khalifah Umar bin Khaththab r.a...... Umara dan Ulama..................................................................... AL-MUGHIRAH BIN SYU'BAH BIN ABU AMIR R.A.. Al-Mughirah Sebelum Memeluk Islam................................. Al-Mughirah dan Perjanjian Hudaibiyah............................. Al-Mughirah bin Syu'bah dan Penghancuran Tuhan-tuhan Tsaqif.......................................................................... .................. Al-Mughirah bin Syu'bah di Atas Punggung Kuda........... Tawanan Perang al-Mughirah bin Syu'bah dan Terbunuhnya Umar bin Khaththab r.a......................... Nasihat al-Mughirah bin Syu'bah terhadap Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a............................................... Sikap al-Mughirah dan Sebagian Sahabat terhadap Fitnah .. Al-Mughirah bin Syu'bah dalam Pandangan Orang Lain .. Kematian al-Mughirah r.a........................................................ Hikmah dan Pelajaran: Mengapa Jihad Diwajibkan dalam Islam?.......................................................................... ..... UMAIR BIN WAHB BIN KHALF R.A............................... Umair bin Wahb dalam Perang Badar................................... Umair Berunding untuk Membunuh Muhammad saw.... Umair Kembali ke Mekah Bersama Putranya Umair Saat Penaklukan Kota Mekah..................................... 54 Sofwan bin Umayyah Melarikan Diri.................................... 55 Umair pada Perang Hunain.................................................... 56 Metode Al-Qur'an dalam Mendidik Generasi Masa Depan . 57 'UBBAD BIN BISYR BIN WAQSY R.A............................. 61 Sejarah Hidup 'Ubbad.............................................................. 61 'Ubbad bin Bisyr Menuju Islam.............................................. 62 'Ubbad bin Bisyr Menyambut Rasulullah di Yatsrib.......... 63 'Ubbad bin Bisyr pada Peperangan Pertama dalam Menghadapi Kelompok Pemberontak................................... 64 Yahudi dan Fitnah................................................................. 64 'Ubbad bin Bisyr dalam Perang Uhud.................................. 65 Pengintai 'Ubbad dan Saudaranya terhadap Abu Sufyan atas Perintah Rasul ............................................................... 66 Ubbad bin Bisyr dalam Memerangj Orang-orang Murtad .. 67 Apalagi yang Dapat Dilakukan Umat Islam?: Sejarah Yahudi Dahulu dan Sekarang.................................. 68 AL-MIQDAD BIN 'AMR BIN TSA'LABAH R.A........... 71 Sejarah Kehidupan al-Miqdad................................................ 71 Al-Miqdad di Kota Rasul.......................................................... 72 Pernikahan al-Miqdad bin 'Amr............................................. 73 Mimpi Siti Atikah tentang Perang Badar.............................. 73 Al-Miqdad bin 'Amr Menawan an-Nadhr bin al-Harits .... 75 Al-Miqdad bin 'Amr Saat Penaklukan Mesir....................... 76

SA'AD BIN ABI WAQQASH R.A...................................... 79 Masa Pertumbuhan Sa'ad dan Keislamannya..................... 79 Orang-orang Quraisy Menetapkan Penan gkapan terhadap Umat Islam dan Peristiwa Hijrah........................................... 80 Sa'ad Menjaga Rasulullah saw................................................ 80 Sa'ad pada Perang Badar.......................................................... 81 Sa'ad dan Berita Gembira sebagai Ahli Surga...................... 82 Sa'ad pada Perang Uhud......................................................... 83 Sa'ad di Tanah Persia.............................................................. 83 Sa'ad dan Dakwah Rasul saw................................................. 89 Pelajaran yang Dapat Diambil dari Metode Al-Qur'an dalam Mendidik Para Sahabat................................................ Abdullah bin Sa'ad bin Abi as-Sarah r.a. Penakluk Zanbaqah asSauda'.................................................................. 92 Bahaya Sebuah Kejahatan........................................................ 100 Hikmah yang Didapat dari Sejarah Mesir............................ 102 ABU MIHJAN ATS-TSAQAFI MALIK BIN HUBAIB RA. 107 Abu Mihjan ats-Tsaqafi Masuk Islam..................................... 107 Penghancuran Patung.............................................................. 109 Abu Mihjan dan Minuman Keras........................................... 109 Abu Mihjan dan Perang Qadisiyah........................................ 110 Penaklukan Hamadan, Jurjan dan az-Zarbeizan................ 113 Pertemuan Dhargham bin Abu Mihjan dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan.......................................................................... .. 113 Pelajaran dan Hikmah dari Perang terhadap Minuman Keras........................................................................... .................. 114 HASYIM BIN 'UTBAH BIN ABI WAQQASH R.A....... 123 Hasyim bin 'Utbah Pada Saat Perang Yarmuk.......... 124 Hasyim bin 'Utbah pada Perang Qadisiyah......................... 128 Hasyim bin 'Utbah Sebagai Panglima Perang Jalulav........ 129 Hikmah yang Dapat Diambil dari Sejarah Islam Masa Lalu dan Masa Kini............................................................................ . 134 ABDULLAH BIN ABDULLAH BIN UBAY BIN SALUL RA. 137 Abdullah bin Abdullah Berdiri Menghalangi Ayahnya Masuk ke Madinah.................................................................... 138 Rasul Mengafani Ayah Abdullah dengan Gamisnya dan Menshalatinya................................................................... . 14 Abdullah Syahid pada Perang Yamamah............................. 141 Pelajaran dan Hikmah dari Abdullah bin Abdullah bin Ubay dan Sekolah Keimanan............................................................. AL-BARRA' BIN MALIK R.A.....................................

Pelajaran dan Hikmah: Hakikat Kemenangan dalam Konsep Islam______..____........................................................ 147 156 ABDULLAH BIN ZUBAIR BIN AWWAM R.A.............. 163 Lahirnya Abdullah bin Zubair bin Awwam r.a.......c........ 164 Keikutsertaan Abdullah Pada Perang Yarmuk.................... 166 Penaklukan Mesir................ ................................................ 167 Abdullah bin Zubair di Atas Tanah Zanbiqah Sauda'........ 171 Perang Itu Tipu Daya............................................................... 172 Sikap Ibnu Zubair terhadap Khalifah Mu'awiyah bin Sufyan r.a............................................................................. ....... 173 Syahidnya Ibnu Zubair r.a....................................................... 177 Pelajaran dan Hikmah__________..-----..................................... 180 ZAID BIN SAHAL ABU THALHAH AL-ANSHARI R.A. 189 Kisah Masuk Islamnya Zaid---------.......................................... 189 Sifat Dermawan Abu Thalhah_____........................................ 195 Puasa yang Dilakukan Abu Thalhah...................................... 195 Abu Thalhah dalam Menyambut Seruan Perang................ 196 Wafatnya Abu Thalhah............................................................. 196 Pelajaran dan Hikmah yang Dapat Kita Ambil: Jalan Menuju Kebangkitan Islam___................................................ 199 ALA' BIN HADHRAMI R.A.___~....................................... 205 Masa Pertumbuhannya dan Keluarganya............................ 206 Ala' bin Hadhrami Mendengar Seruan Rasulullah dan Kisah Masuk Islamnya..............................Lb................................... 208 Ala' bin Hadhrami sebagai Utusan Rasulullah ke Bahrain Ala' bin Hadhrami Memimpin Pasukan untuk Memerangi Orang-orang Murtad Bahrain................................................. 211 Pasukan Murtad Takluk di Bawah Pedang Pasukan 'Ala* . 213 Pengejaran 'Ala' kepada Pasukan Musuh yang Melarikan Diri............................................................................ .................... 214 Ala' bin Hadrami sebagai Gubernur di Bashrah.................. 217 Pelajaran dan Hikmah: Wali-wali Allah dan Terkabulnya Doa............................................................................. ................... 219 SARIAH BIN ZANIM BIN AMRU BIN ADI RA. ~..... 223 Sariah dan Masyarakatnya dalam Majelis Rasulullah saw. 224 Kisah Sariah r.a. dengan Usaid bin Abi Unas...................... 225 Kaum Muslimin dan Perang Nahawand.............................. 228 Sariah bin Zanim, Pemimpin Pasukan yang Diutus untuk Memerangi Wilayah yang Melanggar Perjanjian................ 233 Wafatnya Sariah bin Zanim r.a............................................... 236 Fenomena Tembus Pandang dan Pembicaraan Jarak Jauh. 237 MUHAMMAD BIN MASLAMAH RA............................ 241 Kisah Muhammad bin Maslamah Masuk Islam.................. 242 Muhammad bin Maslamah dan Kisah Terbunuhnya Ka'ab bin Asyraf......................................................................... 243

Muhammad bin Maslamah dan Peristiwa Perang Khaibar 249 Muhammad bin Maslamah dan Kedatangannya ke Kufah .. 250 Pandangan Muhammad bin Maslamah Seputar Pengepungan Khalifah Utsman bin Affan........................... 251 Wafatnya Muhammad bin Maslamah................................... 253 Surat Kilat........................................................................... ......... 254 KHALID BIN SATD BIN AL-ASH..................................... 261 Kisah Khalid bin Sa'id Masuk Islam..............................,...... 262 Hijrah ke Habasyah................................................................... 264 Khalid bin Sa'id dan Peristiwa Umrah al-Qadha'............... 267 Khalid bin Sa'id dan Baiatnya kepada Abu Bakar ashShiddiq......................................................................... ........ 269 Khalid bin Sa'id dan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. 272 Pernikahan Khalid bin Sa'id di Tengah Dentingan Tombak dan Pedang.......................................................................... ....... 275 Pelajaran dan Hikmah yang Bisa Kita Ambil: Berkeluarga dalam Islam........................................................................... ...... MU'AWIYAH BIN SUFYAN BIN HARB....Ui.............. 281 Kisah Islamnya Mu'awiyah...................................................... 284 Mu'awiyah Sebagai Gubernur Syam..................................... 287 Pertemuan Mu'awiyah dan Umar di Syam......................... 288 Terbunuhnya Utsman, dan Perang Shiffin: Antara Ali dan Mu'awiyah..................................................................... ... 290 Perang Antara Pasukan Irak dan Pasukan Syam................ 292 Peperangan Terhenti................................................................. 294 Tahkim Antara Ali dan Mu'awiyah........................................ 295 Kisah Mu'awiyah r.a. Ketika Mengunjungi Madinah........ 297 Kesabaran Mu'awiyah r.a......................................................... 301 Mu'awiyah Dan Kata-kata Bijaknya....................................... 305 Pelajaran Dan Hikmah: Pengawasan Terhadap Kinerja Pemimpin........................... 307 Beberapa Gambaran Mengenai Praktik Pengawasan......... 313 THUFAIL BIN AMRU AD-DUSI RA............................... 321 Kisah Masuk Islamnya Thufail................................................ 321 Thufail bin Amru dan Andilnya Dalam Peperangan Yamamah......................................................................... ............ 328 SAID BIN ZAID BIN AMRU BIN NUFAIL R.A............ 331 Said bin Zaid dan Kisah Masuk Islamnya Umar bin Khaththab........................................................S.............. .......... 334 Kedudukan Sa'id bin Zaid di Antara Sahabat

Rasulullah saw........................................................................ 338 Kisah Sa'id bin Zaid dengan Arwa binti Uwais................... 340 Kisah Bai'at Zaid kepada Yazid............................................... 341 Wafatnya S'aid bin Zaid............................................ 342 Humanisme dan Masalah Tauhid.......................................... 342 ABU AL-ASH BIN AR-RABI'....................................M....... 357 Amanah dalam Konsep Islam.................................................. 365 KHALID BIN WALID SAIFULLAH R.A.......................... 371 Kisah Keislaman Khalid............................................................ 372 Khalid dan Perang Mu'tah....................................................... 374 Khalid dan Penaklukan Kota Mekah..................................... 374 Pertempuran Kecil yang Terjadi saat Penaklukan Kota Mekah, dan Sikap Toleransi Kesatria Muslim............ 375 Khalid dan Perang Melawan Orang-orang Murtad........... 376 Peristiwa Terbunuhnya Musailamah al-Kadzdzab............. 377 Peran Khalid dalam Peperangan di Luar Jazirah Arab...... 379 Peristiwa Ambar......................................................................... 381 Kisah Khalid bin Walid di Syam............................................. 382 Ajarkan Aku Islam, Wahai Khalid!......................................... 384 Sambutan Heraklius kepada Pasukannya yang Kalah....... 385 Pemecatan Khalid bin Walid dari Jabatan Panglima Perang. 386 SYURAHBIL BIN HASANAH AL-KTNDI RA............... 391 Syurahbil dan Perang Menghadapi Orang-orang Murtad . 393 Peran dan Kontribusi Syurahbil pada Perang di Irak........ 395 Syurahbil dan Perang di Syam................................................ 396 Syurahbil dan Perang di Jordania.......................................... 397 Pemecatan Syurahbil dari Jabatan Panglima Perang.......... 399 Syurahbil dan Wabah 'Amwas di Syam................................ 399 Wafatnya Syurahbil bin Hasanah al-Kindi........................... 401 Beberapa Akhlak yang Harus Dimiliki oleh Para Pegawai Pemerintahan............................................................. 401 HANZHALAH BIN ABI AMIR AR-RAHIB ALANSHARI 407 Peran Hanzhalah pada Perang Badar.................................... 409 Kisah Hanzhalah dalam Perang Uhud.................................. 414 Malaikat Memandikan Jenazah Hanzhalah.......................... 416 Pelajaran dan Hikmah: Peperangan dalam Menegakkan Islam........................................................................... .................. DAFTAR PUSTAKA 'UTBAH BIN USAID ABU BASHIR R.A. Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh mulia seorang ibu yang memiliki putra yang gagah berani di medan laga dengan dikelilingi rekanrekannya."6 'Utbah bin Usaid Abu Bashir dikenal dengan panggilan Abu Bashir. Beliau lahir di Mekah. Rumahnya dekat dengan Masjidil Haram. Ketika menginjak usia remaja, dia sering mengunjungi

Ka'bah dan berdiri lama-lama di depannya untuk menyaksikan para delegasi yang datang ke tanah suci. Delegasi yang datang dari seluruh Jazirah Arab. Dia sering menyaksikan cucuran air mata, puji-pujian, dan doa-doa yang diucapkan orang-orang yang meratap di depan Ka'bah. Doa dan pujian yang dilantunkan lakilaki dan wanita yang datang mengunjungi Baitul Haram. Dia sering mendengar ratapan dan rintihan yang didengar telinganya, tetapi tidak mengerti maksud ratapan tersebut. Ketika kakinya merasa letih karena tiupan angin kencang dan telah kembali kepangkuan ibunya, dia bertanya tentang arti ratapan yang didengarnya. Sang ibu menjawab pertanyaan anaknya dengan lemah-lembut hingga membuatnya tertidur pulas di pangkuannya. Lalu, sang ibu menyelimuti putranya dan berdoa, semoga Tuhan Ka'bah menjaga dan memeliharanya. Pada suatu hari, dia kembali ke pangkuan ibunya dengan sedih dan menangis karena dia telah menyaksikan orang-orang menghancurkan dan merobohkan tembok Ka'bah. Dia bertanya kepada ibunya, "Bu, mengapa mereka melakukan hal itu?" Dengan tenang ibunya menjawab, "Mereka merobohkan Ka'bah untuk direnovasi agar bangunan Ka'bah menjadi baru dan tangan-tangan pencuri tidak dapat melakukan pencurian intan permata yang terdapat dalam Ka'bah melalui temboknya." Di hari-hari berikutnya Abu Bashir menyaksikan ketegangan dan pertengkaran kabilah-kabilah yang mengacung-acungkan pedang di depan Ka'bah. Mereka menyerukan perang dan adu tanding untuk memperebutkan peletakan Hajar Aswad di tempat 6 Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam euv-Syuruuth, 15, Abu Daud dalam al-Jihad. 57, Imam Ahmad bin Hambal dalam al- Musnad juz 4, him. 331. ula. Sampai akhirnya mereka sepakat untuk menetapkan orang yang pertama kali masuk ke masjid, sebagai orang yang berhak untuk menentukan peletakan Hajar Aswad di tempatnya. Ternyata orang yang pertama kali masuk ke masjid adalah Muhammad al-Amin yang memutuskan agar semua kabilah ikut serta meletakkan Hajar Aswad.7 Dia membentangkan kainnya kemudian meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah kain tersebut. Dia meminta kepada setiap ketua kabilah untuk memegang ujung-ujung kain dan bersama-sama membawa batu mulia tersebut ke tempatnya. Akhirnya, mereka kembali untuk menyelesaikan pembangunan Ka'bah. Sejak peristiwa itu, Abu Bashir sangat mencintai al-Amin. Dia sangat kagum dengan kepiawaian beliau dalam mengambil keputusan, menjadikannya sebagai panutan dalam hidup, dan selalu mengikuti setiap gerak langkah beliau, baik ketika beliau memberikan perintah maupun mengajarkan hadits. Pada suatu hari, Abu Bashir keluar mengikuti Muhammad. Jika beliau duduk, maka dia pun duduk. Ia terus meniru setiap perbuatan Rasulullah sampai pada suatu hari dia pergi tidak seperti hari-hari sebelumnya. Dia mendatangi Muhammad alAmin ketika matahari setinggi satu atau dua tombak, dengan berjalan agak cepat menuju arah Shafa. Tempat beliau menyerukan kata-kata, "Ya Shabaah, Ya Shabaah (Wahai suasana pagi yang segar dan cerah)." Abu Bashir tidak dapat memejamkan matanya karena dia selalu mendengar suara alArnin terngiang-ngiang di gendang telinganya, seolah-olah memenuhi alam raya ini. Panggilan Muhammad yang diserukan dari bukit Shafa membuatnya tidak dapat memejamkan mata. Kemudian, dia segera keluar menuju tempat di mana orang-orang Quraisy telah berkumpul untuk mengetahui panggilan al-Amin di pagi hari itu. Mereka mengetahui al-Amin sebagai orang yang tidak pernah melakukan perbuatan kecuali kebaikan dan kata-katanya selalu benar. Beliau dididik di Bani Sa'ad, kabilah yang paling terhormat. Bila mereka mendengarkan kata-katanya, mereka dapat men-dengarnya dengan jelas dan lugas. Ketika Rasulullah saw. menyaksikan mereka telah berkumpul beliau bersabda, "Wahai keluarga Ghalib, Lu" ay, Murrah, Kilab, Qushay, dan Abdu Manaf, apabila

aku beritakan kepada kalian bahwa ada seekor kuda yang turun dari bukit ini dan ingin menghancurkan kalian, apakah 7 Ketika kami melihat permasalahan yang semakin meruncing, tak ada jalan lain kecuali mengangkat senjata. Namun akhirnya kami terima dengan lapang dada orang yang pertama masuk ke masjid. Dialah orang yang datang dari Batha' tanpa perjanjian. Kami terperanjat dengan keberadaan Muhammad al-Amin hingga kami mengatakan menerima keputusan Muhammad al-Amin. Baca kitab Sirah Ibnu Hisyam juz 1, him. 197. kalian mempercayaiku?" Mereka menjawab, "Ya, karena kamu tidak pernah berbohong kepada kami." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, khususnya bagi kalian dan umumnya bagi umat manusia" kemudian beliau membaca firman Allah, "Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) ilah yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di'azab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orangorang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman." (asy-Syu'arav [26]: 213-215) Mereka meninggalkan Muhammad. Ada yang membenarkan dan ada yang mendustakan ucapannya. Tidak ada sambutan sedikit pun terhadap ucapan beliau, kemudian beliau kembali ke rumah. Abu Bashir mengulang-ulang kata-kata yang didengarnya sampai kata-kata itu menyentuh hatinya yang paling dalam, hingga dia bergegas menuju rumah Muhammad dan meletakkan kedua tangannya dan mengucapkan syahadat. Umat Islam terus mengikuti dakwah Rasul saw., namun orang-orang kafir Quraisy merasa terganggu dengan kemajuan dakwah beliau, sehingga mereka berusaha menteror orang-orang lemah yang menjadi pengikut Nabi. Sebagian pengikut Nabi yang lemah datang menghadap beliau, memohon agar beliau berdoa kepada Allah supaya Ia meringankan musibah yang mereka alami. Namun, beliau sedikit marah dan bersabda, "Demi Allah, umat-umat sebelum kamu telah mengalami siksa yang sangat kejam. Mereka ditangkap dan dibelah menjadi dua bagian, tapi hal tersebut tidak dapat memalingkan mereka dari agama yang benar. Atau, daging-daging mereka disayat hingga tulang mereka kelihatan. Meski demikian, mereka tetap pada agama yang benar. Sementara kamu berharap agar Allah memberikan keringanan. Berharaplah akan kejadian ini hingga pengendara unta akan merasa aman bila mengadakan perjalanan dari Shan'a ke Hadramaut. Dia hanya takut kepada Allah atau kambingnya diterkam serigala. Namun, sayang kamu tergesagesa." Siksaan yang dialami umat Islam semakin berat. Seperti perbuatan Abu Jahal yang masuk ke rumah Sumayah (ibu' Ammar) Ia menendang, menyepak, dan menusuk dadanya dengan tombak sampai meninggal dunia. Derita umat Islam semakin berat. Mereka semakin putus as karena Rasulullah saw. belum mengizinkan mereka untu melawan atau berperang. Kemudian, apa yang dapat mere lakukan? Mereka hanya melakukan perang dingin. Pada akhirnya mereka berkumpul di rumah Rasulullah saw. untuk meminta petunjuk dalam menghadapi kekejaman orang-orang kafir. Rasulullah saw. bersabda, "Coba kalian pergi ke Habasyah (Ethiopia), karena penguasa di sana berlaku adil dan negaranya adalah negara aman, sampai Allah memberikan jalan keluar bagi kalian." "Jika demikian, kami boleh hijrah," jawab para sahabat. Demikianlah perintah Rasulullah saw. kepada mereka. Karena itu, umat Islam yang lemah segera keluar menuju negara yang menjamin keamanan mereka. Negara yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal bijak. Beliau memantau segala peristiwa yang teriadi di antara para pengikutnya dengan orang-orang Quraisy dan berupaya untuk membela agama umat Islam. 'Amr bin 'Ash r.a. menuturkan, "Ketika kami sedang bersama Raja Najasyi, 'Amr bin Umayyah adh-Dhumari datang menghadap. Raja telah menerima surat yang dikirim

Rasulullah saw. kepadanya. Ketika dia keluar, aku ('Amr bin 'Ash) berkata kepada Raja Najasyi, 'Orang tersebut adalah musuh kami dan telah banyak membunuh pemimpin kami. Serahkan saja dia kepada kami untuk dibunuh.' Raja Najasyi murka dan langsung mengangkat tangannya lalu memukul hidungku. Aku mengira pukulan itu memecahkan hidung ternyata hidungku hanya meneteskan darah yang mengenai baju. Aku merasa terhina dan malu atas peristiwa tersebut, kemudian aku bertanya, 'Wahai Tuan Raja, aku mengira Tuan murka dengan permintaanku kepada Tuan?'" Dia menuturkan bahwa mereka berdua sama-sama malu, kemudian Raja berkata, "Hai 'Amr, kamu meminta kepadaku untuk menyerahkan utusan orang yang telah mendapatkan an-Namus al-Akbar, sama dengan apa yang telah diterima Nabi Musa dan Nabi Isa a.s. untuk membunuhnya?" 'Amr berkata, "Allah mengubah apa yang ada di dalam hatiku dan aku berkata pada diriku sendiri, 'Beliau, bangsa Arab dan non Arab telah mengetahui kebenaran ini, mengapa kamu tidak menerima kebenaran tersebut?' Lalu aku bertanya, 'Tuan Raja, apakah Tuan bersaksi atas agama ini?'" Raja Najasyi menjawab, "Ya, aku bersaksi bahwa agama itu berasal dari Allah. Wahai 'Amr, patuhlah kepadaku dan ikutilah dia. Demi Allah, dia berada dalam kebenaran. Dia pasti dapat mengalahkan orang-orang yang berseberangan dengannya sebagaimana Nabi Musa dapat mengalahkan Raja Fir'aun dan pasukannya." Aku bertanya, "Apakah Tuan mau membaiatku atas namanya untuk masuk Islam?" Raja Najasyi menjawab, "Ya." Beliau mengulurkan tangannya dan membaiatku sebagai orang Islam.8 Namun, Abu Bashir belum bisa hijrah dan tidak dapat keluar dari kota Mekah karena dia tidak dapat berpisah dengan Rasulullah saw., bahkan orang-orang yang telah hijrah pun kembali ke kota Mekah. Teror dan siksaan orang-orang Quraisy semakin berat. Bahkan, mereka ingin menyakiti Rasulullah saw. dan berencana untuk membunuh Muhammad saw. Para pemuka Quraisy berkumpul di Damn Nadwah, mereka menetapkan agar setiap kabilah mengutus seorang pemuda yang gagah perkasa untuk membunuh Muhammad saw. agar darah Muhammad tersebar di antara kabilah-kabilah yang ada di kota Mekah, dan agar bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad karena akan berhadapan dengan kabilah-kabilah tersebut. Allah swt. memberikan izin kepada Nabi Muhammad saw. untuk hijrah ke Yatsrib. Umat Islam mengikuti hijrah Rasul karena takut akan kekejaman orang-orang Quraisy. Namun, Abu Bashir belum hijrah ke Yatsrib karena dia mempunyai keyakinan bahwa Rasul saw. akan kembali ke Mekah bersama orang-orang Anshar dan Muhajirin untuk memberikan pelajaran kepada orang-orang Quraisy dan menghancurkan berhala-berhala yang ada di dalam Ka'bah. Sampai akhirnya terjadi Perjanjian Hudaibiyah, yaitu perjanjian antara Rasulullah saw. dengan pihak Quraisy. Di antara isi perjanjian itu adalah "Muhammad harus mengembalikan orang Mekah yang hijrah ke Madinah kepada pihak Quraisy. Namun, pihak Quraisy tidak harus mengembalikan muslim yang murtad dan hijrah ke Mekah kepada Rasulullah saw." Melihat isi perjanjian tersebut Abu Bashir mulaiberpikir untuk hijrah ke Yatsrib. Di tengah-tengah kelengahan para pemimpin Quraisy, dia menaiki untanya menuju kota Yatsrib untuk bergabung dengan umat Islam yang telah berada di sana dan menjadi salah satu pasukan Allah yang membela agama-Nya. Sebelum Abu Bashir sampai ke Yatsrib untuk bergabung dengan para sahabat Rasulullah saw. dan menikmati rasa nyaman serta aman bersama mereka, orang-orang Quraisy telah mengutus dua orang utusan dan telah menghadap Rasulullah saw. untuk meminta pengembalian Abu Bashir sebagai pelaksanaan Perjanjian Hudaibiyah. 8 Ibnu Katsir, al-Bidayah won Nihayah, juz 4, him. 237. Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Bashir, kami telah memberikan hak orang-orang tersebut sebagaimana kamu ketahui, karena dalam agama kami tidak boleh ada penipuan. Sesungguhnya, Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan ini kepadamu dan orang-orang Islam yang bersamamu. Pergilah kembali ke kaummu (Quraisy)."

Abu Bashir bertanya, "Ya Rasulullah, apakah engkau akan mengembalikanku kepada orang-orang musyrik agar mereka dapat memfitnahku dalam agama ini?" Rasulullah saw. bersabda, "Ya Abu Bashir, pergilah sesungguhnya Allah pasti memberikan jalan yang terbaik bagimu dan orang-orang Islam lemah yang bersamamu." Abu Bashir menerima perintah Rasulullah saw. dan dia kembali menuju kota Mekah bersama dua orang utusan tersebut. Dalam perjalanan, Abu Bashir meyakini dua hal. Pertama, orang-orang Quraisy adalah orang yang ahli makar atau suka menipu. Mereka mengambil syarat perjanjian ini dari Rasulullah dengan cara memaksa. Kedua, orang-orang lemah yang beriman dengan dakwah Muhammad saw. wajib diselamatkan dari kebengisan orang-orang Quraisy. Untuk itu, dia tidak akan kembali ke kota Mekah. Ia harus mengobarkan semangat jihad di jalan Allah dalam dirinya dan celakalah orang-orang Quraisy yang mengganggu orang-orang yang beriman, hingga hati dan jiwanya dipenuhi cahaya keimanan. Bebas dari Cengkeraman Dua Utusan Quraisy Ketika sampai di Dzul Hulaifah, Abu Bashir dan dua orang utusan Quraisy berhenti untuk beristirahat dan makan. Namun, ia turun dengan menyambar pedang salah satu utusan Quraisy tersebut dan berhasil membunuh salah satunya, sedang yang lain melarikan diri menuju Rasulullah saw., dan mengadu kepada beliau, "Demi Allah, temanku terbunuh dan aku pun akan dibunuhnya." Abu Bashir pun datang menghadap beliau dan berkata, "Ya Rasulullah saw., demi Allah, engkau telah menepati isi perjanjian tersebut, yakni telah mengembalikanku kepada orang-orang Quraisy, tetapi Allah telah menyelamatkanku dari cengkeraman mereka." Setelah itu, dia keluar dan meninggalkan Rasulullah saw. menuju Mekah hingga sampai di al-'Aish, satu tempat yang terletak di pinggiran pantai laut merah, yang menjadi jalur perdagangan orang-orang Quraisy menuju Syam. Di Jalur perdagangan kafilah orang-orang Quraisy inilah (jalur perdagangan kafilah-kafilah ke Syam dan Mekah) pahlawan Islam nan gagah berani bermarkas. Dia bertekad untuk merampas setiap kafilah Quraisy yang melewati jalur tersebut. Memerangi jalur perdagangan dan melumpuhkan pengawalnya supaya jalur perdagangan Mekah lumpuh dan mereka hidup dengan seadanya. Ia melakukan hal itu agar orangorang Quraisy tidak dapat melakukan bisnis dengan pihak luar. Rasulullah saw. mengetahui rencana pahlawan Islam ini. Beliau bersabda, "Beruntunglah ibu yang melahirkan putra sebagai pemicu api peperangan, bila dia bersama para pejuang yang lain.'"* Kata-kata itu menggema di muka bumi Allah dan sampai kepada umat Islam yang ditahan oleh orang-orang Quraisy di daerah Mekah. Mereka mengerti maksud seruan pemimpin umum kelompok bersenjata tersebut. Seruan agar segera bergabung bersama Abu Bashir. Di bawah pimpinan Abu Jundul Suhail bin 'Amr, 70 umat Islam keluar dari Mekah untuk bergabung dengannya. Mereka mulai melaksanakan tugas pengintaian terhadap kafilah-kafilah dagang Quraisy yang keluar dari Mekah menuju Syam atau kafilah yang kembali dari Syam ke Mekah. Mereka menjarah barang-barang yang dibawa kafilah-kafilah tersebut, termasuk emas dan perak yang disimpan di kantong-kantong para pedagang. Mereka menghabisi nyawa para petugas yang mengamankan perjalanan pedagang-pedagang Quraisy. Orang-orang Quraisy mengetahui tindakan yang dilakukan oleh Abu Bashir dan orang-orangnya. Mereka takut untuk melakukan perjalanan dagang ke Syam sehingga barang-barang mereka tidak laku. Mereka sangat terpukul dengan situasi seperti itu hingga mengalami pailit dan terancam kelaparan.

Serombongan delegasi di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb datang menghadap Raulullah saw. Ia meminta Rasul agar berkenan menerima Abu Bashir dan sahabatsahabatnya karena dia ingin mengembalikan mereka ke Madinah. Rasulullah saw. bertanya, "Ya Abu Sufyan, bagaimana dengan syarat-syarat perjanjian damai kita?" Abu Sufyan memohon dengan 9 Hadits ini dikeluaikan Imam Bukhari dalam asy-Syuruufh, him. 15. Abu Daud dalam af-Ji/iad, him. 15, dan Imam Ahmad dalam al-Mumad, juz 4, him. 331. sangat kepada beliau, "Ya Muhammad, kamu orang yang selalu menyambung silaturahmi, menghormati tamu, dan senantiasa membantu orang-orang yang dalam kesulitan. Terimalah usul kami. Kasihanilah anak-anak kami. Mereka hidup kelaparan. Mohon tulislah surat kepada Abu Bashir bahwa dia dan kelompoknya dikembalikan ke Madinah." Abu Bashir memegang erat surat Rasulullah saw. Ia membaca isi surat tersebut dengan gemetar, berlinang air matanya, dan meletakkan surat tersebut ke dadanya hingga ia mengembuskan napasnya terakhir. Semoga Allah memberikan rahmat yang banyak kepadanya. Sahabat dekat Abu Bashir menuturkan, "Setelah selesai memandikan dan menguburkan jenazahnya, kami segera menuju Allah untuk bergabung dengan tentara penaklukan Mekah. Bergabung dengan insan-insan dakwah yang ikhlas, yaitu orang-orang yang melupakan tuhan-tuhan palsu menuju Tuhan yang sangat mulia." Pengorbanan Abad Kedua Puluh Para pahlawan pertama dan utama telah menghancurkan kelicikan orang-orang Quraisy dan berperan serta dalam memberantas kemusyrikan menuju kalimat "Tiada tuhan selain Allah," di seluruh penjuru dunia hingga Allah menurunkan wahyu, "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.Sesungguh.nya Dia adalah Maha Penerima taubat." (an-Nashr [110]: 1-3) Mereka masuk agama Allah secara berbondong-bondong, menuju Tuhan mereka sehingga di dunia tidak ditemukan kejahatan, kebohongan, kekufuran, dan kezaliman. Seorang panglima perang yang gagah berani, 'Uqbah bin Nafi' ketika berdiri di pinggjr pantai samudra Hindia mengatakan, "Bila aku tahu bahwa di belakang lautan ini terdapat umat yang tidak beriman kepada Allah dan tidak membenarkan Muhammad, niscaya akan kuseberangj lautan ini dengan kuda." Bila generasi awal telah melakukan sesuatu yang sangat besar manfaatnya, maka apa yang dapat dilakukan oleh generasi sekarang terhadap makar Yahudi? Seharusnya umat Islam sekarang berbuat seperti apa yang telah diperbuat umat Islam pada masa lalu. Apabila hal tersebut dilakukan, niscaya Yahudi akan tunduk dan patuh terhadap tuntutan bangsa Arab. Orang yang mengikuti dan meneliti sejarah akan mengetahui bahwa orang-orang Quraisy telah mendapatkan semua persyaratan yang ditetapkan pada perjanjian damai (Perjanjian Hudaibiyah) ketika sekelompok umat Islam menguasai daerah pantai laut merah, daerah lintas perdagangan bangsa Quraisy ke negara Syam, sama dengan yang dilakukan Yahudi sekarang ini. Bila generasi sekarang mengikuti strategi yang dilakukan generasi masa lalu, niscaya mereka dapat menguasai 70% bahan pangan dan bahan mentah yang diimpor oleh Israel melalui laut merah dari benua Afrika dan sekitarnya. Bila generasi sekarang mengikuti langkah-langkah yang ditempuh oleh generasi awal dengan melakukan serangan terus-menerus terhadap musuh di luar perbatasan, niscaya hal tersebut dapat menghancurkan produksi ringan dan berat yang diselundupkan melalui salah satu negara Islam dengan data palsu, yang diproduksi di Turki, yakni barang yang menguasai daerah perdagangan bangsa Arab. Dari situasi tersebut, kami menyerukan kepada para pejuang muslim di bumi Palestina yang dijajah agar mengalihkan pemberontakannya di luar perbatasan negara Palestina. Sehingga, memungkinkan untuk mengepung Israel, memutuskan

bantuan-bantuan yang datang kepadanya dan menghancurkan produksi-produksi Israel yang menguasai bangsa Arab. Cara ini merupakan cara terbaik untuk menghancurkan kekuatan dan membuat Israel keluar dari tanah Palestina. Dengan demikian, bangsa Arab tidak perlu mengadakan perjanjian damai dengan Israel. Akan tetapi, bangsa Israel-lah yang akan meminta untuk diadakan perjanjian damai. Wahai para pemimpin bangsa Arab, apakah kalian telah melakukan hal itu? Bila strategi tersebut dilaksanakan dengan baik, niscaya kemenangan akan kamu raih. Dengan izin Allah, kalian akan menjadi tentara Allah yang terhormat dan yang dapat merealisasikan janji Allah terhadap bani Israel, sebagaimana firman Allah, "Ingatlah, ketika Tuhanmu memberitahukan, sesungguhnya Dia akan mengirim kepada orang-orang Yahudi sampai hari Kiamat nanti, orang-orang yang akan menimpakan azab yang sangat buruk bagi mereka (orang-orang Yahudi)." (al- A'raf [7]: 167) Siapakah di antara pemimpin bangsa Arab yang berani mengatakan, "Aku dan rakyatku adalah tentara Allah?" Siapakah pahlawan yang gagah berani, yang dapat me-realisasikan janji Allah dan memberikan azab yang pedih bagi bangsa Israel? Sesungguhnya, orang yang melakukan hal tersebut akan mendapatkan kebahagiaan dengan ridha Allah di dunia dan surga-Nya di akhirat kelak. Tanda-tanda yang ditetapkan Allah untuk menghancurkan bangsa Israel ialah bersatunya umat Islam untuk membela Palestina meskipun hanya sejengkal, sebagaimana firman Allah swt., "Dan Kami berfirman sesudah itu kepada bani Israel, 'Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu).'" (al-Israa* [17]: 104) Sungguh sempurna kesatuan dan keberadaan umat di Masjid al-Aqsha', tempat isra' Nabi. Kemudian, apa yang terjadi? Apakah Allah swt. harus mengutus Malaikat Jibril untuk membumi-hanguskan tanah air mereka sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Luth? Haruskah Allah swt. mengirim angin ribut yang memorakporandakan tempat tinggal mereka, sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Saleh a.s.? Apakah Allah harus mengirim halilintar yang menghanguskan bangunan dan tubuh, bahkan merenggut nyawa mereka? Janji Allah tidak mencakup semuanya. Allah hanya menyatakan bahwa yang akan menghancurkan keberadaan mereka adalah tangan orang-orang yang beriman, yang terdiri dari tangan umat Nabi Muhammad saw. Allah berfirman, *'...dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai." (al-Israa* [17]: 7) Orang-orang beriman tersebut memaksa, membunuh, menyandera, dan menghinakan orang-orang yang selamat di medan perang. Mereka tidak dapat membela diri sendiri terlebih sanak saudara mereka. Lalu, orang-orang beriman menghancurkan seluruh kekayaan mereka, mengambil hasil kekayaan bumi, dan menjadikan mereka hidup hina dan tidak memiliki kehormatan. Umat Nabi Muhammad yang manakah yang dapat mendapat kehormatan untuk merealisasikan janji Allah tersebut? Janji menghancurkan umat yang berwatak seperti kera, anjing, dan para ___ 11 pengikut iblis sebagaimana yang disebutkan Nabi Isa a.s. Siapakah di antara kamu, wahai umat Muhammad yang berhak mendapat kehormatan tersebut? Kesempatan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah. Siapakah umat Nabi terakhir yang dapat melakukannya? Siapakah umat yang terbaik yang dapat melakukan tugas tersebut? Kami menanti kedatangannya, karena pada saat itu orang-orang beriman akan mendapat kesenangan dengan pertolongan Allah. SA'ID BIN AMIR AL-JUMAHI R.A.

Umar bin Khaththab berkata kepada para sahabat yang lain, 'Tunjukkanlah kepadaku orang yang dapat diangkat sebagai gubernur Mereka bertanya, "Apa syarat-syarat yang engkau tentukan bagi calon gubernur?" Umar menjawab, "Aku meminta seorang lelaki yang jika menjabat sebagai gubernur, ia seperti rakyat biasa, bukan sebagai pejabat." Sa'id bin 'Amir al-Jumahi adalah seorang pahlawan hasil didikan madrasah Nabi dan seorang bijak yang mengetahui keberadaannya di dunia ini. Sa'id percaya dengan sabda Nabi saw., "Nilai dunia tidak dapat menyamai nilai sayap seekor nyamuk." Ia berpegang pada firman Allah, "Katakanlah, 'Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.'" (anNisaa: [4]: 77) Sebelum penaklukan Khaibar, Islam telah merasuk ke dalam hati Sa'id. Bahkan, sebelum mengucapkan dua kalimat syahadat, keimanan telah memenuhi hatinya dan Al-Qur'an telah menjadi manhaj kehidupannya. Saat malam tiba, saat alam menjadi gelap dan manusia telah terlelap tidur, dia mulai bangun kemudian berwudhu, mem-bersihkan tempat tidur, dan membaca AlQur'an sehingga hatinya menjadi tenang dan tenteram. Saat itu, tampak cahaya AlQur'an telah memenuhi alam ini. Pada suatu hari, sebelum ia menyelesaikan shalat subuh, ia mendengar seruan Rasulullah yang mengajak umat untuk berjuang di jalan Allah menuju ke kota Khaibar, suatu kota yang penduduknya banyak melakukan kemaksiatan dan kerusakan. Mereka membunuh para nabi, meminum darah, dan selalu memecah-belah umat. Para sahabat Rasulullah saw. menyambut baik seruan Nabi tersebut. Mereka segera melaju ke Khaibar. Dalam perjalanan ke Khaibar, Rasulullah saw. dapat melihat kemampuan dua orang sahabat yang saling mencintai, yaitu Sa'id bin 'Amir dan 'Amir bin al-Akwa'. Mereka asyik melantunkan lagu-lagu yang mengantarkan mereka menuju kekhusyuan menghadap Tuhan. Ketika mereka sedang asyik, Rasulullah saw. memanggilnya, "Hai ibnul Akwd, perdengarkan kepada kami bait-bait syair yang kamu dendangkan!"10 Mereka menjawab, "Baiklah, ya Rasulullah."11 Ibnul Akwa' segera meletakkan senjata dan menyiapkan diri untuk mengungkapkan isi hatinya, "Demi Allah, jika tidak karena Allah kami tidak mendapatkan petunjuk Kami tidak sedekah dan tidak pula shalat Kami sedang menghadapi sebuah kaum yang melawan kami Jika mereka ingin membuat fitnah, maka kami pun melawannya Semoga Engkau turunkan ketenangan kepada kami Dan tetapkanlah kaki kami jika bertemu dengan mereka." Rasulullah saw. bersabda, "Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kalian." Umar bin Khaththab menjawab, "Harus, demi Allah, ya Rasulullah." Dan, ibnu alAkwa syahid dalam Perang Badar.12 Ketika para sahabat mendekati tembok perbatasan Khaibar, Rasulullah saw. memerintahkan kepada para sahabat untuk berhenti, kemudian berdoa, "Ya Allah Tuhan seluruh langjt sehingga kami tidak kepanasan, ya Allah Tuhan seluruh bumi sehingga kami tidak berjumlah sedikit, dan Tuhan para setan sehingga kami tidak tersesat, dan Tuhan angin sehingga kami tidak tersungkur. Kami memohon kepada-Mu kebaikan daerah ini dan kebaikan penduduknya dan kebaikan apa yang ada di dalamnya. Dan kami meminta perlindungan dari-Mu dari keburukannya, keburukan penduduk-nya dan keburukan apa yang ada di dalamnya. Berjalanlah dengan menyebut nama Allah. Dan semoga penduduk Khaibar ketika melihat pasukan kita lari pontang-panting meninggalkan bentengnya." Sebelum mereka memasaki Khaibar, para penduduk Khaibar lari ketakutan dengan meneriakkan kata-kata "Muhammad dan pasukannya telah menyerang." Kemudian Rasulullah saw. bertakbir, "Allah Maha besar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya jika kami turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu."^

10 Makiudnya ialah berita tentang keberadaanmu. Kata tersebut merupakan bentuk plural dari kata hanat. Kata itu sebagai bahasa kiasan dan sesuatu yang belum diketahui dan Rasulullah saw. ingin mengetahui dari mereka berdua. 11 Ibnu Hisyam, Sirah, juz 2, him. 328-329. 12 Ibnu Hisyam.Sirah, juz 4, him. 328-329. 13 HR Imam Bukhari dalam kitab Shalat dan Anion, him. 6, al-Khauf, him. 6, dan Penulis ldtab Mmatthd, him. 48. Benteng-benteng Khaibar dapat dihancurkan dan umat Islam mendapatkan kemenangan yang gilang-gemilang, hingga mereka berhasU mengumpulkan harta pampasan perang (pampasan) yang sangat banyak dan Rasulullah saw. mendapatkan tawanan perang. Di antara tawanan itu ialah Shafiyah binti Hayyi bin Akhthab. Rasulullah saw. memilihnya sebagai pendamping hidup beliau. Sebelumnya Shafiyah telah bermimpi bahwa rembulan jatuh di pangkuannya, padahal dia masih menjadi istri dari Kinanah bin al-Rabi'. Dia menuturkan mimpi tersebut kepada sang suami. Mendengar itu, suaminya marah dan berkata, "Kamu menginginkan raja Hijaz (Muhammad)." Dia menjawab, "Aku menginginkannya." Suaminya semakin marah lalu menampar mukanya hingga memar. Ketika Rasulullah saw. telah menguasai penuh daerah Khaibar, beliau dan sebagian sahabatnya menuju perkemahan. Di antara sahabat yang beristirahat dengan beliau adalah Sa'id bin 'Amir, Bisyr bin al-Barrav bin Ma'rur, dan sahabat yang lain. Zainab binti al-Harits (istri Salam bin Misykam, seorang Yahudi) meminta izin kepada para sahabat dengan membawa kambing goreng setelah dia bertanya kepada sebagian sahabat mengenai daging yang pabng disukai oleh Rasulullah saw. Diberitahukan kepadanya bahwa anggota yang paling disukai Rasulullah saw. adalah daging bagian paha. Maka, wanita Yahudi tersebut segera menambahkan kadar racun pada daging bagian paha sedangkan sisa racun dibalurkan pada bagian yang lain, kemudian dia menyajikannya kepada Rasulullah. Rasulullah saw. memanggil dua orang sahabatnya, yakni Bisyr bin al-Barra', Umar bin Khaththab, dan sahabat yang lain, tapi Sa'id bin Amir tidak dapat memenuhi panggilan beliau. Rasulullah saw. segera mengambil potongan daging tersebut, tapi beliau tidak dapat menelannya lalu memuntahkannya. Potongan daging tersebut diambil oleh Bisyr untuk dimakan. Seketika itu Rasulullah saw. memerintahkan kepada Bisyr untuk tidak memakannya, seraya bersabda, "Daging itu memberitahukan kepadaku bahwa dia adalah daging beracun."^ Beliau memerintahkan kepada para sahabat untuk menangkap perempuan tersebut dan ketika diperiksa, dia mengakui perbuatan kejinya. Rasulullah saw. bertanya kepadanya, "Mengapa kamu melakukan perbuatan keji itu?" 14 HR Imam Ahmad dalam kitab il-Musnad, juz 3, him. 218, Halabi, ad-Daarimi. dalam al-Muqaddimah. him. 11. Dia menjawab, "Kaurnku memberitahukan kepadaku bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan dirimu. Jika kamu seorang raja, niscaya kami terbebas dari kekuasaanmu. Namun, jika kamu seorang Nabi, maka daging beracun akan memberitahukan keberadaannya." Rasulullah saw. memaafkan tindakan wanita Yahudi tersebut. Beliau memaafkan kesalahan wanita Yahudi tersebut dan diceritakan bahwa dia mengumumkan keislamannya ketika Sa'id bin 'Amir dan Umar bin Khaththab r.a. akan memenggal kepalanya. Rasul saw. memerintahkan kepada mereka berdua, "Tahan, jangan kalian teruskan hukuman kepada wanita itu, karena dia telah mengungkapkan keislamannya dan Islam telah menghapus dosa-dosa masa lalunya." Setelah itu, beliau membacakan ayat, "Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertaqwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan." (al-Maa'idah [5]: 65) Allah swt. telah memberikan kemenangan yang gilang-gemilang. Rasulullah saw. ingin berbulan madu dengan Shafiyah sebelum keluar dari Khaibar. Beliau memerintahkan kepada para sahabat untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ummu

Sulaim, putri Milhan, ibu dari Anas bin Malik menyiapkan keperluan bulan madu beliau dan para sahabat menyiapkan kemah untuk berbulan madu baginya. Ketika beliau sedang berbulan madu, Sa'id bin 'Amir dan Abu Ayub al-Anshari menjaga kemah bulan madu Rasul saw. dan selalu siap siaga dengan senjata. Rasulullah saw. telah bangun ketika Bilal mengumandangkan azan. Beliau keluar dan menyaksikan dua orang sahabatnya. Beliau bertanya, "Apa yang kamu lakukan?" Abu Ayub menjawab, "Ya Rasulullah, kami menjaga engkau dari tipu daya wanita Yahudi tersebut. Wanita yang telah kehilangan ayah, suami, dan kaumnya. Dia adalah seorang muallaf muslimah. Kami sangat mengkhawatirkan keselamatanmu, meskipun kami tahu Allah akan selalu menjagamu." Rasulullah saw. berdoa, "Ya Allah, peliharalah Abu Ayub dan jagalah Sdid bin 'Amir."15 Para pahlawan hasil didikan madrasah Nabi bagaikan rahib di malam hari dan kuda di siang hari. Mereka keluar ketika kegelapan malam sudah pekat. Kebodohan menyelimuti umat. Akidah umat 15 Baca kembali kitab Asadul Ghaabah dan Siirah Ibnu Hisyam. penuh kekufuran dan kebatilan. Maka, mereka menjadikan dun terang-benderang dan bersih dari kemusyrikan, bahkan kebenaran meliputi lapisan masyarakat. Allah swt. telah menjadikan manusia di muka bumi sebagai khalifah agar dapat memanfaatkan isi bumi ini. Di dunia ini, bukan hanya manusia yang memiliki aneka warna kulit dan ras. Hewan ciptaan Allah pun demikian halnya. Rasul saw. bersabda, "Ketika seorang laki-laki sedang dalam perjalanan, dia merasa sangat haus. Lalu, dia turun ke dalam sumur untuk mengambil air dan meminumnya. Ketika ia keluar dari sumur, ternyata ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Dia bergumam dalam hati, 'Anjing ini kehausan seperti yang kualami! Lelaki itu turun kembali ke sumur, mengisi sepatu kulitnya dengan air, menggigitnya lalu keluar dari sumur tersebut untuk memberi minum anjing itu. Maka, Allah swt. bersyukur kepadanya dan Dia mengampuni dosa laki-laki itu." Rasulullah saw. juga bersabda, "Seorang wanita disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya sampai meninggal. Dia masuk neraka karena menelantarkan kucing tersebut, tidak memberinya makanan dan minuman ketika me-ngurungnya dan tidak membiarkan kucing tersebut memakan makanan binatang yang berada di atas bumi."16 Rasulullah saw. kembali ke Madinah dan di sana beliau banyak mengalami berbagai peristiwa hingga datang masa penaklukan kota Mekah. Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)." (al-Fat-h [48]: 1-3) Kemudian terjadilah peristiwa Haji Wada' dan wafatnya Rasulullah saw. Juga peristiwa pengangkatan Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai Khalifah pengganti beliau, dan banyaknya orang-orang yang murtad dari Islam. Abu Bakar memerangi orangorang yang murtad tersebut sampai Jazirah Arab bersih dari kemusyrikan dan kemurtadan. Setelah itu diikuti dengan pengiriman pasukan muslimin ke Persia dan Romawi yang bertugas untuk menyeru manusia hanya 16 HR Imam Bukhari dalam, al-Adzan, him. 90, al-Musaaqah, him. 9, aMnftfyoa", him. 54 dan Imam Muslim dalam al-Barr. him. 133. menyembah Allah dan berpaling dari tuhan lain yang tercela, selain Allah.

Di manakah posisi Sa'id bin Amir, sahabat yang mulia ini? Apakah peran yang dilakukannya pada masa pendelegasian pasukan itu? Apakah dia mencukupkan diri dengan hanya beribadah kepada Allah? Apakah dia terlibat peperangan yang berkecamuk di Jazirah Arab? Apakah Abu Bakar telah menjadikan dia sebagai rim penasihat baginya dalam masalah keamanan, pengiriman pasukan, dan mempersiapkan pasukan yang tangguh dan kuat? Apakah dia bergabung dengan pasukan Khalid bin Walid yang menuju Persia? Sejarah tidak menyebutkan peran serta Sa'id bin Amir dalam peperangan tersebut, baik peperangan yang terjadi di Jazirah Arab atau di luar Jazirah Arab. Sampai akhirnya terjadi Perang Tabuk di daerah Syam. Umat Islam mendapat kemenangan yang gilang-gemilang atas penjajahan Roma dalam perang itu. Kami melihat ibnu Abdul Barr17 telah menyebutkan bahwa khalifah Abu Bakar r.a. mengirim pasukan tambahan yang sangat besar di bawah pimpinan Sa'id bin 'Amir. Beliau melakukan itu ketika Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, panglima yang gagah berani, memintanya. Dalam waktu singkat Pasukan tambahan tersebut telah tiba di daerah pertempuran. Pasukan tambahan tersebut menyerang pasukan Romawi dari belakang. Serangan itu mengejutkan mereka sehingga mereka lari tunggang-langgang menuju benteng persembunyian untuk berlindung dari serangan pedang dan panah pasukan muslim. Namun, pasukan Sa'id bin 'Amir berhasil mengecoh mereka sehingga dapat menangkap dan membunuh mereka. Ketika malam tiba, kedua pasukan menghentikan peperangan. Keduanya beristirahat di perkemahan masing-masing. Pada saat mereka beristirahat, tiba-tiba terdengar isu atau berita yang mengejutkan tentang wafatnya Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dan beliau berwasiat agar Umar bin Khaththab menggantikannya. Umar memilih para panglima yang gagah berani dan tepercaya untuk mengatur dan merapikan pemerintahan daerah-daerah yang telah ditaklukkan oleh Islam. Pilihan Umar jatuh pada Sa'id bin 'Amir untuk menjadi gubernur di Himsh, setelah daerah Syam tersebut terlepas dari jajahan Romawi. 17 lihat kembali dalam buku al-Istii'aab fi Ma'rifatil Ash-haab, juz 2, him. 625. Bertepatan dengan penetapan Sa'id bin 'Amir r.a. sebagai gubernur, dia teringat dengan kata-kata Umar, "Aku tidak mengutusmu sebagai pemimpin yang diktator terhadap rakyat. Namun, aku menjadikanmu sebagai teladan rakyat. Jangan sekali-kali mempermalukan umat Islam sehingga mereka terhina. Jangan terlalu memuji mereka karena mereka bisa terlena. Jangan menghalangi mereka." Kemudian Umar meminta kepada para sahabat yang lain, "Aku memohon kepada kalian agar membantuku dalam memilih para gubernur." Mereka bertanya, "Apa syarat yang engkau ajukan, ya Khalifah?" Khalifah menjawab, "Aku menginginkan seorang gubernur yang menyatu dengan rakyatnya, tidak dapat terpisahkan dari mereka." Bila beliau mengangkat seorang gubernur, beliau menulis dan membacakan surat keputusan tersebut kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Surat keputusan itu berbunyi, "Seorang gubernur tidak boleh berlaku zalim terhadap jiwa dan harta rakyat. Tidak boleh memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi dan kronikroninya." Surat tersebut sama artinya dengan sumpah jabatan yang wajib dilakukan oleh seorang hakim, dokter atau pejabat lain sebelum melaksanakan tugas yang diemban. Terhadap pejabat yang diangkat, Umar bin Khaththab berpesan, "Aku memilihmu sebagai pejabat bukan untuk mengalirkan darah umat Islam, melainkan untuk menegakkan shalat, memberikan kesejahteraan rakyat, dan mendptakan keadilan bagi mereka." Sa'id bin 'Amir melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Ia bertindak seperti orang tua yang sangat sayang kepada anaknya, saudara kandung yang sangat mengasihi, seorang pemberi nasihat yang dapat dipercaya, seorang penjaga harta

rakyat yang tidak pernah lalai, tidak mudah terpancing dengan harta orang lain, diri maupun kehormatan mereka. Pada suatu pagi, dia mengimami shalat subuh. Sebelum jamaah bubar dari shalat, dia berkeliling mengitari jemaahnya. Dia dikejutkan dengan keberadaan Umar bin Khaththab di tengah-tengah jamaah shalat subuhnya. Khalifah dan gubernurnya itu saling berpelukan. Kemudian Khalifah meminta agar jamaah tidak membubarkan diri. Beliau meminta mereka tetap di masjid untuk mengevaluasi kinerja gubernurnya. Sa'idBin 'Amir Dan Khalifah Umar Bin Khaththab R.a, Khalid bin Ma'dan menuturkan bahwa Umar bin Khaththab mengangkat Sa'id bin 'Amir al-Jumahi sebagai gubernur kami di Himsh. Ketika berkunjung ke Himsh beliau bertanya kepada para penduduk, "Hai orang-orang Himsh, bagaimana pendapat kalian dengan gubernur kalian ini?" Maka mereka pun mengadukan perihal gubernur mereka kepada Khalifah. Daerah Himsh dikenal sebagai Kufah kecil, karena penduduk-nya sering mengeluhkan pejabat-pejabat yang diangkat di sana. Mereka menjawab, "Kami mengadukan empat perkara kepadamu tentang dirinya. Dia tidak pernah keluar menemui kami kecuali siang hari." Khalifah Umar bertanya, "Ada yang lebih besar dari per-masalahan itu?* Mereka menjawab, "Dia tidak pernah mengunjungi siapa pun di waktu malam." Khalifah Umar bertanya kembali, "Ada yang lebih besar lagi?" Mereka menjawab, "Dalam satu bulan ada satu hari penuh dia tidak keluar." Khalifah Umar bertanya kembali, "Ada permasalahan yang lain?" Mereka menjawab, "Pada hari tertentu dia mengalami pingsan dan tidak sadarkan diri." Kemudian Khalifah Umar mempertemukan Sa'id bin 'Amir dengan rakyatnya, seraya berkata, "Pada hari ini, semoga Allah tidak mengecewakan pradugaku tentang Sa'id bin 'Amir." Sidang dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada rakyat Sa'id bin 'Arnir, "Apa yang kalian keluhkan tentang Sa'id?" Mereka menjawab, "Beliau tidak pernah keluar menemui kami ecuali siang hari." Khalifah Umar bertanya kepada Sa'id, "Bagaimana jawabanmu?" Sa'id menjawab, "Demi Allah, sebenarnya aku berat untuk mengatakannya. Keluargaku tidak memiliki pembantu, maka aku membuat roti sendiri, dari mengaduk adonan hingga menjadi roti. Berwudhu, kemudian keluar menemui rakyatku." Khalifah Umar bertanya kembali, "Apalagi yang kalian adukan tentang dirinya?" Mereka menjawab, "Pada malam hari, dia tidak pernah menemui siapa pun." Khalifah bertanya kepada gubernurnya, "Apa komentarmu?" Gubernur menjawab, "Baiklah, meskipun aku berat mengatakannya. Aku menjadikan siang hari bagi rakyat dan malam hari untuk Allah." Khalifah bertanya kembali, "Apalagi yang ingin kalian adukan kepadaku tentangnya?" Mereka menjawab, "Dalam sebulan terdapat satu hari penuh yang dia tidak keluar menemui kami." Khalifah bertanya kepada gubernurnya, "Apa jawabanmu?" Gubernur menjelaskan, "Aku tidak mempunyai pembantu yang mencuci bajuku dan aku juga tidak memiliki baju lain sebagai pengganti. Maka, aku mencuci bajuku dan menunggunya hingga kering. Setelah itu aku rapikan baru aku keluar kepada mereka di akhir siang." Khalifah bertanya kembali, "Apalagi yang kalian adukan tentang dirinya?" Mereka menjawab, "Pada hari tertentu dia mengalami kesedihan yang sangat mendalam." "Apa jawabanmu?" tanya Khalifah.

Sa'id menjawab, "Aku menyaksikan penyiksaan Khubaib al-Anshari18 di Mekah. Orang-orang Quraisy telah menyayat-nyayat dagingnya lalu memberikannya pada hewan yang kelaparan. Mereka bertanya, 'Apa kamu senang jika Muhammad menggantikan posisimu ini?' Khubaib menjawab, 'Demi Allah, aku tidak suka berdiam diri bersama keluarga dan anakku sedangkan Nabi Muhammad saw. terkena duri.' Lalu, ia memanggil, 'Ya Muhammad.' Setiap aku ingat peristiwa penyiksaan itu dan aku tidak berusaha menolong Khubaib karena aku sebagai orang kafir yang tidak percaya kepada Allah, Tuhan yang Maha Agung, maka aku menduga bahwa Allah tidak akan mengampuni dosaku, hingga aku merasa sangat sedih." Khalifah Umar berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan aku dengan pahlawanku ini." Khalifah Umar mengirim uang sebesar seribu dinar kepada gubernurnya dengan pesan, "Gunakan uang ini untuk mengurus segala urusanmu." 18 Yaitu, Khubaib bin 'Adi bin Malik bin 'Amir al-Anshari. Dia dibunuh oleh Abu Sarwa'ah karena dendam kepadanya. Dia telah membunuh saudaranya, Hants bin 'Amir, pada perang Badar. Dia berkata, "Aku tidak peduli ketika aku membunuh seorang muslim, bagaimanapun caranya aku mati karena Allah." Mendapat uang sebanyak itu, beliau tidak menggunakannya untuk keperluan keluarganya. Akan tetapi, uang itu dibagikan kepada rakyat yang lebih membutuhkan. Sungguh mulia pemimpin seperti itu dan berbahagialah rakyat yang memiliki pemimpin seperti itu. Rakyat sangat mendambakan seorang pemimpin yang mampu melihat kebutuhan dan mampu menjaga keselamatan mereka, baik rakyat ketil maupun besar. Bila mereka mendapat pemimpin yang diragukan kemampuannya, mereka memilih pemimpin lain sebagai penggantinya. Seorang khalifah tidak boleh bosan dengan pengaduan rakyat, bahkan seharusnya terus berupaya untuk merealisasikan apa yang diinginkan rakyat, selama keinginan rakyat tidak bertentangan dengan syariat Allah atau tidak menggugurkan salah satu hukum-hukum-Nya. Seorang khalifah tidak boleh menerima pengaduan rakyat tanpa dihadiri gubernur atau laporan gubernur tanpa dihadiri rakyat, agar tidak ditemukan laporan yang dibuat-buat. Laporan yang dapat menimbulkan fitnah bagi orang bersih dengan tuduhan negatif yang dapat menjebloskannya ke dalam penjara, sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Seorang hakim dapat dipecat hanya karena laporan para intel, orang-orang munafik, dan orang-orang yang sakit hati dan jiwanya. Sa'id bin 'Amir terlepas dari tuduhan negatif di hadapan khalifah dan rakyatnya, sehingga rakyat dapat menerima kepemimpinannya. Dia dapat melangkah dengan tenang dalam menjalankan roda pemerintahan, dan menghormati para pembantu pemerintahan. Ia pun tidak berkenan mengambil upah dari jabatannya. Ia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Apa alasan rakyat? Karena khalifah Umar telah memberitahukan kepada mereka tentang keberadaan gubernur mereka. Penulis kitab Asadul Ghaabah menuturkan bahwa Khalifah Umar telah memberi Sa'id uang sebesar 400 dinar, dengan catatan agar dana tersebut digunakan untuk kesejahteraan keluarganya. Ketika Sa'id membaca isi surat yang diterima dari khalifah, dia merasa sangat sedih dan berduka sampai hal tersebut terlihat di wajahnya. Istri beliau bertanya, "Jiwaku kupertaruhkan untukmu, apa gerangan yang membuatmu susah? Apakah terdapat berita kematian Khalifah?" Sa'id menjawab, "Bahkan lebih besar daripada berita kematian Khalifah." Istrinya bertanya, "Apakah terdapat berita tentang kekalahan umat Islam?" Sa'id menjawab, "Lebih besar dari itu."

Istrinya bertanya, "Apa itu?" Sa'id menjawab, "Aku diuji dengan dinar. Aku telah bersama Rasulullah tapi aku tidak diuji dengan dinar, demikian juga Abu Bakar. Namun ujian itu datang pada saat aku bersama Umar. Ketahuilah hari-hari buruk bagiku adalah hari-hari bersama Umar." Istrinya bertanya, "Mengapa demikian?" Sa'id menjawab, "Sesungguhnya aku mengkhawatirkanmu." Istrinya bertanya, "Maksudnya aku?" Sa'id menjawab, "Ya." Istrinya menjawab, "Kamu lebih mengetahui permasalahannya." Sa'id menjelaskan, "Amirul Mu'minin mengirimkan uang sebesar 400 dinar untuk biaya hidupmu dan hidupku, padahal orang-orang Muhajirin yang miskin akan masuk surga terlebih dahulu dibandingkan dengan orang-orang kayanya, lebih dari 40 tahun lamanya. Demi Allah, mengapa aku lebih suka mendapatkan nikmat itu dan terhalang dari kelompok pertama yang masuk surga?" Istrinya menjawab, "Lakukanlah apa yang baik menurutmu." Said bertanya, "Apakah kamu mempunyai kain?" Istrinya segera memberikan kain kepada Sa'id, kemudian dia merobek kain tersebut dan mengisinya dengan 4-10 dinar untuk dibagikan kepada orang-orang yang lewat di Madinah hingga bungkusan yang terakhir. Dia kembali ke rumah tanpa membawa sisa uang dinar tersebut. Bisakah putra-putri seorang pejuang muslim berperilaku seperti mereka? Mereka adalah para pahlawan yang gagah berani di siang hari dan bagaikan rahib di malam hari. Dunia bukan tujuan hidup mereka. Mereka beramal untuk menegakkan kalimat Allah, menyebarluaskan kalimat tersebut di muka bumi yang luas ini agar kalimat Allah menggema ke seluruh dunia. Itulah tujuan amal mereka. Cukup bagi mereka satu baju yang menutupi aurat, satu baju besi yang dapat menjaga serangan musuh, sesuap nasi yang dapat menghilangkan rasa lapar, dan sebilah pedang yang dapat menghalau musuh. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan menempatkan-Nya di surga yang penuh dengan kenikmatan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar doa. UmaradanUlama Madrasah Nabi merupakan tempat belajar bagi seorang sahabat besar seperti Sa'id bin Amir r.a. Madrasah yang selalu dikenal dan dikenang sepanjang masa karena banyak melahirkan para pemimpin dan ulama yang berperilaku seperti Sa'id bin 'Amir. Di antara pemimpin yang berperilaku seperti Sa'id ialah Harun ar-Rasyid, seorang pemimpin negara Islam pada zaman Abbasiyah. Harun ar-Rasyid ingin bersilaturahmi kepada Imam Malik (Imam al-Haramain) dan para ulama tapi langkah tersebut terhenti di depan pintu Imam Malik. Beliau masuk setelah diizinkan. Ketika beliau masuk, Imam Malik berkata kepadanya, "Ya Amirul Mu'minin, keluarga besar di sini telah mendengar berita kedatanganmu. Mereka bersiap-siap menyambut kedatanganmu. Namun sesungguhnya seorang penguasa adalah pemimpin dunia sedangkan Imam Malik pemimpin akhirat, dan akhirat tidak membutuhkan dunia. Apabila engkau berkenan pergi, silakan keluar. Namun bila engkau berkenan tetap tinggal, silakan tinggal, dan akan disiapkan segalanya." Imam Malik seorang Imam yang sangat konsekuen dalam menjalankan ajaran Islam. Beliau memperlakukan manusia sama kedudukannya dan menasihati para raja serta putra raja agar mereka mendengar dan mengamalkan ilmunya. Harun ar-Rasyid berkata kepada Imam Malik, "Kami sangat menghorman' Tuan karena ilmu Tuan sehingga kami dapat mengambil manfaat darinya, sedangkan Sufyan bin 'Uyainah tunduk kepada kami. Karena itu, kami tidak dapat mengambil manfaat dari ilmunya, karena Sufyan datang ke is tana dan mengajarkan hadits." Pada masa pemerintahan Utsmaniyah, pasukannya dapat menguasai Mesir. Panglima pasukan tersebut meminta kepada para ulama dan penguasa untuk datang dan tunduk kepadanya. Maka, semuanya datang menghadap panglima kecuali seorang ulama yang tidak berkenan nadir, ulama yang dibina oleh madrasah Nabi. Beliau menolak hadir meskipun panglima memaksa untuk datang kepadanya. Karena beliau tidak juga bersedia hadir, tidak ada cara bagi panglima kecuali datang kepadanya. Panglima

datang bersama pasukannya dan mereka semua tunduk serta patuh terhadap nasihat syekh tersebut. Panglima bertanya kepada syekh, "Mengapa Tuan tidak berkenan datang menghadap kami?" Beliau menjawab, "Kami tidak biasa datang menghadap siapa pun." Keduanya terdiam lama sekali dan panglima merasakan bahwa pasukan yang dipimpinnya tidak sebanding dengan kalimat yang diucapkan oleh syekh tersebut. Dalam suasana yang agak mencekam itu panglima bertanya kepada syekh, "Apakah Tuan membutuhkan sesuatu agar kami dapat memenuhinya sebelum kami kembali ke Turki?" Beliau menjawab, "Kami hanya butuh kepada Allah swt." Panglima dan pasukan Turki segera kembali ke negaranya dengan meninggalkan Mesir, namun panglima tidak dapat melupakan momentum penting atas pertemuan dan ke-terpaksaannya untuk berkunjung kepada seorang ulama. Dia ingin sekali kembali berkunjung kepadanya dan memenuhi segala kebutuhan syekh, tapi kapan syekh membutuhkan bantuannya? Orang-orang seperti syekh hanya butuh kepada Allah. Kapan mereka membutuhkan bantuan selain dari Allah swt.? Penguasa baru datang berkunjung kepada syekh kemudian berkata, "Kami terpaksa harus datang menghadap penguasa Turki, apakah Tuan mempunyai pesan yang harus kami sampaikan kepada penguasa di sana?" Syekh menjawab, "Kami lebih baik banyak mendekatkan diri kepada Allah, apakah engkau memiliki kebutuhan?" Ulama-ulama seperti itu adalah ulama yang dibimbing di madrasah Nabi sehingga mereka dapat menguasai kehidupan, berani menasihati para penguasa dan rakyatnya. Merekalah pemelihara ajaran-ajaran agama, dan merupakan pasukan Allah. Para penguasa meminta restu dan ridha mereka. Tunduk dan patuh terhadap hukum yang disampaikan oleh para ulama tersebut. Para penguasa merasa segan dan hormat kepada mereka, sehingga tidak berani menolak keinginan yang disampaikan oleh para ulama itu. Abu Bakar al-Mahalli bertugas sebagai penyalur dana bantuan Abul Misk Kafur. Salah satu kebiasaan Kafur saat menjelang lebaran haji (Tdul Adha) ialah memberikan hadiah seekor bighal (hasil perkawinan antara kuda dengan keledai) kepada Abu Bakar dan menterinya. Bighal tersebut berisi emas dan nama-nama orang yang berhak menerima hadiah tersebut agar dibagikan kepada mereka. Abu Bakar menuturkan, "Kami bersama pasukan keliling ke rumah-rumah penduduk yang membutuhkan bantuan untuk membagikan hadiah sejak Isyas sampai menjelang subuh. Kami mengetuk setiap pintu rumah penduduk yang namanya tercantum dalam catatan, baik laki-laki maupun perempuan. Aku katakan, "Ustadz Abu al-Misk Kafur al-Akhsyadi, semoga engkau senang pada hari lebaran ini. Aku akan melaksanakan tugas ini agar engkau dapat mengambil manfaarnya, yakni membagikan hadiah ini kepada yang berhak. Di akhir waktu pembagian, Kafur mencantumkan nama Syekh Abu Abdillah bin Jabar. Dia memberi hadiah seratus dinar kepada Syekh. Aku terus membagikan hadiah-hadiah tersebut hingga tersisa satu hadiah, yaitu hadiah bagi Syekh. Kami meneruskan perjalanan untuk menuju rumah Syekh. Aku mengetuk pintu dan Syekh pun membukakan pintunya. Pada wajah beliau Tampak bekas ibadah malam. Aku ucapkan salam kepadanya, tapi beliau tidak menjawabnya. Beliau bertanya, "Apa keperluanmu?" Aku jawab, "Ustadz Abu Misk memberikan hadiah khusus bagi Tuan." Beliau bertanya, "Pemimpin kita?" Aku jawab, "Benar." Beliau berkata, "Semoga Allah menjaga dan memeliharanya. Allah mengetahui aku berdoa untuknya ketika sedang beribadah, terutama setelah shalat wajib karena pada waktu itu doa akan dikabulkan." Aku berkata, "Aku hanya menjalankan tugas. Aku mohon Tuan berkenan menerima hadiah ini untuk keperluan hari raya yang mulia."

Beliau menjawab, "Kami adalah rakyatnya dan kami mencintai beliau karena Allah. Janganlah kamu merusak cinta kami dengan hadiah ini." Aku memohon kembali agar beliau berkenan menerima hadiah tersebut. Karena itu, aku dapat melihat perubahan pada raut wajahnya karena malu, sehingga aku malu telah memutuskan ibadahnya hanya karena untuk menerima hadiah. Akhirnya, aku tinggalkan beliau dan kembali." Dia menuturkan, "Ketika panglima bersiap-siap untuk menunggang kuda, beliau melihatku. Pada saat itu beliau memanggilku, 'Ya Abu Bakar!' Aku jawab, 'Semoga Allah mengabulkan semua doa Tuan pada malam hari ini dan hari raya nana.' Beliau berkata, 'Segala puji bagi Allah yang menjadikanku orang yang memberikan kedamaian kepada hamba-hamba-Nya.' Kemudian aku sampaikan kepada Ibnu Jabar tentang penolakan Syekh. Dia menjawab, 'Memang sebelumnya beliau belum pernah bermuamalah dengan kita.' Dia memerintahkan kepadaku, 'Kembalilah lagi kepadanya dan pakailah kendaraan tobat. Ketuk pintunya. Nanti, ketika kamu bertamu dengannya, ia akan mengatakan, "Bukankah kamu baru Para Ksatria di sckitar Rasulullah SA W pulang dariku?" Jangan kamu jawab pertanyaannya. Bacalah ayat, "Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al-Qur' an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas 'Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah." (Thaahaa [20]: 1-6) Wahai Ibnu Jabar, Ustadz Kafur berpesan kepadamu, 'Siapa Kafur? Dia hanya seorang hamba sahaya hitam. Siapa Tuhannya? Siapa yang menciptakannya? Tidak ada seorang pun berhak menjadi raja kecuali Allah. Tidak satu badan hukum pun yang dapat menguasai semua manusia. Apakah kamu tahu, siapa yang memberimu anugerah? Kepada siapa dia dikembalikan? Dialah yang mengutus seorang Rasul kepadamu. Hai Ibnu Jabar, kamu tidak memisahkan antara sebab dengan musababnya,' tutur Abu Bakar. Aku berangkat. Saat sampai di depan pintu rumahnya, aku mengetuk pintu. Beliau turun untuk menjumpaiku dan mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan Kafur, 'Bukankah kamu tadi bersama kami?' Aku menjawab dengan membaca surah Thaahaa. Lalu, aku katakan apa yang dikatakan Kafur kepadaku. Mendengar itu, beliau menangis dan berkata kepadaku, 'Mana barang yang kamu bawa?' Aku segera mengeluarkan kantong yang kubawa lalu kuserahkan kepada beliau. Beliau menerima isi kantong tersebut seraya berkata, 'Demikianlah yang diajarkan guru kami, bagaimana cara bertransaksi.' Aku berkata kepadanya, 'Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan balasan yang lebih baik.' Aku pulang dan mengabarkan kepada Kafur tentang peristiwa yang kualami. Kafur merasa lega dan melakukan sujud syukur kepada Allah dengan membaca, 'Segala puji bagi Allah yang telah melunakkan hatinya.'" Seorang pemimpin dan Ulama Islam saling berpegang teguh dengan ajaran Islam, berperilaku dengan akhlak Nabi, dan selalu berbuat baik untuk kepentingan Islam serta keu tuhan per-saudaraan. Di manakah anak-anak didikmu, hai madrasah Nabi? Mengapa generasimu terbelenggu dengan batas wilayah dan pemahaman yang salah sehingga tidak tahu, kapan generasi seperti dulu akan muncul? Kapan, ya Tuhanku? AL-MUGHIRAH BIN SYU'BAH BIN ABU AMIR R.A. Asy-Sya'bi mengatakan, "Pemimpin Arab yang bijak ada empat orang: Mu'awiyah bin Abu Sufyan, Amr bin 'Ash, al-Mughirah bin Syu'bah, dan Ziyad bin Abihi." Sedangkan Abu Sufyan mengatakan, "Bagianku menghadapi orang-orang yang egois, bagian 'Amr menghadapi orang yang cerdik, bagian Ziyad menghadapi orang kecil dan besar, dan bagian al-Mughirah menyelesaikan perkara besar."

Beliau salah seorang pahlawan Arab yang gagah berani, baik waktu aman maupun perang. Beliau seorang yang cerdik dan seorang ahli dalam memecahkan permasalahan, baik masalah dalam maupun luar negeri. Termasuk salah seorang pemimpin yang bijak, ahli dalam memimpin umat agar menjadi umat yang maju dan energik. Seorang pejuang sejati yang selalu berjuang untuk kehormatan dan kejayaan Islam di muka bumi ini. Ayah beliau bernama Syu'bah bin Abu 'Amir, termasuk salah seorang ilmuwan yang mumpuni dalam mengambil keputusan dan kebijakan. Ibunya seorang wanita keturunan Nashr bin Mu'awiyah. Wanita yang seluruh hidupnya dipersembahkan untuk ke-bahagiaan suami dan mendidik anak-anaknya. Beliau seorang wanita yangbersahaja, tidak pernah menyembahberhala, dan tidak pernah berkurban untuk berhala. Al-Mughirah hidup sebagaimana anak-anak seusianya. Hidup di Mekah sebagai pemburu binatang, penggembala unta dan kambing. Dia memilih tanah yang banyak ditumbuhi rerumputan selain dekat dengan sumber mata air untuk menggembalakan hewan-hewan itu. Ketika menginjak dewasa dia mendengar adanya dakwah yang diserukan Muhammad alAmin, namun hatinya belum terbuka untuk menerima Islam, sehingga dia jauh dari Islam. Al-Mughirah Sebelum Memeluk Islam Al-Mughirah menuturkan, "Sekelompok orang dari bani Malik sepakat untuk mengirim utusan ke Muqauqis dengan membawa hadiah-hadiah yang mahal. Aku bergabung bersama mereka. Aku segera meminta izin kepada pamanku, 'Urwah bin Mas'ud. Beliau melarangku. Katanya, 'Pada rombongan tersebut tidak ada satu orang pun yang berasal dari kabilah ayahmu.' Aku tetap pergi bersama mereka, meskipun tidak ada orang lain dari bani Ahlaf kecuali diriku, hingga kami memasuki Iskandariah. Pada saat itu, Muqauqis sedang dalam pertemuan di daerah pantai. Kami terus naik sampan sampai ke tempat pertemuan. Pada saat itu, Muqauqis melihat diriku dan dia tidak menyukaiku. Dia memerintahkan kepada yang lain untuk menanyakan, siapa diriku dan apa mauku? Penerjemah resminya bertanya kepadaku. Maka, kami menjelaskan maksud kedatangan kami ke negeri mereka. Beliau memerintahkan kepada kami agar turun di gereja karena akan dijamu di sana. Beliau berkenan menerima kami dan menanyakan kepada kami, 'Apakah kami semua berasal dari bani Malik?' Pertanyaan itu dijawab, 'Iya, kecuali satu orang yang berasal dari bani Ahlaf.' Aku diperkenalkan kepadanya dan termasuk yang termuda dalam rombongan tersebut. Mereka menyodorkan hadiah-hadiah ke hadapan Raja Muqauqis. Raja terlihat sangat suka dengan hadiah-hadiah tersebut kemudian memerintahkan agar mereka dijamu dengan baik dan diberi cendera mata. Sementara itu, Raja memberiku hadiah yang tidak berharga sama sekali. Kemudian kami keluar dan disambut oleh bani Malik. Mereka segera membeli hadiah-hadiah untuk keluarga dan mereka sangat senang. Tdak ada seorang pun yang merasa gundah. Kami keluar dengan membawa minuman khamar. Mereka meminum khamar itu dan aku pun turut bersama mereka. Aku tidak membiarkan mereka pergi ke Thaif untuk melaporkan perihal yang mereka alami. Atas sambutan Raja, mereka juga mengabarkan kepada kaumku tentang perlakuan mereka kepadaku, sehingga aku bertekad untuk menghabisi mereka. Ketika kami sampai di suatu tempat yang bernama "Busaq," aku pura-pura sakit kepala. Mereka bertanya kepadaku, "Apa yang kau rasakan?" Aku Jawab, "Aku sakit kepala." Mereka segera meninggalkan minuman keras dan meninggalkan diriku. "Kepalaku pusing, namun aku tetap duduk bersama kalian. Aku akan menuangkan minuman untuk kalian." Aku melayani mereka minum. Semangkok, dua mangkok sampai mereka mabuk dan tidak sadarkan diri. Ketika itu, aku melompati dan membunuh mereka kemudian mengambil semua barang yang mereka bawa.

Lalu, aku datang menghadap Nabi saw. Aku menemukan beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabat di masjid. Aku ucapkan salam kepada mereka dengan salam Islam. Mereka pun menjawab salamku. Abu Bakar bin Abu Quhafah (dia sangat menginginkan aku sebagai seorang muslim) memperhatikanku dan bertanya, 'Di mana saudaraku 'Urwah?'19 Aku jawab, Tya, aku datang ke sini untuk bersaksi bahwa Tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.' Rasulullah saw. bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang telah memberimu hidayah pada Islam.' Abu Bakar bertanya, 'Apakah engkau berasal dari Mesir?' Aku jawab, 'Iya.' Abu Bakar bertanya kembali, 'Apa yang dilakukan oleh orang-orang Maliki yang bersamamu?' Aku jawab, 'Antara aku dan mereka terdapat sedikit permusuhan, padahal kami sama-sama musyrik. Karena itu, aku bunuh mereka. Kurampas barangbarang mereka. Kemudian, aku datang menghadap Rasul saw. untuk dibagi-bagikan, karena aku menganggap barang tersebut sebagai harta pampasan perang dari orangorang musyrik sedang aku sebagai seorang muslim yang membenarkan Nabi Muhammad saw.' Rasulullah saw. bersabda, 'Keislamanmu dapat kuterima. Akan tetapi, barang yang kau rampas tidak akan kuambil, karena barang tersebut merupakan hasil penipuan dan penipuan merupakan satu perbuatan yang tercela.'" Dia meneruskan ceritanya, "Aku mendekati beliau tapi perasaanku selalu jauh. Aku berkata, 'Ya Rasulullah, aku membunuh mereka ketika aku masih memeluk agama kaumku. Kemudian aku masuk Islam dan tibalah waktu shalat.'20 Maka, beliau bersabda, 'Islam menghapus dosa sebelumnya.'"'2'1 Al-Mughirah bergabung dalam masyarakat Islam sebagai seorang manusia baru, bukan Mughirah yang tidak tahu akan hal-hal yang halal dan haram. Manusia baru yang disatukan dengan sesuatu yang berada di langit, yang tidak terlihat tapi selalu mengawasi dirinya, yaitu Allah. 19 Dia bernama Urwah bin Mas'ud bin Mu'tab bin Malik. Dia masuk Islam di hadapan Rasul saw. sekembali beliau dari Thaif, kemudian meminta izin kepada beliau untuk kembali kepada kaumnya guru menqajak mereka masuk Islam. Rasul berpesan, "Waspadalah agar mereka tidak membunuhmu." Dia menjawab, Aku orang yang dicintai mereka, kemudian mengajak kaumnya untuk memeluk Islam tapi mereka membunuhnya." 20 Coba baca kembali Tnabagaar Ibnu Sa'din, juz 4, him. 285-286. 21 Hadits yang dikeluarkan Imam Ahmad dalam al-Musnad. juz 4, him. "Dia akan selalu bersamamu di mana pun kamu berada." (al-Hadiid [57]: 4) Dan percaya bahwa Allah senantiasa mengawasi gerak-geriknya, meskipun langkah yang diayunkannya sangat lembut dan lemah. "Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui(yang kamu nyatakan dan rahasiakan) dan Dia Maha Halus dan Mengetahui." (al-Mulk [67]: 14) Al-Mughirah dan Perjanjian Hudaibiyah Pada tahun Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah saw. ingin berkunjung ke Baitullah dengan membawa hewan kurban sebanyak 70 unta, disertai 700 orang muslim. Bukan untuk berperang. Ketika sampai di 'Asfan, beliau ditemui oleh Bisyr bin Sufyan al-Ka'bi. Dia berkata, "Ya Rasulullah, orang-orang Quraisy telah mengetahui kedatanganmu. Karena itu, mereka segera keluar untuk menyambutmu di daerah Dzii Thua. Mereka bertekad untuk melarangmu melewati daerah tersebut." Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh hebat orang-orang Quraisy. Mereka sangat berpengalaman dalam berperang. Mengapa mereka tidak membiarkan kami dan bangsa Arab yang lain untuk memasuki daerah mereka? Bila mereka berhasil membunuhku, bukankah itu yang mereka inginkan, tapi bila Allah hendak memberikan kemenangan kepadaku, niscaya mereka akan masuk Islam secara berduyun-duyun. Jika mereka membiarkan kami, mereka tetap kuat. Maka, siapa yang tidak kenal suku Quraisy? Demi Allah, aku akan terus berusaha untuk menyebarluaskan misi dakwahku hingga Allah memberikan kemenangan bagiku."

Rasulullah saw. melanjutkan perjalanannya. Sampai ke suatu tempat yang bernama "Tsaniyyatul Marar", unta beliau istirahat. Oleh karena itu, beliau memerintahkan kepada para sahabat untuk beristirahat. Utusan kedua belah pihak saling berunding tentang tujuan kedatangan beliau beserta rombongan. Al-Mughirah yang saat itu menjadi utusan Nabi berkata, "Sesungguhnya Nabi datang bukan untuk berperang, tetapi untuk mengunjungi Ka'bah, mengagungkan dan menghormatinya." Kemudian datang 'Urwah bin Mas'ud ats-Tasqafi dan duduk di hadapan Rasulullah kemudian berkata, "Ya Muhammad, kamu mengumpulkan semua suku sebagai umatmu. Kamu datang kepada sukumu untuk menakut-nakuti dan menghancurkan mereka, suku Quraisy. Suku yang banyak menelurkan pemimpin yang gagah berani. Mereka bersumpah atas nama Allah, agar tidak ada sejengkal tanah pun yang dapat dimacw rw~; -----besok kami akan mengizinkanmu untuk memasuki tanah kelahiranmu." Abu Bakar ash-Shiddiq menjawab (beliau berada di belakang Rasulullah), "Diam wahai penyembah Lata, apakah kami akan meninggalkan beliau?" 'Urwah bertanya, "Siapa dia, ya Muhammad?" Beliau menjawab, "Dia putra Abu Quhafah." 'Urwah bersumpah, "Demi Allah seandainya tidak ada perjanjian di antara kita, niscaya aku pukul dia." 'Urwah berusaha untuk menggapai janggut Rasulullah saw., namun terhalang oleh al-Mughirah bin Syu'bah yang berdiri di hadapan Rasulullah saw. Al-Mughirah akan menangkap tangan siapa saja yang mendekati janggut Rasulullah saw. 'Urwah bertanya, "Apa yang membuat engkau marah dan benci?" Rasulullah saw. hanya tersenyum. 'Urwah bertanya kepada Nabi, "Siapa dia ini, ya Muhammad?" Rasul menjawab, "Ini adalah putra saudaramu, al-Mughirah bin Syu'bah." 'Urwah berkata, "Lelucon apa ini Muhammad. Apakah kamu akan menghapus kejelekanmu kemarin?" Kemudian Rasulullah menjelaskan kepadanya tentang tujuan kedatangan beliau, sama seperti yang telah disampaikan kepada rekan-rekan 'Urwah sebelumnya. Beliau datang bukan untuk tujuan perang. 'Urwah segera berdiri dan beranjak dari hadapan Rasulullah saw. dan menyaksikan apa yang dilakukan para sahabat Nabi. Mereka segera berwudhu bila melihat Nabi berwudhu. Beliau membuang air ludah, mereka segera membersihkannya. Tidak ada satu pun rambut beliau yang rontok kecuali mereka me-mungutnya. 'Urwah kembali kepada orang-orang Quraisy lalu menjelaskan, "Wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya aku telah berkunjung kepada Kisra, Parsi, dan an-Najasyi di istana mereka masing-masing, tapi tidak menyaksikan seorang raja pun yang sayang seperti sayangnya Muhammad terhadap pengikutnya, sehingga pengikutnya menyerahkan apa saja yang diminta olehnya. Buanglah prasangka buruk kalian." Mendengar berita tersebut, orang-orang Quraisy mengutus Suhail bin 'Amr22, untuk mengadakan perjanjian damai dengan 22 Dia bernama Suhail bin 'Amr bin Abdusy-Syamsi. Salah seorang pemimpin Quraisy yang disegani dan dihormati. Dia menjabat sebagai jura bicara orang-orang Quraisy. Umar berkata, "Ya Rasulullah, patahkan saja tulang gigi taringnya, niscaya dia tidak bisa menjadi juru bicara lagi untuk selamanya." Rasulullah as. bersabda, "Biarkan saja, mudah-mudahan dia akan berdiri di pihak kita dan kita dapat korvJii--- ~-----' ->I-,*, fcm Yarmuk. Muhammad saw. Isi Surat Perjanjian tersebut ialah: "Ini Surat perjanjian antara Muhammad bin Abdullah dengan Suhail bin 'Amr. Mereka sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama sepuluh tahun dengan mendptakan rasa aman bagi umat manusia. Pihak Quraisy yang datang ke pihak Muhammad tanpa izin walinya, wajib dikembalikan. Namun, pihak Muhammad yang datang ke pihak Quraisy, maka pihak Quraisy tidak berkewajiban mengembalikannya kepada pihak Muhammad. Tidak ada unsur penipuan dan pengkhianatan. Orang yang

ingin berpihak dengan perjanjian Muhammad dipersilakan bergabung dan bagi orang yang ingin bergabung dengan pihak Quraisy, bergabunglah. Orang-orang Khuza'ah bergabung dengan pihak Muhammad, sedangkan kabilah bani Bakar bergabung dengan pihak Quraisy. Pada tahun ini engkau tidak boleh memasuki Mekah dan kembali ke Madinah. Pada tahun yang akan datang, engkau boleh datang kembali dan kami akan keluar. Kamu bersama rombonganmu silakan memasuki Mekah selama tiga hari tanpa mengeluarkan senjata dari sarungnya." Al-Mughirah bin Syu'bah telah melupakan hubungan kekeluargaannya untuk membela Islam dan Rasulullah saw. Dia berkata kepada pamannya, "Lepaskan tanganmu dari Rasulullah. Jika tidak kau lepaskan, maka tanganmu akan aku potong dan tidak akan utuh lagi." Para sahabat adalah duta-duta Allah yang menyebarluaskan agama Allah, sehingga tidak lama dari tahun turunnya wahyu, Allah menurunkan ayat yang berbunyi, "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhoi Islam itu menjadi agamamu." (alMaa'idah [5]: 3) Al-Mughirah bin Syu'bah dan Penghancuran luhan-tuhanlbaqif Rasulullah saw. mengepung Thaif selama 17 malam kemudian beliau menuju ke Ja'ranah, sebelum berangkat beliau berdoa, "Ya Allah, berikanlah hidayah-Mu kepada bani Tsaqif. Anugerahkanlah hidayah itu kepada mereka." Ibnu Ishaq menuturkan bahwa setelah Rasulullah saw. dan pasukannya berangkat meninggalkan Thaif, terjadi perpecahan dan pertempuran di sana. Karena mereka merasa tidak mampu memerangi orang-orang Arab yang telah masuk Islam, mereka meminta bantuan ke Madinah dengan mengutus delegasi yang dipimpin oleh Abdu Yalaili bin Umar. Ketika utusan mereka hampir memasuki Madinah, mereka bertemu dengan al-Mughirah bin Syu'bah yang sedang menggembalakan kambing para sahabat Rasulullah saw. Ketika dia melihat kedatangan rombongan tersebut, dia segera memberi tahu Rasulullah saw. tentang kedatangan rombongan tersebut. Rombongan Ibnu Umar disambut oleh Abu Bakar r.a. Mereka segera mengungkapkan maksud kedatangannya. Mereka ingin melakukan baiat dan masuk Islam. Abu Bakar berkata kepada al-Mughirah, "Aku bersumpah kepada Allah agar kamu tidak mendahuluiku untuk me-nyampaikan berita gembira ini kepada Rasulullah saw., sehingga aku menjadi orang pertama yang menyampaikan berita gembira kepada beliau." Al-Mughirah melakukan apa yang diminta Abu Bakar. Abu Bakar segera masuk untuk menghadap Rasulullah saw. me-ngabarkan kepadanya tentang kedatangan rombongan tersebut. Al-Mughirah kembali kepada rombongan itu dan membawa mereka ke masjid karena Rasulullah saw. akan menemui mereka di sana. Beliau menawarkan Islam, maka mereka menyatakan keislamannya dan membaiat beliau setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Imam Ahmad bin Hambal menjelaskan, "Mereka meminta syarat kepada Rasulullah saw. agar mereka tidak dilibatkan dalam peperangan terlebih dahulu, tidak wajib membayar zakat sepuluh persen, tidak dipaksa untuk bersedekah, tidak mengangkat pemimpin baru bagi mereka, tidak mengusik tuhan-tuhan mereka, dan tidak wajib shalat." Rasulullah saw. menjawab, "Kalian tidak boleh mengajak untuk berperang dan membunuh, tidak mengambil sepersepuluh harta kalian, boleh menolak mengeluarkan sedekah dan boleh menolak uyituk menjadi tukang tarik sedekah dari kaum lainnya, adapun untuk mengahancurkan berhala, kami tetap menuntut dari kalian untuk melakukannya. Adapun shalat, maka agama seseorang tidaklah dianggap baik jika ia tidak melakukan shalat." Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, "Sesungguhnya mereka akan bersedekah dan berjuang di jalan Allah bila keimanan mereka telah melekat dalam hati."

Maka, terjadilah apa yang disabdakan Rasulullah saw. Ketika mereka menulis surat untuk Rasulullah saw., mereka mengutus 'Utsman bin Abi al-'Ash (orang yang paling muda) karena dia orang yang paling bersemangat untuk belajar Islam dan Al-Qur'an. Rasulullah mengutus Abu Sufyan dan al-Mughirah bin Syu'bah untuk menghancurkan patung Lata. Rombongan segera kembali hingga sampai ke pintu gerbang Thaif. Saat itu, al-Mughirah menginginkan agar Abu Sufyan maju untuk menghancurkan patung Lata, tapi dia menolak permintaan al-Mughirah. Dia berkata kepada al-Mughirah, "Pergilah kamu dan orang-orangmu untuk menghancurkan patung tersebut." Maka, keluarlah orang-orang Tsaqif, laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan para budak. Mereka beranggapan bahwa patung-patung itu tidak akan dapat dihancurkan, karena tuhan-tuhan tersebut akan membela diri dari orang-orang yang hendak menghancurkannya. Al-Mughirah segera berdiri dengan kapak di tangan dan berkata kepada rekanrekannya, "Pada hari ini aku benar-benar akan membuat kamu sekalian tertawa atas orang-orang Tsaqif." Dia mulai menghancurkan berhala tersebut dengan kapaknya. Berhala pun jatuh tersungkur dan berantakan. Orang-orang Thaif bersorak dan berteriak, "Semoga Allah menjauhkan al-Mughirah dari kecelakaan karena dia telah menghancurkan tuhan." Al-Mughirah berdiri dan berkata, "Hai orang-orang Tsaqif, sesungguhnya tuhan berhala hanya terdiri dari batu dan tanah liat. Beribadahlah kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa." Kemudian dia memukul pintu dan menghancurkan pagarnya sehingga sahabat- sahabatnya dapat masuk dan menghancurkan patung-patung lain hingga rata dengan tanah. Namun, para pemimpin mereka terus berupaya mempengaruhi pemikiran dan ke-yakinannya dengan mengatakan bahwa orang-orang yang menghancurkan berhala tersebut tidak akan dapat menghancurkan bagian fondasinya karena mereka akan ditelan bumi. Mendengar hal tersebut al-Mughirah meminta izin kepada Khalid r.a., "Izinkan aku untuk menggali fondasi berhala-berhala tersebut supaya tanah dan batunya dapat diangkat. Dan, biarkan mereka menggalinya hingga mendekati mata air." Pada saat itu orang-orang Tsaqif tercengang dan heran atas peristiwa yang mereka saksikan, hingga menggema alunan ayat-ayat Al-Qur'an, "Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebajikan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Ali Tmraan [3]: 26) Juga firman Allah, "Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacamacam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui!' (Yusuf [12]: 39-40) Al-Mughirah bin Syu'bah di Atas Punggung Kuda Al-Mughirah seorang prajurit yang gagah berani di medan perang. Prajurit berkuda yang mumpuni dan ahli strategi perang. Dia ikut serta dalam Perang Yamamah. Pada perang tersebut, dia dan para sahabat yang lain mendapatkan kemenangan yang gemilang karena dapat membunuh Musailamah al-Kadzdzab. Dia selalu terlibat dari satu peperangan ke peperangan lain hingga Jazirah Arab kembali menjadi negara Islam dan kas negara penuh dengan zakat. Al-Mughirah bertugas sebagai pengelola logistik pasukan dan menyiapkan pasukan yang akan berperang untuk menyebarkan misi Islam di luar Jazirah Arab, menghalau orang-orang yang menghalangi kemajuan Islam, dan berupaya mengisi hari serta pemikiran umat dengan pemikiran Islam. Pada waktu Perang Qadisiyyah, al-Mughirah adalah salah seorang yang diutus Sa'ad bin Abi Waqqash untuk menghadap Rustum panglima perang pasukan Persia. Ia menuju

ke tenda Rustum, membakar tempatnya berkumpul, sehingga ia dapat duduk di ranjang Rustum bersama-sama dengan pemiliknya. Pasukan Rustum berusaha mencegah dan menurunkan al-Mughirah dari atasnya. Al-Mughirah berkata, "Kami telah mendapat isyarat dari langit tentang kalian. Aku tidak melihat kaum yang lebih bodoh dari kalian. Kami bangsa Arab tidak menjadikan sebagian kami sebagai tuhan bagi yang lain. Kedudukan kami sama, baik tinggi maupun rendahnya. Sama seperti yang kami lakukan terhadap kalian. Orang yang paling baik di antara kalian ialah orang yang memberi tahuku bahwa sebagian kalian menjadi tuhan bagi sebagian yang lain. Keadaan seperti itu tidak akan stabil dan tidak seorang pun mau diperlakukan seperti itu. Aku datang ke sini hanya untuk menyeru kalian agarikutbersamaku. Kuberi tahu kalian bahwa seorang raja tidak layak duduk di istana yang megah seperti ini." Tahukah engkau, apa yang akan dilakukan al-Mughirah? Dia benar-benar telah menyatukan pasukan yang gagah berani. Satu pasukan yang terdiri dari tuan dan hamba sahaya, pemimpin dan rakyat. Mereka menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan, menganggap remeh terhadap orang-orang lemah, tidak memberikan hak mereka sebagai pejabat, harta atau makanan. Al-Mughirah berkata kepada mereka, "Serang orang-orang yang menghalangi kalian dari hak menikmati kehidupan. Habisi mereka yang menjadikan kalian sebagai hambanya. Tumpas para diktator yang bengis dan kejam, karena ajaran agama kita tidak membolehkan diskriminasi seperti itu. Kami datang kepada kalian bukan untuk tujuan merampas harta atau tujuan duniawi, melainkan untuk mengeluarkan kalian dari penyembahan antar sesama kepada penyembahan hanya kepada Allah; mengeluarkan kalian dari kehidupan dunia yang sempit menuju kehidupan akhirat yang luas. Membebaskan kalian dari kekejaman para diktator menuju keadilan Islam." Apa yang diinginkan oleh Mughirah terealisasikan, sampai sebagian tentara Persia mengatakan, "Benar apa yang dikatakan orang Arab ini." Para penguasa dan pemimpin mereka mengatakan, "Sungguh bahaya apa yang diucapkan orang Arab ini. Ucapannya sangat berpengaruh bagi para hamba sahaya. Allah menghancurkan kami karena kami menganggap kecil keberadaan umat ini." Al-Mughirah kembali kepada Sa'ad kemudian berkata, "Perang dimulai." Kedua pasukan saling mendesak lawan sehingga terjadi perang yang sengit. Perang terus berkecamuk seiring dengan perjalanan waktu sampai terdengar gema Allahu Akbar. Sa'ad mengenal suara itu. Suara itu milik Hilal bin al-Qamah. Dia menyibak dan merangsek ke tengah-tengah pasukan yang sedang berperang untuk menyampaikan kabar gembira tentang terbunuhnya Panglima Rustum, panglima perang Persia. Dia berdiri di atas singgasana Rustum seraya berkata, "Demi Tuhan Ka'bah, aku berhasil membunuh Rustum." Mendengar berita kematian panglimanya, pasukan Persia lari tunggang-langgang dan pasukan muslim berhasil menawan serta mengambil harta mereka hingga malam tiba. Pasukan Persia lari dalam kegelapan malam dengan meninggalkan harta, peralatan perang, dan rumah-rumah mereka. Umat Islam merasa senang atas kemenangan yang Allah anugerahkan kepada mereka. Al-Mughirah bin Syu'bah terus mengawasi pasukan yang membawa harta kekayaan kaisar, baikmutiara, intan permata, emas, maupun perak untuk diserahkan kepada Khalifah yang memantau jalannya perang. Semoga kemenangan ini dari Allah Ta'ala. Tawanan Perang al-Mughirah bin Syu'bah dan Terbunuhnya Umar bin Khaththab r.a. Umar bin Khaththab tidak mengizinkan para tawanan perang yang beranjak dewasa untuk memasuki kota Madinah. Larangan ini berlangsung alami sampai akhirnya alMughgirah bin Syu'bah (Gubernur Kufah) meminta izin kepadanya untuk memasukkan salah satu tawanan perangnya ke Madinah, karena tawanan tersebut memiliki keahlian yang perlu dipelajari oleh pasukan Muslim. Karena itu, Umar mengizinkannya.

Al-Mughirah telah menetapkan setoran wajib kepada ghulam tersebut sebanyak 100 dirham per bulan. Ghulam tersebut bernama Abu Lu'lu'ah. Dia tinggal di Madinah dan mendapatkan laba yang besar selama di sana. Namun, dia mengadu kepada Khalifah bahwa jizyah yang ditetapkan al-Mughirah terlalu memberatkan. Umar menjawab bahwa jizyah tersebut tidak terlalu besar bila dibandingkan pendapatan yang diperoleh. Abu Lu'lu'ah segera keluar dengan kemarahan yang memuncak. Hari berganti hari dan bulan berganti bulan. Abu Lu'lu'ah membuat kejutan sehingga dipanggil Khalifah. Umar berkata kepadanya, "Telah sampai kabar kepadaku bahwa engkau berkata, 'Jika aku mau, niscaya aku akan membuat penggilingan padi yang diputar dengan angin.'" Abu Lu'lu'ah memandangi Khalifah Umar dengan sinis kemudian berkata, "Aku benarbenar akan membuat kejutan denganmu, ya Amirul Mu'rninin. Kejutan yang akan dibiarkan oleh semua orang." Ketika Abu Lu'lu'ah pergi dari hadapan Khalifah, Umar memberi tahu orangorangnya, "Hamba sahaya itu telah mengancamku." Tak lama kemudian Abu Lu'lu'ah menyiapkan pisau besar yang bermata dua. Dia bersembunyi di salah satu sudut masjid pada waktu sahur. Dia menunggu Umar di sana sampai Khalifah Umar keluar dari rumah menuju masjid untuk membangunkan umat agar melakukan shalat subuh berjamaah. Ketika Umar berada pada tempat yang agak tersembunyi, Abu Lu'lu'ah langsungmelompat dan menghunuskan pisaunya kepada Umar sebanyak tiga kali. Salah satu tusukan itu mengenai bagian bawah pusarnya dan luka itulah yang membuat khalifah meninggal dunia, Ketika dia merasa puas dengan perbuatannya dan merasa terjepit, dia menghunjamkan pisau tersebut pada badannya. Ibnu Abbas r.a. menuturkan, "Pagi hari di saat Umar ditusuk, aku termasuk orang yang membawanya masuk ke rumah." Umar sempat sadar sejenak lalu bertanya, "Siapa yang menusukku?" Aku menjawab, "Abu Luvkf ah, budak al-Mughirah bin Syu'bah." Umar berkomentar, "Ini akibat sikap temanmu. Aku ingin agar para tawanan perang tidak usah masuk ke Madinah, tapi kamu mengalahkan pendapatku." Itulah yang dilakukan Abu Lu'lu'ah. Dia tidak akan melakukan sendiri perbuatan tersebut. Ada kelompok yang mengatur rencana dan memonitornya. Jika tidak demikian, mengapa harus bunuh diri? Apa yang membuatnya berbuat seperti itu? Bukankah setiap manusia ingin hidup, meskipun dirinya akan diajukan ke meja hijau. Setidaknya, dia mempunyai kesempatan untuk melarikan diri, atau dia mempunyai alasan lain agar tetap hidup? Namun, bila dia melakukan bunuh diri berarti ada faktor eksternal yang membuatnya berbuat seperti itu. Faktor yang menyebabkan agar dia tidak disiksa oleh kelompok itu, supaya dia tidak membuka mulut tentang keberadaan mereka. Sebab, merekalah yang berada di balik peristiwa pembunuhan Umar dan masih terdapat tujuan Iain yang lebih besar. Kami melihat bahwa peristiwa pembunuhan Umar merupakan peristiwa besar yang dilakukan oleh satu negara. Hal tersebut dikuatkan dengan pernyataan Ka'abul Ahabar yang datang kepada Umar, "Ya Amirul Mu'minin, engkau akan meninggal setelah tiga hari dari penusukan ini" Umar bertanya, "Siapa yang memberi tahumu?" Dia menjawab, "Aku menemukannya dalam Taurat." Umar bertanya lagi, "Demi Allah, kamu benar-benar me-nemukan Umar bin Khaththab dalam kitab Taurat?" Dia menjawab, "Oh tidak, namun kutemukan ciri-ciri dan watakmu, bahwa ajalmu telah tiba." Pada saat itu, Umar tidak merasakan luka dan sakit. Keesokan harinya Ka'ab datang kembali dan berkata, "Ya Amirul Mu'minin, satu hari telah berlalu, maka tinggal dua hari lagi." Pada hari kedua dia datang kembali dan berkata, "Dua hari telah berlalu, tinggal satu hari lagi kesempatan hidup bagimu,

sampai subuh nanti." Ketika waktunya tiba, Umar keluar dari rumah untuk shalat subuh. Waktu itu, Umar ditusuk kembali. Dalam peristiwa ini, kami bertanyatanya, dari mana Ka'ab mengetahui berita kematian Umar? Apakah dia menemukan sif at dan watak Umar dalam kitab Taurat? Aku yakin tidak ada dalam Taurat, baik dalam Taurat yang dianggap asli maupun palsu. Namun, pada tangan mereka terdapat sesuatu yang menunjukkan hal tersebut. Bila demikian, bagaimana mungkin Ka'ab dapat mengetahui betul saat kematian Umar? Apakah dia mengetahui hal gaib? Padahal, hal tersebut hanya diketahui oleh Allah. Nabi dan Rasul saja mengetahuinya karena wahyu dari Allah, "(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seseorang pun tentang yang gaib, kecuali kepada Rasul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat)di muka dan di belakangnya." (al-Jinn [72]: 26-27) Tangan-tangan Yahudi sangat kuat23 untuk membunuh seorang Umar bin Khaththab r.a., sebagaimana yang disebutkan para ahU sejarah. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Umar bin Khaththab terhadap amal yang telah dilakukan untuk kemaslahatan umat Islam dan menempatkannya di surga yang penuh dengan kenikmatan. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar doa yang dipanjatkan. Nasihat al-Mughirah bin Syu'bah terhadap Khalifah Ali bin Abu Thalibra. Setelah Khalifah Utsman bin Affan r.a. terbunuh, Ali bin Abu Thalib diangkat sebagai khalifah. Al-Mughirah datang menemuinya dan berkata, "Ya Amirul Mu'minin, aku punya saran untukmu." Khalifah bertanya, "Apa saranmu?" Dia menjawab, "Jika engkau ingin tetap menjadi khalifah, angkatlah Thalhah bin Ubaidillah sebagai gubernur Kufah, Zubair bin 'Awwam sebagai gubernur Bashrah dan Mu'awiyah sebagai gubernur Syam, agar dia tetap 23 Sejarah kekejaman orang-orang Yahudi terkenal dalam sejarah, termasuk sejarah pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap para Nabi dan Rasul, menuduh para Nabi dengan tuduhan yang sangat keji karena mereka termasuk manusia yang paling ingkar dan kufur. Allah berfirman, "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh dengan tali Allah dan tali perjanjian dengan manusia. Mereka mendapatkan murka Allah dan diliputi kerendahan, karena kufur terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu karena mereka manusia yang ingkar dan melampaui batas." (al-'Imran [3]: 112) tunduk kepadamu. Bila semuanya sudah engkau lakukan, silakan kau lakukan apa saja yang kau kehendaki." Ali menjawab, "Tentang Thalhah dan Zubair akan aku pertimbangkan, tapi untuk Mu'awiyah aku tidak akan mem-biarkannya sebagai gubernur di Syam selama dia tetap bersikap seperti itu. Bila setuju dengan kekhalifahanku, akan aku biarkan, tapi bila menolak untuk mengakui kekhalifahanku, akan kuterapkan hukum Allah dan Rasul-Nya baginya." Al-Mughirah segera keluar dari hadapan Ali dengan perasaan kesal karena nasiharnya tidak didengar? Keesokan harinya, dia datang kembak" kepada Ali lalu berkata, "Ya Amirul Mu'minin, aku meminta maaf atas saranku yang tidak engkau jawab kemarin. Aku melihat bahwa mungkin jalan pemikiranmu yang benar. Teruskan pemikiranmu." Kemudian dia pergi dari hadapan Ali. Ketika dia keluar al-Hasan bin Ali menemui ayahnya dan bertanya kepada ayahnya, "Apa yang dikatakan al-Mughirah kepadamu Ayah?" Ali menjawab, "Kemarin dia datang kepadaku dengan pendapat A dan hari ini dia datang kembali dengan pendapat B." Al-Hasan berkomentar, "Mungkin kemarin berisi nasihat sedangkan ucapan hari ini merupakan tipu dayanya." Ali berkata kepada putranya, "Bila aku mengakui kekuasaan Mu'awiyah sebagai gubernur di Syam, sama artinya aku membenarkan kekeliruan."

Al-Mughirah berkata, "Aku menasihati Ali tentang putra Hindun, tapi dia menolaknya. Kukatakan kepadanya, biarkan Mu'awiyah sebagai gubernur Syam agar dia mengakui ke-khalifahannya, namun dia tetap menolak nesihatku. Nasihat yang baik menurutku." Mengapa al-Mughirah tidak konsisten dengan nasihat pertama? Mengapa dia mernbatalkan nasihat pertama dengan nasihat keduanya? Apakah dia marah karena nasihatnya ditolak? Apakah dia ingin membuat fitnah supaya dianggap berperan? Atau, semuanya itu merupakan ketentuan Allah yang telah ditetapkan? Kami tidak kuasa atas segalanya karena kami jauh dari peristiwa tersebut. Kami hanya bisa mengatakan bajwa mereka adalah umat di masa lalu. Baginya pahala dan dosa dari apa yang dikerjakan. Semoga Allah menganugerahkan rahmat dan meridhai mereka mua. Sikap al-Mughirah dan Sebagian Sahabat terhadap Fitnah ' Ammar bin Yasir memohon perlindungan dari terjadinya fitnah yang memecah belah umat Islam menjadi beberapa sekte dan kelompok. Awal terjadinya fitnah ialah ketika Thalhah, Zubair bin 'Awwam dan Siti Aisyah keluar dari Mekah menuju Basrah. Keluarnya mereka itu diikuti oleh Sa'id bin al-'Ash, Marwan bin alHakam, Abdurrahman bin Ttab bin Useid, dan al-Mughirah bin Syu'bah. Ketika sampai di Zhahran, mereka berhenti. Lalu, Sa'id bin al-'Ash berdiri dan mengatakan (setelah membaca hamdalah) bahwa Utsman bin Affan r.a. hidup di dunia sebagai manusia yang terpuji dan wafat sebagai orang yang kehilangan, wafat sebagai syahid yang berbahagia. Maka, Allah melipatgandakan kebaikannya, mengangkat derajatnya bersama orang-orang yang mendapat nikmat dari Allah swt. Yakni, para Nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh. Mereka adalah sebaik-baik teman. Sa'id meneruskan ucapannya, "Wahai umat manusia, kamu mengira bahwa kamu keluar untuk menuntut darah kematian Utsman. Jika itu tujuan kamu keluar, maka yang bertanggung jawab atas kematian beliau adalah kelompok ini. Balaslah dengan pedangmu. Jika itu tidak kamu lakukan, kembalilah ke rumahmu. Jangan membunuh hanya karena ingin mendapat ridha kelompok, karena manusia tidak memberikan manfaat sedikit pun di hadapan Allah pada hari Kiamat nanti." Marwan bin Hakam menjawab, "Tidak, bahkan kita harus membunuh sebagian mereka. Barangsiapa terbunuh berarti dia dalam kemenangan, dan yang tersisa hidup, maka kita akan mencarinya dan dia adalah orang yang hina dan lemah." Al-Mughirah lalu berdiri dan berkata, "Segala puji bagi Allah Zat yang Mahasuci. Pendapatku sama seperti pendapat Sa'id bin al-Ash. Barangsiapa yang berasal dari Hawazin dan setuju dengan pendapatku, silakan ikut bersamaku." Sebagian kelompok keluar dan mengikuti al-Mughirah hingga terjadi Perang Shiffin dan Jamal. Al-Mughirah berpangku tangan dari fitnah yang ditebarkan di tengah-tengah umat Islam. Dia duduk di rumahnya dan berkata, "Fitnah itu terjadi bukan karena Ali juga bukan karenaku." Apakah pendapat ini adalah pendapat yang tepat dari seorang bangsawan Arab? Bukankah al-Mughirah dan orang-orangnya dapat melakukan perbuatan selain fitnah? Bukankah dia mengetahui orang yang berada di jalan yang benar dan orang yang melakukan kezaliman dan melanggar hak orang lain? Bagaimana mungkin al-Mughirah dan para pengikutnya melupakan firman Allah, "Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu saudara, karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (al-Hujuraat [49]: 9-10)

Sesungguhnya, Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman yang tidak terlibat dalam peperangan untuk men-damaikan dua kubu yang saling berperang. Bila salah satu kelompok yang berseteru menolak untuk berdamai dan tidak mau kembali pada jalan yang benar, maka orang-orang beriman wajib menghalau kelompok yang menolak tersebut. Mereka terus diperangi hingga mereka mau kembali kepada Allah, menghentikan permusuhan, dan menerima hukum Allah yang dapat menyelesaikan permusuhan mereka. Namun terjadilah segala sesuatu yang dikehendaki Allah. Al-Mughirah bin Syu'bah dalam Pandangan Orang Lain Penulis at-Thabaqaat menuturkan bahwa Mughirah adalah orang yang berambut lebat, berbibir tipis, berperawakan gemuk, panjang kedua siku tangannya, lebar dadanya, dan rambut kepalanya mempunyai empat pusat. Asy-Sya'bi mengatakan bahwa hakim ada empat orang, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Abdullah bin Mas'ud dan Abu Musa al-As/ari r.a. Sedangkan orang yang cerdik ada empat, yaitu Mu'awiyah bin Abu Sufyan, 'Amr bin 'Ash, alMughirah bin Syu'bah, dan Ziyad bin Abihi r.a. Asy-Sya'bi menyebutkan bahwa ia mendengar al-Mughirah berkata, "Aku tidak pernah terkalahkan kecuali oleh seorang pemuda ketika aku hendak menikahi seorang wanita, kemudian aku meminta pendapatnya tentang wanita tersebut. Dia menjawab, 'Wahai Tuanku, engkau tidak pantas untuk menikahinya.' Aku bertanya, 'Mengapa?' Dia menjawab, 'Aku telah menyaksikan seorang laki-laki telah muncumbunya, kemudian aku mendengar laki-laki tersebut menikahinya.' Aku bertanya kepadanya, 'Bukankah kamu hanya menduga bahwa ada seorang laki-laki yang telah mencumbunya.' Dia menjawab 'Ya, aku menyaksikan ayah wanita tersebut mencumbunya ketika wanita itu masih kecil.'" Qabishah bin Jabir menuturkan, "Aku menemani al-Mughirah bin Syu'bah. Di kota Madinah ini terdapat delapan pintu masuk Al-Mughirah tidak akan dapat keluar dari pintu-pintu tersebut kecuali dengan cara menipu." Kematian al-Mughirah r.a. Al-Mughirah wafat ketika menjabat sebagai gubernur Kufah, pada tahun 50 Hijirah. Para ulama sepakat, bahwa beliau meninggal pada bulan Ramadhan dalam usia 70 tahun. Semoga Allah menganugerahkan rahmat kepadanya. Dia adalah orang yang cerdik dan cerdas, memiliki pendapat yang akurat. Semoga Allah memberikan rahmat kepadanya sesuai dengan jasa yang diberikan untuk kemaslahatan Islam dan umatnya. Hikmah dan Pelajaran: Mengapa Jihad Diwajibkan dalam Islam? Mengapa Allah mewajibkan jihad kepada Nabi terakhir? Mengapa umat Islam generasi pertama keluar dari Jazirah Arab? Apakah mereka keluar dari negaranya untuk menyusun strategi dan menyiapkan kekuatan guna membela agama? Umat Islam bertebaran di muka bumi, menyeru kepada umat manusia untuk memeluk agama yang baru. Dalam Kitab mereka tidak ada paksaan untuk memeluk Islam. Allah swt. berfirman kepada Rasul-Nya agar tidak memaksakan kehendak kepada sebagian kerabatnya untuk masuk Islam, "Apakah kalian akan memaksa manusia supaya menjadi seorang mukmin?" (Yunus [10]: 99) Allah berfirman, "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama(Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat." (al-Baqarah [2]: 256) Berdakwah dalam Islam harus dilakukan dengan cara santun dan argumentatif, sebagaimana firman Allah, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik." (an-Nahl [16]: 125) Jika ajaran Islam mengajarkan demikian, untuk apa umat Islam keluar dari tanah air mereka dan berpencar menuju empat belahan bumi? Apakah terdapat unsur yang

mengharuskan mereka keluar? Atau Rasul mereka memerintahkan mereka keluar untuk berjihad? Hakikat keluarnya mereka adalah untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Mereka keluar untuk mendakwahkan agama baru ini. Keluar untuk kemuliaan kalimat Allah. Itulah unsur utama mereka bergerak dalam jihad Islam. Pendapat ini dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. ketika ditanya tentang seseorang yang terbunuh karena keberanian, pampasan perang, dan wibawa. Manakah yang berada di jalan Allah? Nabi bersabda, "Siapa saja yang berjuang untuk menegakkan kalimat Allah, sesungguhnya ia berjuang di jalan Allah?" Bukan dinamakan jihad kalau tujuannya untuk menjajah negara, mengeksploitasi ekonomi, merendahkan martabat orang lain, atau untuk tujuan hidup mewah di atas penderitaan orang lain. Unsur utama jihad ialah untuk menegakkan kalimat Allah. Termasuk jihad di jalan Allah ialah berjuang untuk mem-pertahankan keselamatan keluarga, harta, kehormatan, dan membela negara untuk mendapatkan kemerdekaan. Rasul saw. bersabda, "Siapa saja yang terbunuh karena membela kehormatan, keselamatan keluarga dan hartanya, berarti ia syahid." Dari keterangan tersebut di atas jelaslah bahwa misi Islam bagi umat manusia, sama seperti yang dijelaskan al-Mughirah bin Syu'bah kepada Panglima Rustum, panglima tentara Persia, ketika ia menjadi delegasi Islam. Al-Mughirah menjelaskan, "Allah mengutus kami untuk membebaskan manusia dari menyembah sesama makhluk kepada menyembah Tuhan yang Maha Esa, dari kesulitan dunia menuju keluasannya, dan dari kekejaman agama-agama menuju keadilan Tuhan yang Maha Pengasih." Dalam Islam semua manusia berkedudukan sama, karena semua manusia berasal dari Nabi Adam dan Adam berasal dari tanah. Pemahaman jihad dalam Islam dapat dipahami dari pesan Rasulullah saw. kepada para pemimpin pasukan, "Aku berpesan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah; berjuanglah karena asma' Allah; perangilah orang yang ingkar kepada-Nya; jangan berperang karena tujuan ingin mengalahkan, dan menipu; jangan berbuat kejam; dan jangan membunuh anak-anak. Bila kamu bertemu musuh, serukan tiga hal kepada mereka. Unsur mana saja yang diterima, terimalah dan maafkan mereka. Namun bila mereka membangkang, mohonlah pertolongan Allah untuk memeranginya." Ketakwaan seorang pemimpin berpengaruh besar terhadap pasukan yang dipimpinnya, karena orang yang takwa hanya takut kepada Allah dan siksa-Nya, maka dia akan memerintahkan dengan adil, takut melakukan penipuan, dan khiyanat. Orang yang bertakwa selalu yakin, bahwa apa yang terjadi atas ketetapan Allah, tidak takut akan gelapnya malam dan percaya akan dua hal, menang atau mati syahid. Berjuang di jalan Allah harus didasarkan pada asma' Allah, bukan karena fanatisme suku, kepentingan pribadi. Juga bukan untuk mendapatkan harta pampasan perang dan perang hanya ditujukan kepada orang-orang kafir yang membangkang, sedangkan ahli kitab mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan umat Islam. Allah berfirman, "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama, dan tidak(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil." (al-Mumtahanah [60]: 8) Orang yang diperangi ialah orang yang menolak salah satu dari tiga opsi yang ditawarkan, yaitu: a. memeluk Islam, b. membayar jizyah, atau c. perang.

Bila mereka memenuhi seruan Islam, maka tidak ada perang dan tidak ada pembunuhan. Allah berfirman, "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (al-Anfaal [8]: 61) Mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan umat Islam. Bila mereka menolak tawaran pertama, maka mereka wajib menerima tawaran yang kedua, yaitu membayar jizyah. Pajak dibebankan kepada orang kafir dzimmi statusnya sama dengan kewajiban zakat bagi umat Islam. Sebab, setiap penduduk wajib menyumbangkan sebagian hartanya untuk keamanan negara, butuhan tentara, keamanan perbatasan, kebutuhan umum membanru orang-orang miskin, membantu pengobatan orang-orang sakit dari golongan ekonomi lemah, dan kebutuhan lainnya. Selama penduduk muslim membayar kewajiban zakat dan tidak dapat digugurkan, maka adalah hal yang adil bila penduduk norimuslim wajib membayar jizyah sebagai jaminan kehidupan mereka di negara Islam. Bila mereka menolak membayar kewajiban jizyah, maka berlaku tawaran yang ketiga, yaitu perang. Jika Allah menghendaki, tentu negara-negara nonmuslim akan masuk Islam. Dengan demikian, para pejabatnya tidak boleh dipecat kemudian kendali pemerintahan diberikan kepada yang lain, agar negara tersebut tetap dikendalikan oleh seorang pemimpin muslim yang mampu menerapkan ajaran-ajaran Islam menjamin kesejahteraan rakyat, dan mampu menjaga stabilitas negara. Hal tersebut lebih mudah dilakukan oleh anak bangsa dari negara itu sendiri. UMAIR BIN WAHB BIN KHALF R.A. Umair bin Wahb berkata kepada orang Quraisy pada Perang Badar, Wahai orangorang Quraisy, aku benar-benar melihat kematian yang membawa malapetaka." Dia diam sejenak kemudian melanjutkan kata-katanya, "Kami menyusun Yatsrib yang dapat mendatangkan kematian. Bangsa Arab adalah kaum yang tidak memiliki benteng dan tempat berlindung kecuali pedang-pedang mereka. Bukankah kamu melihat mereka bagaikan orang bisu yang tidak dapat berkata-kata, melainkan hanya dapat menggerakkan bibirnya. Demi Allah, aku tidak melihat kita dapat membunuh salah seorang dari mereka melainkan ada di antara kita yang terbunuh. Bila mereka dapat mengalahkan kalian, apalah artinya kebaikan hidup setelah itu? Ubahlah cara berpikir kalian." Umair bin Wahb adalah seorang pahlawan yang dilahirkan dari madrasah Nabi. Sebelumnya dia termasuk salah seorang pahlawan Quraisy yang gagah berani, dan seorang pahlawan yang ditakuti kecerdikannya. Mengapa tidak, bukankah dia berasal dari Kabilah Jamh, salah satu kabilah yang terkenal kepahlawanannya baik di masa jahiliah maupun di masa Islam? Sejarah tidak banyak menyebutkan tentang masa kecil sang pahlawan yang gagah berani ini. Sejarah hanya menyentuh kehidupan Umair bin Wahb sebagai seorang remaja yang telah mempunyai kekuatan dan kedewasaan dalam berpikir. Kemudian sejarah menyebutkan tentang kepiawaian Umair bin Wahb ketika berada di Damn Nadwah. Pendapat-pendapatnya selalu dibenarkan orang-orang yang berpengaruh. Tidak hanya itu, sejarah menyebutkan tentang langkah, kejutan-kejutan yang dibuatnya, dan kemahirannya dalam renang. Kecepatan geraknya dapat mengimbangi kecepatan burung yang terbang. Kejutannya dapat mengalahkan kecepatan dua kuda yang menarik gerobak, dan kemampuannya dalam berenang dapat mengikuti kecepatan ikan berenang sehingga dapat membuat ikan terkejut dengan keberadaannya. Lalu, kembali di waktu sore dengan membawa burung-burung dan ikan-ikan laut. Itu ah kehidupan Umair yang selalu berusaha tanpa mengenal lelah untuk mendapatkan kebahagiaan dan impiannya. Umair mendengar seorang pemuda keturunan Abdul Muthalib (Muhammad bin Abdullah) menganggap bodoh orang-orang yang berkhayal. Dia juga menghina patung dan berhala, serta menyeru kepada umat manusia untuk beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa. Ketika itu, orang-orang Quraisy menginjak kepalanya dan bertekad untuk

memerangi Muhammad, dan para pengikutnya. Orang-orang Quraisy mengajak para pemuda dan orang tua untuk bergabung dalam pasukan yang akan menghancurkan para pengikut agama baru. Di antara pemuda yang bergabung dengan pasukan Quraisy, tersebut ialah Umair bin Wahb. Umair bin Wahb dalam Perang Badar Orang-orang kafir Quraisy keluar dengan peralatan perang yang lengkap untuk menghancurkan umat Islam. Mereka berjalan sampai ke air Badar. Namun, umat Islam telah mendahului mereka di tempat tersebut, sehingga air Badar dikuasai oleh umat Islam. Mereka mulai melakukan pengintaian tentang jumlah pasukan dan kekuatan lawan. Di antara anggota pasukan pengintainya adalah Umair bin Wahb. Ketika Umair bin Wahb kembali, ia menjelaskan hasil pengintaiannya, "Aku telah menaiki lembah tersebut dan tidak menemukan kekuatan sama sekali pada pasukan muslim." Mereka bertanya, "Berapa jumlah personil perang mereka?" Dia menjawab, "Mereka tidak lebih dari 300 personil. Kalaupun lebih hanya sedikit sekali, 70 pasukan unta dan dua orang pasukan berkuda." Mereka berteriak, "Kamu pasti dapat merampas senjata dan tanah akan dibanjiri dengan darah." Mendengar yel-yel tersebut Umair berkata, "Wahai kaumku, aku telah melihat cita-cita yang mendatangkan kematian." Dia terdiam sejenak kemudian berkata, "Kami akan menyusuri Yatsrib dengan penuh kematian. Satu umat yang tidak mempunyai perisai kecuali pedang. Bukankah kamu dapat menyaksikan seorang tuna wicara? Tapi mereka dapat menyusuri kematian itu. Demi Allah, aku tidak melihat satu pasukan mereka kecuali satu personil pasukan kita yang terbunuh. Bila mereka dapat melakukan strategi tersebut, maka kebaikan apalagi yang diperoleh setelah perang ini? Ubahlah cara berpikirmu!" Hakim bin Hizam mengatakan, "Lebih baik kita kembali ke Mekah saja." Pernyataan ini dibenarkan oleh Syaibah dan 'Utbah. Mereka adalah dua orang saleh. Mereka mengisyaratkan kepada pasukan Quraisy untuk kembali ke Mekah. 'Utbah berkata, "Janganlah kalian menolak nasihatku ini dan jangan me-remehkannya. Namun, Abu Jahal terus menghasud mereka ketika mendengar ucapan 'Utbah dan menyerukan peperangan. Dengan demikian, perang tidak dapat dihindari dan umat Islam pun mendapat pelajaran berharga dari peperangan tersebut. Orang-orang Quraisy merasa bahwa mereka sedang berada di atas angin, namun Allah memberikan kemenangan mutlak di pihak muslim pada perang tersebut." Allah menurunkan firman-Nya, "Sesungguhnya Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu (ketika itu)adalah orang-orang yang lemah (keadaan kaum muslimin lemah karena jumlah mereka sedikit dan perlengkapan mereka kurang mencukupi). Karena itu, bertawakkallah kepada Allah supaya kamu mensyukurinya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, 'Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?' Tentu (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerangmu dengan serta merta, niscaya Allah membantumu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenanganmu) dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Ali Imran [3]: 123-126) Umair bin Wahb kembali ke Mekah bersama orang-orang yang kalah perang dengan kesedihan yang mendalam, karena buah hati merekaahb bin Umairditawan oleh umat Islam. Dia ingat dengan kata-kata 'Utbah bin Rabi'ah yang menganjurkan orangorang Quraisy untuk kembali ke Mekah dan tidak usah berperang. Di antara katakatanya, "Wahai orang-orang Quraisy, kalian tidak akan dapat berbuat banyak bila bertemu Muhammad dan para sahabatnya. Karena jika kalian menang, maka seseorang akan membenci saudaranya. Sebab, dia telah membunuh anak, paman, bibi, atau salah satu anggota keluarganya. Kembalilah kalian dan biarkan Muhammad bersama

kabilah Arab yang lain. Jika tidak terjadi perang, buah hati kalian tidak akan menjadi tawanan perang. Apa mungkin dia akan membiarkan buah hati kalian menjadi tawanan Muhammad dan para sahabatnya? Tidak mungkin kalian membiarkannya, tapi bagaimana cara mem-bebaskannya?" Umair Berunding untuk Membunuh Muhammad saw. Umair mengalami kegelisahan yang mendalam hingga dia dapat menguasai diri untuk bersabar dan berlaku bijak. Perasaan tersebut sama dengan apa yang dialami Sofwan bin Umayyah, karena ayahnya terbunuh dalam Perang Badar. Sufyan berkata, "Demi Allah, tidak ada kebaikan sedikit pun setelah Perang Badar." Maksudnya, para korban Perang Badar. Umair menjawab, "Demi Allah, jika Allah tidak memberikan agama kepadaku dan khawatir keMangan keluarga, niscaya aku akan naik kuda untuk membunuh Muhammad." Sofwan bertanya, "Bagaimana mungkin terjadi?" Umair menjawab, "Sesungguhnya aku masih memiliki hubungan keluarga dengan mereka dan putraku mereka tawan." Sofwan mendapat berita baik tentang hal tersebut, kemudian dia berkata, "Agamamu adalah agamaku dan keluargamu adalah keluargaku. Aku akan membantu mereka selama mereka berada di sana." Umair menjawab, "Rahasiakan rencana kita ini." Sofwan bertanya, "Betulkah itu?" Kemudian Umair "memerintahkan" pedangnya agar memberikan kenangan baginya. Ketika bekal perjalanannya telah siap, dia segera pergi ke Yatsrib, mengendalikan kudanya bagaikan angin yang bertiup kencang. Tidak berapa lama kemudian kaki kudanya telah menginjak kota Madinah dan menerbangkan debu-debunya sampai dia mendekati masjid Rasulullah saw. Kedatangannya diketahui oleh Umar bin Khaththab r.a. yang sedang duduk-duduk di depan pintu masjid dengan para sahabat Rasulullah saw. yang lain. Menyaksikan kedatangannya tersebut, Umar selalu mengamatinya dan berkata, "Dia adalah musuh Allah. Kedatangannya pasti untuk berbuat jahat, karena dialah yang mengadu domba dan memaksa kami untuk berperang di Badar." Umair telah kembali dengan menanggalkan sifat buruknya dan menyatakan keislamannya. Umar bin Khaththab masuk untuk menghadap Rasulullah saw. Dia menuturkan, "Wahai Nabi Allah, ini adalah musuh Allah datang dengan menyandang pedangnya." Rasulullah saw. bersabda, "Hadapkan dia kepadaku." Umar bin Khaththab memohon izin kepada Rasulullah saw. dengan mengalungkan pedang di lehernya dan memerintahkan orang-orang yang datang bersamanya untuk menghadapkan Umair bin Wahb kepada Rasulullah saw. Mereka segera menghadapkannya kepada beliau, "Waspadailah dia karena dia bukan orang yang dapat dipercaya." Orang-orang Anshar segera memerintahkan Umar dan Umar segera masuk untuk menghadap Rasulullah saw. dengan membawa Umair bin Wahb. Umar memegangi tali pedang yang berada di lehernya. Rasulullah saw. bersabda, "Lepaskan dia wahai Umar." Beliau berkata kepada Umair, "Mendekatlah." Umair pun mendekat dan berkata, "Berbuat baiklah kamu di waktu pagi." Itulah kata penghormatan orang-orang jahiliah. Rasulullah saw. bersabda, "Allah telah memuliakan kami dengan penghormatan yang lebih baik dari penghormatan, ya Umair. Yakni, penghormatan ahli surga." Umair berkata, "Ya Muhammad, jika engkau seperti itu berarti engkau mempunyai ajaran baru." Nabi bertanya, "Mengapa engkau datang ke sini?" Umair menjawab, "Aku datang ke sini untuk memohon pembebasan seorang tawanan yang kau tawan." Nabi bertanya, "Mengapa engkau membawa pedang?" Umair menjawab, "Ya, hanya untuk menjaga diri." Nabi bertanya, "Apa benar tujuanmu ke sini hanya untuk itu?" Umair menjawab, "Memang benar, tujuanku ke sini untuk pembebasan seorang tawanan."

Rasul bersabda, "Bukankah engkau dan Sofwan duduk bersama di Hijr? Kalian berdua membicarakan tentang korban perang. Kemudian, kau berkomentar, 'Jika aku tidak mempunyai agama dan keluarga, niscaya aku keluar untuk membunuh Muhammad.' Sofwan bin Umayyah menanggung agama dan keluargamu agar kamu dapat membunuhku. Hanya Allah yang dapat menghalangimu dari masalah itu." Umair menjawab, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah. Ya Rasulullah, kami telah mendustakanmu dengan berita yang kau bawa dari langit dan wahyu yang turun kepadamu. Masalah tersebut hanya aku dan Sofwan yang tahu. Demi Allah, engkau mengetahui masalah tersebut hanya dari Allah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepadaku dan membawaku ke hadapanmu." Lalu, dia bersaksi dengan dua kalimat syahadat yang benar. Rasulullah saw. bersabda, "Ajarkan agama dan Al-Qur'an kepadanya dan bebaskan tawanannya." Para sahabat segera melaksanakan perintah beliau. Semoga Allah meridhai mereka. Umair Kembali ke Mekah Bersama Putranya Umair berkata, "Ya Rasulullah saw., aku telah berjuang seku tenaga untuk menghancurkan cahaya Allah, dan sangat memusuhi orang-orang yang menganut agama Allah. Sekarang, aku senang bila engkau mengizinkanku kembali ke Mekah dan menyeru penduduk Mekah untuk masuk agama Allah dan Rasul-Nya, yaitu agama Islam. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada mereka untuk memeluk agama yang benar. Jika mereka tidak berkenan masuk Islam, maka aku akan menyakiti mereka seperti aku menyakiti para sahabatmu." Rasulullah saw. mengizinkannya. Umair segera kembali ke Mekah dengan perasaan bangga dan suka cita, karena pada dirinya terdapat keimanan yang baru, keimanan yang tidak terduga sebelumnya. Umair yang sekarang tidak sama dengan Umair sebelumnya. Umair dahulu adalah seorang pembuat keonaran dan calon pembunuh Rasulullah. Namun, Umair sekarang ialah seorang muslim yang men-jalankan ajaran Islam. Seorang muslim yang hanya menyembah Allah, seakan-akan dia melihat-Nya. Bila dia tidak dapat melihat-Nya, dia yakin bahwa Allah mengawasi dirinya. Seorang muslim yang gagah berani, tidak takut terhadap kelompok kaum kafir, karena dia yakin Allah selalu bersamanya. Dia yang akan menolong dan menjaganya. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya, "Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad [47]: 7) Dia memasuki kota Mekah malam hari dan Sofwan mengetahui kedatangan Umair, tapi tidak langsung menjenguknya, karena dia tidak mendengar berita bahwa Umair telah berhasil membunuh Muhammad. Dia mencari informasi dan ternyata Umair telah masuk Islam. Oleh karena itu, Sofwan bertekad memutuskan hubungan dan tidak mau berbicara dengan Umair selamanya. Namun, Umair tidak peduli dengan sikap Sofwan. Ia terus berdakwah agar manusia memeluk Islam dan ternyata banyak umat manusia yang masuk Islam karena dakwahnya. Umair Saat Penaklukan Kota Mekah Siang dan malam silih berganti, tapi Umair tidak dapat menyeru manusia kepada agama Allah, hingga Allah memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk menaklukkan kota Mekah. Sahabat Anshar dan Muhajirin kembali bersama Rasulullah saw. untuk membersihkan Baitullah dari berhala. Membersihkan tempat tersebut dari segala bentuk kemusyrikan dan kesesatan. Ketika Umair menyaksikan kedatangan kekasih-Nya (Rasulullah) bersama orang-orang Anshar dan Muhajirin, dia segera menyambut dan bergabung dengan mereka. Dia sangat senang karena dapat berkumpul kembali dengan seorang pemimpin manusia, yaitu Muhammad Rasulullah saw. Umair berkata, "Ketika Mekah dapat ditaklukkan, Rasulullah " saw. berdiri di Shafas yang dikelilingi orang-orang Anshar untuk berdoa kepada Allah. Mereka berbisik-bisik, 'Apakah kalian tidak melihat Rasulullah saw., ketika kota kelahirannya berhasil ditaklukkan, niscaya beliau akan tinggal di tanah kelahirannya?'

Ketika Rasulullah saw. selesai dari doanya, beliau bertanya, 'Apa yang kalian katakan?' Mereka menjawab, 'Kami tidak mengatakan apa-apa, ya Rasulullah.' Beliau terus mendesak mereka untuk mengatakan apa yang sebenarnya, sampai akhirnya mereka mengatakan kekhawatirannya, maka beliau bersabda, 'Aku berlindung kepada Allah, hidup dan mati bersama kalian.'" Umair menuturkan, "Aku menyaksikan Fadhalah bin Umair berusaha untuk membunuh Nabi saw. dengan berpura-pura thawaf di Ka'bah pada hari penaklukan Mekah. Namun ketika ia telah dekat dengan Rasulullah, Rasul berkata, "Apakah ini Fadhalah?" Dia menjawab, "Ya, aku Fadhalah, ya Rasulullah." Nabi bertanya, "Apa yang ada dalam hatimu?" Fadhalah menjawab, "Tidak ada apaapa, aku hanyaberzikir kepada Allah." Rasulullah saw. tersenyum kemudian beristigfar dan meletakkan tangannya di atas dada Fadhalah. Dengan sentuhan Rasulullah, hati Fadhalah menjadi tenang dan damai. Kemudian dia berkata, "Demi Allah, sebelum beliau mengangkat tangannya dari dadaku, aku sangat mencintai beliau melebihi cintaku kepada makhluk Allah yang lain." Sofwan bin Umayyah Melarikan Diri Ketika kota Mekah berhasil ditaklukkan Sofwan bin Umayyah melarikan diri ke Jeddah dan melanjutkan ke Negeri Yaman. Umair memohon kepada Nabi, "Ya Nabi, Sofwan adalah pemimpin bagi kaumnya. Dia melarikan diri dari tuan dan akan menyeburkan dirinya ke laut, maka berilah jaminan keamanan baginya, ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Dia dijamin keamanannya." Umair berkata, "Ya Rasulullah, berilah aku tanda jaminanmu baginya." Rasulullah saw. memberikan serban ketika beliau memasuki kota Mekah. Umair segera menyusul kepergian Sofwan dengan membawa serban tersebut. Dia mendapati Sofwan akan menceburkan dirinya ke laut. Dia memanggilnya, "Ya Sofwan, demi ayah dan ibuku sebagai jaminannya bagimu. Ya Allah, kam 56 akan bunuh diri. Lihat, ini jaminan keamanan dari Rasulullah. Aku telah membawanya untukmu." Sofwan menjawab, "Berengsek kamu! pergilah dari hadapanku dan jangan sekali-kali berbicara denganku." Tapi Umair terus berkata, "Hai Sofwan, demi ayah dan ibuku, kamu adalah orang yang terbaik, paling utama, dan dia adalah orang putra pamanmu. Kemuliaannya adalah kemuliaanmu. Kehormatannya adalah kehormatanmu dan kekuasaannya adalah kekuasaanmu." Sofwan menjawab, "Aku takut kepadanya karena ulahku sendiri." Umair menimpali, "Beliau seorang pemaaf bahkan sangat santun." Umair kembali bersama Sofwan sampai mereka datang menghadap Rasulullah saw. Sofwan berkata, "Dia mengatakan bahwa engkau telah memberikan jaminan keamanan padaku." Nabi bersabda, "Dia benar." Sofwan meminta, "Berikan aku waktu dua bulan untuk menerimanya." Beliau bersabda, "Engkau diberikan kesempatan berpikir selama empat bulan." Demikianlah langkah Umair dalam menyelamatkan Sofwan dari bunuh diri dan kekufuran yang disandangnya. Umair pada Perang Hunain Setelah penaklukan kota Mekah, terjadi Perang Hunain dan Umair mempunyai kesempatan baik untuk membela Rasulullah saw. Umair dapat menyisir pasukan musyrikin dan dapat menghancurkan kekuatan mereka. Disebutkan dalam sejarah Islam bahwa dia banyak terlibat dalam berbagai peperangan melawan orang-orang kafir yang menghalangi Dakwah Islamiyah. Dia dikenal sebagai pahlawan yang gagah berani, berperang karena Allah, ditakuti oleh pasukan kafir dan thaghut. Setelah menjadi seorang muslim, Umair dikenal sebagai muslim yangistiqamah menjalankan ajaran agama dan ajaran-ajaran Rasul, suka membaca Al-Qur7an, belajar agama, dan giat berdakwah di jalan Allah dengan ilmu. Dari sejarah tersebut dapat diketahui bahwa dia seorang pahlawan muslim yang disegani lawan, seorang pahlawan yang dididik oleh madrasah Nabi, yakni para pahlawan nan gagah berani dalam berdakwah kepada umat manusia.

Di malam yang gelap-gulita, kebodohan yang mencekam, klenik-klenikyang menguasai umat manusia, mereka tampil untuk memajukan dunia, membersihkan alam dari kemusyrikan, dan PamKsatriadisddtarRasulutlahSAW menanamkan kebenaran di dalam hati umat manusia. Ketika orang-orang seperti itu telah meninggalkan dunia fana ini, kapankah orang-orang seperti mereka akan muncul kembali ke dunia sebagai rahmat dari Tuhan Semesta Alam, supaya umat manusia berilmu dan beriman kembali, menyelamatkan manusia dari kegelapan bumi menuju terangnya langit? Kapankah itu terjadi, ya Tuhanku? Metode Al-Qur'an dalam Mendidik Generasi Masa Depan Betapa besar pengaruhnya kekalahan yang dialami orang-orang Quraisy dalam Perang Badar. Dalam waktu relatif singkat, para pengikut Muhammad dapat mengalahkan kekuatan yang dimiliki orang-orang Quraisy. Tidak lama kemudian para pahlawan Islam dapat membuat pasukan Persia lari tunggang-langgang, bahkan mendesak pasukan Romawi ke daerah perbatasan Syam. Hal tersebut menumbuhkan berbagai pertanyaan, apa yang terjadi terhadap mereka? Unsur apa yang membuat mereka mengalami perubahan pesat dalam waktu singkat, hingga mereka menjadi panglima dari sebuah pasukan? Apa yang membuat mereka ahli dalam strategi peperangan, termasuk ahli mengatur peperangan? Apa yang menyebabkan mereka dapat mengetahui kelemahan sebuah negara sehingga mereka dikenang sepanjang masa? Apakah karena pengalaman perang? Apakah karena latihan yang terus-menerus? Atau mereka ahli dalam membaca situasi dan menganalisis strategi perang negara-negara lain? Sebenarnya mereka tidak mempunyai keahlian-keahlian tersebut. Sesungguhnya, yang membuat mereka dapat berbuat seperti itu adalah ajaran-ajaran Al-Qur'an, wahyu Tuhan semesta alam, Allah swt., yang dibawa malaikat Jibril. Al-Qur'an yang mengeluarkan bangsa Arab dari kebodohan menuju kemajuan ilmu pengetahuan. AlQur'an yang mengikat mereka dengan Tuhannya. Setiap orang beribadah kepada Allah di mana saja. Seakan-akan mereka dapat melihat-Nya, selalu merasa diawasi dan dibimbing setiap waktu. Dia dapat melihat mereka, baik di waktu malam maupun siang, sore maupun pagi, di kebun maupun pabrik, di tempat pertemuan maupun di rumah, di perjalanan maupun di tempat tinggal. "Dan Dia bersama kamu di mana pun kamu berada." (al-Hadiid [57]: 4) "Tiada pembicaraan yang rahasia antara tiga orang melainkan Dia-lah yang keempatnya, dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan dia-lah yang keenamnya, Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (al-Mujaadalah [58]: 7) Ketika iman telah melekat di hati seseorang, maka dia akan menjadi manusia baru yang selalu berhubungan dengan langit. Jika iman lemah dan mudah tergoda oleh manisnya dunia dan bujukan setan, dia akan berbuat kejahatan di waktu malam. Bila dia tersadar, maka dia akan putus asa karena sangat terpukul atas perbuatannya sendiri. Tidak ada cara lain untuk mengetahui kekeliruan tersebut kecuali mengetahui sebab-musabab terjadinya tindak kriminal. Untuk menjaga masyarakat dari tindak kriminal, maka ditetapkan hukum had (pidana). Pada masa jahiliah, manusia meminum minuman keras, membunuh, berzina, dan mengambil barang orang lain secara paksa. Maka, ketika diseru untuk memeluk Islam dengan mengucapkan "Tidak ada tuhan selain Allah," mereka menjadi manusia yang memiliki kedudukan sama. Itulah yang dialami oleh Umair bin Wahb. Dia keluar dari rumah dengan tekad akan membunuh Muhammad. Dia menyiapkan segala keperluan untuk bepergian ke Yatsrib. Dalam perjalanan ke Yatsrib, dia merencanakan dengan matang tentang cara membunuh Muhammad, meskipun harus mengorbankan nyawa.

Namun, sebelum memasuki kota Madinah, dia merasa gentar untuk meneruskan perjalanannya dan rasa takut mulai meng-hantui dirinya. Dia merasa tidak akan mampu membunuh Muhammad karena beliau dikelilingi para pengikutnya yang perkasa. Tidak mungkin baginya dapat menghabisi Muhammad (orang yang sangat dicintai para pengikutnya). Sampai akhirnya, setan telah meninggalkan dirinya. Keadaan menjadi semakin mencekam karena dirinya ditangkap oleh Umar bin Khaththab dan dia tidak dapat melepaskan diri dan ikatan Umar. Yang lebih mengejutkan lagi, ketika dia mendapat berita dari Kasul saw. bahwa dia dan Sofwan telah melakukan kesepakatan untuk membunuh beliau. Mendengar berita tersebut dia semakin Para Ksatria di sekitnr Rasulullah SAW gelisah sampai akhirnya dia bersaksi dengan mengucapkan kalimat "tauhid," beriman dan keimanannya tidak tergoyahkan oleh apa pun. Dia yakin bahwa apa yang diucapkan Muhammad bukan berasal dari dirinya sendiri melainkan berdasarkan wahyu dari Allah, "Dia mengetahui pandangan mata yang khianat, dan apa yang disembunyikannya dalam hati." (al-Mu'min [40]: 19) Orang kafir yang ragu dengan kekufurannya telah kembali pada Islam dan iman. Iman yang menjadikannya sebagai pahlawan Islam yang gagah berani. Pahlawan yang membersihkan dunia dari kemusyrikan serta menyebarkan kebenaran di muka bumi. Kapankah pahlawan-pahlawan seperti itu akan muncul kembali? Kapan, ya Tuhanku? Kami menanti kedatangan mereka. 'UBBAD BIN BISYR BIN WAQSY R.A. Dia termasuk pahlawan Islam yang gagah berani, hasil didikan madrasah Nabi. Seorang pejuang yang memberikan sumbangsih yang tidak sedikit terhadap Islam, termasuk sahabat awal yang masuk Islam. Orang yang menyambut baik seruan Islam, yaitu seruan tauhid murni, hanya beribadah kepada Allah. Salah seorang sahabat yang berhasil membunuh Ka'ab bin al-Asyraf. Termasuk salah seorang sahabat Anshar yang disebutkan dalam sabda Rasulullah saw., "Sungguh kalau Anshar berjalan di lembah atau mendaki bukit, aku akan berjalan sebagaimana jalan yang ditempuh kaum Anshar. Kalau tidak karena hijrah, maka aku akan menjadi orang Anshar." Beliau juga bersabda, "Orang-orang Anshar adalah orang-orang yang mencintai orang lain karena iman dan membenci mereka karena kemunafikan. Siapa saja yang mencintai mereka niscaya akan mencintainya dan siapa saja yang membenci mereka, niscaya Allah murka kepadanya." Sejarah Hidup'Ubbad Dia hidup di dataran tandus Yatsrib. Sejak kecil hingga remaja hidup di sana. Dia belajar menunggang kuda sampai mahir mengendalikannya dan menjadi salah seorang penunggang kuda yang andal. Banyak kemenangan yang diraihnya. Namun sebelum datangnya Islam, dia hidup sebagaimana layaknya pemuda-pemuda jahiliah yang lain. Hidup tanpa mempunyai tujuan yang pasti. Ia hanya menjalani kehidupan yangbersifat rutinitas, seiring dengan pertukaran siang dan malam kecuali, untuk menyerang kabilah yang lain atau menjaga keamanan kabilahnya. Ketenangan hidup kbilahnya bagaikan tenangnya sungai yang mengalir ke hulu, tanpa ada ombak atau airnya bergerak karena tertiup angin kencang. Atau, bagaikan gemercik air terjun curam yang jatuh di atas bebatuan. Demikian juga kehidupan 'Ubbad. Dia tidak melakukan aktivitas apa pun kecuali untuk membela tetangga yang mengalami gangguan atau sesuatu yang tidak menyenangkan. Keluar untuk berburu keledai liar atau membunuh binatang buas yang berbahaya. Meskipun dia hanya berada dalam kabilahnya, dia mendengar adanya kabar yang diembuskan oleh orang-orang Yahudi Yatsrib. Kabar bahwa Allah akan mengutus seorang Nabi dalam waktu dekat. Langit mulai terbuka dengan turunnya wahyu kepada Rasul tersebut untuk memberikan bimbingan kepada umat manusia menuju agama yang benar, menghancurkan

kebatilan, berhala, dan patung yang dijadikan tuhan, agar manusia kembali menyembah Tuhan yang mendiptakan langit dan bumi. Setelah lama mendengar kabar tersebut dia belum mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam hatinya: Dari mana Rasul itu berasal? Ke mana dia diutus? Dari mana datangnya langit yang tinggi itu? Ke mana akan kembali? Bumi manakah yang ia pijak? Kapankah kehancurannya? Ketika pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu pikiran dan batinnya, hatinya gelisah dan lisannya tidak dapat menjawab. Dia tidak dapat keluar dari permasalahan tersebut kecuali dengan bepergian ke tempat yang lapang dan luas. Sejauh mata memandang, ia menyaksikan pemandangan bukit-bukit hijau yang menenteramkan. Namun, dia terus merenung dan merenung tanpa menemukan jawabannya. Semua itu mengganggu pikiran dan membuatnya ragu dalam menjalarii kehidupan ini. 'Ubbad bin Bisyr Menuju Islam Pada suatu hari dia merasakan ada sesuatu yang memenuhi awan; melihat kemuliaan yang memenuhi negerinya; bunga-bunga yang merekah mewangi; ranting-ranting yang menggerakkan dedaunan melahirkan bunyi indah. Semua itu dirasakannya ketika dia pergi menelusuri jalanan kota Madinah dan beriumpa dengan para pemuda di sana. Belum jauh melangkah, tiba-tiba ia terhenti oleh suara malaikat yang memperdengarkan ucapan yang dapat meluluhkan hati dan mengganggu pendengarannya. Kalimat-kalimat tersebut sangat berpengaruh dalam dirinya. "Dialah yang awal dan akhir, zahir dan batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke bumi dan apa yang keluar daripadanya, apa yang turun dan naik dari langit. Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan. KepunyaanNya-lah kerajaan langit dan bumi. Hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan 63 memasukkan siang ke dalam malam. Dia Maha Mengetahui segala isi hati." (al-Hadiid [57]: 3-6) Kedua kakinya terperosokke dalam tanah dan dia tidak sadarkan diri dalam beberapa waktu. Dia baru sadar ketika ada tangan basah yang menyentuh belikatnya. Ternyata, tangan basah tersebut milik seorang teman kecilnya, yaitu Sa'ad bin Zurarah. Zurarah mengajak dia menuju tempat asal suara malaikat itu dan tidak berapa lama kemudian dia menemukan orang tua yang penuh kharisma di sebuah rumah. Di hadapannya terdapat Usaid bin Husair dan Sa'ad yang sedang belajar suara malaikat tersebut kepadanya dengan penuh perhatian. Yang dimaksud dengan orang tua berwibawa tersebut, ialah Mush'ab bin Umair al-Quraisyi. Seorang utusan Nabi yang berada di Mekah. Nabi yang menerima wahyu dari Tuhan. Sebelum Mush'ab bin Umair menyelesaikan bacaannya, Usaid bin Khudair berkomentar, "Betapa indah bahasa dan bacaannya! Apa yang harus kami lakukan bila kami hendak memeluk agama yang benar?" Mush'ab bin Umair menjawab, "Kamu wajib mandi, me-nyucikan badan dan pakaianmu, baru kemudian kamu bersaksi dengan kesaksian yang benar. Bersaksi bahwa 'Tuhan yang wajib disembah hanya Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya,' shalat dengan ruku' dan sujud." Kejadian tersebut sangat berkesan dalam hati 'Ubbad bin Bisyr. Dia merasakan sebuah cahaya telah memenuhi semua sendi hati dan akalnya. Sepertinya terdapat tangan yang membimbingnya untuk memeluk Islam. Maka, di hadapan Mush'ab bin Umair, 'Ubbad bin Bisyr menyatakan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia beriman kepada Pencipta alam ini, Tuhan yang Maha Esa, Tuhan yang Menciptakan langit dan bumi, Tuhan yang Menghidupkan dan Mematikan makhluk, Dialah Tuhan yang Maha Penyayang lagi Mahabijaksana. 'Ubbad bin Bisyr Menyambut Rasulullah di Yatsrib

Setelah memeluk Islam dia tekun mendalami ajaran-ajaran agama, hingga dia mendengar bahwa Rasul saw. telah keluar dari Mekah menuju Yatsrib. Setiap pagi, dia keluar dan duduk di perbatasan kota Yatsrib untuk menantikan kedatangan Rasulullah saw. Hari kedatangan Rasul merupakan hari yang paling indah. Pada hari tersebut, dia menanti beliau di perbatasan kota Yatsrib dengan mendengarkan anak-anak Madinah menyanyikan sya'ir dan pantun yang tercatat dalam sejarah. "Telah datang rembulan kepada kita la muncul dari dua bukit sana Kita wajib mensyukurinya Ajakan seorang hamba menyembah kepada Allah Yang Esa Wahai hamba yang diutus kepada kami Engkau datang untuk ditaati Kau datang untuk kemuliaan Madinah Selamat datang wahai sebaik-baik pengajak" Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat 'Ubbad bin Bisyr merasa sebagai orang yang terbaik. Dia tidak akan kembali pada hari-hari yang telah berlalu, melainkan wajib melaksanakan ajaran Islam sebagai agama yang baru saja dianutnya, dan berupaya untuk menyebarluaskan ajaran tersebut. Sekarang ini, setelah kedatangan Rasul ke Madinah, dia harus mempersiapkan diri sebagai pahlawan yang membela Islam dan sebagai prajurit yang setia kepada perintah Nabi, pelaksana perintah-perintah pimpinan tinggi orang-orang yang beriman, agar perintah tersebut dilaksanakan dengan suka cita. 'Ubbad bin Bisyr pada Peperangan Pertama dalam Menghadapi Kelompok Pemberontak Kepahlawanan 'Ubbad tampak pada perang pertama, perang yang dialami umat Islam dalam melawan para pemberontak, terutama kegagahan dan kegigihannya pada Perang Badar. Perang yang membuat musuh lari tunggang-langgang, sebagai pelajaran berarti bagi orang-orang kafir dalam peperangan dan cara mengaturnya. Mereka lari terbirit-birit bagaikan larinya kelinci yang melihat serigala. Yahudi dan Fitnah Kemenangan umat Islam pada peperangan tersebut membuat gentar hati orang-orang Yahudi di Yatsrib. Yahudi yang disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai saudara kera dan babi. Al-Masih pun menyebut mereka sebagai keturunan iblis. Kemenangan umat Islam yang dianugerahkan Allah membuat orang-orang Yahudi marah dan berupaya untuk menghancurkan kelompok Islam. Ka'ab bin al-Asyraf pemimpin orang-orang kafir Para KSfunu ui awiurnusuiuiian^AW 65 menuturkan, "Demi Allah, jika Muhammad dapat mempengaruhi mereka, niscaya perut bumi lebih baik daripada permukaannya." Ketika musuh Allah telah yakin dengan berita tersebut maka dia keluar menuju Mekah dan berupaya memprovokasi umat untuk membunuh Rasulullah saw., menyenandungkan syair-syair yang mengingatkan orang-orang musyrik dengan korban Perang Badar. Abu Sufyan bin al-Harb berkata kepada Ka'ab bin al-Asyraf, "Aku bertanya kepadamu apakah agama kita lebih dirintai oleh Allah atau agama Muhammad dan para sahabatnya?" Abu Sufyan melanjutkan kata-katanya, "Menurut pendapatmu, mana yang lebih mendekati kebenaran?" Ka'ab bin al-Asyraf menjawab, "Kamu yang berada pada jalan yang benar." Maka Allah swt. menurunkan ayat kepada Rasulullah saw., "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi sebagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada setan dan tuhan selain Allah, mengatakan kepada orangorang musyrik Mekah bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman." (an-Nisaa" JU 51) "Kemudian apalagi?" Ka'ab bin al-Asyraf kembali ke Madinah untuk mengemukakan kebenciannya dan mempengaruhi orang lain untuk berperang. Dia mengatakan, "Dia tidak akan keluar dari kota Mekah sampai dapat mengumpulkan para pemimpin

Quraisy untuk memerangi Muhammad dan para pengikutnya. Bahkan, dia meminta bantuan kepada Ummi al-Fadlbin al-Harits untuk merusak wanita muslim." Rasulullah saw. bertanya, "Siapa Ibnu al-Asyraf?" Muhammad bin Maslamah menjawab, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membunuhnya, ya Rasulullah?" Maka, berkumpullah pasukan kecil yang terdiri dari Muhammad bin Maslamah, 'Ubad bin Bisyr bin Waqs al-Anshari dan Salkan bin Salamah (saudara sepersusuan Ka'ab). Mereka berhasil membunuh musuh Allah itu. 'Ubbad bin Bisyr dalam Perang Uhud Perang Uhud merupakan salah satu perang yang tidak dikehendaki oleh Rasulullah. Beliau kurang berkenan keluar untuk memerangi orang-orang musyrik. Namun, ada sahabat-sahabat beliau yang bersikeras. Mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, Nu'aim bin Malik, dan Anas bin an-Nadhr. Hamzah bin Abdul Muthalib r.a. berkata, "Demi Al-Qur'an yang turun kepadamu, niscaya kami akan berjuang semaksimal mungkin untuk menghalau mereka." Nu'aim bin Malik r.a. berkata, "Ya Nabi, janganlah engkau menghalangi kami dari surga. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, niscaya aku akan memasuki surga-Nya." Anas bin an-Nadhr r.a. berkata, "Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, aku betulbetul mencium bau surga pada Perang Uhud." Mendengar penuturan para sahabatnya, Rasulullah saw. keluar bersama 'Ubbad dan saudaranya. Mereka terlibat dalam peperangan yang sangat genting. Banyak sahabat yang berguguran dan mereka kembali dengan penuh luka. Pengintai 'Ubbad dan Saudaranya terhadap Abu Sufyan atas Perintah Rasul 'Ubbad menuturkan, "Aku dan saudaraku mendengar panggilan berkumpul dan keluarnya umat Islam bersama Rasulullah saw. di belakang Abu Sufyan yang mengancam akan menghabisi umat Islam." Aku berkata kepada saudaraku atau dia berkata kepadaku, "Apakah kita tidak ikut serta dalam perang bersama Rasulullah saw. Demi Allah, kita tidak memiliki kuda untuk ditunggangi dan luka kita pun belum pulih." Maka, kami keluar bersama Rasulullah saw. Lukaku lebih ringan dibandingkan dengan luka saudaraku. Bila dia tidak sadar aku menggendongnya, hingga kami sampai di tempat umat Islam berkumpul. Kemudian turun firman Allah swt., "(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya setelah mereka mendapatkan luka dalam peperangan Uhud. Bagi orang-orang yang berbuat kebajikan dan bertakwa mendapatkan pahala yang besar. (Yaitu) orang-orang yang menaati Allah dan Rasul-Nya, yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu. Karena itu, takutlah kepada mereka.' Namun, perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah yang menjadi Penolong kami dan Allah sebaikbaik Pelindung.' Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah. Mereka tidak mendapatkan bencana apa pun karena mengikuti ridha Allah. Allah mempunyai karunia yang besar." (Ali-Imran [3]: 172-174) 'Ubbad bin Bisyr salah seorang pahlawan Rasulullah yang gagah berani, selalu menjalankan perintah-perintah beliau dan berusaha memenuhi apa yang dimintanya. Hari berganti hari, namun 'Ubbad bin Bisyr tetap berada dekat di sisi Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Siti Aisyah r.a. Dia menuturkan, "Rasulullah saw. melakukan shalat tahajjud di rumahku. Ketika itu, beliau mendengar suara 'Ubbad bin Bisyr. Beliau bertanya, 'Ya Aisyah, apakah itu suara 'Ubbad bin Bisyr?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau berdoa, 'Ya Allah, ampunilah 'Ubbad bin Bisyr.'" Diriwayatkan dari Yahya bin 'Ubbad dari ayahnya, dari Siti Aisyah, dia menuturkan bahwa ada tiga orang Anshar yang memiliki keutamaan yang sama. Mereka sama-sama berasal dari keturunan Abdul Asyhal. Mereka adalah Sa'ad bin Mu'adz, Usaid bin Khudair, dan 'Ubbad bin Bisyr. Semoga Allah meridhai mereka dan memasukkan mereka ke surga-Nya.

'Ubbad bin Bisyr dalam Memerangi Orang-orang Murtad Ketika Rasulullah saw. wafat, orang-orang yang tinggal di Jazirah Arab banyak yang murtad, kecuali orang yang mendapat perlindungan dari Tuhan. Ketika itu, Musailamah al-Kadzdzab mengaku sebagai nabi. Khalifah Abu Bakar merasa terpanggil untuk memerangi orang-orang murtad dengan membentuk pasukan khusus untuk menyelesaikan masalah tersebut. Beliau menuturkan, "Demi Allah, jika mereka tidak mau membayar kewajiban yang mereka berikan kepada Rasulullah saw., niscaya kuperangi mereka." 'Ubbad bin Bisyr ikut bergabung dengan pasukan yang akan memerangi Musailamah al-Kadzdzab. Pasukan itu dipimpin oleh Khalid bin Walid r.a. Dalam perjalanan menuju Yamamah, Abu Sa'id r.a. mendekati 'Ubbad kemudian dia berkata, "Hai Abu Sa'id." Aku jawab, "Ya 'Ubbad, apa yang kamu inginkan?" Dia menjawab, "Sungguh, semalam aku telah melihat langit terbuka untukku, lalu menjemputku. Semoga ini tanda bahwa aku akan mati syahid, insya Allah." Aku berkata, "Itu mimpi yang baik bagimu." Kemudian kami segera memacu kuda hingga sampai di dekat bani Hanifah. Sebelum kami terlibat perang, peperangan telah berkecamuk. Aku melihat 'Ubbad bin Bisyr berdiri di dataran tinggi seraya berseru, "Hancurkan para pemberontak itu. Usir mereka dan selamatkan akidah kita." Pasukan muslim dapat menyelamatkan 400 orang Anshar. Siapa pun yang mendekati mereka akan berhadapan dengan 'Ubbad bin Bisyr, Abu Dujanah, dan al-Barra" bin Malik. Mereka terus merangsek hingga ke daerah perkebunan. Kemudian, terjadi perang dasyat sampai akhirnya pasukan Musailamah terkepung. Wahsy bin Harb jatuh tersungkur berlumuran darah. 'Ubbad berusaha untuk menolongnya, tapi mereka menghujaninya dengan panah hingga syahid. Gugurlah pahlawan yang gagah berani, pahlawan yang ditakuti musuh, orang yang telah membunuh pimpinan kekufuran, yaitu Ka'ab bin al-Asyraf. Saudaranya, Abu Sa'id al-Khudri, menuturkan, "Pada wajahnya terdapat luka panah yang cukup banyak dan panah pun tidak luput mengenai wajah dan hatinya." Demikianlah keadaan para tentara Allah, tentara yang berperang di jalan Allah untuk mendapatkan syahid. Para pahlawan berperang untuk keagungan kalimat Allah. Ada yang terbunuh dalam posisi berdiri, dan ada pula yang memegang panah musuh. Mereka tidak mengenai kata melarikan diri atau menyelamatkan diri. Salah seorang dari mereka ialah 'Ubbad bin Bisyr. Lalu siapa lagi? Telah gugur seorang pahlawan hasil didikan madrasah Nabi. Seorang pahlawan yang tidak kenal mundur dalam berjuang. Siapakah umat Islam yang mampu mengisi kekosongan sif at seperti itu? Siapakah umat Islam sekarang yang mempunyai keberanian seperti kepahlawanan 'Ubbad bin Bisyr sebagai 'Ubbad yang baru? Siapa lagi wahai para pengikut Muhammad saw.? Kami sedang menanti kedatanganmu. Apalagi yang Dapat Dilakukan Umat Islam?: Se j arah Yahudi Dahulu dan Sekarang Yahudi di masa silam mempunyai sejarah hitam karena mereka banyak mendustakan para Rasul dan membunuh para nabi. Orang yang membaca sejarah mereka akan terbelalak kaget dengan kekejian mereka. Ketika mereka akan keluar dari Mesir, mereka melakukan pencurian dan penipuan dalam sejarah manusia. Setiap wanita Yahudi menuduh wanita dari Mesir. Disebutkan bahwa ada seorang wanita diundang untuk pesta pernikahan. Dia meminta kepada wanita Mesir untuk meminjamkan perhiasannya untuk acara pesta pernikahan tersebut. Bila acaranya telah selesai, perhiasannya akan dikembalikan. Wanita Mesir itu memenuhi permintaan wanita Yahudi, meskipun hati mereka kesal atas perlakuan tersebut. Orang-orang Yahudi keluar ke al-Tih di waktu malam, karena di sana terdapat patung emas yang bersuara, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur'an, "Mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya.

Kemudian, Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata, 'Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.'" (Thaahaa [20]: 87-88) Mereka membuat tuhan patung dari perhiasan emas yang dicuri kemudian mereka menyembah dan memberikan sesaji kepadanya. Mereka mengelilingi dengan menyanyikan lagu keagamaan. Musa telah kembali dan sangat terperanjat menyaksikan umatnya. Apakah mereka telah menyembah berhala dan meninggalkan Tuhan yang Maha Esa, Zat tempat bergantung segala sesuatu? Allah menurunkan ayat yang berisi cacian Musa terhadap Harun, namun Harun menjelaskan kepada Musa tentang apa yang dilakukan kaumnya kepada dia. Inilah penuturannya, "Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya, 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.' Mereka menjawab, 'Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.'" (Thaahaa [20]: 90-91) Nabi Musa meminta kepada mereka untuk pergi ke Palestina agar mereka dijauhkan dari Fir'aun dan kezalimannya, seperti membunuh anak laki-laki dan membiarkan anak perempuan hidup. Namun, mereka berkata, "Mereka berkata, 'Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.'" (al-Maa"idah [5]: 22) Ketika Nabi Musa meminta mereka kembali, mereka menjawab, "Mereka berkata, 'Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selamalamanya selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.'" (al-Maa^idah [5]: 24) Ketika al-Masih diutus kepada mereka, mereka menuduh al-Masih dan ibunya dengan tuduhan yang sangat kejam. Me-ngusirnya, bahkan mereka hendak membunuhnya. Namun, Allah menyelamatkan al-Masih dari tangan mereka. Allah berfirman, "Karena ucapan mereka, 'Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa." (an-Nisaax[4J: 157) Kemudian diutus nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Orang-orang Yahudi berupaya dengan berbagai cara untuk memerangi dan menghalangi misi dakwah beliau. Namun para sahabat hasil didikan beliau dapat menghalau mereka, bahkan dapat membunuh para pemimpin dan pahlawan mereka. Rasul saw. dapat mengusir mereka dari seluruh Jazirah Arab dan mereka meninggalkan Jazirah Arab dengan lari tunggang-langgang. Allah berfirman, "Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampungkampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan." (al-Hasyr [59]: 2) Semoga Allah merahmati 'Ubbad bin Bisyr, seorang pahlawan yang gagah berani yang terlahir dari Madrasah Kenabian. AL-MIQDAD BIN AMR BIN TSALABAH RA.

Abdullah bin Mas'ud berkata, "Aku menyaksikan sesuatu pada diri Miqdad yang menyebabkan aku lebih suka menjadi sahabatnya daripada terbitnya matahari." Hal tersebut dikatakan ketika ia mendatangi Nabi saw. ketika sedang membahas orang-orang musyrik. Dia berkata, "Ya Rasulullah, demi Allah, kami tidak mengatakan kepadamu seperti kata-kata para sahabat Musa kepada Musa, 'Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan perangilah mereka, kami akan tetap tinggal di tempat ini." (al-MaaMdah [5]: 24). Kami tidak akan seperti itu. Kami akan berjuang bersamamu, membelamu dari kanan dan kiri, depan dan belakang." Dia menuturkan, "Aku melihat wajah Rasulullah saw. berseri-seri karena beliau senang mendengar jawaban tersebut." (Al-Istii'aab, juz IV, h. 1482.) Al-Miqdad bin 'Amr bin Tsa'labah termasuk salah seorang pahlawan yang gagah berani, hasil didikan madrasah Nabi. Ia seorang prajurit yang memorak-porandakan barisan musuh sehingga musuh lari tunggang-langgang. Berwajah hitam, namun berhati bersih. Memiliki suara lantang dan dapat menggentarkan kaki musuh yang menginjak bumi. Dia memasuki kota Mekah ketika usianya beranjak dewasa. Di sana dia belajar ilmu perang dan peperangan hingga menjadi seorang ahli strategi perang dan tak mengenai kata kalah. Seorang prajurit yang ditakuti lawan. Ketika Rasulullah saw. berdakwah secara terang-terangan dia segera menyatakan keislamannya dan menjadi manusia baru. Baru dalam berinteraksi dengan sesama muslim, beribadah kepada Allah seakan-akan dia melihat-Nya. Pemikiran dan wawasan keislamannya luas. Ia selalu melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Sejarah Kehidupan al-Miqdad Dia biasa melakukan pekerjaan di waktu pagi karena berpegang teguh dengan sabda Nabi, "Berkah berada pada waktu pagi." Bila tiba waktu sore dia bersama Rasulullah saw. untuk belajar agama dan mengetahui ajaran Tuhannya. Jika malam tiba, ia beribadah dan bermunajat kepada Allah hingga termasuk golongan yang disebutkan dalam firman Allah, "Lambung mereka jauh dari tempat tidur, sedang mereka berdoa dengan harap-harap cemas." (as-Sajdah [32]: 16) Sejarah tidak membicarakan tentang peranan al-Miqdad pada awal kegiatan dakwah Islamiyah di Mekah. Juga tidak me-nempatkannya sebagai kelompok orang-orang beriman yang lemah sehingga mengalami teror dan siksaan dari orang-orang Quraisy. Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa al-Miqdad tidak mengalami siksaan dari musuh-musuh Islam? Apakah dia menyembunyikan keislamannya? Apa yang menyebabkannya tidak mengalami siksaan fisik dari para pengikut thaghut atau karena dia seorang muslim yang kuat hingga dapat mengalahkan para pahlawan dan prajurit kafir? Apa yang membuat orang-orang kafir Quraisy merasa takut dan tidak berpikir untuk menyakitinya? Dalam hal ini kami cenderung pada pendapat yang pertama. Pendapat yang menjelaskan bahwa dia tidak menampakkan keislamannya. Sebagai bukti ketika hendak hijrah ke Madinah, dia keluar bersama rombongan orang-orang musyrik dan baru bergabung dengan umat Islam ketika terjadi peperangan di antara mereka. Hal itu terjadi ketika pasukan Rasulullah saw. yang dipimpin Ubaidah bin al-Harits menuju Tsaniyatul Marrah. Di sana mereka bertemu dengan rombongan orang Quraisy yang dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal, namun pertemuan tersebut tidak menimbulkan perang besar. Al-Miqdad di Kota Rasul Al-Miqdad sampai ke Madinah dan bertemu Rasulullah saw. Beliau mempersaudarakan al-Miqdad dengan Jabbar bin Shakhr, salah seorang dari tujuh puluh orang yang melakukan baiat 'Aqabah kedua. Dia menuturkan, "Aku shalat bersama Nabi saw. kemudian aku berdiri di sebelah kirinya, maka beliau me-mindahkanku ke sebelah kanannya." Al-Miqdad menuturkan, "Ketika kami sampai di Madinah, kami adalah orang yang kesepuluh bersama Rasulullah saw. Artinya, setiap rumah ditempati oleh sepuluh orang dan aku termasuk sepuluh orang yang bersama Nabi saw. Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mencintai empat orang

sahabatku.' Maka ditanyakan kepada beliau, 'Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Ali bin Abu Thalib r.a., al-Miqdad bin 'Amr r.a., Salman al-Farisi r.a., dan Abu Thar al-Ghifari r.a."' Pernikahan al-Miqdad bin 'Amr Al-Miqdad termasuk orang yang berpostur tinggi, hitam manis, bersih hatinya, berambut lebat, bermata lebar, alisnya me-nyambung, dan berakhlak mulia. Dia melamar seorang wanita Quraisy, tapi ayah wanita tersebut menolak pinangannya. Penolakan itu didengar oleh Rasulullah saw., sehingga beliau bersabda, "Aku akan menikahkannya dengan Dhuba'ah binti az-Zubair bin Abdul Muthalib." Beliau melaksanakan janjinya hingga al-Miqdad menikah dengan Dhuba'ah. Mimpi Siti Atikah tentang Perang Badar Dhuba'ah adalah keponakan Siti Atikah, seorang wanita yang mempunyai mimpi terkenal itu. Sebuah mimpi yang diceritakan kepada saudara laki-lakinya al-Abbas bin Abdul Muthalib sebelum terjadi Perang Badar. Siti Atikah berkata, "Wahai saudaraku, demi Allah, aku benar-benar bermimpi, mimpi yang sangat mengejutkanku. Aku takut kaummu mengalami nasib buruk. Rahasiakan apa yang kuceritakan ini." Al-Abbas bertanya, "Apa yang kamu lihat dalam mimpimu?" Siti Atikah menjawab, "Aku melihat seorang penunggang unta berdiri di padang pasir kemudian berteriak dengan lantang, 'Ingatlah, larilah wahai para pengkhianat karena kalian akan diperangi dalam tiga hari ini.' Aku melihat umat manusia berkumpul di sekelilingnya. Dia memasuki masjid. Mereka pun memasukinya. Pada saat itu, untanya condong ke arah Ka'bah. Kemudian, ia berteriak kembali dengan teriakan yang sama, 'Ingatlah dan larilah, wahai para pengkhianat. Niscaya kalian akan diperangi dalam tiga hari nanti.' Untanya kembali condong ke atas kepala Abi Qubais, maka dia berteriak dengan teriakan yang sama. Lalu, dia mengambil batu besar dan melempamya hingga ke bawah bukit dan meledak. Tidak ada satu rumah pun di Mekah yang tidak terkena ledakan batu tersebut." Al-Abbas berpesan, "Demi Allah, sungguh mimpimu itu adalah mimpi yang benar, maka rahasiakanlah." Al-Abbas segera beranjak dari hadapannya dan bertemu dengan al-Wali bin 'Utbah, sahabat karibnya. Dia menceritakan mimpi Siti 'Atikah tersebut kepadanya dan alWalid menceritakan mimpi tersebut kepada ayahnya sehingga berita mimpi tersebut tersebar di kota Mekah dari mulut ke mulut. Al-Abbas menuturkan keesokan harinya, "Aku keluar untuk thawaf di Ka'bah. Ternyata, di sana telah berkumpul Abu Jahal bersama orang-orang Quraisy yang lain. Mereka sedang membicarakan tentang mimpi Siti 'Atikah. Ketika Abu Jahal melihat kedatanganku, dia memanggilku, "Wahai Abu al-Fadhal, kapankah terjadinya mimpi tersebut?" Aku menjawab, "Mimpi yang mana?" Abu Jahal menuturkan, "Mimpi yang dilihat Siti Atikah." Aku menjawab, "Beliau tidak melihat apa pun dalam mimpinya." Abu Jahal berkata, "Wahai bani Abdul Muthalib, apakah kalian tidak suka untuk menceritakan tentang mimpi tersebut hingga wanita-wanitamu yang menceritakannya. Siti Atikah benar-benar mengakuinya. Mengakui bahwa dia telah berrnimpi dan telah menyaksikan seseorang berteriak dengan lantangnya, 'Larilah kalian dalam tiga hari ini.' Oleh karena itu, kami menanti tiga hari yang dimaksud. Apabila yang dikatakannya itu benar, niscaya akan terjadi apa yang dikatakannya. Apabila tiga hari telah berlalu dan tidak terjadi apa yang dimimpikannya, niscaya kami akan mencatat dalam buku kami bahwa kalian adalah keluarga bangsa Arab yang pendusta." Ternyata, mimpi Siti Atikah benar. Sebelum tiga hari berlalu, Dhamdham bin 'Amr al-Ghifari berteriak di tengah-tengah lembah, "Wahai orang-orang Quraisy, celakalah! celakalah! Harta kalian bersama Abu Sufyan telah diintai oleh Muhammad dan para sahabatnya. Aku tidak melihat adanya kesempatan untuk meminta bantuan."

Orang-orang Quraisy keluar, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak dan orang tua. Semuanya bersiap-siap untuk memerangi Muhammad dan para sahabatnya. Rasulullah saw. mengetahui niat mereka. Beliau segera memberitahukan kepada para sahabatnya tentang niat orang-orang Quraisy itu. Setelah mendengar itu, Abu Bakar berdiri dan berkata, "Bagus." Demikian juga Umar bin Khaththab. Sementara itu, al-Miqdad bin 'Amr berkata, "Ya Rasulullah, pergilah sesuai dengan perintah Allah kepadamu karena kami akan selalu bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan seperti apa yang dikatakan bani Israel kepada Nabi Musa, 'pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.' (al-Maavidah [5J: 24). Kami tidak akan mengatakan itu. Kami katakan kepadamu, 'Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan perangilah mereka. Sesungguhnya, kami akan ikut perang bersamamu. Demi Zat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, jika kamu membawa kami ke kubangan unta, niscaya kami akan membelamu untuk misi kebenaran yang kamu bawa." Kata-kata jujur dan ikhlas itu keluar dari lisan seorang mukmin yang berhati mulia yang menunjukkan kebersihan hatinya. Kata-kata tersebut keluar dari hati seorang sahabat yang turns, al-Miqdad bin 'Amr. Kata-kata yang membuat wajah Rasulullah berseri-seri dan berdoa, "Pergilah kalian dengan membawa berkah dari Allah." Terjadilah apa yang dimimpikan Siti Atikah. Banyak korban yang bergelimpangan dari rumah-rumah orang Quraisy, sesuai dengan yang dilihat dalam mimpi. Tidak hanya itu, terdapat sebuah batu besar yang meledak dan menghancurkan rumah-rumah mereka. Al-Miqdad bin 'Amr Menawan an-Nadhrbin al-Harits Sebagai pemanah andal, al-Miqdad dapat menyandera panglima perang orang-orang Quraisy pada peperangan tersebut. Orang Quraisy yang paling ingkar kepada dakwah Nabi saw. dan kejam terhadap para sahabat beliau. Dia menyerahkan tawanan tersebut kepada Rasulullah saw. Beliau memerintahkan kepada Ali bin Abu Thalib untuk membunuhnya. Qatilah binti al-Harits, saudara perempuan an-Nadhr, menulis surat, "Muhammad adalah orang yang paling baik nasabnya. Dalam kaumnya, dia termasuk suku yang terbaik. Bila engkau melepaskan tawanan itu, niscaya engkau tidak akan disakiti, mungkin karena benci atas perbuatannya. Jika menerima tebusan, niscaya kami akan menebusnya, meski tebusannya mahal. Nadhar adalah saudara dekatku yang engkau tawan, padahal dia berhak mendapatkan kebebasan, meskipun harus dibayar dengan memerdekakan hamba sahaya sekalipun." Ibnu Hisyam menuturkan bahwa ketika surat tersebut sampai di tangan Rasulullah saw., beliau bersabda, "Jika surat ini datangnya sebelum pelaksanaan eksekusi mati, niscaya kubebaskan tawanan tersebut.'" Al-Miqdad selalu bersama Rasulullah saw., juga para sahabat yang lain. Mereka bersama Rasulullah saw. baik suka maupun duka. Menurut kami, al-Miqdad adalah pemimpin umat Islam pertama yang selalu berada di sekitar Nabi dan selalu memenuhi seruar Allah. Mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah yang dipilih untuk membela agama-Nya. Mereka disebut sebagai umat wasatlh umat yang bijak, yaitu umat yang disebutkan dalam firman Allah, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Ali-Imran [3]: 110) Umat wasath ialah umat yang akan menjadi saksi bagi umat manusia. Rasul menjadi saksi bagi mereka dan pemutus atas amal-amalnya. Umat wasath ialah umat yang menerima Al-Qur'an kemudian mengamalkan isinya. Umat wasath ialah umat yang membersihkan bumi dari kesyirikan, kekufuran, dan kebohongan. Mengisinya dengan mengesakan Allah sehingga dataran bumi dipenuhi dengan kumandang kalimat tauhid, sebagai pertanda terhapusnya kekufuran dan kesesatan di muka bumi.

Al-Miqdad bin 'Amr Saat Penaklukan Mesir Al-Miqdad bin 'Amr ikut serta dengan pasukan yang dipimpin 'Amr bin 'Ash untuk al-Muqauqis atas permintaannya. Dia sangat mengagumi 'Ubadah, seorang utusan perang Rasul yang sangat istimewa. Dia dapat menggentarkan hati al-Muqauqis karena kekuatan iman yang dimiliki. Namun, dia dihukum mati sebagaimana disebutkan para ahli sejarah. Al-Miqdad berkata kepada al-Muqauqis, "Bila keberadaanku menggentarkan hatimu, maka masih banyak sahabat-sahabatku yang memiliki kepribadian yang sama denganku. Jika usia lanjut telah menimpaku, maka di sana terdapat pahlawanpahlawan muda yang gagah berani di medan perang. Semuanya tidak mempedulikan dunia. Mereka mengharapkan syahid dalam peperangan." Seseorang bertanya-tanya bahwa siapa yang akan mengira para pahlawan gagah berani yang dikeluarkan dari pedesaan dan dari alam yang sangat tidak ramah, dapat hidup di masa jahiliah dan jauh dari ilmu-ilmu peperangan serta strategi perang. Ternyata, mereka mempunyai kemampuan yang luar biasa sebagaimana yang dimiliki 'Ubadah dalam menghadapi penguasa Mesir, hingga dapat membuat gentar hati mereka. Bila seorang pemimpin mempunyai sikap seperti itu, maka negara akan aman. Demikian juga jika panglima perangnya lari Para fcsatrta ai saa tar tsasututian art W 77 tunggang-langgang. Karena itu, Mesir dapat ditaklukkan sehingga dapat dikuasai oleh kekuatan muslim. Setelah penaklukan Mesir, al-Miqdad merasa cocok bermukim di sana. Dia dapat menyaksikan tentara-tentara muslim menyebarkan kalimat tauhid kepada orang-orang yang hidup di daerah pedalaman Afrika yang masih asli kebudayaannya. Pasukan Islam menyeberangi lautan Hindia sampai ke Andalusia untuk menyebarkan Islam di sana. Pada saat penaklukan Hindia itulah al-Miqdad memejamkan kedua mata untuk selamalamanya. Ruhnya telah meninggalkan jasad menuju Allah swt. di daerah bukit tanah Mesir. Jenazahnya dibawa ke Madinah dan dishalatkan oleh Utsman bin Affan r.a. Semoga Allah menempatkan mereka di dalam surga-Nya. Mengapa terjadi kelangkaan pahlawan-pahlawan gagah berani yang dilahirkan oleh madrasah Nabi padahal saat ini sangat diperlukan? Apa yang terjadi, wahai umat Islam? Umat Islam di masa lalu dan sekarang. Orang yang mengamati kehidupan sahabat al-Miqdad bin 'Amr Ash akan melihat bahwa dia selalu terlibat dalam peperangan atau di luar peperangan. Bila dalam peperangan, maka yang terbayang di matanya adalah kemenangan atau syahid dalam perang tersebut. Peperangan tersebut sangat berpengaruh besar dalam kehidupannya. Padahal peperangan tersebut dapat memisahkan ruh dari jasad dan membuat mereka gugur dalam peperangan. Membuat salah seorang dari mereka gugur sehingga meninggalkan dunia yang fana ini dan mengharapkan surga yang dijanjikan. Semangat juang tersebut tertanam dalam hati umat Islam hingga akhir masa. Hal itu dibuktikan dengan penaklukan Andalusia oleh seorang panglima besar, Thariq bin Ziyad. Dia berkata kepada pasukannya, "Di depan ada musuh dan di belakang ada laut. Tidak ada cara lain kecuali berperang dengan sungguh-sungguh. Menang atau syahid. Berperanglah seperti badai besar yang mengalir." Mereka mengulangulang kalimat, "Allahu Akbar." Bangsa Eropa berusaha keras dan terus-menerus berusaha merebut kembali kota Andalusia yang jatuh ke tangan umat Islam, namun usaha tersebut selalu mengalami kegagalan. Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa bangsa Eropa mengirirnkan mata-mata ke Andalusia untuk mengetahui kekuatan pasukan muslim di Andalusia. Di sana dia bertemu dengan seorang pemuda yang sedang duduk termenung di bawah pohon dengan air mata membasahi pipi. Dia bertanya kepada pemuda tersebut, ___mem-

eflulikannya. Meski demikian, dia tidak berputus asa untuk terus me-ngikutinya, sampai akhirnya pemuda tersebut mau bercerita. "Aku tadi keluar bersama guruku berlatih memanah pada satu titik. Semua temanku berhasil hanya dengan satu kali panahan. Tetapi aku meleset sehingga aku gagal." Mata-mata tersebut mulai mengajarinya, "Panah kembali, mungkin pada anak panah berikutnya kamu dapat mengenai sasaran." Pemuda tersebut memandangnya dengan sinis kemudian berkata, "Jika anak panah pertamaku tidak mengenai sasaran, bagaimana dengan perang besok ketika bertemu lawan." Mendengar jawaban tersebut, mata-mata itu kembali ke negaranya dan melaporkan kepada Raja tentang apa yang dikatakan pemuda itu kepadanya. Raja berkata, "Mereka adalah umat yang keluar dengan membawa keyakinan kuat. Maka, tidak ada satu pasukan pun yang dapat mengalahkannya, karena mereka bagaikan ombak besar yang dapat menghanyutkan siapa saja yang menghalangi, dan hati mereka dipenuhi keimanan. Biarkan mereka hingga mereka merasakan nikmatnya harta dan dunia sehingga terjadi perebutan kekuasaan di antara mereka dan sebagian mereka meminta bantuan kepada kita. Pada saat itulah kita dapat dengan mudah menghancurkannya." Apakah Bangsa Eropa melaksanakan rencana tersebut? Apakah sebagian umat Islam meminta bantuan lawan Islam? Jawabannya, "Ya." Para penguasa daerah Andalusia meminta bantuan dari bangsa Eropa untuk mengalahkan para penguasa Andalusia yang lain. Ibnu 'Alqami (seorang pemimpin sekte Syi'ah) meminta bantuan untuk menghancurkan Pemerintahan Sunni di Baghdad. Menteri Daulah Fathimiyah Masehi di Mesir meminta bantuan mereka untuk menghabisi para penuntut keadilan hukum. Kemudian apa yang terjadi? Negara Andalusia runtuh, termasuk Bukhara, Samarkand, Qoucasus, Thasthan, dan Palestina. Tidak ada kekuatan untuk berbuat baik atau jahat kecuali atas pertolongan Allah. SAM) BIN ABI WAQQASH R.A. Rasulullah saw. berdoa Untuk Sa'ad bin Abi Waqqash, "Ya Allah, kuatkanlah kemampuannya, kabulkan doanya, dan jadikanlah ia mencintai hamba-hamba-Mu yang beriman." Hal tersebut diisyaratkan dalam sabda beliau, "Dia ini kekasihku, perhatikanlah aku, sebagai orang yang bersikap terhadap kekasihnya."24 Sa'ad bin Abi Waqqash adalah seorang panglima perang yang dapat menguasai medan perang yang genting. Pahlawan perang yang tak kenal kata menyerah, selalu terlibat dalam setiap peperangan, ahli senjata dan perlengkapan perang. Beliau juga termasuk salah seorang sahabat yang dimintai pendapat dan dipilih oleh Umar bin Khaththab sebagai anggota majelis syura pemilihan khalifah, menjelang beliau wafat. Sa'ad adalah orang yang ahli ibadah, selalu beristigfar, dan termasuk yang diberitakan sebagai ahli surga. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Pada masa jahiliah, dia bekerja sebagai pembuat panah dan pedang. Karena itu, ketika menjadi seorang muslim, dia menjadi prajurit pemanah yang andal dan prajurit berkuda yang paling berani. Massa Pertumbuhan Sa' ad dan Keislamannya Aku adalah orang ketiga yang masuk Islam. Putrinya, Aisyah r.a. menuturkan, "Ayahku masuk Islam atas ajakan seorang dai muslim, yaitu Abu Bakar Shiddiq r.a." Ketika itu, dia baru berusia 17 tahun. Saat itu merupakan masa remaja yang paling indah, banyak dipengaruhi oleh berbagai hal yang terjadi di lingkungannya. Namun, karena kesucian hati dan kematangan kecerdasannya, dia dapat menerima cahaya kebenaran karena tidak banyak mengetahui adat jahiliah. 24 Ibnu Sa'din, Thabaqaat, juz 2, him. 142. )rang-orang Quraisy Menetapkan Penangkapan terhadap Umat Islam dan Peristiwa Hijrah Umat manusia bertanya-tanya, mengapa orang-orang Quraisy tidak membiarkan Muhammad dan para sahabatnya beribadah kepada Allah, tidak harus menghina dan melecehkan mereka, tidak menghalangi dan memutuskan hubungan dengan mereka? Apa

mungkin akan terjadi hijrah? Apakah Allah akan menguatkan Islam dengan orangorang Anshar Mekah? Sesungguhnya, bila hendak melakukan sesuatu, Allah menyiapkan segalanya. Sa'ad adalah orang pertama yang memanah dalam perjuangan Islam. Yakni, ketika dia diutus untuk bergabung dengan pasukan yang dipimpin 'Ubaidah bin al-Harits. Pasukan tersebut diutus oleh Rasulullah saw. ke Rah' (nama tempat di dekat Mekah) untuk menghadang kafilah dagang orang-orang Quraisy. Mereka saling memanah dan melempar batu. Sa'ad Menjaga Rasulullah saw. Di suatu malam di Yatsrib (Maciinah), Nabi saw. tidak dapat tidur. Beliau berkata, "Semoga malam ini ada salah seorang dari sahabatku yang saleh menjagaku." Siti Aisyah menuturkan, "Tak lama kemudian terdengar suara pedang." Rasulullah bertanya "Siapa itu?" Orang tersebut menjawab, "Aku Sa'ad bin Abi Waqqash. Aku yang akan menjagamu, ya Rasulullah." Rasulullah saw. mendoakannya dengan doa yang baik baginya. Siti Aisyah menuturkan, "Maka Rasulullah segera beristirahat hingga aku mendengar dengkurannya."25 Sa'ad menjaga Rasulullah, menjaga pembawa risalah dan Nabi akhir zaman ketika beliau tidak membutuhkan perlindungan seseorang. Sebab, pada hakikatnya, yang menjaga beliau adalah Allah. "Allah akan memelihara kamu dari gangguan orang-orang kafir." (al-Maa'idah [5]: 67) Namun demikian, Sa'ad sedang latihan menjaga, karena dalam waktu dekat dia akan menjadi pelindung bagi umat Islam. Dia mempunyai kemampuan luar biasa yang tidak dimiliki manusia yang lain. 25 HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa'i, dari hadits Siti Aisyah. Sa'ad pada Perang Badar Sa'ad ikut terlibat dalam Perang Badar. Dia mendapat keberuntungan dalam perang tersebut karena bersungguh-sungguh dalam peperangan tersebut untuk mendapatkan kesyahidan. Ibnu Mas'ud menuturkan, "Aku, Sa'ad, dan 'Amir ikut serta dalam Perang Badar, tapi kami tidak mendapatkan harta pampasan perang sedangkan Sa'ad datang dengan membawa dua tawanan perang. Aku melihat dia sangat gigih dalam peperangan tersebut. Berperang bagaikan pemburu mengejar buruannya." Pada Perang Badar itu saudaranya menemui syahid, yaitu Umair bin Abi Waqqash. Sa'ad menuturkan tentang saudaranya, "Aku melihat saudaraku (Umair) bersembunyi, ketika kami mendaf tar untuk ikut jihad kepada Rasulullah saw. menuju Badar." Aku bertanya kepadanya, "Apa yang terjadi?" Dia menjawab, "Aku takut Rasulullah melihatku, maka beliau menganggapku masih kecil dan tidak memperkenankan aku ikut dalam perang, padahal aku ingin sekali syahid pada perang ini." Sa'ad menuturkan, "Aku menghadapkannya kepada Rasulullah, beliau menganggapnya masih terlalu kecil kemudian bersabda, 'Kembalilah kamu ke tempat asalmu.' Dia menangis sehingga Rasulullah mengizinkannya dan dia syahid pada Perang Badar tersebut." Wahai para pejuang Islam yang gagah berani, kalian keluar dari madrasah AlQur'an. Di tangan kalian Islam menjadi mulia dan selalu mendapatkan kemenangan. Para pemuda Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan syahid dalam peperangan. Sebagian mereka merasa gembira bila diizinkan Rasulullah untuk berperang. Mereka berlomba-lomba ikut berjuang, bukan untuk kebanggaan dan kesombongan. Juga bukan karena harta pampasan perang. Mereka berjihad untuk mendapatkan syahid. Satu cita-cita yang sangat mulia, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." (Ali-Imran [3]: 169)

Mengapa pemuda Islam sekarang lari dari peperangan? Perang ideologi benar-benar telah mempengaruhi semangat jihad mereka, Menjadikan pemuda Islam menyukai pesta dan dansa, Lupa dengan seruan jihad. Di manakah pahlawan-pahlawan Islam gagah berani? Sa'ad dan Berita Gembira sebagai Ahli Surga Madrasah Rasul diadakan di serambi masjid setelah shalat wajib. Diikuti oleh orang tua, pemuda, dan anak-anak yang mengelilingi gurunya, yaitu Rasulullah. Pada suatu hari, beliau sedang berkumpul dengan para sahabat. Ketika itu, berkumandang azan. Maka, beliau bersabda, "Akan masuk dari pintu ini seorang ahli surga." Ternyata, orang yang masuk dari pintu tersebut ialah Sa'ad bin Abi Waqqash. Ketika Rasulullah berdiri, Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash berkata kepada Sa'ad bin Abi Waqqash, "Aku sangat marah kepada ayahku sehingga aku bersumpah untuk tidak masuk rumahnya selama tiga malam. Jika kamu izinkan, aku akan tinggal di rumahmu sampai lewat masa sumpah yang telah kuucapkan." Abdullah meneruskan ceritanya, "Maka, aku menyertainya selama tiga malam, tapi aku tidak menemukan ibadah yang istimewa kecuali aku tidak mendengar sesuatu daripadanya kecuali kata-kata yang baik. Setelah tiga malam berlalu, aku hampir saja menghina amalnya. Aku berkata kepadanya, 'Sesungguhnya antara aku dan ayahku tidak ada masalah apa-apa, hanya saja aku mendengar Rasulullah bersabda dalam majelis, "Akan muncul di hadapan kalian seorang ahli surga." Ternyata, orang yang ciimaksud adalah dirimu. Karena itu, aku ingin tinggal bersamamu untuk mengetahui amalan apa yang menyebabkan dirimu menjadi ahli surga hingga aku dapat mengikutimu dan menjadi ahli surga seperti dirimu. Namun, aku tidak menemukan amalan yang istimewa selama aku bersamamu. Amalan apa yang membuat dirimu disebutkan Rasulullah sebagai ahli surga?" Sa'ad menjawab, "Aku tidak mempunyai amalan apa-apa kecuali amalan yang kamu saksikan." Namun ketika aku akan pergi dari hadapannya, dia me-manggilku kemudian bercerita, "Hanya saja aku tidak mempunyai sifat dengki dan tidak mempunyai niat jahat kepada siapa pun." Aku menjawab, "Mungkin amalan itu yang membuatmu mencapai derajat tersebut dan itu yang tidak mampu aku lakukan." Menurut kami, mereka terikat oleh rasa cinta yang besar, hingga dunia terbuka bagi mereka dan dunia menjadi bersih dari berbagai kebiasaan buruk. Mereka menjadi panutan bagi umat yang ingin menjadikan mereka sebagai teladan. Rasa cinta seperti itulah yang dimiliki Sa'ad sehingga di tangannya dapat ditaklukkan negara Syam dan Irak Bahkan, ia dapat menyebarkan Islam sampai ke Afrika dan seluruh Maroko. Sa' ad pada Perang Uhud Perang Uhud merupakan satu peperangan yang menjadi ujian, pengalaman, dan pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Umat pilihan Allah untuk menyebarluaskan agama-Nya. Sesungguhnya Rasulullah tidak suka keluar untuk peperangan tersebut. Beliau menginginkan tetap berada di kota Madinah karena Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin orang-orang munank, kembali dengan sepertiga pasukan Rasulullah. Pasukan pemanah tidak mematuhi perintah Rasulullah. Mereka membiarkan pasukan muslim diserang musuh hanya karena tergiur dengan harta pampasan. Lalu, apa yang terjadi? Pasukan muslim mengalami kekalahan yang telak sehingga orang-orang musyrik dengan leluasa menyerang mereka bahkan kepala Rasulullah tidak luput dari serangan orang-orang kafir. Di sinilah tampak kepahlawanan dan kekuatan iman Sa'ad bin Abi Waqqash. Juga kegigihannya dalam membela Rasulullah. Dia berdiri mematung bagaikan gunung yang dapat menahan, menghalangi, dan mencegah setiap serangan-serangan ganas yang dilancarkan musuh. Untuk melindungi Rasulullah, Sa'ad memanah dan menghalau setiap musuh yang berusaha menyakiti Rasulullah.

Rasulullah saw. bersabda, "Panahlah hai Sa'ad, demi ayah dan ibuku." Ali bin Abu Thalib r.a. menuturkan, "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah saw. bersumpah kepada seseorang atas nama kedua orang tuanya kecuali terhadap Sa'ad bin Abi Waqqash. Aku mendengarnya saat terjadi Perang Uhud, "Panahlah, hai Sa'ad demi ayah ibuku." Sa'ad di Tanah Persia Di bumi Persia, umat Islam banyak mengalami peristiwa yang menegangkan. Sejarah berusaha untuk menjelaskan tentang peran Sa'ad bin Abi Waqqash di sana. Yakni, saat Rasulullah wafat, Abu Bakar dilantik sebagai khalifah, Perang Riddah (perang menghadapi orang-orang yang murtad dari Islam), dan perang menghadapi orang-orang yang memilah-milah antara shalat dan zakat. Kemudian, Umar bin Khaththab mengganhkan Khalifah Abu Bakar. Umar mulai menata dan membentuk pasukan yang terdiri dari beberapa regu untuk disebarkan ke empat penjuru bumi untuk menyebarluaskan ajaran Allah. Pengiriman pasukan ke Syam dipimpin oleh Khalid bin Walid, ke Jaulad dipimpin oleh Abu Ubaidah ibnul Jarrah, ke daerah pesisir Irak dipimpin oleh alMutsana bin Haritsah. Pasukan terakhir ini harus berhadapan dengan ratusan ribu pasukan musuh yang bersenjata lengkap dan siap membantai pasukan padangpasir. Mereka dilengkapi dengan senjata lengkap dan pengalaman perang. Karena itu, pasukan yang diutus Rasul meminta tambahan pasukan. Dengan datangnya surat per-mohonan tambahan pasukan berkumpullah para sahabat untuk memilih dan menetapkan siapa yang patut dikirim sebagai pasukan tambahan. Abdurrahman bin 'Auf berpendapat, "Ya Amirul Mu'minin, aku telah menemukan orang yang pantas memimpin pasukan tambahan." Umar bertanya, "Siapa orangnya?" Abdurrahman menjawab, "Dia adalah singa padang pasir, yaitu Sa'ad bin Waqqash, ya khalifah." Namun, di mana Sa'ad sekarang? Ya, di mana Sa'ad? Siapa yang dapat menunjukkan keberadaannya? Sebenarnya, Sa'ad tidak begitu jauh dari mereka, karena dia dipercaya sebagai pengelola sedekah penduduk Najed. Umar menyiapkan enam ribu bala bantuan yang mayoritas terdiri dari para sahabat Rasulullah yang terlibat dalam Perang Badar. Umar bin Khaththab keluar untuk melepas pasukan pembawa kemenangan dan memberikan pesan kepada komandan pasukannya, "Janganlah kamu tertipu karena membela agama Allah dengan kata-kata kekasih Rasulullah dan sahabat Rasulullah. Sesungguhnya, Allah tidak akan menghapuskan kejahatan dengan kejahatan yang sama. Allah akan menghapus kejahatan dengan kebaikan. Bukan nasab yang berguna di hadapan Allah, melainkan ketaatan dan ketakwaannya. Semua manusia sama di hadapan Allah. Allah sebagai Tuhan mereka dan mereka .sebagai hamba-Nya. Mereka berlomba-lomba dalam kebaikan dan mendapatkan apa yang ada disisi-Nya dengan kepatuhan. Perhatikanlah perintah yang disampaikan oleh Rasulullah. Bila beliau menghendaki pelaksanaan peraturan tersebut, maka laksanakanlah."26 Umar bin Khaththab telah menetapkan dasar-dasar umum yang patut dijadikan acuan oleh pemimpin umat Islam, dengan pesannya tersebut di atas. Hubungan kekerabatan seseorang tidak perarti sama sekali di sisi Allah tanpa diiringi dengan keimanan -Bidayah wan Ifihayah, juz 7, hlm.35. Rim Ksatria di sckitar Rasulullah SA W 85 dan kesungguhan dalam beramal. Musuh dapat dikalahkan sesuai kadar jauhnya mereka dari hidayah Allah. Dan, umat Islam mendapatkan kemenangan sesuai dengan pertolongan mereka terhadap ag ama Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya. Kejahatan dan keburukan adalah satu perbuatan yang tidak mungkin dihilangkan dengan kejahatan yang sama. Kejahatan dan keburukan dapat dihapus dengan kebaikan. Allah berfirman,

"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatanperbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (Huud [11]: 114) Sesama manusia tidak ada yang mulia dan hina karena semua adalah hamba Allah. "Kamu semua berasal dari Adam dan Nabi Adam berasal dari tanah," orang yang paling dekat kepada Allah dan Rasul-Nya ialah orang yang paling dekat dengan agamanya. Allah berfirman, "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa." (al-Hujuraat [49]: 13) Kemudian, Umar telah menetapkan satu peraturan, yaitu mengikuti langkah-langkah Rasulullah, baik dalam suasana perang maupun damai. Sa'ad bin Abi Waqqash segera meninggalkan kota Madinah menuju daerah peperangan, di daerah pantai Irak. Dia membagi pasukannya dalam beberapa kelompok sehingga pasukannya dapat mengepung Qadisiyah. Panglima pasukan Persia mengetahui datangnya bala bantuan yang dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqash. Dia mengintai dan menyelidiki kekuatan pasukan tambahan tersebut. Ketika pasukan baru tersebut berada di dekatnya, panglima Rustum meminta kepada Sa'ad agar mengutus seorang delegasi yang dapat berdialog dengannya. Maka, siapakah yang pantas untuk menjadi delegasi? Apakah setiap prajurit layak untuk menjadi delegasi dari dua pasukan yang bersengketa? Sesungguhnya, memilih orang yang tepat untuk dijadikan utusan dalam situasi genting artinya sama dengan perang itu sendiri. Bahkan, dalam situasi tertentu peperangan dapat terhenti karena kepiawaian delegasi dalam berdialog. Ternyata, orang yang dimaksud tidak jauh darinya. Dialah Rib'i bin 'Amir, salah satu anggota pasukannya yang gagah berani. Utusan tersebut segera pergi dan memasuki kemah pasukan Persia. Rustum mengetahui kedatangan utusan tersebut dan dia bersiap-siap dengan pakaian kebesarannya. Dia duduk di a singgasana emas dengan hamparan permadani. Rib'i datang dengan berkuda dilengkapi pedang dan tombak. Ketika sampai di hamparan permadani dia dipersilakan turun, maka dia pun segera turun dan mengikat kudanya dengan dua tali. Para pengawal meminta kepadanya agar melepaskan pedangnya, tetapi dia menjawab, "Aku tidak datang kepada kalian untuk meletakkan senjata atas perintah kalian karena kalianlah yang mengundangku. Untuk itu beritakan kepada Rustum tentang kedatanganku. Mintalah izin kepadanya." Rib'i menghadap Rustum dengan membawa senjata tombak tanpa mempedulikan hamparan permadani yang berada di hadapannya. Ketika sudah dekat dengan Rustum, dia duduk di atas tanah dan meletakkan panah di atas permadani. Rib'i ditanya, "Mengapa engkau tidak berkenan duduk di atas permadani?" Dia menjawab, "Kami tidak suka duduk di atas kemewahan singgasanamu." Juru bicara Rustum bertanya kepadanya, "Misi apa yang kau bawa?" Dia menjawab, "Allah yang mengutus kami untuk mengeluarkan orang yang dikehendaki-Nya dari sempitnya kehidupan dunia menuju kehidupan yang lapang, dari kepalsuan agamaagama kepada keadilan Islam. Kami diutus untuk menyeru makhluknya. Barangsiapa yang menerima seruan tersebut, kami menyambutnya dengan lapang dada dan membiarkan dia dan tanah aimya tanpa kami ganggu sedikit pun. Namun, barangsiapa yang membangkang niscaya kami akan memeranginya sehingga kami mendapatkan surga atau kemenangan." Rustum berkata, "Kami telah mendengar penjelasanmu. Dapatkah kamu memberikan kesempatan kepada kami untuk berpikir?" Dia menjawab, "Ya, karena itulah salah satu yang ditugaskan Rasulullah kepada kami, agar tidak memberikan kepada musuh lebih dari tiga pilihan. Untuk itu pikirkan dan pilihlah salah satu dari tiga pilihan yang kami berikan, setelah tiga hari dari pertemuan ini. Pertama, masuk Islam, maka kami akan membiarkan kamu dan tanah airmu. Kedua, membayar jizyah, maka kami akan menjamin ke-amananmu. Bila kamu memerlukan bantuan kami, maka kami siap membantunya.

Ketiga, kita berperang pada hari keempat, kecuali kamu mengingkari perjanjian, karena aku menjamin sahabat-sahabatku tidak akan berkhianat." Rustum bertanya, "Apakah kamu pimpinan mereka?" Dia menjawab, "Bukan, namun umat Islam bagaikan satu tubuh yang saling bekerja sama. Yang dipimpin menghormati pimpinannya." "Kami bertanya-tanya apakah kamu melihat kata-kata yang lebih mulia dari jawaban laki-laki tersebut?" Demikianlah penuturan Rustum kepada bawahannya, "Sungguh hebat persatuan dan kesatuanmu para pejuang suci. Aku tidak mampu memilih orangorangmu. Siapakah yang mengajarkan penduduk gurun pasir ini sebagai ahli perang syaraf hingga menggetarkan musuh dan dapat merusak kekuatan lawan? Siapakah yang menanamkan etika perang yang begitu indah kepada mereka?" Jawabannya adalah beretika kepada Allah. Etika yang menjadikan Rib'i berani berkata, "Kami datang dengan misi Allah." Di negara mereka tidak akan terdapat kudeta dan tidak ada kebencian terhadap para pemimpinnya. Mereka perang bukan karena ingin mendapatkan harta pampasan atau menjajah. Mereka berperang untuk menyebarkan rasa aman dan damai sebagaimana yang diperintahkan Allah. Perintah menyebarluaskan agama Allah. Agama yang menghendaki perdamaian, dan tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam. Allah berfirman, "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat." (al-Baqarah 256) Bukan pula untuk menghinakan manusia agar menjadi bawahannya. Tetapi, untuk kemuliaan di dunia dan di akhirat sebagaimana firman Allah, "Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin." (al-Munafiquun [63]: 8) Peperangan hanya ditujukan kepada orang-orang yang menghalangi dakwah Islamiyah dan orang-orang yang menyerang umat Islam. Bila seseorang telah masuk agama Allah, niscaya tidak ada peperangan dan pembunuhan. Orang-orang yang masuk agama Allah memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan umat Islam lainnya. Kemudian, kedua delegasi dua pasukan yang berseberangan itu silih berganti, hingga akhirnya utusan yang terakhir datang dan mengatakan, "Ya Sa'ad, sesungguhnya yang diinginkan adalah perang." Mendengar jawaban tersebut, Sa'ad berdiri terpaku dan bergumam, "Bukankah Allah berfirman, 'Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tufa dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.' (al-Anbiyaas [21]: 105)" 88 Kemudian Sa'ad melaksanakan shalat zuhur berjamaah dan berkata, "Bawalah senjata kalian untuk menghalau musuh setelah aku perintahkan untuk mengucapkan, 'Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.'" Al-Fiilah (sejenis bom) hampir saja memorak-porandakan barisan pasukan muslim, namun karena kecekatan pemimpin mereka, senjata tersebut dapat dijinakkan. Senjata itu merupakan senjata baru yang belum diketahui bangsa Arab sebelumnya. Al-Qa'qa' berteriak kepada anak-anak pamannya, "Apa yang harus kita lakukan, hai para pengikut Muhammad? Sepertinya, segala sesuatunya telah disiapkan." Tak lama kemudian muncul seekor unta besar berwarna putih ditunggangi seorang penunggang bercadar yang memegang api dan dikawal oleh para perwira yang gagah berani. Gagah karena yakin akan datangnya pertolongan Allah. Itulah keislaman dan keimanan yang mantap. Kecintaan terhadap kemenangan dan syahid, serta keinginan untuk membuktikan janji Allah. Janji bahwa semua manusia akan masuk agama Allah. Rombongan unta ini menggetarkan hati bala tentara Persia sehingga mereka lari tunggang-langgang dan terus diburu oleh pasukan muslim, pasukan hasil didikan Nabi, untuk menyandera dan membunuh mereka. Selain seruan panglima perang yang terus menumbuhkan semangat juangpara pahlawan muslim, doa Sa'ad pun menggema di medan perang. "Maju terus, ya Qa'qa'. Wahai

Ibnu 'Amir, tetaplah di sayap kanan. Wahai Mughirah, hancurkan pasukan berkuda. Wahai para sahabat Nabi, para pejuang Badar, dan para pahlawan Yamamah, maju terus karena Allah akan selalu bersama kita. Dialah yang menolong kita." Sa'ad berdoa kepada Tuhannya dengan khusyu', "Ya Allah, ya Tuhanku, berikanlah pertolongan yang Engkau janjikan. Berilah kemampuan kepada kami untuk menghancurkan mereka. Anugerahkanlah kemenangan kepada kami. Maju terus, wahai para pahlawan Badar dan Yamamah. Bersihkan bumi ini dari para penyembah api, patung, dan kumandangkanlah kalimat Allah yangagung." Di sela-sela itu, terdengar suara, "Allahu Akbar, Allahu Akbar." Suara itu suara yang sangat dikenal oleh Sa'ad. Itu adalah suara Hilal bin 'Alqamah. Dia menyebarluaskan berita tentang terbunuhnya panglima pasukan Persia, Rustum, di medan perang untuk ParaKsatria disekitar Rasulullah SAW 89 Hilal duduk di atas singgasana Rustum dan berkata, "Aku telah membunuh Panglima Rustum, maka bertakbirlah dan ber-peranglah." Akhirnya, perang terhenti. Doa Sa'ad terkabul karena Allah memenuhi permohonanNya, yaitu memberikan kemenangan bagi orang-orang yang beriman. Apakah dengan kemenangan yang diperoleh pasukan Sa'ad tersebut mata Umar bin Khaththab dapat terpejam? Sudah tenangkah hatinya? Atau, dia mempunyai rencana yang lain? Dalam sebuah sumber sejarah disebutkan bahwa setiap malam Umar bin Khaththab keluar untuk meninjau situasi di luar kota Madinah, mencari berita kepada para pedagang, dan pendatang tentang Perang Qadisiyah. Juga mengenai keberadaan umat Islam di daerah-daerah yang jauh dari Madinah. Daerah yang tidak mungkin dapat dijangkau dengan akal manusia ketika itu. Umar terus merenung seperti itu hingga siang hari kemudian kembali ke Madinah. Pada suatu hari, Umar bertemu dengan al-Basyir. Dia bertanya kepadanya, "Kamu datang dari mana?" Al-Basyir menjawab, "Aku datang dari Irak." Umar berkata, "Ya Abdullah, ceritakan kepadaku apa yang terjadi?" Al-Basyir Menjawab, "Allah menghancurkan orang-orang musyrik." Umar terus berjalan di belakang kendaraan al-Basyir hingga sampai ke DarulImaarah. Ternyata, di sana umat manusia telah berkumpul dan mereka menyalami Umar dengan ucapan, "Ya, Amirul Mu'minin." Al-Basyir berkata, "Mengapa engkau tidak memberi tahuku tentang siapa kau sebenarnya, ya Amirul Mu'niinin? Semoga Allah merahmatirnu." Umar menjawab, "Tidak mengapa, hai saudaraku." Semoga Allah merahmati dan meridhaimu, ya Umar. Dan, semoga Allah merahmatirnu, ya Sa'ad, sesuai dengan jasamu dalam meraih kemenangan untuk kemuliaan Islam dan umatmu. Sa'ad dan Dakwah Rasul saw. Diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., ia mendengar Rasulullah saw. berdoa untuk Sa'ad, "Ya Allah, kuatkanlah keahlian memanahnya, kabulkan doanya, dan jadikanlah dia sebagai orang yang dicintai orang lain"27 . Diriwayatkan bahwa Sa'ad berkata kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia berkenan me-ngabulkan doaku." Rasulullah saw. bersabda, "Sucikan makananmu, niscaya doamu dikabulkan." Semua sahabat mengetahui hal tersebut dari Sa'ad. Jika Sa'ad memanah musuh, pasti tepat sasaran. Jika memohon kepada Allah, pasti dikabulkan. Setelah itu, Umar bin Khaththab terbunuh. Utsman bin Affan r.a. pun wafat karena dibunuh. Terjadi berbagai fitnah. Fitnah yang pernah dikhawatirkan Rasulullah dan Sa'ad tidak melibatkan diri atas fitnah tersebut. Hasyim bin 'Utbah, putra saudaranya, datang dan bertanya kepadanya, "Wahai pamanku, di sana ada ratusan ribu pedang. Aku melihatmu sebagai orang yang berhak menyelesaikan massalah."

Sa'ad menjawab, "Aku hanya menginginkan satu pedang. Bila aku memukul orang beriman, pedangku tidak akan berfungsi apa-apa. Namun, bila pedangku kugunakan untuk orang-orang kafir, pasti aku akan dapat menebasnya." Semoga Allah merahmati Sa'ad bin Abi Waqqash dan semoga Allah memasukkannya ke surga. Pelajaran yang Dapat Diambil dari Metode Al-Qur'an dalam Mendidik Para Sahabat Siapakah Sa'ad bin Abi Waqqash sebelum cahaya Islam masuk ke kalbunya? Dia selalu menghabiskan hari-harinya dengan latihan memanah dan melempar tombak. Tidak lebih dari itu. Islam dan Al-Qur'an yang mengubah mereka dari penggembala-penggembala unta yang berwatak dingin dan kejam menjadi pahlawan perang untuk membela kebenaran dan menjadi penyeru untuk beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa. Al-Qur'an telah menjadikan mereka pahlawan yang gagah berani sehingga sejarah mereka dapat kita ketahui, menjadi teladan dalam mempelajari dan mengamalkan isi Al-Qur'an. Umar bin Khaththab r.a. selalu terlibat dalam peperangan yang dialami umat Islam, baik sebagai panglima perang maupun sebagai penasihat. Dia tinggal di Madinah, namun kata-katanya selalu terngiang-ngiang di telinga para pejuang Islam yang sedang berperang, selalu bermusyawarah dan menambah pasukan. Pada Perang Qadisiyah, dia meminta kepada Sa'ad untuk menjelaskan segala sesuatu yang dialami umat Islam di sana. Senantiasa memantau perkembangan umat Islam di daerah tersebut, seolah-olah dia berada di tengah-tengah mereka. Bahkan tidak hanya itu yang dilakukannya. Ia selalu keluar ke daerah perbatasan Madinah untuk mencari tahu tentang utusan yang datang dari luar daerah Madinah. Hatinya tidak akan merasa tenang hingga sampai ke istana ketika menyaksikan kedatangan utusan tersebut Dia tidak menyebutkan jati dirinya sehingga dia berjalan di belakang utusan tersebut karena ingin mengetahui berita dari utusan yang datang tentang keberadaan umat Islam. Utusan tersebut menuju istana dengan kendaraan, sedangkan Amirul Mu'minin berjalan di belakangnya untuk menyusul utusan tersebut. Umar tidak suka menghentikan utusan pasukan muslim di tengah perjalanan hanya untuk mengetahui berita darinya karena hal tersebut akan menghalangi objektivitas keterangan yang dibawa oleh delegasi yang datang. Itu bila dimintai keterangan atau laporannya di istana dan dengan demikian hatinya menjadi tenang. Delegasi tersebut berkata, "Mengapa engkau tidak memberi tahuku bahwa engkau adalah Khalifah?" Dengan tenang dan tawadhu Umar menjawab, "Jangan sungkan, wahai saudaraku. Semoga Allah mengampuniku dan dirimu." Penduduk Kufah banyak mengadukan perihal Sa'ad bin Abi Waqqash kepada Umar bin Khaththab. Maka, Umar menanyakan Sa'ad kepada 'Amr bin Ma'di. Dia menjawab, "Sa'ad adalah orang yang tawadhu, baik budi pekertinya, seperti singa di medan perang adil dalam memutuskan suatu perkara, memberikan bagian yang sama, sayang kepada kami bagaikan sayangnya seorang ibu yang baik dan memberikan hak-hak kami secara utuh tanpa pe-ngurangan sedikit pun." Ya Sa'ad, apakah yang membuatmu bersikap zuhud? Lembaga pendidikan manakah yang menjadikanmu seorang yang mulia dan perkasa? Dia orang yang tawadhu dan tidak pernah sombong, se] singa dalam peperangan, adil dalam memberikan bagian dan tidak pernah berlaku zalim, selalu memberikan kemenangan bagi pasukannya, sayang dan sangat penyayang, jauh dari sifat angkuh dan sombong, mengumpulkan rezeki umat dan membagikannya secara merata. Meskipun demikian Umar menetapkan un menggantikannya. Dia berkata, "Demi Allah aku tidak memberhentikannya karena kelemahan atari nene-khianatarmv_ Aku mpmhprhentikannva karena khawatir akan terjadi fitnah." Pada saat itu, bala tentara Persia telah berkumpul untuk melakukan penyerartgan dan penyergapan sementara umat Islam menempatkan pasukannya di daerah Nahawan untuk meng-hadangbahaya tentara Persia. Maka, tidaklah patut mengobarkan fitnah di Kufah karena Kufah menjadi sentral umat Islam di bagian fjmur. Umar lebih

suka menjadikan Sa'ad sebagai salah seorang penasihatnya di Madinah dalam menyelesaikan masalah yang dialami umat Islam. Sa'ad resmi dicopot dari jaoatannya. Lalu apa yang terjadi? Sa'ad tetap berada di rumahnya ketika terjadi fitnah karena berpegang teguh pada firman Allah, "Fitnah lebih kejam dari pembunuhan." (al-Baqarah [2]: 191) Sa'ad bin Abi Waqqash adalah orang yang cerdas, berwawasan luas, berbudi luhur, dapat menjaga tangan dan lisannya, baik terhadap keluarga maupun kaum muslimin, selalu memenuhi janji kepada para rekannya, menjaga dari hal-hal yang syubhat, dan senantiasa berusaha mengikuti jejak langkah Nabi serta berpegang teguh dengan ajaran Tuhannya. Sebagai seorang panglima, Sa'ad selalu terkenang di hati umat. Umat terbaik yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam. Dengan demikian, umat Islam terhindar dari pengaruh para penjajah yang ingin menguasai negaranya. Kapankah umat Muhammad seperti itu datang kembali? Kami selalu menanti kehadirannya, karena pada saat itu umat Islam pasti akan mengalami kemenangan yang nyata atas pertolongan Allah. Abdullah bin Sa'ad bin Abi as-Sarah r.a. Penakluk Zanbaqah as-Sauda' Abdullah bin Sa'ad telah menetapkan untuk membangun sebuah istana yang besar. Istana yang dikenal dengan istana jin. Dia mengeluarkan perintah pembangunan istana tersebut ketika pergi untuk memerangi Afrika dan ketika kembali dia bertanya kepada al-Miqdad bin al-Aswad, wakilnya, "Bagaimana pen-dapatmu tentang bangunan istana itu?" Al-Miqdad menjawab, "Jika engkau membangunnya dengan biaya sendiri, sungguh berlebihan. Namun, bila engkau membangun istana tersebut dari kas negara, berarti engkau telah melakukan kesalahan besar." Demikianlah jawaban al-Miqdad. Jawaban apa adanya, tanpa basa-basi karena berpegang teguh dengan ajaran Islam. Abdullah tidak murka atas jawaban tersebut. Justru ia menyadari kekeliruannya kemudian berkata, "Seandainya aku tidak dibilang merusak, niscaya kuperintahkan untuk menghancurkan istana tersebut." Dia salah seorang sahabat yang awalnya menolak dakwah Islam ketika diajak untuk memeluk Islam, bahkan termasuk orang yang menghalangi dakwah Islam, menghina, dan mengejek orang-orang Islam yang lemah. Ketika Allah ingin menyempurnakan cahaya Islam, Dia izinkan Rasulullah untuk hijrah ke Yatsrib agar kota tersebut menjadi sentral kegiatan dakwah. Menjadi tempat melahirkan para pahlawan gagah berani yang menyebarluaskan dan membela agama-Nya. Delegasi orang-orang Mekah dan Madinah datang silih berganti untuk menghadap dan ingin dekat dengan pembawa misi Islam. Abdullah bin Mas'ud termasuk salah satu anggota rombongan yang datang dari Mekah ke Yatsrib. Rasulullah saw. me-nyambutnya dengan hangat, sama seperti menyambut utusan yang lainnya. Keberadaan Abdullah di sisi Rasul membuat keimanannya semakin mantap. Bahkan, beliau menjadikan dia sebagai salah seorang penulis wahyu. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena setan telah menguasai dirinya sehingga dia murtad dan kembali ke Mekah. Ketika penaklukan kota Mekah, banyak kabilah yang me-nyatakan masuk Islam dan Ka'bah telah bersih dari berhala-berhala. Saat itu, Rasul saw. memerintahkan kepada umat Islam untuk membunuh sekelompok orang kafir yang disebutkan dan digantung di Ka'bah. Nama-nama tersebut antara lain Abdullah bin Khathl, Maqis bin Shabah, dan Abdullah bin Sa'ad. Para pejuang Islam terus memburu nama-nama tersebut di mana pun mereka berada. Abdullah bin Sa'ad merasa terancam atas perintah tersebut hingga dia meminta perlindungan kepada Utsman bin Affan r.a., saudara sepersusuannya. Utsman pun melindunginya sehingga tidak diketahui keberadaannya dan dia membawanya untuk menghadap Rasulullah saw. dan meminta kepada beliau untuk menjamin keamanannya. Rasulullah saw. terdiam dalam waktu lama kemudian bersabda, " Ya." Ketika Utsman telah pergi Rasulullah bersabda kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya, "Aku diam agar sebagian kamu berdiri kemudian memenggal lehernya." Seorang

lelaki dari kaum Anshar bertanya, "Apakah engkau mengisyaratkan kepadaku, ya Rasulullah?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya seorang Nabi tidak patut melakukan pengkhianatan." Abdullah bin Sa'ad telah memeluk Islam pada masa penaklukan kota Mekah dan keislamannya baik. Tidak tampak adanya pengkhianatan darinya. Air matanya bercucuran sebagai bentuk penyesalan atas apa yang telah dilakukan di masa lalu. Dia bertanya kepada Rasulullah, "Apakah Tuhanku masih mengampuni pengkhianatanku terhadap Islam dan Rasul-Nya?" Rasulullah bersabda, "Islam menghapus dosa sebelumnya." Meskipun demikian, Abdullah tidak dapat menemui Rasulullah untuk beberapa saat karena perasaan malu terhadap apa yang pernah dilakukan pada masa keislaman yang pertama. Utsman terus memotivasi agar dia bertemu dan menyatakan keislamannya kembali, mendengarkan petunjuk beliau, dan menerima apa yang disabdakannya. Setelah keislaman yang kedua kalinya, Abdullah bin Sa'ad menjadi tumpuan kepercayaan para sahabat, yang menjadikan Umar bin Khaththab mempercayainya untuk menjadi panglima dalam penaklukan daerah Mesir guna membantu pasukan yang dipimpin oleh 'Amr bin 'Ash, pasukan yang menuju ke daerah Mesir. Abdullah bin Sa'ad salah seorang pahlawan Quraisy yang gagah berani. Termasuk pejuang yang tidak mengenai kalah dalam setiap peperangan. Sepertinya, dia ingin menghapus dosa-dosa di masa lalu dengan melibatkan diri dalam beberapa peperangan di luar Jazirah Arab. Jugaa untuk membersihkan jiwanya pada peperangan tersebut. Dia mendapatkan ujian yang indah karena dianggap sebagai acuan para pemimpin yang terlibat dalam peperangan untuk menaklukkan Mesir. Ketika Umar bin Khaththab mendengar kepiawaian Abdullah dalam memimpin peperangan, maka ia menetapkan Abdullah sebagai gubernur di as-Sha'id, salah satu daerah subur di Mesir. Daerah tersebut beriklim sedang, bersih lingkungannya, ber-penduduk gagah berani, dan tanahnya sangat subur. Para peduduk as-Sha-'id menerima Islam dengan lapang dada sehingga mereka berjasa besar dalam dakwah Islam di berbagai belahan bumi. Keimanan dan ketakwaan mereka semakin kuat dan mereka hanya menginginkan kemenangan atau syahid karena membela Islam. Dia memimpin masyarakatnya dengan baik. Ketika Utsman bin Affan menjadi khalifah dalam pemerintahan Islam, dia diangkat sebagai penarik jizyah Mesir dan jabatan itu hampir saja membuatnya bentrok dengan gubernur Mesir, 'Amr bin 'Ash. 'Amr meminta Khalifah agar melengserkan Abdullah bin Sa'ad dari jabatannya. Namun, Khalifah tidak mengabulkan permohonartnya kemudian berkata, "Wahai 'Amr, dia diangkat sebagai gubernur as-Sha'id oleh Umar bin Khaththab, padahal dia mempunyai hubungan kekeluargaan yang sama dengannya dan kamu juga mengetahui bahwa dia adalah saudara sepersusuanku. Mana mungkin aku memecatnya, padahal orang lain telah mem-percayainya?" 'Amr bin 'Ash marah besar dan berkata, "Aku tidak akan kembali pada pekerjaanku." Utsman bin Affan segera menulis surat kepada Abdullah bin Sa'ad bahwa dia diangkat sebagai gubernur Mesir, menggantikan kedudukan 'Amr bin 'Ash. Dia berhasil menata daerah Mesir sehingga menjadi negara yang maju dan damai. 'Amr bin 'Ash kembali bersama keluarga dan hartanya, datang menghadap Utsman bin Affan r.a. Utsman bertanya kepadanya, "Mengapa kamu tinggalkan Abdullah bin Sa'ad seorang diri untuk mengurus Mesir?" Dia menjawab, "Sesuai dengan keinginanmu." "Apa maksudmu?" tanya Utsman. 'Amr menjawab, "Dia orang yang kuat jiwanya dan rapi ibadahnya." Utsman menjawab, "Aku telah memerintahkannya agar mengikuti jejakmu." 'Amr bin 'Ash berkomentar, "Kamu telah memaksakan kehendakmu." 'Amr bin 'Ash berhasil mengumpulkan jizyah di Mesir sebesar 2 juta sedangkan Abdullah bin

Sa'ad berhasil mengumpulkan jizyah sebesar 4 juta sehingga Utsman berkata kepada 'Amr, "Setelah kamu tinggalkan Mesir, Mesir menjadi semakin subur." 'Amr bin 'Ash menjawab,"Ya, karena engkau akan membuatnya tandus." Namun, mengapa Utsman berbuat seperti itu? Mengapa dia memecat 'Amr bin 'Ash dan menggantinya dengan Abdullah bin Sa'ad? Apakah Utsman tidak dapat mendamaikan mereka? Sebagian ahli sejarah menjelaskan, mengendalikan Abdullah bin Sa'ad jauh lebih mudah daripada mengendalikan 'Amr bin 'Ash. Dan, Abdullah mempunyai keahlian sebagai pemimpin besar. Selain itu, dia adalah saudara sepersusuan Utsman bin Affan, dan sangat tulus saat menjadi bawahan Utsman. Dia tidak melupakan jasa Utsman yang memintakan jaminan keamanan kepada Rasulullah. Juga tidak lupa dengan jasa Utsman ketika dia dijadikan sebagai salah satu anggota badan musyawarah Abdurrahman bin 'Auf untuk menetapkan Utsman sebagai khalifah. Abdurrahman berkata, "Bila kamu berkenan, jangan pilih khalifah dari suku Quraisy." Maka ia pun mengangkat Utsman. Alasan inilah yang menyebabkannya diangkat menjadi gubernur Mesir dan salah satu keberhasilan kepemimpinannya ialah dia mendapat simpati dari Umar bin Khaththab. Hal tersebutlah yang membuat Utsman semakin mempercayainya. Setelah keadaan Mesir semakin kondusif, dia menulis surat kepada Utsman untuk memberitahukan tentang kedekatan Afrika dari Mesir dan dia meminta izin untuk menyerang Afrika. Utsman meminta pendapat para sahabat yang lain tentang usulan Abdullah bin Sa'ad tersebut. Mayoritas sahabat setuju dengan usulan tersebut, yaitu menyerang Afrika dan mengajak penduduknya untuk memeluk Islam. Utsman menyiapkan pasukan yang besar di Madinah untuk membantu Abdullah. Pada pasukan bantuan tersebut terdapat putra-putra para sahabat, termasuk para sahabat utama, antara lain Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, Abdullah bin az-Zubair, Abdullah bin Ja'far, Hasan, dan Husain. Pasukan bantuan ini disebut Pasukan "al-'Abaadilah." Abdullah bin Sa'ad berangkat dengan 20 ribu pasukan untuk menyerang Afrika. Ketika pasukan sampai di Barqah, mereka bertemu dengan pasukan muslim yang dipimpin 'Uqbah bin Nan', seorang panglima perang Islam yang terkenal. Mereka bergabung dengan pasukan Abdullah. 'Uqbah mempunyai pengaruh besar di sana. Maka, seluruh pasukan meneruskan perjalanan menuju Tharablis. Sementara itu, pasukan Abdullah meneruskan perjalanan ke Afrika. Abdullah memerintahkan kepada pasukan mata-mata untuk menyelidiki kekuatan lawan. Pasukan mata-mata kembali dengan mengabarkan bahwa yang memimpin pasukan Afrika adalah Jarjir, seorang raja yang mempunyai kekuasaan dari Tharablis hingga Thanjah. Istananya berada di kota Qarthajinah dan dia membayar jizyah kepada Heraklius, Kaisar Romawi, raja yang menguasai dunia. Pasukan muslim bertemu dengan pasukan Jarjir yang berjumlah 120 ribu personil di 'Uqubah28> maka terjadilah perang di antara kedua belah pihak di tempat tersebut. Abdullah bin Sa'ad menulis surat kepada raja Roma, Jarjir, untuk mengajaknya masuk Islam atau membayar jizyah, maka dia tidak menerima dan menolak isi surat tersebut. Abdullah memulai perang dan perang pun berlangsung berhari-hari hingga datang pasukan tambahan yang dipimpin oleh 28 Jarak tempuh dari daerah tersebut ke Subaithalah lebih kuiang lehari semalam perjalanan. Para Ksatrta ai scKimr nnsimtitcm SAW Abdullah bin az-Zubair. Ketika Jarjir mendengar kedatangan pasukan tambahan di pihak pasukan muslim dia merasa gen tar. Abdullah bin az-Zubair melihat bahwa peperangan akan berlangsung dari pagi hingga zuhur. Bila azan zuhur berkumandang, pasukan kedua pihak yang berperang kembali ke kemahnya masing-masing. Pada hari berikutnya, Abdullah bin az-Zubair merasa kehilangan Abdullah bin Sa'ad pada peperangan tersebut. Ia bertanya tentang Ibnu Sa'ad. Dijawab bahwa slah satu pasukan Jarjir mengabarkan bahwa siapa saja yang berhasil membunuh

Abdullah bin Sa'ad, akan mendapat hadiah 100 ribu dinar dan akan dinikahkan dengan putri Jarjir. Karena itu, Abdullah bin Sa'ad sangat mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Ibnu Zubair datang ke majelis yang diadakan untuk ber-musyawarah. Ia memerintahkan kepada seorang prajurit untuk memberitakan, "Siapa saja dari pasukan muslim yang dapat memenggal kepada Jarjir, akan mendapat hadiah sebesar 100 ribu dinar dan ia akan dinikahkannya dengan putri Jarjir dan dijadikan penguasa di sana." Mendengar sayembara tersebut hati Jarjir semakin ciut sehingga semakin takut kepada Abdullah. Ibnu az-Zubair berkata kepada Abdullah bin Sa'ad, "Peperangan yang kita hadapi sangat berat karena mereka mempunyai pasukan yang terus mengalir dan berada di negerinya, sedangkan kita jauh dari umat Islam. Menurutku, sebaiknya besok kita tinggalkan pasukan gagah berani yang selalu bersiap-siap di kemah dan kita memerangi pasukan Romawi sampai mereka lelah. Bila pasukan mereka dan pasukan muslim telah kembali ke kemah, maka pasukan yang beristirahat (tidak ikut berperang) bersiap-siap untuk menyerang mereka secara tiba-tiba. Mudah-mudahan kita mendapat kemenangan atas mereka. Karena sesungguhnya perang adalah tipu daya." Seorang pemimpin besar tidak akan mengandalkan kekuatan pasukan saja. Ia akan memikirkan strategi yang harus digunakan agar menang dalam pertempuran, seperti serangan mendadak yang disusulkan Ibnu az-Zubair. Mungkin cara ini akan mempersingkat waktu peperangan dan mendatangkan kemenangan. Ibnu Sa'ad menerima usulan Ibnu az-Zubair. Dia mulai melaksanakan strategi perang tersebut dengan mengumpulkan prajurit pilihan untuk tetap tinggal di kemah. Semenatara itu, pasukan yang lain ikut serta dalam pertempuran melawan Romawi, sebuah perang yang sangat sengit dan genting. Ketika waktu zuhur tiba, pasukan Romawi beristirahat sebagaimana biasanya dan tidak mungkin bagi Ibnu az-Zubair untuk terus menyerangnya. Pasukan muslim membuat pasukan Romawi sangat kelelahan dan akhirnya pasukan muslim pun kembali ke kemahnya. Ibnu az-Zubair memanggil pasukan gagah berani yang tidak terlibat perang kemudian menyerang mereka secara mendadak. Serangan itu membuat pasukan Romawi tidak memiliki kesempatan untuk mengambil senjatanya. Pasukan Romawi banyak yang terbunuh dan Ibnu az-Zubair dapat mengetahui keberadaan Jarjir dan berhasil membunuhnya serta dapat menyandera putri Jarjir. Bendera Islam berkibar di atas tanah tersebut dan kalimat Allah berkumandang di sana. Umat Islam mendapat kemenangan yang gemilang. Pasukan muslim meneruskan perjalanannya hingga ke Subaithalah dan Ibnu Sa'ad mendapatkan banyak harta pampasan perang di sana. Pampasan yang tidak ditemukan di tempat lain. Maka, dia memberikan 3.000 dinar bagi pasukan berkuda dan 1.000 dinar bagi pasukan jalan kaki. Abdullah mengirim pasukannya ke pedalaman Afrika hingga mereka dapat mengambil harta pampasan perang yang cukup banyak di Qaf shah. Dia juga mengirim pasukan ke benteng Ajmi untuk mengepung benteng tersebut hingga penduduknya menyerah dan takluk tanpa pertumpahan darah. Penduduk Afrika siap membayar upeti sebesar 2,5 juta dinar. Daerah Zanbaqatus Sauda' juga dapat ditaklukkan. Penduduknya masuk Islam secara berduyun-duyun, menjadikan kalimat tauhid sebagai zikir mereka. Sementara itu, Abdullah bin Sa'ad kembali ke Mesir dengan membawa kabar gembira dan kemenangan, dapat menaklukkan Afrika menjadi umat Islam. Ketika kembali dari perjalanan tersebut, dia bertanya kepada al-Miqdad bin al-Aswad al-Kanadi, "Bagaimana pendapatmu tentang bangunan istana ini?" Al-Miqdad menjawab, "Bila engkau membangun istana tersebut dari hartamu, maka engkau benar-benar berlebihan. Namun, bila engkau mem-bangunnya dari harta umat Islam, engkau benar-benar telah membuat kerusakan!" Demikianlah jawaban al-Miqdad, dia berkata apa adanya tidak membiasakan amal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Ia menjawab pertanyaan

tersebut dengan ucapan yang benar. Tidak takut untuk mengatakan kebenaran meskipun yang bertanya adalah seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan. Dapat disaksikan bagaimana keberadaan umat Islam saat irtf, seandainya mereka ikhlas memberikan nasihat kepada para pemimpin mereka dan memberikan jawaban yang benar? Abdullah benar-benar menerima pendapat al-Miqdad. Tidak marah dan tidak dendam. Ia justru menyadari kekeliruan atas perbuatannya yang menyimpang dari ajaran Islam dan berlaku zalim terhadap rakyat sehingga dia berkomentar, "Seandainya tidak ada orang yang berkata, 'Engkau telah melakukan kerusakan dua kali,' niscaya aku perintahkan untuk menghancurkan bangunan istana itu." Abdullah bin Sa'ad ikut terlibat dalam peperangan Zatush-Shawari. Perang tersebut terjadi karena pasukan Romawi menyerang dengan kekuatan armada lautnya yang bermuatan lebih dari 500 atau 600 armada perang. Sedangkan umat Islam hanya memiliki 200 armada perang saja. Perang tersebut terjadi pada tahun 34 Hijriah. Ketika Abdullah mengetahui kedatangan pasukan Romawi dalam jumlah yang sangat besar, dia berbicara di hadapan umat Islam, "Aku telah mendengar bahwa putra Heraklius telah datang untuk menyerang kalian dengan kekuatan seribu armada perang. Untuk itu, berikanlah masukan kepadaku!" Namun, tidak ada seorang muslim pun yang memberikan jawaban kepadanya. Abdullah duduk sejenak untuk menantikan jawaban dari pendengarnya. Kemudian dia berdiri kembali dan berkata, "Mengapa tak seorang pun yang memberikan pendapat!" Dia duduk kembali dan berdiri untuk yang ketiga kalinya lalu berkata, "Sesungguhnya tidak ada pilihan lain, berikanlah masukan kepadaku." Maka, berdirilah salah seorang penduduk Madinah yang sangat simpatik dengan Abdullah bin Sa'ad. Dia berkata, "Wahai Gubernur, sesungguhnya Allah swt. berfirman, 'Betapa banyak jumlah yang sedikit dapat mengalahkan jumlah yang banyak dengan izin Allah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar! (al-Baqarah [2]: 249)" Mendengar jawaban tersebut Abdullah dan umat Islam lainnya menjadi bersemangat dan berkata kepada mereka, "Naikilah kendaraan kalian dengan menyebut asma Allah." Mereka segera menaiki kendaraannya. Sebagian armada tersebut bermuatkan perbekalan perang sedangkan armada yang lain telah berada di daratan dalam keadaan siap bertempur di daerah lain. Pasukan dari Syam yang dipimpin oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan telah datang, sedangkan pasukan yang berada di laut dipimpin oleh Abdullah bin Sa'ad. Angin kemenangan pun berada di pihak umat Islam. Pasukan umat Islam dan Romawi menghentikan peperangan mereka hingga udara tenang kembali. Umat Islam berkata, "Kita melakukan gencatan senjata dengan pasukan Romawi, sehingga mereka terlelap dalam tidurnya sedangkan umat Islam membaca Al-Qur'an dan melakukan shalat." Di pagi hari, pasukan Romawi telah bersiap-siap untuk berperang. Mereka merapatkan perahu layar dan umat Islam pun merapatkan perahu layarnya sehingga perahu layar mereka saling berhadapan. Abdullah berdiri di tengah-tengah umat Islam dan memerintahkan kepada mereka agar terus membaca Al-Qur'an dan bersabar. Maka terjadilah peperangan yang dahsyat antara pasukan Romawi dan pasukan muslim. Mereka berperang dengan menggunakan pedang dan parang. Pasukan muslim banyak yang gugur, namun pasukan Romawi yang gugur tidak terhitung jumlahnya. Umat Islam sangat sabar dalam peperangan ini, kesabaran luar biasa yang tidak ada duanya. Pada perang tersebut Raja Romawi mengalami luka sehingga mereka mundur dan hanya sedikit yang selamat. Pada perang tersebut Abdullah bin Sa'ad telah mempertaruhkan nyawa karena perahunya telah diikat dan ditarik oleh perahu musuh. Namun, tali tersebut dapat diputuskan oleh salah seorang anggota pasukannya sehingga ia terhindar dari kematian dan penyanderaan. Perang Dzatush Shawari menunjukkan kepahlawanan dan keperkasaan Abdullah sebagai panglima perang. Perang yang dapat mengurangi pengaruh kekuatan Romawi setelah

mereka menguasai Mesir dan Syam. Kekuatan pasukan muslim dapat mengalahkan musuh mereka di luar perbatasan negara. Kekuatan pasukan muslim juga dapat melemahkan pengaruh pasukan Persia yang sangat kuat dan ancaman pasukan Romawi hanya dalam waktu singkat. Bahaya Sebuah Kejahatan Di samping kemenangan yang diperoleh umat Islam, di sana terdapat bahaya yang mengancam umat. Bagaikan gelapnya malam yang tak seorang pun tahu kapan fajar akan terbit. Bahaya kejahatan tersebut tidak datang dari luar umat Islam. Ada kekuatan lain yang mengendalikannya. Fitnah yang muncul dari dalam karena umat Islam berada dalam kesejahteraan yang melimpah ruah dan itu akan membuka pintu fitnah dan kebencian di pihak lain. Awal fitnah itu terjadi ketika Utsman bin Affan r.a. memanggil Abdullah bin Sa'ad untuk datang ke Madinah. Kesempatan tersebut digunakan oleh Muhammad bin Abi Huzaif ah bin 'Utbah untuk menghasud penduduk Mesir agar mereka mengepung Utsman. Di perjalanan, rombongan yang dipimpin Muhammad bin Abi Quhafah ini diketahui oleh Abdullah bin Sa'ad, namun dia tidak dapat berbuat apa-apa. Jika dia kembali ke Mesir, dia akan disandera. Jika kembali ke Madinah, dia tidak dapat berbuat banyak untuk menyelamatkan Utsman. Maka, dia mengambil memutuskan untuk kembali ke Madinah dan dia menemukan kediaman Utsman telah dikepung. Ia hanya dapat bersenandung, "Kami melihat pertumpahan darah yang tidak dapat dihindari, namun kami tidak dapat berbuat banyak untuk membelanya. Kami menyerahkan Madinah kepada nafsu. Nafsu serakah penduduk Mesir. Nafsu yang hina." Abdullah menuturkan tentang Muhammad bin Abi Huzaifah, "Semoga Allah menjauhkan rahmat-Nya dari Muhammad bin Abi Huzaifah yang berbuat makar terhadap anak pamannya. Padahal, anak pamannya itu telah merawat dan mendidiknya dengan baik. Namun, ia membalasnya dengan pemberontakan. Yakni, membunuh para pengawal Utsman bahkan mengumpulkan orang-orang untuk membantai dirinya." Muhammad bin Abi Huzaifah menjadi penguasa di negerinya. Jauh dari jangkauan Utsman dan keluarganya. Dia tidak mengakui kekuasaan khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. terhadap Mesir dan Abdullah bin Sa'ad kembali dari Madinah. Tapi, Muhammad bin Abi Huzaifah melarangnya memasuki Fusthath. Abdullah pergi menuju 'Asqalan dan tinggal di sana hingga datang berita tentang terbunuhnya Utsman. Menurut keterangan lain, dia tinggal di Ramalah hingga wafat karena menghindar dari fitnah. Dia mohon kepada Allah, "Ya Allah, jadikanlah shalat subuh sebagai akhir amalku." Diceritakan bahwa dia berwudhu kemudian shalat subuh. Jiwanya pun menghadap Tuhannya. Abdullah wafat setelah lama berjuang untuk membela Islam dan menegakkan kalimat Allah. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang setimpal pada jasa-jasanya terhadap Islam. Dia sebaik-baik Zat yang Mengabulkan doa. 102 Hikmah yang Didapat dari Sejarah Mesir Bila nama Abdullah bin Sa'ad disebut, namanya tidak dapat dilepaskan dari sejarah Mesir yang panjang, yang dikenang sepanjang zaman. Sebab, sebagian ahli sejarah mengembalikan sejarah Mesir dimulai dari awal pembangunan Mesir di tangan Mesir bin Masrayim bin Hatim bin Nuh a.s. Disebutkan juga bahwa sejak dahulu penduduk Mesir beragama tauhid, yairu mengesakan Sang Pencipta, tidak ada tuhan kecuali Allah. Tidak ada agama yang mempunyai akidah tauhid kecuali Islam. Menyatukan manusia berarti semua manusia berasal dari Nabi Adam dan Nabi Adam tercipta dari tanah. Kami katakan demikian karena Nabi Idris a.s. menyeru umatnya agar menyembah Allah saja dan meninggalkan segala macam bentuk syirik. Orang-orang Mesir kuno percaya akan adanya hari ke-bangkitan, dan membenarkan apa yang akan terjadi setelah kematian. Karena itu. mereka membuat kuburan dengan adukan semen yang kuat agar tidak rusak. Akan tetapi, terjadi perbedaan

pendapat tentangkekekalan atau keabadian di akhirat. Dan, adanya keraguan akan kebangkitan setelah kematian. Sejarah juga menjelaskan pendapat mereka tentang kehidupan akhirat dan apa yang terjadi di sana, seperti adanya hari perhitungan amal, siksa, dan balasan amal berdasarkan keputusan pengadilan yang beranggotakan 40 orang. Pengadilan itu diketuai oleh seorang hakim agung yang bernama Auzorwis. Karena itu, manusia tidak akan hancur. Kematian adalah peralihan kehidupan dari satu alam ke alam yang lain, yairu menuju kehidupan yang kekal abadi. Orang yang mengkaji kitab-kitab suci sebelum Al-Qur'an, seperti kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa niscaya akan menemukan penyebutan negara Mesir secara berulang-ulang. Sedangkan Al-Qur'an menyebutkan kata Mesir dalam lima ayat: 1. Pada ayat yang menjelaskan tentang pengingkaran bani Israel terhadap rezeki yang Allah anugerahkan kepada mereka. Mereka menuntut makanan yang dihasilkan bumi, maka Allah mengabulkan permintaan tersebut dengan me-merintahkan untuk pergi ke Mesir. Allah berfirman, "Pergilah kamu ke Mesir niscaya kamu akan mendapatkan apa yang kamu minta." (al-Baqarah [2]: 61) Para Ksatria di sekitarRasulullah SAW 103 2. Ayat yang menjelaskan tentang perintah Allah kepada Nabi Musa dan saudaranya, Nabi Harun, agar membangun rumah-rumah di Mesir bagi umatnya; agar mereka terhindar dari pengaruh jahiliah dan orang-orang beriman bersatu hingga datangnya janji Allah bagi mereka. Allah berfirman, "Kami wahyukan kepada Nabi Musa dan saudaranya, 'Ambillah beberapa rumah di Mesir sebagai tempat tinggal bagi umatmu danjadikan rumah-rumah itu sebagai tempat ibadah, dirikan shalat dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.'" (Yunus [10]: 87) 3. Ayat yang menjelaskan tentang Nabi Yusuf a.s. yang dijebloskan ke sumur tua oleh saudara-saudara tirinya. Ketika dia ditemukan dan dibawa ke Mesir serta dijual oleh rombongan pedagang di pasar budak, Yusuf dibeli oleh seorang perdana menteri Mesir. Perdana menteri tersebut berpesan kepada istrinya agar mengasuh Yusuf dengan baik. Allah berfirman, "Orang Mesir yang membelinya berpesan kepada istrinya, 'Berikanlah tempat dan pelayanan yang baik padanya.'" (Yusuf [12]: 21) 4. Ayat yang menjelaskan tentang nikmat Allah yang diberikan kepada Nabi Yusuf agar dia memaafkan saudara-saudaranya dan mengajak mereka bersama kedua orang tuanya untuk memasuki Mesir. Allah berfirman, "Maka ketika mereka masuk ke istana Yusuf, Yusuf memeluk ayah dan ibunya seraya berkata, 'Masuklah kamu ke negeri Mesir, niscaya akan aman!" (Yusuf [12]: 99) 5. Dan ayat yang berbunyi, "Kami melindungi mereka di suatu tanah dataran tinggi yang ditumbuhi hamparan rumput dan mata air yang mengalir jernih." (al-Mu'minuun [23]: 50), yakni kota Mesir. Negara Mesir merupakan negara yang subur-makmur sehingga Mesir dijuluki sebagai gudangbumi, sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Yusuf a.s., "Jadikanlah aku bendaharawan negara Mesir. Sesungguhnya, aku adalah orang yang pandai menjaga amanah lagi berpengalaman.1' (Yusuf [12]: 55) Allah menyebut Raja Mesir dengan sebutan al-Aziz sebagai penghormatan dan karena keberadaan negara Mesir dikelilingi negara-negara lain. Allah berfirman, "Wanita-wanita di kota Mesir berkata, 'Istri al-Aziz menggoda anak angkatnya untuk menuruti keinginan nafsunya karena dia sangat mencintai Yusuf. Sesungguhnya, kami menilainya sebagai orang yang benar-benar sesat (salah).'" (Yusuf [12]: 30) Sepanjang sejarah banyak para nabi yang hijrah ke negara Mesir, antara lain Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Harun a.s. Bahkan, sebagian ahli

sejarah memprediksikan bahwa al-Masih dilahirkan di Annas, sebuah tempat yang terdapat pohon kurma (tempat Siti Maryam melahirkan Nabi Isa a.s. Rasul saw. sangat mempedulikan negara Mesir. Terbukti beliau telah mengutus Hatib bin Abi Balta'ah untuk menyampaikan surat kepada Muqauqis, seorang raja Mesir agar memeluk Islam, meskipun pranata sosial di Madinah belum tertata dengan baik. Raja Mesir membalas surat beliau dengan menghadiahkan seorang hamba sahaya wanita yang bernama Siti Maria al-Qibtiyah (ibu dari mrahim putra Rasulullah saw.). Maria adalah keturunan Siti Hajar, ibu Nabi Ismail a.s. Disebutkan dalam atsar, "Bila kamu berhasil menaklukkan negara Mesir, berbuat baiklah kepada penduduknya karena mereka merupakan nenek moyang Nabi." Mengenai karakter penduduk Mesir, Imam Syafi'i telah menyebutkan dalam syair beliau, "Bila datang seorang durjana ke Mesir, kami sambut dengan berseri-seri. Tidak ada orang yang melarangmu untuk berbuat kebajikan dan jangan khawatir akan dihalangi." Negara Mesir memiliki andil cukup besar terhadap negara-negara Islam. Peran besar negara Mesir ialah ketika terjadi musim kemarau panjang dan pailit pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab. Beliau meminta bantuan kepada gubernur Mesir, 'Amr bin al-'Ash, untuk mengirim bantuan makanan ke pemerintah pusat di Madinah. Gubernur terus mengirimkan bantuan hingga Umar bin Khaththab meminta kepada 'Amr bin al-'Ash menghentikan pengirirnan bantuan tersebut. Banyak tentara muslim Mesir yang berdakwah ke Afrika, bahkan ke daerah pedalaman seperti Ahrasy dan daerah perkebunan. Mereka tidak mempedulikan bahaya yang meng-ancam selama tujuan dakwah mereka belum tercapai, yaitu menegakkan kalimat Allah dan menyebarluaskan ajaran Islam ke seluruh pelosok bumi yang terkena sinar matahari. Kita tidak dapat melupakan sejarah perjuangan seorang panglima Islam, 'Uqbah bin Nafi', yang memimpin perang hingga Vara, Ksatna at setatar Kasululiah SAW 105 ke daerah pesisir laut. Panglima itu berkata, "Demi Allah, bila di belakang laut ini terdapat umat manusia yang tidak beriman kepada Allah, niscaya akan kuseberangi lautan ini dengan kudaku." Melalui Mesir tentara bantuan dikirim untuk menaklukkan Spanyol, tentara yang ikhlas dalam berjuang. Tujuan mereka hanya menyebarkan Isiam dan mengagungkan asma' Allah ke penjuru dunia. Mereka dapat menyebarluaskan Islam hingga keempat penjuru dunia, mencapai daerah perbatasan Prancis. Ketika orang-orang Mongolia dan Tartar muncul dari Asia kecil, di bawah pimpinan Khubilai Khan berhasil menghancurkan Khilafah Islamiyah. Awalnya mereka dapat menaklukkan kota Baghdad yang terus merangsek ke negara-negara Islam yang lain. Pasukan muslim keluar dipimpin Syaifuddin Quthz dan bertemu pasukan lawan di medan perang yang sangat me-nentukan, yaitu perang 'Ain Jaluth dan umat Islam mendapat kemenangan yang gemilang. Pasukan Tartar dapat dikalahkan pada perang 'Ainu Jaluth. Maka, Perang Salib berlangsung hingga tiga abad dan berakhir pada Perang Hiththin. Perang Salib baru terhenti setelah kemenangan berada di pihak pasukan Islam yang dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayubi. Para pemimpin barat menjadikan Perang Hiththin sebagai pelajaran berharga bagi mereka. Kami bertanya, "Apakah Mesir sudah tidak melahirkan para pejuang Islam?" Apakah mereka tidak berkenan lagi me-ngorbankan harta dan jiwanya demi kejayaan Islam? Apakah bumi Mesir telah kering dari para pejuang? Hanya Allah yang menyaksikan semuanya. Engkau tidak akan dapat memikirkannya. Negara Mesir mempunyai andil yang cukup besar dalam menyebarluaskan Islam ke berbagai belahan bumi. Itulah andil besar yang diberikan Mesir bagi negara lain.29 29 Baca kembali buku Rijaal Anzalallahu fiihim Qur'aanan, bagi penulis. ABU MIHJAN ATS-TSAQAFI MALIK BIN HUBAIB R.A.

Abu Mihjan ats-Tsaqafi termasuk pahlawan gagah berani di masa jahiliah dan Islam. Seorang pejuang yang tidak mengenal kata lelah dan mengetahui kapan harus menyerang. Dia tumbuh dan dibesarkan oleh Kabilah Tsaqif, kabilah yang tidak mengenal kata menyerah atau lari dari medan perang, dan kabilah yang tidak pernah dikalahkan. Kabilah yang terus mengembangkan senjatanya, dari senjata pedang ke tombak, dari panah ke manjaniq, dari kendaraan unta dan kuda beralih pada kendaraan amphibi. Kendaraan yang dapat menghancurkan benteng dan dapat menghalau musuh. Tanah air mereka sangat subur hingga banyak hasil bumi di sana. Penduduk bani Tsaqif ahli dalam membuat senjata, menunggang kuda, penyembah Latta, sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah, "Apakah kamu, hai orang-orang musyrik, patut menganggap Latta, Uzza, dan Manat sebagai anak perempuan AllahT' (an-Najm [53]: 19-20) Orang-orang Tsaqif telah mendengar dakwah Islam, tapi mereka belum memeluk Islam dan tetap musyrik hingga penaklukan kota Mekah. Allah menghendaki kebaikan bagi mereka, maka Dia memberikan hidayah kepada mereka untuk masuk Islam. Abu Mihjan ats-Tsaqafi Masuk Islam Kapan Abu Mihjan masuk Islam? Sumber sejarah yang kami miliki mengatakan bahwa keislaman Abu Mihjan sangat terlambat, lama setelah kabilah Tsaqif masuk Islam. Orang yang pertama masuk Islam dari bani Tsaqif ialah dua orang hamba Lailin, pemimpin kabilah bani Tsaqif, orang yang membelanya setelah pembunuhan Urwah bin Mas'ud. Dia membawa enam orang pemimpin bani Tsaqif untuk datang dan menghadap Rasulullah di Madinah. Ketika mendekati kota Madinah, mereka beristirahat di Qunat. Di sana mereka meminta bantuan al-Mughirah bin Syu'bah yang sedang menjaga rombengannya, yaitu rombongan para sahabat Rasulullah saw. Ketika dia melihat kedatangan mereka, aka dia meninggalkan tugas dan segera melompat dan lari untuk melaporkan kepada Rasulullah tentang kedatangan utusan bani Tsaqif kepada beliau. Dia ditemui Abu Bakar ash-Shiddiq sebelum menghadap Rasulullah. Dia mengabarkan kepada beliau tentang kedatangan rombongan bani Tsaqif yang ingin melakukan baiat dan masuk Islam. Rasulullah hendak meminta syarat karena mereka pun meminta syarat kepada Rasulullah untuk menjamin keselamatan kelompok, kabilah, dan hartanya. Abu Bakar menjawab ucapan al-Mughirah bin Syu'bah, "Aku bersumpah atas nama Allah, kamu tidak boleh mendahuluiku untuk menghadap Rasulullah agar aku dapat menyampaikan usulanku tersebut kepada beliau." Al-Mughirah memenuhi permintaan itu. Abu Bakar datang menghadap Rasulullah dan mengabarkan tentang kedatangan mereka kepada beliau. Al-Mughirah kembali kepada rekan-rekannya dan memberi tahu mereka tentang cara mengucapkan salam kepada Rasulullah. Namun, mereka tidak melakukannya. Mereka mengucapkan salam dengan ucapan jahiliah. Ketika mereka datang menghadap Rasulullah, telah disiapkan kemah di samping masjid untuk menemui mereka dan Khalid bin al-'Ash adalah orang yang berada di antara mereka dan Rasulullah hingga mereka meminta catatan dan Khalid pun memenuhi permintaan tersebut Mereka tidak berkenan memakan makanan Rasulullah sehingga Khalid memakan hidangan tersebut dan mereka pun masuk Islam. Di antara pennintaan mereka kepada Rasulullah adalah mereka meminta agar patung Latta dibiarkan, jangan dihancurkan selama tiga tahun. Namun Rasulullah tidak berkenan memenuhi permintaan tersebut Maka, mereka memintanya satu tahun saja. Rasulullah menolaknya. Akhirnya, mereka meminta satu bulan saja. Beliau tidak memenuhi sedikit pun permintaan mereka. Hal tersebut ditujukan agar mereka masuk Islam secara sempurna dengan meninggalkan kebiasaan buruk dan kebodohan. Mereka tidak suka menghancurkan tuhan mereka sebelum mereka masuk Islam. Namun, Rasulullah menolak permintaan mereka kecuali dengan mengutus Abu Sufyan bin Harb dan al-Mughirah bin Syu'bah untuk menghancurkan berhala tersebut. Mereka juga

meminta kepada beliau agar memaafkan mereka untuk tidak melaksanakan shalat, tidak menghancurkan patung-patung dengan tangan-tangan mereka. ramKjsatna at saatarKasiuuuanbAW ivy Rasulullah menjawab, "Untuk menghancurkan patung-patung kalian dengan tangan kalian dapat dipenuhi, tidak untuk shalat karena tidak ada kebaikan sedikit pun bagi agama yang umatnya tidak menjalankan shalat." Mereka menjawab, "Kami akan melaksanakan shalat." Setelah mereka masuk Islam, Rasulullah menulis surat kepada mereka. Surat yang dibawa oleh 'Utsman bin 'Ash, orang yang paling muda di antara mereka, namun paling giat mempelajari dan mendalami ajaran Islam dan Al-Qur'an. Penghancuran Patung Ibnu Ishaq menuturkan bahwa setelah menyelesaikan urusannya mereka segera kembali. Rasulullah mengutus Abu Sufyan bin Harb dan al-Mughirah bin Syu'bah bersama mereka untuk menghancurkan berhala. Mereka berdua keluar bersama rombongan sampai di Thaif untuk menghancurkan berhala dan meratakannya dengan tanah. Berhala-berhala bergelimpangan sedangkan kalimat tauhid berkumandang untuk mengumumkan penyembahan Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan langit dan bumi. Kepada-Nya kita dikembalikan dan di sanalah Abu Mihjan astTsaqafi masuk Islam. Dia beralih untuk selalu beribadah kepada Allah dan tidak menginginkan kebaikan kecuali dari Allah. Abu Mihjan dan Minuman Keras Pada masa jahiliah, semua bangsa Arab hobi meminum khamar. Mereka meminumnya di perjalanan dan di rumah, pagi dan sore, sehingga telah menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Allah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana mengetahui kebiasaan tersebut. Karena itu, ketika Dia hendak mengharamkan khamar yang dapat menghilangkan kesadaran akal, Dia menempuh cara bertahap dalam mengharamkannya agar dapat hamba-hamba-Nya dapat menerima pengharaman tersebut. Allah berfirman, "Allah tidak membebani hamba-hambanya kecuali dengan sesuatu yang dapat dilaksanakan. (al-Baqarah [2]: 286) Dari keterangan di atas terlihat jelas bahwa tahapan pertama untuk pengharaman khamar ialah menjelaskan bahaya dan manfaat minuman, namun bahaya rninuman tersebut lebih besar dari manfaatnya. Allah berfirman, "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi, katakanlah bahwa pada khamar dan judi terdapat dosa yang besar dan sedikit _5H manfaat bagi manusia namun dosanya lebih besar dari manfaatnya." (al-Baqarah [2]: 219) Tahapan kedua dengan cara larangan meminum khamar pada waktu-wakru shalat. Allah berfirman, "Waliai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendekati shalat sedangkan kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengetahui apa yang kamu baca." (an-Nisaa* [4]: 43) Dengan demikian, rerdapat jeda antara meminum khamar dan meninggalkannya. Mereka tidak meminum khamar di waktu pagi karena khawatir saat waktu shalat zuhur tiba mereka masih dalam keadaan mabuk. Demikian juga setelah shalat zuhur, ashar, dan maghrib. Hanya satu waktu saja mereka dapat meminum khamar, yairu setelah shalat isya. Keinginan kuat yang terdapat dalam masyarakat muslim untuk tidak minuman khamar merupakan unsur penting dan utama dalam pengharaman minuman khamar. Allah berfirman, "Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya khamar, judi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu menjadi orang yang beruntung. Sesungguhnya setan hendak menimbulkan permusuhan dan kedengkian di

antara kamu karena minuman keras dan judi dapat menghalangimu dari mengingat Allah dan shalat. Tinggalkan semua perbuatan tersebut." (al-Maavidah [5]: 90-91) Abu Mihjan meminum khamar pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab, maka beliau menghukumnya dengan hukuman cambuk. Namun, dia meminumnya kembali dan kembali dihukum dengan hukuman cambuk. Umar berpikir untuk mengasingkan Abu Mihjan ke daerah pesisir dengan dikawal oleh seorang prajurit, namun dia melarikan diri dan menyusul Sa'ad bin Abi Waqqash di Qadisiyah. Pada awalnya Abu Mihjan ingin membunuh prajurit yang dikirim Umar untuk mengawalnya, namun prajurit tersebut merasakan gelagat tak baiknya sehingga dia lari dan menemui Umar, lalu menceritakan dan menggambarkan kepada beliau tentang hal itu. Umar menulis surat kepada Sa'ad bin Abi Waqqash agar me-menjarakan Abu Mihjan dan dia pun melaksanakan tugas tersebut. Abu Mihjan dan Perang Qadisiyah Perang Qadisiyah termasuk peperangan yang menentukan dalam sejarah Islam. Peperangan tersebut terjadi di Persia. Kerajaan Persia telah mengumpulkan seluruh kemampuan personil, Para Ksatria di sekitar Rasulullah SAW 111 persenjataan modern dan prajurit-prajurit asrng, namun keingjnan yang kuat, keyakinan yang mantap, kecintaan untuk mendapatkan syahid dalam peperangan menjadikan kemenangan bagi umat Islam. Peperangan tersebut terjadi di alam terbuka dan berlangsung sepanjang siang hari. Bila matahari akan terbenam, kedua belah pihak yang berperang mundur untuk beristirahat dan menyiapkan segala kebutuhan perang. Abu Mihjan mengikuti peperangan tersebut dari dalam sel. Dia merasa putus asa dan sedih karena tidak menjadi seorang prajurit yang memperjuangkan agamanya. Dia bersenandung, "Sedih menyelimuti hatiku, karena diriku terbelenggu di balik jeruji besi. Bila engkau melepaskan besi yang membelenggu diriku ini niscaya akan aku raih syahid dalam perang. Diriku kaya akan harta dan kawan, namun kini mereka meninggalkanku sebatang kara. Tubuhku kering karena sengatan matahari, kuperbaiki timbangan yang rusak. Hanya ampunan Allah yang kuharap. Di hari perang, kutinggalkan keluargaku dan orang-orang menahanku dari peperangan yang kuinginkan. Sedangkan amal orang lain pada hari tersebut sangatlah banyak dan Allah mempunyai janji, janji yang aku tidak ingin tertinggal darinya. Sungguh, bila kamu lepaskan dirimu, niscaya tidak akan kukunjungi mereka." Ketika perang sedang berlangsung seru, Abu Mihjan memohon kepada istri Sa'ad agar dia berkenan melepaskan dan memberikan kuda Sa'ad kepadanya. Dia berjanji akan kembali lagi sebagai tawanan bila selamat dalam peperangan tersebut. Namun bila gugur di medan perang dia bebas dari tuntutan. Maka, istri Sa'ad melepaskannya dan memberikan kuda Sa'ad kepadanya. Kemudian, dia keluar dan langsung masuk ke medan perang yang sedang berkecamuk. Sa'ad melihat kehadiran Abu Mihjan dan dia merasa kagum atas kepahlawannya, seraya bertanya, "Siapa dia?" Dia berjuang seperti orang yang sedang mencari kematian di medan perang. Berperang untuk mendapat kemenangan atau mati syahid. Dia berperang guna membersihkan dirinya dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada masa lalu dan membela agama Allah. Semoga Allah menerima tobat dan mengampuni semua kesalahan yang dilakukannya. Ia berperang dengan menyibakbarisan lawan, bagaikan api yang dilempar di atas daun kering sehingga tidak ada yang dapat menghindar dari serangannya. Allah memberikan kemenangan gemilang bagi pasukan muslim. Hanya saja Abu Mihjan tidak beruntung mendapatkan mati syahid. Kemudian, dia kembali ke

Anda mungkin juga menyukai