Anda di halaman 1dari 12

Nasab & Sifatnya MUAWIYAH BIN ABU SUFYAN

Islam, Sholeh, Siroh, Siroh Islam, Ulama, Ulama Islam. trackback

2 Desember 2006

Posted by Muslim in Islam, Kisah, Kisah Islam, Kisah teladan, Muslim,Nabawiyah, Sejarah

Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd asy Syams bin Abdu Manaf bin Qushay. Nama panggilannya Abu Abdur Rahman al-Umawi. Dia dan ayahnya masuk Islam pada saat pembukaan kota Makkah (Fathu Makkah), ikut daIam perang Hunain, termasuk orang-orang muallaf yang ditarik hatinya untuk masuk Islam, dan keislamannya baik, serta menjadi salah seorang penulis wahyu. Dia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak seratus enam puluh tiga hadits. Beberapa sahabat dan tabiin yang meriwayatkan hadits darinya antara lain: Abdullah bin Abbas, Abdulah bin Umar, Abdullah bi n Zubair, Abu Darda, Jarir aI-Bajali, Numan bin Basyir dan yang lain. Sedangkan dari kalangan tabiin antara lain: Said bin al-Musayyib, Hamid bin Abdur Rahman dan lain-lain. Dia termasuk salah seorang yang memiliki kepintaran dan kesabaran. Banyak hadits yang menyatakan keutamaan pribadinya, namun dari hadits-hadits tersebut hanya sedikit yang bisa diterima. Imam at-Tirmidzi meriwayatkan (dia mengatakan bahwa hadits ini hasan) dari Abdur Rahman bin Abi Umairah (seorang sahabat Rasulullah) dari Rasulullah bahwa dia bersabda kepada Muawiyah, Ya Allah, jadikanlah dia orang yang memberi petunjuk dan mendapat petunjuk. Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan dari al-Mirbadh bin Sariyyah dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda, Ya Allah ajarilah Muawiyah al-Quran dan hisab serta lindungilah dia dari adzab. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya dan Imam ath-Thabarani dalam kitabnya al-Kabir meriwayatkan dari Abdul Malik bin Umair dia berkata: Muawiyyah berkata: Sejak Rasulullah bersabda kepada say a. Wahai Muawiyah, jika kamu menjadi raja, maka berbuat baiklah! saya selalu menginginkan jabatan kekhilafahan. Muawiyyah adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi berkulit putih dan tampan serta karismatik. Suatu ketika Umar bin Khaththab melihat kepadanya dan berkata, Dia adalah kaisar Arab. Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib dia berkata, Janganlah kalian membenci pemerintahan Muawiyah. Sebab andai kalian kehilangan dia, niscaya akan kalian lihat beberapa kepala lepas dari lehernya. Al-Maqbari berkata: Kalian sangat kagum kepada kaisar Persia dan Romawi namun kalian tidak mempedulikan Muawiyah! Kesabarannya dijadikan sebuah pepatah. Bahkan Ibnu Abid Dunya dan Abu Bakar bin Ashim mengarang buku khusus tentang kesabarannya.

Ibnu Aun berkata, Ada seorang lelaki berkata kepada Muawiyah: Demi Allah hendaknya kamu menegakkan hukum dengan lurus wahai Muawiyah. Jika tidak, maka kamilah yang akan meluruskan kamu! Muawiyah berkata, Dengan apa kalian akan meluruskan kami? Dia menjawab, Dengan pentungan kayu! Muawiyyah menjawab, Jika begitu kami akan berlaku lurus. Qubaishah bin Jabir berkata: Saya menemani Muawiyah beberapa lama, ternyata dia adalah seorang yang sangat sabar. Tidak saya temui seorang pun yang sesabar dia, tidak ada orang yang lebih bisa berpurapura bodoh darinya, sebagaimana tidak ada orang yang lebih hati-hati daripadanya. Tatkala Abu Bakar mengutus pasukan ke Syam, dia dan saudaranya Yazid bin Abu Sufyan berangkat ke sana. Tatkala Yazid meninggal dia ditugaskan untuk menggantikan saudaranya di Syam untuk menjadi gubernur. Umar mengokohkan apa yang ditetapkan Abu Bakar dan Utsman menetapkan apa yang ditetapkan oleh Umar. Utsman menjadikan Syam seluruhnya berada di bawah kekuasaannya. Dia menjadi gubernur di Syam selama dua puluh tahun dan menjadi khalifah juga selama dua puluh tahun. Kaab al-Ahbar berkata: Tidak ada orang yang akan berkuasa sebagaimana berkuasanya Muawiyah. Adz-Dzahabi berkata: Kaab meninggal sebelum Muawiyah menjadi khalifah, maka benarlah apa yang dikatakan Kaab. Sebab Muawiyah menjadi khalifah selama dua puluh tahun, tidak ada pem berontakan dan tidak ada yang menandinginya dalam kekuasaannya. Tidak seperti para khalifah yang datang setelahnya. Mereka banyak yang menentang, bahkan ada sebagian wilayah yang menyatakan melepaskan diri. Muawiyah melakukan pemberontakan kepada Ali sebagaimana yang telah disinggung di muka, dan dia menyatakan dirinya sebagai khalifah. Kemudian dia juga melakukan pemberontakan kepada al-Hasan. AlHasan akhirnya mengundurkan diri. Kemudian Muawiyah menjadi khalifah pada bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula, tahun 41 H. Tahun ini disebut sebagai Aam Jamaah (Tahun Kesatuan), sebab pada tahun inilah umat Islam bersatu dalam menentukan satu khalifah. Pada tahun itu pula Muawiy ah mengangkat Marwan bin Hakam sebagai gubernur Madinah. Pada tahun 43 H, kota Rukhkhaj dan beberapa kota lainnya di Sajistan ditaklukkan. Waddan di Barqah dan Kur di Sudan juga ditaklukkan. Pada tahun itu pulalah Muawiyah menetapkan Ziyad anak ayahnya. Ini menurut ats-Tsalabi- merupakan keputusan pertama yang dianggap mengubah hukum yang ditetapkan Rasulullah. Pada tahun 45 H, Qaiqan dibuka. Pada tahun 50 H, Qauhustan dibuka lewat peperangan. Pada tahun 50 H, Muawiyah menyerukan untuk membaiat anaknya Yazid sebagai putra mahkota dan khalifah setelahnya jika dia meninggal.

Muawiyah meninggal pada bulan Rajab tahun 60 H. Dia dimakamkan di antara Bab al -Jabiyyah dan Bab ash-Shaghir. Disebutkan bahwa usianya mencapai tujuh puluh tujuh tahun. Dia memiliki beberapa helai rambut Rasulullah dan sebagian potongan kukunya. Dia mewasiatkan agar dua benda itu di diletakkan di mulut dan kedua matanya pada saat kematiannya. Dia berkata, Kerjakan itu, dan biarkan saya menemui Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang!. Sumber: Tarikh Khulafa Sumber: www.kisahislam.com

KHOLIFAH DINASTI BANI UMAYYAH

MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN A. Biografi Muawiyah bin Abi Sufyan Muawiyah bin Abi Sufyan merupakan pendiri Dinasti bani Umayyah. Muawiyah masuk Islam pada saat peristiwa Fathu Makkah. Nama : Muawiyah Julukan : Abu Abdurrahman Lahir : tahun 606 M ( tahun ke-5 sebelum kenabian) Ayah : Abu Sufyan Ibu : Hindun Silsilah ayah dan ibu bertemu pada : Abdu Syam Silsilah Muawiyah dan Nabi Muhammad bertemu pada : Abdi Manaf B. Pengangkatan Menjadi Kholifah Karier Politik Muawiyah dimulai sejak ia masuk Islam yaitu : Pada masa Nabi Muhammad : menjadi anggota penulis wahyu Pada masa Kholifah Abu Bakar : Panglima perang di wilayah Syam Pada masa Kholifah Umar : Gubernur Syiria Pada Masa Kholifah Utsman : Gubernur Damaskus dan Syiria Pada masa Kholifah Ali : Ia di copot dari jabatannya sbg gubernur. Muawiyah melakukan pemberontakan pada masa pemerintahan Kholifah Ali, dengan alasan menuntut balas kematian Utsman, bahkan ia menuduh bahwa Ali terlibat dalam peristiwa pembunuhan Kholifah Utsman. Sedangkan Ali beranggapan bahwa kepemimpinan Muawiyah sebagai gubernur Damaskus banyak melakukan penyelewengan, selain itu Muawiyah juga berambisi menduduki jabatan Kholifah oleh karena itu Ali mencopot Muawiyah dari jabatannya sebagai Gubernur Damaskus. Karena merasa sakit hati maka Muawiyah melakukan pemberontakan sehingga terjadilah Perang Shiffin, dalam peperangan ini diakhiri dengan perdamaian / Arbitrase / Tahkim. Namun sayang dalam peristiwa tahkim ini, pihak Muawiyah melakukan tipu muslihat atas saran dari Amr bin Ash.

Setelah peristiwa tahkim, pihak Ali merasa dirugikan dan pendukunh Ali terpecah menjadi 2 kelompok yaitu Syiah dan Khawarij. Orang-orang khawarij melakukan rencana hendak membunuh 3 orang yang dianggap sebagai dalang perpecahan umat Islam yaitu (Muawiyah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Ali bin Abi Tholib). Namun rencana tersebut gagal hanya orang yang bertugas membunuh Ali yang berhasil. Setelah Ali terbunuh, orang-orang Syiah mengangkat Hasan bin Ali sebagai Kholifah, namun pihak muawiyah menolak. Disisi lain Hasan tidak berambisi menjadi Kholifah dan tidak mau terjadi perpecahan berlanjut di tubuh umat Islam, akhirnya Hasan bersedia menyerahkan kekuasaan kekholifaha kepada Muawiayah. Hasan bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah dengan beberapa syarat yaitu : 1. Muawiyah tidak menarik pajak dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak 2. Muawiyah tidak lagi mencacimaki Ali dan keluarganya 3. Muawiyah menyerahkan sebagian harta Baitul Mal kepada Hasan 4. Setelah kekholifahan muawiyah berahir, jabatan Kholifah diserahkan kepada umat Islam. Muawiyah berjanji memenuhi syarat tersebut, akhirnya Muawiyah secara resmi diangkat sebagai Kholifah pada tahun 661 H. C. Gaya Kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan Sistem pemerintahan yang dijalankan pemerintahan bani Umayyah adalah Monarchi Heridities.Yaitu system pemerintahan kerajaan / turun temurun, hal ini dibuktikan setelah Muawiyah wafat ia menyerahkan kekuasaan kekholifahan kepada putranya yaitu Yazid bin Muawiyah. Hal inilah yang menyebabkan pemberontakan yang dilakukan oleh Husain bin Ali (saudara Hasan). Sehingga terjadi perang di padang Karba Irak. Dalam perang ini Hasan beserta seluruh keluarganya terbunuh. Dalam menjalankan pemerintahan Muawiyah memang terkenal keras dan otoriter. Namun gaya kepemimpinan inilah yang menjadikan pemerintahan Islam berjalan stabil karena ia selalu berusaha menumpas para pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Syiah. D. Jasa Peninggalan Kholifah Muawiyah bin Abi Sufyan Pada masa Umayyah, baitul Mal = Lembaga pemerintahan yang bertugas mengurus masalah keuangan Negara, beralih fungsi dari harta hak seluruh rakyat menjadi harta kekayaan pribadi kholifah. Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kholifah Muawiyah antara lain adalah : Pembentukan Diwanul Hijabah Bertugas memberikan pengawalan khusus terhadap Khlifah, hal ini dikarenakan kekhawatiran muawiyah melihat 3 kholifah sebelumnya meninggal karena terbunuh Pembentukan Diwanul Khatam Bertugas mencatat semua kebijakan Kholifah mengantisipasi peristiwa pembunuhan Kholifah Utsman yang disebabkan Surat misterius Pembentukan Diwanul Barid Departemen pos yang bertugas mengantarkan surat-surat resmi pemerintah Pembentukan Shohibul Kharaj Bertugas memungut pajak dari rakyat.

1.

2.

3. 4.

ABDUL MALIK BIN MARWAN A. Biografi Abdul Malik bin Marwan Abdul Malik bin Marwan merupakan kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-5, karena jasanya beliau juga dianggap sebagai pendiri Dinasti Bani Umayyah yang ke dua setelah Muawiyah. Nama : Abdul Malik Julukan : Abul Muluk (ayah dari para raja) Lahir : 26 H masa pemerintahan Kholifah Utsman Ayah : Marwan bin Hakam Ibu : Aisyah binti Muawiyah Sifat-Sifat Abdul Malik bin Marwan Pemberani Pada awal masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan yang hampir saja meruntukan pemerintahannya, namun dengan keberanian beliau pemberontakan tersebut dapat ditumpas Cerdas Beliau adalah seorang yang sangat cerdas, menguasai berbagai ilmu pengetahuan agama seperti Hadist, Fiqih, Tafsir dll. Cinta ilmu Pengetahuan Sejak kecil beliau sudah hafal Al-Quran. Beliau belajar Al-Quran kepada sahabat Utsman. Dan belajar Ilmu Hadist kepada sahabat Abu Hurairah B. Pengangkatan Menjadi Kholifah Abdul Malik bin Marwan diangkat menjadi kholifah pada tahun 65-86 H./ 685-705 M. menggantikan ayahnya Marwan bin Hakam. Beliau berkuasa kurang lebih 20 tahun dan mendapatkan gelar Abul Muluk-ayahnya para raja,karena empat putranya menjadi Kholifah Dinasti Bani Umayyah , mereka adalah : 1. Al-Walid bin Abdul Malik 3. Yazid bin Abdul Malik 2. Sulaiman bin Abdul Malik 4. Hisyam bin Abdul Malik

C. Gaya Kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan Pada awal masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukuan antara lain oleh : a. Al-Mukhtar Al-Muktar bin Ubaid memberontak dengan tujuan untuk membalas atas kematian Husain bin Ali yang terbunuh pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah di padang Karba Iraq. Al-Mukhtar berhasil membujuk masyarakat Iraq yang setia kepada Ali dan pengikutnya. Ia berhasil menguasai wilayah Mesopotamia dan sekitarnya. Namun gerakan pemberontakan AlMuhtar ini dikalahkan oleh Ibnu Zubair b. Ibnu Zubair Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Zubair yang merupakan putra angkat Aisyah (istri rasulullah). Sebenarnya Ibnu Zubair telah lama berambisi menjadi Kholifah, yaitu semenjak peristiwa pemebunuhan Kholifah Utsman.

D. 1)

2)

3)

4)

5)

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib Ibnu Zubair telah melakukan pemberontakan (Perang Jamal). Dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan. Setelah berhasil mengalahkan Al-Mukhtar, wilayah kekuasaan Ibnu Zubair semakin luas, bahkan dikatakan bahwa wilayah kekuasannya lebih luas jika dibandingkan dengan wilayah kekuasaan Abdul Malik bin Marwan (kholifah yang sah pada saat itu). Dibawah komando Hajjaj bin Yusuf As-Saqofi, pasukan Abdul Malik menyerang Ibnu Zubair. Ia pun terdesak sampai di Makkah dan dikepung disana selama tujuh bulan. Dengan senjata Manjaniq (sejenis ketapel besar), pasukan Hajjaj akhirnya dapat membunuh Ibnu Zubair. Namun sayang karena peristiwa perang tersebut dinding-dinding Kabah rusak dan akhirnya dirobohkan kemudian dibangun kembali. Jasa-Jasa Kholifah Abdul Malik bin Marwan Menjadikan Bahasa Arab sebagai Bahasa Resmi Negara Semakin luasnya pemerintahan Islam keberbagai penjuru daerah, untuk memudahkan komunikasi Kholifah menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara. Mengganti mata uang Pada masa pemerintahan sebelumnya, mata uang yang digunakan adalah mata uang Romawi, dan Abdul Malik adalah orang yang pertama kali mencetak mata uang dalam Islam Memperbarui ragam tulisan Arab Pada masa Abdul MAaik, Jendral Hajjaj bin Yusuf As-Saqofi adalah orang yang pertama kali memberikan tanda baca titik dan harokat dalam tulisan Arab Pengembangan system Pos Karena semakin luasnya pemerintahan Islam maka penyampaian informasi dari pemerintah pusat ke daerah semakin penting, oleh karena itu Abdul Malik menugaskan para petugas Pos dimasingmasing daerah Membangun Pabrik-pabrik Beliau mendirikan Pabrik-pabrik senjata dan kapal perang di daerah Tunisia. Dan juga membangun Qubbatus Sakhra (kubah batu) di Palestina

AL-WALID BIN ABDUL MALIK A. Biografi Al-Walid bin Abdul Malik Al-Walid bin Abdul Malik adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-6, berkuasa selama kurang lebih 10 tahun. Belau termasuk salah satu kholifah yang berjasa mengembangkan Dinasti Bani Umayyah, Sebenarnya Kholifah Marwan bin Hakam sebelum meninggal telah mengangkat dua putra mahkota yaitu Abdul Malik dan Abdul Azis, namun ternyata Abdul Aziz (paman Al-Walid) meninggal terlebih dahulu sebelum menjadi Kholifah sehingga Abdul Malik mengangkat putranya sendiri yaitu Al-Walid untuk menggantikannya. Nama : Al-Walid Lahir : Damaskus 50 H. Wafat : 96 H. Ayah : Abdul Malik Sifat Al-Walid bin Abdul Malik Beliau banyak belajar tentang peradaban Islam, namun dalam bidang Bahasa Arab ia sangat lemah, sehingga pada waktu itu ayahnya (Abdul Malik) mengumpulkan para ulama ahli Nahwu (ilmu tata bahasa arab) untuk mendidiknya, namun selama 6 bulan ia tetap tidak dapat berbicara bahasa arab dengan baik. B. Pengangkatan Menjadi Kholifah Al-Walid diangkat menjadi Kholifah pada tahun 86 H. pada saat berusia 34 tahun. Dapat dikatakan bahwa Abdul Malik seorang yang keras dan gigih dalam perjuangan muncul saat Negara dalam keadaan banyak terjadi pemberontakan, sedangakan Al-Walid seorang kholifah yang suka damai muncul pada saat Negara dalam keadaan damai. (Abdul malik adalah pendiri sebuah gedung yang besar sedangkan Al-Walid adalah orang yang memperindah gedung tersebut) Pada masa pemerintahan Al-Walid, beliau mengangkat para gubernur yang dapat dipercaya antara lain adalah : 1) Umar bin Abdul Aziz Gubernur Hijaz (Makkah + Madinah) 2) Hajjaj bin Yusuf As-Saqofi Gubernur Iraq Di bawah pimpinan Umar bin Abdul Aziz, beliau banyak melakukan pembangunanpembangunan di daerah Hijaz, seluruh dana kas daerah dimanfaatkan untuk kepentingan rakyatnya, Sedangkan di Iraq, Hajjaj ia banyak melakukan penindasan terhadap lawan-lawan politiknya (golongan Syiah dll), sehingga banyak penduduk yang mengungsi dan pindah ke Hijaz. Karena hal inilah Hajjaj merasa iri dan menebarkan fitnah bahwa Umar bin Abdul Aziz telah melindungi para pemberontak yang kabur dari Hijaz. Karena mendengar laporan inilah akhirnya Kholifah Al-Walid memecat Umar dari jabatannya. C. Gaya Kepemimpinan Al-Walid bin Abdul Malik Pada masa pemerintahan Al-Walid, ia banyak melakukan perluasan wilayah Islam mulai dari Asia sampai ke wilayah Eropa. Diantara panglima perang yang berjasa dalam proses perluasan wilayah tersebut antara lain : 1. Qutaibah bin Muslim Ia berhasil menahlukkan wilayah Balkan, Bukhara, Farghana, dan Yasghar, wilayah perbatasan China 2. Muhammad ibnu Qosim

Ia berhasil menguasai daerah Shindu, India dan Nepal 3. Musa bin Nushair Karena pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa Bar-bar yang bekerja sama dengan Bangsa Romawi, akhirnya Kholifah mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Musa bin Nushair untuk mengatasi pemberontakan tersebut. Akhirnya Ia berhasil menahlukkan kembali wilayah Al-Jazair dan Maroko serta beberapa wilayah diperbatasan Spanyol 4. Thoriq bin Ziyad Wilayah Spanyol dulu dikuasai oleh kerajaan Romawi, dibawah pimpinan Raja Roderick, ia banyak melakukan penindasan terhadap rakyat setempat. Antara laian adalah : a. Para petani dibebani pajak yang sangat tinggi b. Orang-orang Yahudi dipaksa memeluk agama Nasrani (Kristen) c. Para budak disiksa dan dilarang menikah. Pemerintah setempat raja De Graff Julian meminta bantuan kepada Musa bin Nushair. Akhirnya Musa bin Nushair mengirimkan sebanyak 7000 pasukan dibawah pimpinan JendralThoriq bin Ziyad. Pasukan Thoriq menyeberangi selat antara Maroko dan Spanyol yang dikenal dengan Selat Gibral Tar (Jabal Thoriq) akhirnya pasukan ini dapat mengalahkan raja Roderick dan berhasil menguasai beberapa wilayah antara lain kota Toledo, Sevilla, Malaga, Cordoba dll. D. 1. 2. 3. 4. 5. Jasa-Jasa Kholifah Al-Walid bin Abdul Malik Mendirikan lembaga pemelihara anak yatim dan orang-orang jompo Membangun rumah sakit bagi penderita penyakit menular (kusta) Menugaskan pegawai khusus yang melayani orang-orang sakit dan penyandang cacat Membangun jalan-jalan raya serta pembuatan sumur-sumur untuk menyediakan air minum Membangun Masjid Umawi di Damaskus dan merehabilitasi Masjid Nabawi di Madinah

UMAR BIN ABDUL AZIZ A. Biografi Umar bin Abdul Aziz Umar bin Abdul Aziz adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-8, beliau merupakan Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang paling adil, karena dapat menjalin kerjasama dengan golongan Syiah sehingga tidak terjadi pemberontakan Nama : Umar (julukan Umar II) Lahir : 63 H. di daerah Halwan (Kairo-Mesir) Ayah : Abdul Aziz bin Abdul Malik Ibu : Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khotob Beliau belajar Al-Quran kepada ayahnya sendiri Abdul Aziz, dan Ubaidillah bin Abdullah Beliau belajar Hadist kepada Sahabat Anas bin Malik, Abdullah b. Jafar b. Abi Tholib, sedangkan para ulama ahli Hadist yang banyak belajar dari beliau antara lain : Muhammad b. Syihab Az-Zuhri, Raja bin Haiwah dll. B. Pengangkatan Menjadi Kholifah Umar menikah dengan Fathimah putri Kholifah Abdul Malik bin Marwan, pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik Umar diangkat menjadi Gubernur Hijaz (Makkah + Madinah) namun karena fitnah dari Hajjaj bin Yusuf yang dianggap melindungi para pemberontak ahirnya beliau dipecat dari Gubernur. Pada masa pemerintahan Kholifah Sulaiman bin Abdul Malik beliau diangkat menjadi seorang Katib (Sekretaris Kholifah). Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Kholifah pada tahun 99101 H. / 717-720 M dalam usia 36 tahun. Beliau menggantikan Kholifah Sulaiman bin Abdul Malik. Pada saat mengetahui bahwa beliau diangkat menjadi kholifah beliau bersedih dan mengucapkan Inna Lillahi wa inna Ilaihi rojiun.Karena beliau menganggap bahwa jabatan merupakan sebuah amanat yang berat dan kelak harus dipertanggungjawabkan diakhirat. C. Gaya Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz Setelah dilantik menjadi Kholiafah terjadi perubahan sikap dan gaya hidup Umar. Sebelumnya beliau termasuk orang kaya yang suka terhadap kemewahan, namun semenjak diangkat menjadi Kholifah semua harta bendanya dijual kemudian uangnya dimasukkan ke Baitul maal dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum. D. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Usaha-usaha kholifah Umar bin Abdul Aziz Mengangkat para pejabat yang jujur dan sesuai dengan keahliannya Menghapus kelas sosial antar muslim arab dan muslim non arab (Mawalli) Mengembalikan uang pensiunan anak-2 yatim dari para pejuang Islam Menghidupakan kerukunan antar umat beragama Mengurangi pajak orang Kristen Najran Mewajibkan pajak harta (Kharraj) bagi orang muslim dan pajak jiwa (Jizyah) bagi orang non muslim 7. Mengajak masyarakat hidup sederhana menjauhi kemewahan dunia (Zuhud) 8. Menghentikan permusuhan dengan Golongan Syiah 9. Menghentikan semua peperangan dengan golongan non muslim

10. Dakwah Islam dilakukan secara bijaksana dengan cara mengirim para muballigh dan para dai. E. Jasa-Jasa Kholifah Umar bin Abdul Aziz 1) Menarik kembali para tentara muslim yang melakukan penaklukkan keberbagai wilayah dan digantikan dengan para Mubaligh muslim untuk berdakwah mengajak masuk agama Islam 2) Meminta para gubernur untuk ikut berdawah menyebarkan agama Islam dengan cara mengirim para ulama ahli fiqih ke wilayah Afrika Utara (suku Badui) 3) Melarang mencaci maki Ali dan keluarganya Sejak masa pemerintahan Muawiyah, para khotib sholat Jumat harus mencaci maki Ali dan keluarganya pada saat Khutbah, namun pada masa Umar bin Abdul Aziz beliau melarang hal tersebut dan mengganti caci makian itu dengan membaca Al-Quran Surat An-Nahl ayat 90. 4) Membukukan Hadist Nabi Jasa terbesar Umar bin Abdul Aziz adalah membukukan Hadist nabi. Hal ini dilakukan karena pada masa itu banyak sekali hadist palsu yang dibuat oleh orang-orang Syiah dan orang-orang Khawarij. Kholifah Umar memerintahkan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (Ulama ahli Hadist), Abu Bakar bin Muhammad (Seorang Ulama dan Gubernur Madinah), dan Amarah binti Abdurrahman (anak didik Aisyah Ra.) untuk menghimpun hadist nabi dari para ulama ahli hadis. Umar bin Abdul Aziz wafat pada tahun 101 H dalam usia 39 tahun setelah menjabat sebagai kholifah selama kurang lebih dia setengah tahun. Walaupun masa pemerintahannya sangat singkat namun beliau menjalankan pemerintahan Islam dengan cara adil dan bijaksana sehingga terciptalah kesejah teraan rakyat.


Wahai putra Abdul Aziz,. Kalau boleh mata menangis meratapi Bani Umayyah, tentu aku akan meratapi engkau. Kau telah membebaskan kami dari perbuatan keji, mencaci maki terhadap Ali Seandainya aku dapat membalas jasa, tentu aku akan membalas jasamu.

HISYAM BIN ABDUL MALIK A. Biografi Hisyam bin Abdul Malik Hisyam bin Abdul Malik adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-10. beliau dilahirkan pada tahun 70 H. sejak kecil beliau tinggal di kota Ar-Rushafah yang terletak di tepi sungai Eufrat. Beliau termasuk salah seorang kholifah yang cerdas, tegas dan pemurah sehingga Dinasti Bani Umayyah dapat mencapai berbagai kemajuan di berbagai bidang pada masa pemerintahannya.

1.

2.

3.

4.

5.

B.

C.

1. 2.

a. b.

Sifat-sifat Hisyam bin Abdul Malik Taqwa Suatu hari ia mencari putranya yang tidak dilihatnya sholat Jumat, kemudian ia bertanya apa sebabnya engkau tidak shalat? putranya menjawab hewan kendaraanku telah mati Hisyam menyahut tidak sanggupkah engkau berjalan kaki? Penyantun Diriwayatkan bahwa suatu ketika pernah ada seseorang yang mengucapkan perkataan kasar kepadanya, namun ia tidak menghukum atau membalas perkataan kasar tersebut, ia hanya berkata tak patut engkau berkata kasar kepada pemimpinmu Teliti Hisyam adalah salah seorang kholifah Dinasti bani Umayyah yang terkenal teliti dalam mengeluarkan uang. Beliau tidak mau mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna, apalagi menghambur-hamburkannya Tegas Hisyam selalu bersifat tegas terhadap para pemberontak terutama golongan Syiah, oleh karena itu pada masa pemerintahannya banyak sekali para pendukung orang-orang syiah yang dihukunya. Cerdas Beliau sangat cermat dalam memilih para gubernur di berbagai wilayah kekuasaannya, dengan cara memilih orang-orang yang sanggup menjalankan kekuasaan dengan bijaksana. Apabila ada gubernur yang menyeleweng maka ia akan segera mengganti dengan gubernur yang lebih mampu. Oleh karena itu pada masa pemerintahannya, ia sering memecat gubernur di berbagai daerah. Pengangkatan Menjadi Kholifah Hisyam bin Abdul Malik dilantik menjadi seorang Kholifah pada tahun 105 H./ 743 M. saat berusia 35 tahun menggantikan saudaranya Yazid bin Abdul Malik. Beliau menjabat sebagai kholifah selama kurang lebih 20 tahun. Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan sehingga administrasi berjalan tengan tertib dan lancar. Gaya Kepemimpinan Hisyam bin Abdul Malik Pada masa Hisyam telah terjadi berbagai pemberontakan oleh golongan-golongan yang tidak setuju terhadap kebijakan para kholifah (sebelum dan sesudah pemerintahan Umar b. Abdul Aziz) yang selalu menaikkan pajak. Beberapa pemberontakan yang terjadi pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik adalah : Al-Haris bin Suraij : ia menganggap bahwa dirinya adalah Al-Mahdi yang diutus oleh Allah untuk membebaskan orang-orang tertintas dan menghukum orang yang dzalim. Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali : ia memproklamirkan diri sebagai kholifah karena merasa berhak atas jabatan tersebut. Selain itu ia memberontak karena ingin membalas kekejaman Bani Umayyah yang telah membunuh kakeknya (Husain bin Ali bin Abi Tholib) Selain itu masih banyak pemberontakan yang terjadi, namun beliau memiliki para gubernur dan panglima perang yang handal yang dapat mengatasi berbagai pemberontakan tersebut antara lain : Khalid Al-Qasri : diberi tugas untuk menyelesaikan pertikaian antara orang Yamaniyah (Himyariyah) dan orang Mudhoriyah Muslamah : diberi tugas untuk mengatasi pemberontakan di Asia tengah. Orang-orang islam di Armenia diganggu oleh orang-2 Khazar, namun Muslamah terbunuh. Kemudian Hisyam mengirim

pasukan kembali dibawah pimpinan Marwan (cucu marwan bin Hakam.) yang ahirnya dapat mengatasi pemberontakan tersebut. c. Kulsum : diberi tugas untuk mengatasi pemberontakan di wilayah Afrika utara yang dilakukan oleh orang Bar-bar. Namun Kulsum tewas dalam pertempuran kemudian Hisyam mengutusHanzala yang akhirnya dapat mengalahkan orang-orang Bar-bar tersebut. Semua pemberontakan yang terjadi dapat diatasi pada masa pemerintahan Hisyam, sehingga pemerintahannya dapat berjalan cukup lama sekitar 20 tahun. D. 1. 2. 3. 4. 5. Jasa-Jasa Kholifah Hisyam bin Abdul Malik. Mengatasi berbagai pemberontakan Menata administrasi pemerintah dan keuangan Negara Membuka sejumlah perkebunan Membangun irigasi untuk kepentingan pertanian Membangun sejumlah sumur dan bendungan untuk air minum bagi orang-orang yang melakukan perjalanan haji 6. Mendirikan benteng-benteng pertahanan di berbagai wilayah yang rawan konflik 7. Membangun pabrik-pabrik senjata dan peralatan perang 8. Membangun tempat pacuan kuda

Anda mungkin juga menyukai