Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH

1. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah


Setelah masa pemerintahan Khulafaurrasyidin berakhir, pemerintahan umat Islam
dilanjutkan oleh Dinasti Umayyah. Pemerintahan demokratis yang dikembangkan pada
masa Rasulullah Saw dan Khulafaurrasyidin berubah menjadi pemerintahan model
monarki (turun-temurun).
Dinasti Umayyah merupakan Dinasti Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyyah
bin Abi Sufyan pada tahun 661M/41H. Nama Bani Umayyah berasal dari nama seorang
pemimpin kabilah Quraisy pada zaman Jahiliyah yang bernama Umayyah bin Abdi
Syam bin Abdi Manaf.
Sebelum kita membicarakan lebih lanjut mengenai sejarah Bani Umayyah perlu
dijelaskan dulu pengertian kata bani, dinasti dan daulah. Ketiga kata tersebut mempunyai
arti yang berbeda, tetapi sangat berkaitan erat. Kata bani, berarti anak, anak cucu, atau
keturunan. Jadi yang dimaksud dengan bani Umayyah, adalah anak, anak cucu, atau
keturunan Umayyah bin Abdu Syams. Sedangkan kata dinasti, berarti keturunan raja-raja
yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keluarga. Jadi yang dimaksud dengan
Dinasti Umayyah, adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani
Umayyah. Adapun kata daulah, berarti kekuasaan, pemerintahan, atau Negara. Dengan
kata lain Daulah Muawiyah, adalah Negara yang diperintah oleh dinasti Umayyah yang
raja-rajanya berasal dari Bani Umayyah.
Setelah kepemimpinan Islam beralih kepada Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah
terus menerus menunjukkan peranannya yang penting dalam membela kejayaan agama
dan umat Islam. Di zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, bani Umayyah tampil
terdepan dalam memerangi kaum Murtad yang enggan membayar zakat dan mengaku
nabi palsu. Demikian juga di zaman Khalifah Umar bin Khattab mereka banyak
menyumbangkan peranananya dalam perluasan wilayah Islam. Sehingga salah seorang
tokoh Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan diangkat sebagai gubernur Syam
(Syuriah). Ia menjabat gubernur di wilayah tersebut 2 kali atau 2 priode kekhalifahan,
yaitu zaman Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan,Ia selama 22 tahun, dari tahu 13H-
35H/ 634M-656M.
Khalifah Utsman bin Affan, dimasa kepemimpinannya, memberikan kepercayaan
yang besar terhadap Muawiyah bin Abu Sufyan. Khalifah Utsman bin Affan adalah
seorang yang kreatif dan cerdas. Beliau juga masih memiliki hubungan kekeluargaan
dengan Muawiyah, karena Khalifah Utsman bin Affan berasal dari keturunan Bani
Umayyah. Beliau juga banyak memberikan kepercayaan kepada kerabat-kerabatnya
yang lain dalam menduduki jabatan-jabatan penting. Sehingga timbullah “ Fitnah
Kubra” dikalangan umat Islam. Khalifah Utsman bin Affan dituduh melakukan praktik
nepotisme dalam jabatannya dan melindungi perbuatan buruk yang dilakukan
bawahannya yang berasal dari kerabat beliau. Peristiwa inilah yang menyebabkan
terbunuhnya kahlifah Utsman bin Affan.
Peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan menandai akhir kepemimpinan
beliau terhadap umat Islam dan menjadi awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.
Peristiwa pembunuhan tersebut menimbulkan luka yang mendalam dikalangan keluarga
Bani Umayyah. Di lain pihak Muawiyah bin Abi Sufyan tidak mengakui kehalifan Ali
bin Abi Thalib yang dianggap tidak mampu menegakkan keadilan untuk memberi
hukuman terhadap para pembunuh Utsman bin Affan.
Perseteruan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah semakin tajam, setelah
khalifah Ali bin Abi Thalib mengeluarkan kebijakan memecat Muawiyah dari
jabatannya sebagai gubenur di Syam. Ia dianggap banyak merugikan rakyat dan negara
karena praktik korupsi yang dilakukannya. Muawiyah menolak perintah khalifah Ali bin
Abi Thalib, dan ia menggalang kekuatan untuk mengadakan perlawanan terhadap
khalifah.
Puncaknya adalah terjadinya pertempuran antara pasukan Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah bin Sufyan dalam perang Siffin pada tahun 38H, yang menewaskan 70.000
kaum Muslimin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim, yang mana ini
menimbulkan masalah baru dalam perjalanan sejarah peradaban Islam. Perang Siffin
yang hebat dan telah menewaskan ribuan kaum muslimin membuat pasukan Muawiyah
melemah dan hampir dikalahkan. Politisi ulung yang bernama Amr bin Ash
mengusulkan agar Muawiyah memberikan penawaran damai terhadap Ali bin Abi
Thalib. Kemudian Muawiyah menyetujuinya, demikian juga dengan Khalifah Ali bin
Abi Thalib, walaupun banyak juga yang tidak menyetujuinya. Kedua pemimpin tersebut
bersepakat untuk berdamai dan menyerahkan kedudukan jabatan melalui sidang yang
dilakukan secara terbuka. Dari masing-masing kubu diwakili oleh seorang utusan. Kubu
Ali diwakili oleh Abu Musa, sedangkan di pihak Muawiyah diwakili oleh Amr bin Ash.
Dalam pelaksanaan tahkim tersebut, Amr bin Ash mempersilakan Abi Musa yang
berusia lebih tua menyampaikan pernyataannya, bahwa Ali dalam sidang ini melepas
jabatannya. Maka diteruskan oleh Amr bin Ash yang mengatakan bahwa yang menjadi
khalifah pemimpin kaum Muslimin saat ini adalah Muawiyah bin Abu Sufyan. Yang
dimaksud dengan peristiwa tahkim, adalah suatu upaya damai antara dua pasukan yang
berseteru dengan cara kembali kepada Al-Qur’an dan dilanjutkan dengan perundingan.
Peristiwa tahkim tersebut, sangat merugikan khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga
menimbulkan perpecahan dikalangan kaum Muslimin. Kaum muslimin terpecah menjadi
tiga golongan, yaitu: pendukung Ali bin Abi Thalib, pendukung Muawiyah, dan kaum
Khawarij yang menyatakan keluar dan menarik dukungannya dari Ali bin Abi thalib
maupun Muawiyah.
Kaum Khawarij yang kecewa dengan peristiwa tahkim menargetkan pembunuhan
terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Amr bin Ash yang
dipandang sebagai pembawa kekacauan dilkalangan kaum Muslimin. Mereka
menyusupkan orang- orang tertentu ke tempat para tokoh itu berdomisili. Namun usaha
mereka itu hanya membuahkan satu hasil yaitu membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib
yang telah hijrah ke Kufah, Irak.

2. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Umayyah


Dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib kekhalifahan berpindah ke tangan Hasan bin
Ali. Di lain pihak kedudukan Muawiyah di Syam semakin kuat bahkan dia menjadikan
dirinya penguasa tunggal disana. Hasan bin Ali yang berhati lembut tidak rela
menyaksikan umat Islam menjadi pecah disebabkan karena perebutan kekhalifahan.
Selain itu, beliau juga tidak rela almarhum ayahnya terus menerus dicaci maki oleh
Muawiyah bin Abu Sufyan dan pendukungnya. Oleh karena itu Hasan bin Ali
mengambil sikap untuk berdamai dengan Muawiyah dan menyerahkan kekhalifahan
kepada Muawiyah, dengan syarat sbb :
1. Muawiyah harus berjanji tidak mencaci maki dan menghina Ali bin Abi Thalib
beserta keluarganya.
2. Muawiyah harus memberikan keamanan kepada semua warga yang tinggal di Suriah,
Hijaz, ddan Yaman.
3. Muawiyah harus memberikan keamanan terhadap semua keluarga Ali bin Abi Thalib
baik jiwa, harta, dan keluarga.
4. Sepeninggal Muawiyah, pengangkatan kekhalifahan diserahkan kepada hasil
musyawarah pemilihan para tokoh umat Islam.
Pada tahun 661M, terjadilah penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada
Muawiyah bin Abu Sufyan. Tindakan tersebut sebenarnya banyak ditentang oleh
pendukung keluarga Ali bin Abi Thalib. Dengan bijaksana Hasan bin Ali menjelaskan
alasan tindakannya, dengan mengatakan Aku tidak rela menyaksikan kalian saling bunuh
membunuh karena perebutan kekuasaan. Inti kekuatan bangsa Arab sekarang
ditanganku. Mereka akan rela berdamai jika aku berdamai, dan mereka bersedia perang,
jika aku berperang, akan tetapi aku tidak menginginkan peperangan, karena aku cinta
damai.
Penyerahan jabatan khalifah dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah terjadi pada tahun
41H/661M. Peristiwa ini disebut dengan“Amul Jama’ah”(Tahun Persatuan). Sejak saat
itu secara resmi pemerintahan umat Islam dipegang oleh Muawiyah bin Abu Sufyan
yang secara defacto telah menjadi khalifah umat Islam. Ia kemudian memindahkan pusat
kekuasaan dari Madinah ke Damaskus (Suriah). Semenjak itu pula Muawiyah menata
kekhalifahannya di Damaskus dengan sistem berbeda dengan kehalifahan sebelumnya.
Zaman kepemimpinan Bani Umayyah telah mengubah bentuk pemerintahan yang
telah dijalankan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat yang demokratis menjadi sistem
pemerintahan monarchi absolot, yakni sistem dinasti atau kerajaan yang mewariskan
kekusaan secara turun menurun kepada anak cucunya.
Dinasti Bani Umayyah berkuasa kurang lebih 90 tahun, dari tahun 41H-132H/
661M-750M, yang dipimpin oleh 14 orang khalifah. Khalifah-khalifah tersebut adalah
sbb :
1. Muawiyah bin Abu Sufyan, (41H-60H/661-680M)
2. Yazid bin Muawiyah, (60H-64H/680-683M)
3. Muawiyah bin Yazid, (64H/683-684M)
4. Marwan bin Hakam, (64-65H/ 684-685)
5. Abdul Malik bin Marwan, (65-86H/685-705M)
6. Walid bin Abdul Malik, (86-96H/705-715M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik, (96-99H/715-717M)
8. Umar bin Abdul Azis, (99-101H/717-720M)
9. Yazid bin Abdul Malik, (101-105H/720-724M)
10. Hisyam bin Abdul Malik, (105-125H/724-743)
11. Walid bin Yazid, (125-126H/743-744M)
12. Yazid bin Walid, (126-127H/744-744M)
13. Ibrahim bin Walid, 127H/744M)
14. Marwan bin Muhammad, (127-132H/744-750M).
Dari 14 orang khalifah tersebut diatas, ada beberapa orang khalifah yang paling
menonjol,diantaranya, adalah:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan, (41-60H/661-680M)
a. Biografi Muawiyah bin Abu Sufyan
Nama lengkap Muawiyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin
Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al-Quraisy al-amawi. Ibunya bernama
Hindun bin Utbah bin Rabiah bin Syams bin Abdi Manaf. Muawiyah dijuluki
dengan nama Abu Abdurrahman, lahir pada tahun 606M, tahun ke-5 sebelum
kenabian. Muawiyah dan bapaknya masuk Islam pada peristiwa fathu Mekkah, pada
usia 23 tahun. Setelah muslim ia menjadi kepercayaan Nabi Saw, sebagai penulis
wahyu. Jabatan yang diberikan sebagai penghargaan atas keluarga Bani Umayyah,
dan potensinya berupa kemampuan menulis dan membaca, semua ini digunakan
untuk kepentingan pengembangan Islam. Karena pada saat itu sedikit sekali orang
Arab memiliki kemampuan membaca dan menulis.Maka dari sinilah Muawiyah
menjadi semakin penting di dalam kehidupan sosial, kagamaan, dan politik.
Pada masa khalifah Abu Bakar, Yazid bin Abu Sufyan mendapat kepercayaan
untuk menaklukkan daerah Syam. Dalam situasi yang kritis, Yazid bin Abu Sufyan
meminta bantuan kepada khalifah Abu Bakar untuk menambah kekuatan perang.
Permintaan tersebut dipenuhi, kemudian khalifah Abu Bakar meminta kepada
Muawiyah untuk memimpin pasukan tambahan tersebut. Di bawah bendera Yazid
Muawiyah bertempur menaklukkan kota-kota di utara, seperti Sudan, Beirut, dll.
Dari sinilah sinar kecemerlangan Muawiyah mulai nampak, dan ketika Umar bin
Khattab menjadi Khalifah, ia mengangkat Yazid sebagai gubernur Damaskus, dan
Muawiyah diangkat sebagai gubernur Syria (Yordania) pada bulan Syawal tahun
19H.
Setelah Yazid meninggal pada bulan Zulhijjah tahun 19H, dua wilayah itu
digabungkan menjadi satu dan berada di bawah kekuasaan Muawiyah bin Abu
Sufyan. Penggabungan tersebut disetujui oleh Khalifah Umar bin Khattab, karena
khalifah mengetahui bahwa Muawiyah mampu menjalankan roda pemerintahan di
wilayah tersebut. Sebab Muawiyah dikenal sebagai seorang pemimpin yang
memiliki kepribadian yang kuat dan ahli dalam politik, sehingga Umar
menyukainya dan menyebutnya sebagai kaisar Arab yang berkuasa di Syiria.

b. Kebijakan Muawiyah pada masa pemerintahannya


Selama pemerintahannya Muawiyah bin Abu Sufyan telah melakukan berbagai
kebijakan. Diantara kebijakan yang dilakukannya dalam bidang pemerintahan,yaitu:
1. Pembentukan Diwanul Hijabah, yaitu lembaga yang bertugas memberi
pengawalan kepada khalifah. Dewan ini dibentuk berdasarkan pengalaman
sejarah, para khalifah rasyidah meninggal karena dibunuh oleh orang yang tidak
menyukai gaya kepemimpinan dan kebijakan yang dikeluarkannya. Maka
dengan adanya lembaga ini setiap orang yang ingin bertemu khalifah akan
diperiksa terlebih dahulu agar terhindar dari ancaman pembunuhan dari orang-
orang yang tidak menyukainya.
2. Pembentukan Diwanul Khatam, Departemen ini mencatat semua peraturan yang
dikeluarkan khalifah dan dicatatat dalam berita acara pemerintahan.
3. Pembentukan Diwanul Barid, yaitu penjagaan pos ditempat-tempat tertentu
disepanjang jalan penting dan disediakan kuda lengkap dengan peralatannya.
4. Pembentukan shahibul Kharraj, yaitu pemungutan pajak.

C. Usaha-usaha Muawiyah dalam pengembangan wilayah kekuasaan Islam


Usaha yang dilakukan Muawiyah dalam perluasan wilayah Islam, adalah :
1. Penaklukkan Afrika Utara, yang dipimpin Uqbah bin Nafi, dan dapat meguasai
kota pada Qairuwan pada tahun 50H/670M, yang akhirnya dijadikan sebagai
benteng pertahanan dan pusat kekuatan militer pemerintahan.
2. Penaklukkan Konstantinopel, yang dipimpin oleh Yazid bin Abu Sufyan pada
tahun 53H.
3. Perluasan wilayah ke Timur, yang dipimpin oleh Al-Muhallab bin Safrah, dan
berhasil menaklukkan wilayah sindus.

2. Abdul Malik bin Marwan, (65-86H/685-705M)


a. Biografi bin Khalifah Abdul Malik bin Marwan
Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Marwan bin al-Hakam bin Abul Ash
bin Umayyah bin Abu Sufyan bin Abdi Manaf. Ibunya bernama Aisyah binti
Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abul Ash. Ibunya terkenal orang yang sangat baik
perilakunya dan sifat-sifatnya.
Abdul Malik bin Marwan lahir pada tahun 26H, pada masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan.Abdul Malik bin Marwan, adalah seorang yang cerdas,
bijaksana, dan pemberani dalam menegakkan kebenaran, dan juga dikenal sebagai
pujangga. Sejak kecil ia menghafal Al-Qur’an, dan menguasai berbagai ilmu agama
lainnya, seperti: ilmu hadits, fiqih, tafsir, dll. Ia belajar menghafal Al-Qur’an dari
khalifah Utsman bin Affan, belajar hadits dari Abu Hurairah, Abu Said al-Khudry,
Jabir bin Abdullah, dan sahabat Rasul yang lainnya.
b. Jasa dan peninggalan Khalifah Abdul Malik bin Marwan
Usaha yang dilakukan khalifah Abdul Malik bin Marwan dalam pembaharuan
untuk memperlancar administrasi pemerintahan diantaranya, adalah :
1. Menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
2. Penggantian mata uang, pada masa Nabi Muhammad Saw dan kahlifah Abu
Bakar, dan mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah mata uang
Romawi dan Persia. Untuk keperluan itu khalifah Abdul Malik bin Marwan
mendirikan pabrik pencetak uang di Damaskus.
3. Pembaharuan ragam tulisan bahasa Arab.
4. Pembaharuan dalam bidang perpajakan.
5. Pengembangan sistem pos
6. Membentuk Mahkamah Agung
7. Mendirikan bangunan-bangunan penting, seperti pabrik senjata dan kapal
perang.

3. Walid bin Abdul Malik, (86-96H/705-715M)


a. Biografi khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
Setelah Abdul Malik bin Marwan wafat pada tahun 86H/705M, Walid bin
Abdul Malik naik tahta menjadi khalifah. Walid bin Abdul Malik lahir pada tahun
50H. Khalifah Walid bin Abdul Malik berkuasa sekitar 10 tahun mulai tahun 705-
715M. beliau banyak belajar peradaban Islam sejak kecil, dan dididik dengan baik
di lingkungan istana.

b. Usaha –usaha Khalifah Walid bin Abdul Malik


Setelah naik tahta pada tahun 86H/705M, banyak langkah kebijakan yang
dilakukan khalifah Walid, baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri.
1. Perbaikan-perbaikan di dalam Negeri, yaitu :
a. Jaminan sosial bagi anak-anak yatim dan penderita cacat
b. Pembangunan jalan-jalan, gedung, dan fasilitas lain.
2. Perluasan wilyah kekuasaan Islam, yaitu :
a. Penaklukkan Asia tengah
b. Penaklukkan kembali wilayah Afrika Utara
c. Penaklukkan Spanyol (Andalusia)

4. Umar bin Abdul Aziz, (99-101H/717-720M)


a. Biografi Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, adalah khalifah yang ke-8. Ia naik tahta pada tahun 99-
101H/717-720M. Meskipun ia berkuasa tidak lebih dari 3 tahun, namun namanya
tercatat satu khalifah yang dikenang sepanjang masa, karena kepribadian dan
kebijaksanaannya yang pro rakyat, dan keinginannya yang kuat untuk
mengembangkan ilmu agama Islam, ilmu umum dan lain-lain. Di masa inilah terjadi
usaha pembukuan hadits yang dilakukan secara sistematis, dan inilah jasa yang
sangat monumental dari Khalifah Umar bin Abdul Azis.
Umar bin Abdul Azis lahir pada tahun 63H di Hilwan dekat Kairo. Ia lahir
ketika ayahnya Abdul Azis menjadi gubernur di Mesir. Berdasarkan garis keturunan
Umar bin Abdul Azis, adalahketurunan khalifah Umar bin khattab melalui ibunya
yang bernama Laila Ummu binti Ashim binti Umar bin Khattab.
Nama lengkap Umar bin Abdul Aziz adalah Abu Hafs Umar bin Abdul Aziz bin
Marwan bin Hakam bin As bin Umayyah bin Abdu Syams. Ayahnya bernama
Abdul Aziz. Umar bin bin Abdul Aziz menghabiskan sebagian hidupnya di
Madinah hingga ayahnya wafat pada tahun 704M. Kemudian pamannya yang
bernama Abdul Malik bin Marwan membawanaya ke Damaskus dan
menikahkannya dengan putrinya yang bernama Fatimah.
Umar bin Abdul Aziz memperoleh pendidikan di Madinah. Pada waktu
Madinah merupakan pusat ilmu pengetahuan dan gudang para ulama hadits dan
tafsir. Pendidikan yang ia peroleh sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya
dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Dinasti Umayyah.
Pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz
diangkat menjadi gubenur Hijaz yang berkedudukan di Madinah.ketika itu ia
berusia 24 tahun. Ketika mesjid Nabawi dibongkar atas perintah walid bi bin Abdul
Malik untuk diganti dengan bangunan yang baru, dan Umar bin Abdul Aziz
dipercaya sebagai pengawas pelaksana pembangunan.
Penampilan Umar bin Abdul Aziz sebagai gubernur sangat berbeda dengan
gubenur yang lain. Ia dikenal sebagai gubernur yang adil, bijaksana,mengutamakan
dan memperhatikan kepentingan rakyat, serta mau mendiskusikan berbagai masalah
yang berkaitan dengan agama, urusan rakyat, dan pemerintahan.
Umar bin Abdul Aziz ,menjadi khalifah Dinasti Bani Umayyah berdasarkan
wasiat khalifah Dinasti Umayyah sebelumnya yaitu Sulaiman bin Abdul Malik.
Setelah menjadi khalifah terjadi suatu perubahan atas dirinya, khalifah Umar bin
Abdul Aziz meninggalkan cara hidup bermewah-mewahan dan menjadi seorang
yang zuhud. Ia melakaukan cara hidup yang ketat atas dirinya dan keluarganya.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengembalikan semua harta yang ada pada
dirinya ke Baitul Mal, seperti Berlian yang adda pada istrinya dikembalikan ke
Baitul Mal. Ia mengharamkan atas dirinya untuk mengambil apapun dari Baitul
Mal.

b. Usaha –usaha Umar bin Abdul Aziz

Karena sikap Umar bin Abin Abdul Aziz yang suka perdamaian dan
keberpihakannya kepada rakyat, terutama rakyat yang miskin dan lemah, maka
situasi sosial dan politik menjadi aman dan stabil. Adapun usaha -usaha yang
dilakukan Umar bin Abdul Aziz adalah :
1. Dalam bidang agama
Dalam bidang agama ini usaha yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz, adalah :
1. Menghidupkan kembali ajaran Al-Qur’an dan sunnah nabi
2. Mengadakan kerjasama dengan ulama-ulama besar, seperti Hasan Al-Basri
dan Sulaiman bin Umar.
3. Menerapkan hokum syariah Islam secara serius,
4. Memerintahkan Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri
mengumpulkan hadits-hadits untuk diseleksi apakah palsu atau tidak.
2. Dalam bidang Pengetahuan
Dalam bidang pengetahuan yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz adalah
memindahkan sekolah kedokteran yang ada di Iskandariah (Mesir) ke Antiokia
dan Harran (Turki).
3. Dalam bidang Sosial Politik
Dalam bidang ini usaha yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz, adalah sbb :
1. Menerapkan politik yang menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan di
atas segalanya.
2. Mengirim utusan-utusan ke berbagai negeri untuk melihat langsung cara
kerja para gubernur dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.
3. Memecat gubenur yang tidak taat menjalankan agama dan bertindak zalim
terhadap rakyat.
4. Dalam bidang ekonomi
Dalam bidang ekonomi usaha yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz,adalah:
1. Mengurangi beban pajak
2. Membuat aturan mengenai timbangan dan takaran
3. Membasmi sistem kerja paksa
4. Memperbaiki tanah pertanian, irigasi, pengairan sumur-sumur dan
pembangunan jalan raya,
5. Menyantuni fakir miskin dan anak yatim.
5. Dalam bidang militer
Dalam bidang ini, Umar bin Abdul Aziz kurang menaruh perhatian untuk
membangun angkatan perang yang tangguh, Ia lebih mengutamakan urusan
dalam negeri, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat.
6. Dalam bidang dakwah dan perluasan wilayah
Menurut Khalifah Umar bin Abdul Aziz, perluasan wilayah tidak harus
dilakukan dengan kekuatan militer, tetapi dapat dilakukan dengan cara
berdakwah amar ma’ruf nahi munkar. Selain itu, Umar bin Abdul Aziz berusaha
menghapus kebiasaan mencela Ali bin Abi Thalib dan keluarganya dalam
khotbah setiap shalat Jum’at. Kebiasaan yang tidak baik itu ia ganti dengan
pembacaan firman Allah dalam Qs. An"-Nahl ayat 90, yang artinya sbb :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
member bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar dapat
mengambil pelajaran”.
Adapun kebijakan yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz dalam usahanya,
adalah sebagai berikut :
1. Menghapuskan kelas-kelas sosial antara muslim Arab dan muslim non Arab
2.

Anda mungkin juga menyukai