Anda di halaman 1dari 6

RUANG LINGKUP JIHAD

1.   Jihad melawan hawa nafsu

Bersungguh-sungguh dalam mempelajari islam


“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS 29:69)
Bersungguh-sungguh dalam mengamalkan Islam
“Maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Tuhan-mu, dan janganlah
kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir diantara mereka.” (QS 76:24)

 Bersungguh-sungguh dalam mendakwahkan Islam


“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.” (QS 41:33)

Bersungguh-sungguh dalam menghadapi tantangan dakwah


“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan Allah.” (QS 31:17) 

2  Jihadmelawansyaitan

Dalam melaksanakan jihad pada syaitan ada beberapa hal menarik yang perlu kita
perhatikan bersama:

 Bersungguh-sungguh menolak kemusyrikan yang dibingkai dengan simbol-


simbol Islam (QS 7: 16-17)
 Bersungguh-sungguh menolak bisikan setan yang membungkus kemaksiatan
dengan kenikmatan (QS. 39-40) 
 Bersungguh-sungguh menolak bisikan setan yang menanamkan angan-angan
 Bersungguh-sungguh menolak bisikan setan yang menanamkan permusuhan 
 Bersungguh-sungguh menolak bisikan setan yang menakut-nakuti dengan
kemiskinan. Biasanya setan menanamkan hal ini, kepada orang-orang kaya (QS
2:268)

3.   Jihadul kuffar

Terdapat 4 peringkat iaitu : hati, lidah, harta dan jiwa . Jihadul kuffar itu apabila
telah sampai masanya hendaklah dengan kekuasaan dan berjuang dengan apa
yang mereka ajukan kepada kita. Ekonomi dengan ekonomi, pendidikan dengan
pendidikan, siasah dengan siasah dan kekuatan dengan kekuatan. Bagi para
munafik pula, hendaklah memperkatakan kebenaran dengan lidah dan
memberikan ancaman Allah bagi mereka yang berpura-pura mengamalkan agama
Allah. 

Jihad Fi Sabilillah adalah satu proses yang berterusan bermula daripada diri,
keluarga, masyarakat, negara dan alam sejagat di dalam semua aspek kehidupan
seperti pendidikan, ekonomi, ketenteraan, kehakiman dan sebagainya. Selain
daripada itu di dalam memperjuangkan Islam perlu ada peraturan dan strategi agar
perjuangan itu teratur dan tersusun. Di dalam hal ini, perlunya perjuangan Islam
itu dibentuk dengan jamaah atau harakah muslimin yang mengamalkan Islam di
seluruh aspek kehidupan agar dapat menjadi model kepada masyarakat.

5.    Jihadul Ashabu Zulm (Jihad menentang orang-orang yang zalim)

Ia terbahagi kepada 3 peringkat :


 Jikalau kita mempunyai kuasa, maka ubahlah mereka dengan kekuatan dan
undang-undang serta kasih sayang.
 Sekiranya kekuasaan tidak ada ditangan, maka hendaklah memperkatakan
kebenaran itu dengan lisan.
 Sekiranya tidak mampu maka bencilah kemungkaran itu dengan hati.

Hukum jihad menurut ulama


Hukum Jihad itu terbagi dua : Fardu A’in dan Fardu Kifayah. MenurutIbnul
Musayyab hukum Jihad adalah Fardu A’in sedangkan menurut Jumhur Ulama
hukumnya Fardy Kifayah yang dalam keadaan tertentu akan berubah menjadi
Fardu A’in1. 
A. Fardu Kifayah : 
Yang dimaksud hukum Jihad fardu kifayah menurut jumhur ulama
yaitumemerangi orang-orang kafir yang berada di negeri-negeri mereka. Makna
hukum Jihad fardu kifayah ialah, jika sebagian kaum muslimindalam kadar dan
persediaan yang memadai, telah mengambil tanggung- jawab melaksanakannya,
maka kewajiban itu terbebas dari seluruh kaummuslimin. Tetapi sebaliknya jika
tidak ada yang melaksanakannya, maka kewajiban itu tetap dan tidak gugur, dan
kaum muslimin semuanya berdosa.
“Tidaklah sama keadaan orang-orang yang duduk (tidak turut berperang)dari
kalangan orang-orang yang beriman selain daripada orang-orang yang ada
keuzuran dengan orang-orang yang berjihad dijalan Allahdengan harta dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa

1
Risalah al-Irsyad ila Bayanil Haqq fi Hukmil Jihad
mereka atas orang-orang yang tinggal duduk(tidak turut berperang karena uzur)
dengan kelebihan satu derajat. Dan tiap-tiap satu (dari dua golongan itu) Allah
menjanjikan denganbalasan yang baik (Syurga), dan Allah melebihkan orang-
orang yang berjihad atas orang-orang yang tinggal duduk (tidak turut
berperangdan tidak ada uzur) dengan pahala yang amat besar.” (QS An-Nisa 95) 
Ayat diatas menunjukan bahwa Jihad adalah fardu kifayah, maka orangyang
duduk tidak berjihad tidak berdosa sementara yang lain sedang berjihad. ketetapan
ini demikian adanya jika orang yang melaksanakanjihad sudah memadai(cukup)
sedangkan jika yang melaksanakan jihad belum memadai (cukup) maka orang-
orang yang tidak turut berjihad itu berdosa.Dan jihad ini diwajibkan kepada laki-
laki yang baligh, berakal, sehat badannya dan mampu melaksanakan jihad. Dan ia
tidak diwajibkan atas:anak-anak, hamba sahaya, perempuan, orang pincang, orang
lumpuh, orang buta, orang kudung, dan orang sakit. 
“Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincangdan atas
orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Dan barangsiapa yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akanmemasukkannya ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya
akan diazab-Nya dengan azabyang pedih.” (QS Al-Fath 17) 2
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yanglemah, orang-
orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan
mereka nafkahkan, apabila mereka berlakuikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya.
Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.
Dan Allah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang.” (QS At-Taubah 91) 
“Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datangkepadamu,
supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak
memperoleh kendaraan untuk membawamu.” lalumereka kembali, sedang mata
mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh
apa yang akan merekanafkahkan.” (QS At-Taubah 92)
“Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orangyang
meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela
berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang danAllah telah mengunci
mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS
At-Taubah 93) 3
Ibnu Qudamah mengatakan: “Jihad dilaksanakan sekurang-kurangnya satukali
setiap tahun. Maka ia wajib dilaksanakan pada setiap tahun kecuali uzur. Dan jika
keperluan jihad menuntut untuk dilaksanakanlebih dari satu kali pada setiap tahun,
maka jihad wajib dilaksanakan karena fardu kifayah. Maka jihad wajib
dilaksanakan selamadiperlukan.” 
Imam Syafi’i mengatakan : “Jika tidak dalam keadaan darurat dan tidak ada uzur,
perang tidak boleh diakhirkan hingga satu tahun.” 
Al-Qurtubi mengatakan: “Imam wajib mengirimkan pasukan untuk
menyerbumusuh satu kali pada setiap tahun, apakah ia sendiri atau orang yang ia
percayai pergi bersama mereka untuk mengajak dan menganjurkanmusuh untuk
2
Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an jilid II (Jakarta: Gema Insani Press,
1993), 156.
3
Muhammad Sholikhin, The Power of Sabar (Jakarta: Tiga Serangkai, 2009), 93.
masuk Islam, menolak gangguan mereka dan menzahirkan Dinullah sehingga
mereka masuk Islam atau menyerahkan jizyah.” 
Abu Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah Al-Juwaini, yang terkenal
denganpanggilan Imamul Haramain mengatakan : “Jihad adalah dakwah yang
bersifat memaksa, jihad wajib dilaksanakan menurut kemampuan sehinggatidak
tersisa kecuali Muslim atau Musalim, dengan tidak ditentukan harus satu kali
didalam setahun, dan juga tidak dinafikan sekiranyamemungkinkan lebih dari satu
kali. Dan apa yang dikatakan oleh para Fukaha (sekurang-kurangnya satu kali
pada setiap tahun, merekabertitik tolak dari kebiasaan bahwa harta dan
pribadi(jiwa) tidak mudah untuk mempersiapkan pasukan yang memadai lebih
dari satu kalidalam setahun.”Perlu kita fahami bahwa praktek jihad yang
hukumnya fardu kifayah ini adalah jihad yang secara langsung berhadapan
memerangi orang-orangkafir, sedangkan jihad yang tidak secara langsung
berhadapan dengan orang-orang kafir hukumnya fardu a’in. 
Sulaiman bin Fahd Al-Audah mengatakan, “Ibnu Hajar telah memberikanisyarat
tentang kewajiban Jihad – dengan makna yang lebih umum – sebagai fardu a’in,
maka beliau mengattakan : “Dan juga ditetapkanbahwa jenis jihad terhadap orang
kafir itu fardu a’in atas setiap muslim : baik dengan tangannya, lisannya, hartanya
ataupun denganhatinya.” 
Hadith-hadith yang menerangkan bahwa hukum jihad dalam makna yangumum
(dengan tangan, harta atau hati) itu jihad fardu a’in, antara lain : 
“Barangsiapa yang mati sedangkan ia tidak berperang, dan tidaktergerak hatinya
untuk berperang, maka dia mati diatas satu cabang kemunafikan.” (HR Muslim,
Abu Daud, Nasai, Ahmad, Abu Awanah dan Baihaqi) 
“Sesiapa yang tidak berperang atau tidak membantu persiapan orangyang
berperang, atau tidak menjaga keluarga orang yang berperang dengan baik,
niscaya Allah timpakan kepadanya kegoncangan.” Yazid binAbdu Rabbihi
berkata : “Didalam hadist yang diriwayatkan ada perkataan “sebelum hari
qiamat.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Darimi,Tabrani, Baihaqi dan Ibnu Asakir) 
Dari dua hadith di atas kita mendapat pelajaran bahwa ancaman kematian pada
satu cabang kemunafikan dan mendapat goncangan sebelumhari kiamat adalah
bagi orang yang tidak berjihad, tidak membantu orang berjihad dan tidak tergerak
hatinya untuk berjihad. 
Jadi orang-orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk pergi berperangsecara
langsung mengahadapi orang-orang kafir, mereka harus tergerak hatinya untuk
berperang seperti halnya orang yang lemah dan orangyang sakit. Dan sekiranya
hukum jihad secara langsung berhadapan dengan orang- orang kafir sudah
berubah dari fardu kifayah menjadi fardu a’in, makatidak ada yang dikecualikan
siapapun harus pergi berperang dengan apa dan cara apapun yang dapat
dilakukan. Dibawah ini akah dibahasmengenai keadaan Jihad yang hukumnya
fardu a’in. 
B. Fardu Ain
Hukum Jihad menjadi Fardu A’in dalam beberapa keadaan: 
1. Jika Imam memberikan perintah mobilisasi umum. 
Jika Imam kaum muslimin telah mengumumkan mobilisasi umum maka
hukumjihad menjadi fardu a’in bagi kaum muslimin yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan jihad dengan segenap kamampuan yang dimilikinya. Dan
jika Imam memerintahkan kepada kelompok atau orang tertentu maka jihad
menjadi fardu ain bagi siapa yang ditentukan oleh imam.
Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa nabi Muhammad saw bersabda pada
hariFutuh Mekkah: 
“Tidak ada hijrah selepas Fathu Mekkah, tetapi yang ada jihad danniat, Jika kalian
diminta berangkat berperang, maka berangkatlah.” (HR Bukhari, Muslim, Abu
Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Darimi dan Ahmad) 
Makna Hadith ini : “Jika kalian diminta oleh Imam untuk pergi berjihad maka
pergilah” 
Ibnu Hajjar mengatakan : “Dan didalam hadist tersebut mengandungkewajiban
fardu ain untuk pergi berperang atas orang yang ditentukan oleh Imam.” 
2. Jika bertemu dua pasukan, pasukan kaum Muslimin dan pasukankuffar. 
Jika barisan kaum muslimin dan barisan musuh sudah berhadapan, makajihad
menjadi fardu ain bagi setiap orang Islam yang menyaksikan keadaan tersebut.
Haram berpaling meninggalkan barisan kaum Muslimin.Allah berfirman : 
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang
kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur)”. (QS Al-Anfal 15) 
“Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecualiberbelok
untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawakemurkaan dari Allah,
dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.”
(QS Al-Anfal 16) 
Rasulullah saw bersabda : “Jauhilah tujuh perkara yangmembinasakan, “Beliau
saw ditanya: “Ya Rasulullah, apa tujuh perkara yang membinasakan itu?” Beliau
saw menjawab : (1) MempersekutukanAllah, (2) Sihir, (3) Membunuh orang yang
telah dilarang membunuhnya, kecuali karena alasan yang dibenarkan Allah,
(4)Memakan harta anakyatim, (5) Memakan riba, (6) lari dari medan
pertempuran; dan (7) Menuduh wanita mu’minah yang baik dan tahu memelihara
diri, berbuatjahat (zina).” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, Thahawi,
Baihaqi, Baghawi). 
3. Jika musuh menyerang wilayah kaum Muslimin. 
Jika musuh menyerang kaum muslimin maka jihad menjadi fardu ain
bagipenghuni wilayah tst. Sekiranya penghuni wilayah tsb tidak memadai untuk
menghadapi musuh, maka kewajiban meluas kepada kaum musliminyang
berdekatan dengan wilayah tst, dan seterusnya demikian jika belum memadai
juga, jihad menjadi fardu ain bagi yang berdekatan berikutnya hingga tercapai
kekuatan yang memadai. Dan sekiranya belum memadai juga, maka jihad menjadi
fardu ain bagi seluruh kaum muslimindiseluruh belahan bumi. Ad Dasuki (dari
Mazhab Hanafi) berkata : “Didalam menghadapi serangan musuh, setiap orang
wajib melakukannya, termasuk perempuan, hambasahaya dan anak- anak
mesikipun tidak diberi izin oleh suami, wali dan orang yang berpiutang. 
Didalam kitab Bulghatul Masalik li Aqrabil Masalik li Mazhabil ImamMalik
dikatakan : “…Dan jihad ini hukumnya fardu ain jika Imam memerintahkanya,
sehingga hukumnya sama dengan sholat, puasa dan lainsebagainya. Kewajiban
jihad sebagai fardu ain ini juga disebabkan adanya serangan musuh terhadap salah
satu wilayah Islam. Maka bagi siapa yang tinggal di wilayah tersebut,
berkewajiban melaksanakan jihad, dan sekiranya orang-orang yang berada disana
dalam keadaanlemah maka barangsiapa yang tinggal berdekatan dengan wilayah
tersebut berkewajiban untuk berjihad. 
Dalam keadaan seperti ini, kewajiban jihad berlaku juga bagi wanitadan hamba
sahaya walaupun mereka dihalang oleh wali, suami, atau tuannya, atau jika ia
berhutang dihalangi oleh orang yagn berpiutang. Dan juga hukum jihad menjadi
fardu ain disebabkan nazar dari seseorang yang ingin melakukannya. 
Dan kedua ibu-bapa hanya berhak melarang anaknya pergi berjihad manakala
jihad masih dalam keadaan fardu kifayah. Dan juga fardu kifayah membebaskan
tawanan perang jika ia tidak punya harta untuk menebusnya, walaupun dengan
menggunakan serluruh harta kaum muslimin. 
Ar-Ramli (Dari Mazhab Syafi’i) mengatakan : “Maka jika musuh telahmasuk
kedalam suatu negeri kita dan jarak antara kita dengan musuh kurang daripada
jarak qashar sholat, maka penduduk negeri tersebutwajib mempertahankannya,
hatta (walaupun) orang-orang yang tidak dibebani kewajiban jihad seperti orang-
orang fakir, anak-anak, hamba sahaya dan perempuan. 
Ibnu Qudamah (dari Mazhab Hambali) mengatakan :”Jihad menjadifardu ‘ain
didalam 3 keadaan:
a. Apabila kedua pasukan telah bertemu dan saling berhadapan. 
b. Apabila orang kafir telah masuk (menyerang) suatu negeri (diantaranegeri
negeri Islam), Jihad menjadi fardu ain atas penduduknya untuk memerangi orang
kafir tsb dan menolak mereka. 
d. Apabila Imam telah memerintahkan perang kepada suatu kaum, makakaum tsb
wajib berangkat. 

Anda mungkin juga menyukai