Anda di halaman 1dari 4

MENGAPA KHAWARIJ/AHLUL BID’AH YANG DIBANTAH

BUKAN KOMUNIS, SEKULER, DAN ATHEIS?!1


1. Aku perlu untuk memondasi pembahasanku dengan prinsip ini (yaitu membantah orang
yang menyimpang merupakan bagian dari Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Dan ini juga
merupakan salah satu prinsip ahlussunnah wal jamaah) karena sebagian orang yang
lemah jiwanya dan sedikit ilmunya, dada mereka merasa sesak ketika membaca
bantahan (terhadap oknum/kelompok yang menyimpang) dan mereka kira itu lebih
dekat kepada sikap wara' dan menjaga kehormatan/persatuan kaum muslimin. Padahal
jika anda lihat dalam sejarah meskipun sekilas, maka anda akan tahu bahwa tidak ada
satu masa melainkan ada bantahan atas orang yang menyimpang meskipun yang
dibantah itu adalah orang yang istimewa dari kaum muslimin.
2. Abu Ali Ad-Daqqâq rahimahullahu mengatakan: “Orang yang diam dari kebenaran maka
dia adalah setan yang bisu dan orang yang berbicara dengan kebathilan maka dia adalah
setan yang berbicara.”
3. Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullahu berkata: “Minimal dikatakan kepada mereka
(yang mengatakan jangan memperkeruh perselisihan diantara kaum muslimin) ‘Apakah
ahli kebathilan (ahlul bid’ah) itu bisa diam (tidak menyebarkan syubhat/kesesatan
mereka) hingga kita juga akan diam. Atau apakah mereka senantiasa menyebarkan
aqidah sesat mereka di berbagai media sedangkan kita disuruh diam?’ Demi Allah, kita
tidak akan diam. Kami memohon perlindungan kepada Allah agar kaum muslimin tidak
tertular hujjah orang-orang Yahudi yang mereka berselisih dalam kitab mereka dan
menyelisihi kitab mereka, namun mereka menampakkan persatuan. Allah pun
mendustakan mereka di dalam firman-Nya:
ُ ٗ ‫حۡ ح ُُ ۡ ح‬
‫ِيعا حو ُقلوبُ ُه ۡم حش َ ى‬
( ٰۚ ‫ّت‬ ‫) َتسبهم َج‬

Kalian mengira mereka bersatu sedangkan hati mereka berpecah belah. (QS. Al-Hasyr:
14)
Dan (diamnya mereka dari penyimpangan) ini merupakan sebab mereka itu terlaknat.
Sebagaimana yang telah Allah firmankan:
‫ح ُ ْ ح ح ح ح ح ۡ ح ح ُّ ح‬
ُ ُ‫نكر حف حعل‬
( ُۚ‫وه‬ ٖ ‫) َكنوا َل يتناهون عن م‬
Mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan. (QS. Al-Mâidah:
79)
Oleh karena itu, jika anda melihat ada orang yang membantah oknum yang menyimpang
baik karena pendapatnya yang nyeleneh dalam masalah fiqih atau karena ucapan
bid’ahnya, maka berterima kasihlah kepadanya atas pembelaannya (terhadap

1 Diringkas dari kitab Sittu Durar Min Ushûl Ahli Al-Atsar 109-120 oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani.

1
kebenaran) sesuai dengan kemampuannya. Dan jangan dibully/dinyinyiri dengan
ucapan yang hina “Kenapa dia tidak membantah orang-orang sekuler?2.
4. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Menyeru kepada sunnah dan
melarang dari bid’ah adalah bentuk amar ma’ruf nahi munkar dan itu termasuk semulia-
mulia amal shalih.”3
5. Tidak selayaknya bagi Al-Jama’at Al-Islamiyyah (kelompok-kelompok sempalan Islam)
pada hari ini untuk sesak nafas karena adanya bantahan (terhadap mereka), karena ini
merupakan bentuk menegakkan keadilan dan bersaksi untuk Allah yang telah Allah
perintahkan, meskipun terhadap diri kita dan saudara-saudara kita sendiri (ikhwanuna
kaum muslimin). Allah berfirman:

ُ ‫ني إن يح‬ ‫ۡ حۡ ح‬ ۡ ‫ِك ۡم أحو ٱلۡ حو ى ِ ح‬ ُ ‫حَٰٓ ح ُّ ح َ ح ح ح ُ ْ ُ ُ ْ ح ىَ ح ۡ ۡ ُ ح ح ٓ ح َ ح ح ۡ ح ح َٰٓ ح‬


ُ ‫نفس‬
‫ك ۡن‬ ُِۚ ِ ‫ِلي ِن حوٱۡلق حرب‬ ِ ‫) يأيها ٱَّلِين ءامنوا كونوا قومِني بِٱلقِس ِط شهداء ِلِلِ ولو لَع أ‬
‫ح ُ ح‬ ‫حُْۡٓ حۡ ُ ۡ ُ ْ ح َ َح ح ح‬ ْ ُ ‫ح ًّ ح ۡ ح ٗ ح َ ُ ح ۡ ح ى ح ح ح ح َ ُ ْ ۡ ح ح َٰٓ ح ح‬
‫ٱلِل َكن ب ِ حما ت ۡع حملون‬ ‫ى أن ت ۡعدِل ُۚوا ِإَون تلوۥا أو تع ِرضوا فإِن‬ ‫غنِيا أو فقِريا فٱلِل أوَل ب ِ ِهماۖ فَل تتبِعوا ٱلهو‬
ٗ ‫خب‬ ‫ح‬
(١٣٥ ‫ريا‬ ِ

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS. An-
Nisâ’: 135)
6. Seandainya seorang mukmin menginginkan untuk meluruskan (penyimpangan ahlul
bid’ah) kemudian dikatakan kepadanya: “Bukan sekarang waktunya, karena orang-
orang kafir sedang menyerang! Maka kapan orang itu akan tahu kesalahannya? Dan
kapan dia akan meninggalkannya? Dan kapan orang yang sakit akan sehat dan yang
lemah menjadi kuat? Dan bukan termasuk wala’/loyalitas kepada kaum mukminin sama
sekali jika engkau membantunya dalam kebathilan dengan dalih melawan orang-orang
komunis. Rasulullah  bersabda: Tolonglah saudaramu yang zhalim dan yang dizhalimi.
Dikatakan: wahai rasulullah, Orang ini kita tolong ketika dia dizhalimi, bagaimana kita
menolongnya ketika dia berbuat zhalim? Rasul menjawab: Cegahlah dia dari berbuat
kezhaliman. (HR. Bukhari)
7. Membantah orang yang menyimpang merupakan bentuk pembelaan terhadap Islam
dari dua segi/arah:
- Dari ancaman eksternal yaitu dari orang kafir yang juga menyerang aqidah.

2 Ar-Raddu ‘ala Al-Mukhâlif min Ushûl Al-Islâm hal. 57 oleh Syaikh Bakar Abu Zaid.
3 Minhâj As-Sunnah 5/253 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

2
- Dari ancaman internal yaitu kelompok-kelompok sempalan Islam. Maka ahlussunnah
mengembalikan mereka kepada Al-Quran dan As-Sunnah (dengan pemahaman
salafush shalih).
8. Jika ada yang berkata “kalian mengarahkan anak panah (bantahan) kalian kepada
saudara-saudara kalian, sedangkan orang-orang sekuler dan komunis sangat antusias
untuk menyebarkan perselisihan diantara kalian”. Maka Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullahu berkata: “Sesunggunya mensucikan jalan Allah, agama-Nya, manhaj-Nya
serta syariat-Nya dan membantah keekstriman ahlul bid’ah serta permusuhan mereka
merupakan wajib kifayah, menurut kesepakatan kaum muslimin. Seandainya Allah tidak
mengutus mereka untuk menolak bahaya ahlul bid’ah, maka akan rusak agama ini. Dan
kerusakannya lebih dahsyat daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh musuh dari luar
(orang-orang kafir). Karena para penjajah dari luar jika telah berkuasa, maka mereka
tidak akan merusak hati dan agama melainkan pada tahap akhir. Adapun mereka (ahlul
bid’ah) jika telah berkuasa, maka mereka akan merusak hati di tahap awal/permulaan.”4
9. Syaikh Muhammad Al-Basyir Al-Ibrahimi (ulama besar ahlussunnah di Al-Jazair)
rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya tidaklah salah jika engkau mengatakan bahwa
menyebarnya khurafat dan kesesatan tarekat-tarekat di tengah umat Islam memiliki
andil besar dalam menyebarnya ajaran atheis diantara anak-anak kaum muslimin yang
belajar ala orang-orang Eropa, yang mereka jahil terhadap (Islam yang murni). Sejak
kecil mereka terdoktrin dengan berbagai kesesatan tarekat yang diklaim merupakan
bagian dari agama Islam. Dan orang-orang yang mengajari mereka itu dianggap sebagai
tokoh agama. Ketika ilmu dan pemikiran mereka sudah modern, maka ilmu dan
pemikiran mereka tidak bisa menerima ajaran khurafat tersebut dan mereka pun
mengingkarinya secara haq, adil, dan sekaligus mereka mengingkari agama ini dengan
zhalim dan jahil. Inilah kejahatan tarekat terhadap agama. Bukankah ini berarti bahwa
membantah mereka itu merupakan bentuk membantah salah satu sisi ajaran atheis dan
memotong mata rantainya?!”5
10. Musuh dari luar tidak akan masuk menyerangmu di rumahmu kecuali jika pintu/jendela
rumahmu terbuka atau rapuh (ada celah). Dan kelompok-kelompok sempalan Islam
itulah yang merupakan celah bagi orang-orang kafir. Tidakkah kaum muslimin
ingat/tahu bagaimana bantuan orang-orang tasawwuf terhadap orang-orang kafir
dalam menjajah negeri-negeri kaum muslimin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata tentang Syiah Rafidhah: “Mereka
senantiasa menolong orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin. Sungguh kita
dan juga kaum muslimin telah melihat sendiri ketika kaum muslimin diserang oleh
orang-orang kafir maka mereka (orang-orang Syiah Rafidhah) bersama orang-orang
kafir dalam memerangi kaum muslimin. Sebagaimana yang terjadi pada Raja Kafir
Tartar yaitu Jengiskhan yang dibantu oleh Syiah Rafidhah.”
11. Oleh karena itulah, para imam-imam kita itu lebih paham (dalam masalah ini) hingga
mereka pun tidak basa-basi (dalam membantah) orang-orang yang menyimpang dari

4 Majmû’ Fatâwa 28/232.


5 Âtsâr Muhammad Al-Basyîr Al-Ibrâhîmi 1/132-133.

3
manhaj salaf. Bahkan mereka menganggap hal ini merupakan bentuk jihad yang
terbesar.
12. Yahya bin Yahya (guru dari Imam Bukhari dan Muslim) berkata: “Membela sunnah lebih
mulia daripada jihad.”6
13. Imam Al-Humaidi (guru dari Imam Bukhari) berkata: “Demi Allah, aku lebih suka
memerangi orang-orang yang menolak hadits rasulullah  daripada aku memerangi
orang-orang kafir.”7
14. Abu Sa’id Al-Khudri  berkata: “Memerangi Khawarij lebih mulia menurutku daripada
memerangi orang-orang kafir.”8
15. Ibnu Hubairah berkata: “Dalam hadits (yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id Al Khudri
tentang memerangi Khawarij) terdapat penjelasan bahwa memerangi kelompok
Khawarij lebih utama daripada memerangi orang-orang musyrikin/kafirin. Diantara
hikmahnya adalah bahwa memerangi Khawarij merupakan bentuk menjaga modal
usaha Islam sedangkan memerangi orang musyrik/kafir itu bentuk mengejar
keuntungan. Menjaga modal usaha lebih diutamakan daripada mengejar keuntungan.”9

6 Majmû’ Fatâwa 4/13.


7 Dzammul Kalâm 228 oleh Al-Harwi.
8 Al-Mushannaf 15/331 oleh Ibnu Abi Syaibah.
9 Fathu Al-Bâri 12/301 oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Anda mungkin juga menyukai