Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS

Pemerintahan yang bersih dan demokratis merupakan sebuah keniscayaan dari berlakunya nilai-nilai de
mokrasi dan masyarakat madani pada level kekuasaan Negara. Nilai-nilai masyrakat madani (civil societ
y) tidak hanya dikembangkan dalam masyarakat (individu, keluarga, dan komunitas), tetai juga harus di
kembangkan pada level Negara (civil state). Sehingga system kenegaraan yang dibangun menjunjung ti
nggi nilai-nilai demokrasi dalam perwujudan masyarakat madani, termasuk system pemerintahan yang
demokratis dan bersih. Keduanya, kekuatan sipil (masyarakat) dan Negara (state), saling mendukung d
alam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.
Dalam era menuju demokrasi di Indonesia, Negara yang selama ini cukup hegemonik atas kekuatan sipil
(masyarakat) sudah saatnya mengembangkan budaya demokrasi. Sinergi antara kekuatan Negara dan k
ekuatan sipil sangat dibutuhkan, karena keduanya memang saling mendukung.
PEMERINTAHAN YANG BERSIH
Secara sederhana, pemerintahan yang bersih dapat dijelaskan sebagai kondisi pemerintahan yang para
pelaku yang terlibat di dalam nya menjaga diri dari perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kor
upsi adalah perbuatan pejabat pemerintah yang menggunakan uang pemerintah dengan cara-cara yang
tidak legal. Kolusi adalah bentuk kerjasama antara pejabat pemerintah dengan oknum lain secara ilegal
pula (melanggar hukum) untuk mendapatkan keuntungan material bagi mereka. Nepotisme adalah pem
anfaatan jabatan untuk memberi pekerjaan, kesempatan, atau penghasilan, bagi keluarga atau kerabat
dekat pejabat, sehingga menutup kesempatan bagi orang lain. Pemerintahan yang penuh dengan gejala
KKN biasanya tergolong ke dalam pemerintahan yang tidak bersih, dan demikian pula sebaliknya.
Sejak Indonesia memasuki era transisi menuju demokrasi di tahun 1999, citra negeri ini di dunia interna
sional terus terpuruk. Antara tahun 1999 hingga 2003, Indonesia dikenal sebagai Negara dengan tingkat
korupsi yang sangat buruk, bahkan paling buruk di seluruh asia. Agar pemerintahan bebas dari rongrong
an KKN, maka para pejabat pemerintahan dan politis, baik di eksekutif, birokrasi, maupun badan legislat
ive, pusat maupun daerah, hendaknya mengindahkan nilai-nilai molaritas. Adapun sikap-sikap moral ter
sebut adalah kejujuran terhadap diri sendiri dan orang lain, menjauhkan diri dari tindakan melanggar ho
kum, kesediaan berkorban demi kemuliaan lembaga dan masyarakatnya, dn keberanian membawa pesa
n-pesan moral dalam kehidupan sehari-harinya sebagai pejabat dan politisi pemerintah.
Sudah barang tentu, molaritas politik saja tidak akan cukup untuk menegakkan pemerintahan yang bers
ih dari pelanggaran moralitas atau etika politik, tetapi diperlukan sebuah system politik dan hokum yang
egaliter dan adil untuk menopang kerangka sistematik masyarakat madani. Pejabat Negara/pemerintah
menduduki posisi yang sama dengan rakyat di hadapan hukum. Tidak ada satupun pejabat pemerintah
yang kebal (immune) terhadap hukum. Dengan system hukum yang egaliter dan adil itulah pemerintaha
n yang bersih dapat diwujudkan, dan pemerintahan yang berwibawa bisa ditegakkan.
Untuk menegakkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa diperlukan berbagai kondisi dan mekanis
me hubungan yang berpotensi menopang pertumbuhan moralitas politik. Tentunya, budaya demokrasip
un perlu dikembangkan dalam proses pemerintahan negeri ini, sehingga terwujud pula pemerintahan ya
ng demokratis. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kondisi dan mekanisme hubungan kepemerintahan
yang diperlukan untuk menopang kerangka sistematik pemerintahan yang bersih dan demokratis untuk
mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.
SISTEM DEMOKRASI DALAM PEMERINTAHAN
Untuk mengembangkan budaya demokrasi dalam pemerintahan diperlukan system yang demokratis pul
a untuk mengelola proses pemerintahan melalui mekanisme yang demokratis. Setidaknya menurut peng
alaman politik di berbagai Negara, ada beberapa system yang dikembangkan dalam mekanisme pengelo
laan proses pemerintahan.
1. Sistem Pemerintahan Parlementer
Salah satu system pemerintahan yang dikenal dan dipraktekkan di banyak Negara adalah system parle
menter. Prinsip utama dari system parlementer adalah adanya fusi kekuasaan eksekutif dan legislatif.
2. Sistem Presidensial
Sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara langsung, sehingga presiden terpilih mend
apatkan mandate langsung dari rakyat. Bandinglkan dengan system parlementer, dimana perdana ment
ri mendapatkan mendatnya tidak langsung dari rakyat tetapi dari partai mayoritas di parlemen.
3. Kekuasaan Eksekutif Terbatas.
Persoalan mendasar baik dalam system parlementer maupun presidensial adalah sejauh mana masyarak
at memberi batasan bagi kekuasaan eksekutif. Apapun system politik yang diterapkan jika masyarakat
masih menoleransi kekuasaan eksekutif yang tidak terbatas, eksekutif cenderung melakukan sentralisasi
kekuasaan . proses sentralisasi kekuasaan yang tidak terbendung akan menghasilkan sebuah pemerinta
han yang otoriter. Bentuk pemerintahan inilah yang kondusif bagi terjadinya berbagai tindakan penindas
an terhadap hak-hak rakyat, termasuk didalamnya penculikan, penyiksaan, dan bahkan pembunuhan ya
ng dilakukan dengan cara-cara yang melanggar hukum. Oleh karena itu konstitusi harus dengan jelas m
embatasi kekuasaan eksekutif.

    Pemeritahan Yang Bersih


Pemerintahan yang bersih menurut Chamim (2006 : 54) adalah kondisi pemerintahan
yang para pelaku yang terlibat di dalamnya menjaga diri dari perbuatan KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme).Korupsi merupakan perbuatan pejabat pemerintah yang
menggunakan uang pemerintah dengan cara-cara yang tidak legal.Kolusi adalah bentuk
kerjasama antara pejabat pemerintah dengan oknum lain secara illegal untuk mendapatkan
keuntungan material bagi mereka. Nepotisme adalah pemanfaatan jebatan untuk memberi
pekerjaan, kesempatan atau penghasilan bagi keluarga atau kerabat dekat pejabat sehingga
menutup kesempatan bagi orang lain. Berdasarkan pendapat Plato ini, maka penyelenggaraan
pemerintahan yang didasarkan pada hukum merupakan salah satu alternatif yang baik dalam
penyelenggaraan negara. HAN dapat dijadikan instrumen untuk terselenggaranya
pemerintahan yang baik karena hubungan antara pemerintah dengan masyarakat akan terlihat
konkrit dan dapat dijadikan ukuran apakah penyelenggaraan pemerintahan sudah baik atau
belum. Sjachran Basah berpendapat bahwa salah satu inti hakikat HAN adalah untuk
memungkinkan administrasi negara untuk menjalankan fungsinya, dan melindungi
administrasi negara dari melakukan perbuatan yang salah menurut hukum.
Dalam bidang administrasi Negara telah dirumuskan beberapa asas-asas umum
pemerintahan sebagai pedoman pelaksana dari suatu aktifitas pemerintahan agar dapat
mewujudkan pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas KKN pasal 3 antara
lain :
1.      "Asas Kepastian Hukum" adalah asas dalam negara hokum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan,dan keadilan dalam setiap kebijkan
penyeleggaraan negara.
2.      "Asas Tertib Penyelenggaraan Negara" adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keseraslan, dan keseimbangan dalam pengendalian Penyelenqgara Negara.
3.      "Asas Kepentingan Umum" adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4.      "Asas Keterbukaan" adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dantidak diskrirninatif tentang penyelenggaraan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
5.      "Asas Proporsionalitas" adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Penyelenggara Negara.
6.      "Asas Profesionalitas" adalah asas yang mengutamakan keahlian yang beriandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
7.      "Asas Akuntabilitas"; adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapatdipertanggungjawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Dr. Philipus M. Hadjon., SH. Yakni ada beberapa asas- asas umum
pemerintahan yang baik :
1.      Asas bertindak sesuai dengan peraturan perundang-udangan (wetmatigheid). Kesesuaian
tersebut menyangkut wewenang, prosedur dan substansi keputusan
2.      Asas tidak menyalahgunakan wewenang untuk tujuan lain (larangan detournement de
pouvior).
3.      Asas bertindak rasional, wajar atau dapat dirumuskan sebagai asas tidak bertindak sewenang-
wenang.
4.      Bertindak sesuai dengan asas-asas umum pemeriahan yang baik. Asas asas umum
pemerintahan yang baik dapat dirumuskan melalui pendekatan komparasi hukum dengan
memperhatikan pandangan-pandangan, ide, kondisi-kondisi dalam system dan prektek
pemerintahan di tanah air kita.
Politik hukum sebagai suatu wadah dalam menghasilkan produk hukum tentunya sangat
berperan di sini.Sebagai lembaga negara maka pemerintah juga berperan dalam pembentukan
produk hukum yang sesuai dengan tujuan negara mulai dari undang-undang sampai peraturan
pelaksana dibawahnya. Dalam pelaksanaanya maka politik hukum sudah berperan dalam
penyeleggara negara bukan hanya kepada eksekutif saja namun juga legislatif dan yudikatif
hal ini terbuki dengan lahirnya undang-undang nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Sebenarnya undang undang tersebut
dalam bagian menimbangnya telah memberikan suatu argumentasi politik hukum yang nyata
dengan meyatakan bahwa penyelenggara negara mempunyai peranan penting dalam
mewujudkan tujuan negara dengan demikian perlu adanya asas penyeleggara negara agar
para penyeleggara negara dapat bekerja sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, hal ini
mengingat banyaknya praktek KKN yang dapat merusak kehidupan bernegara. Dari sinilah
sebenarnya sudah nampak bahwa peranan politik hukum dalam penyelenggaraan aparatur
negara yang bersih sudah terlihat.
Asas-asas diatas ini merupakan alternatif-alternatif yang tersedia bagi pemerintah dalam
perumusan kebijakan dan penyeleggaraan negara sehingga dengan mengakomodasi asas-asas
diatas dalam memproduksi suatu produk hukum maka diharapkan tujuan negara dan
pemerintahan yang bersih bisa terwujudkan.
Untuk menegakkan pemerintahan yang bersih, diperlukan :
1.      Nilai – nilai moralitas bagi para pejabat pemerintahan, seperti : kejujuran pada diri sendiri
dan orang lain, menjauhkan diri dari tindakan melanggar hokum, bersedia berkorban demi
kemuliaan lembaga dan masyarakatnya, keberanian membawa pesan-pesan moral dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pejabat.
2.      Adanya sebuah system politik dan hokum yang adil.
3.      Diperlukan kondisi dan mekanisme hubungan yang berpotensi menopang pertumbuhan
moralitas politik, sehingga budaya demokrasi perlu dikembangkan sehingga terwujud
pemerintahan yang demokratis.
Contoh Teladan Pemerintahan yang baik :
1.      Parlemen Eropa
Parlemen Eropa mengakui bahwa pola makan daging adalah sebab dari pemanasan
global, dan mereka akan mempertimbangkan untuk memotong subsidi untuk industri daging
dan memberikannya kepada para petani organik, dan sebagainya.
Meskipun tidak secepat yang saya inginkan, namun tampaknya masa yang kritis sedang
melakukan sesuatu karena ada banyak kemajuan yang telah terjadi.Beberapa pemimpin yang
berani dan heroik sedang membantu dalam membuat perubahan yang sangat menyentuh dan
menginspirasi.
Dan Jens Holm, Anggota dari Parlemen Eropa telah bekerja untuk memperjuangkan
tindakan-tindakan agar Uni Eropa merekomendasikan pengurangan daging untuk
mengecilkan emisi gas rumah kaca.
2.      Jerman
Menteri Lingkungan Jerman mengunjungi Brasil untuk membantu menetapkan
peraturan ketat untuk mencegah pembabatan hutan untuk daging yang diekspor ke Eropa.
3.      Irlandia
Banyak orang yang mengubah diri mereka menjadi petani organik saat ini. Di Irlandia,
Menteri Pertanian menulis kepada semua peternak di Irlandia untuk memberi tahu mereka
agar mengubah diri mereka menjadi petani organik, petani sayuran, dan bahkan mereka
menyubsidi mereka juga. Saat ini persentase peternak yang mengubah diri mereka menjadi
petani organik sangat besar.
C.    Pemerintahan Yang Demokratis
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno
pada abad ke-5 SM.Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Dari rakyat, artinya rakyat ikut berpatisipasi dalam membentuk pemerintahan. Oleh
rakyat, pada hakekatnya yang memerintah adalah rakyat, karena mereka yang duduk dalam
pemerintahan dipilih oleh rakyat dan merupakan wakil-wakil rakyat yang membawakan
aspirasi rakyat, Untuk rakyat, artinya pemerintahan harus berpihak pada rakyat,
mengedepankan kepentingan rakyat, berupaya memajukan kesejahteraan rakyat ( umum ).
Jadi yang dimaksud pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan yang memiliki
prinsip-prinsip demokrasi dan menegakan prinsip-prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Ciri-ciri Pemerintahan yang Demokratis :
1.         Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2.         Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
3.         Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4.         Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
5.         Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6.         Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.
7.         Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
8.         Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
9.         Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).
Sistem Pemerintahan yang Demokratis ada 3, yaitu :
1.      Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki
peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.Sistem parlemen dapat memiliki
seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya
pemerintahan.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari
dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering
dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan
kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari
beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam
sebuah republik kepresidenan.
Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala
pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan
kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial.Namun beberapa
sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala
negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.
Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:
a.       Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
b.      Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-undang.
c.       Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
d.      Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
e.       Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
f.       Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

2.       Sistem Pemerintahan Terpimpin


Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden
Soekarno.DemokrasiTerpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam
pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November1956.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasiterpimpin oleh Presiden Soekarno :
a.       Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi liberal,
menyebabkan ketidakstabilan negara.
b.      Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal
menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara
utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
c.       Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.

3.       Sistem Pemerintahan Liberal


Demokrasi liberal (ataudemokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang melindungi
secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.Dalam demokrasi liberal,
keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada
sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-
pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu
seperti tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas
teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau.
Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang
dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional
umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat
di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada.Konstitusi yang dipakai dapat
berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania
Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem
presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania
Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).
D.    Syarat – Syarat Adanya Pemerintahan Bersih dan Demokratis
Mengapa penyakit korupsi di negeri ini begitu sulit diberantas?Dan mengapa sulit sekali
untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih.Sudah berbagai analisis dan forum digelar
untuk membahas hal tersebut, namun dalam kenyataanya bukannya menurun malah dari
tahun ke tahun peringkat kita sebagai negara korup di dunia cenderung naik.Masalah korupsi
ini betul-betul telah membuat berbagai elemen bangsa ini hampir frustasi.Sudah banyak
anggota masyarakat yang putus asa dan bersikap apatis terhadap masalah tersebut dan
meyakini bahwa menghilangkan korupsi di Indonesia adalah suatu hal yang mustahil.
Adapun syarat adanya pemerintahan yang bersih adalah sebagai berikut:
1.      Kemauan politik ( Politic Will ) dari pemimpin eksekutif tertinggi di negeri ini, dalam hal ini
presiden. Kemauan yang sangat kuat dan tindakan nyata yang dilakukan oleh presiden serta
tauladan yang ditunjukkannya dalam menanggulangi masalah korupsi ini jelas sangat
berpengaruh terhadap para gubernur dan jajaran pmpinan eksekutif dibawahnya.
2.      Adanya kemauan keras dari pihak masyarakat dan dunia bisnis untuk menghilangkan budaya
korupsi, kolusi secara nyata,yakni dengan melakukan bisnis dan kegiatan lainnya secara
bersih dan tanggung jawab.
3.      Secara sturktural, lembaga-lembaga pemberantasan korupsi yang terbentuk perlu
diperdayakan secara maksimal.
4.      Gerakan moral dan budaya anti korupsi yang dirancangkan Muhammadiyah dan NU harus
terus diperbesar ekskalasinya mampu menembus relung-relung moral masyarakat.
5.      Secara politis perlu dibangun suatu budaya politik yang lebih santun dan bersih.
Sistem demokrasi menjadi sistem paling ideal untuk kemajuan sebuah bangsa sebagai
tatanan sosial politik yang paling ideal, demokrasi agaknya juga merupakan prestasi tinggi
dalam sejarah pemikiran manusia.Tidak mudah bagi sebuah negara jika menginginkan
disebut “negara demokratis”, ada banyak syarat yang mesti dipenuhi terlebih dahulu. Syarat-
syarat pemerintahan yang demokratis tersebut antara lain adanya:
1.      Pemilihan umum kepala pemerintahan
2.      Pemilihan perangkat legislatif
3.      Multi partai politik
4.      Kebebasan beragama
5.      Perlindungan Hak Asasi Manusia
6.      Pemilihan umum yang bebas ( general elaction )
7.      Pengakuan hak minoritas
8.      Musyawarah
9.      Persetujuan perlemen ( dalam setiap kebijakan pemerintahan),dll.
E.     Moralitas Politik dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang telah disahkan sebagai dasar
negara adalah merupakan suatu kesatuan utuh nilai-nilai budi pekerti atau moral.Oleh karena
itu Pancasila dapat disebut sebagai moral bangsa Indonesia.Bangsa Indonesia telah menegara
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dengan demikian Pancasila juga merupakan
moral negara, yaitu moral yang berlaku bagi negara.
Selain itu Pancasila merupakan gagasan fundamental tentang kehidupan manusia, dimana
nilai-nilai tersebut melekat pada kodrat setiap individu.Dari sebab itu kelima nilai Pancasila
itu berlaku bagi perseorangan maupun sebagai masyarakat.
Secara etimologis Pancasila berarti lima asa kewajiban moral. Yang dimaksud dengan
moral ialah keseluruhan norma dan pengertian yang menentukan baik atau buruknya sikap
dan perbuatan manusia. Yang dimaksudkan dengan norma adalah prinsip atau kaidah yang
memberikan perintah kepada manusia untuk melakukan sesuatu atau suatu larangan bagi
manusia untuk melakukan suatu perbuatan.Dengan memahami norma-norma, manusia akan
tahu apa yang harus atau wajib dilakukannnya dan apa yang harus dihindari. Jika manusia
mematuhi perintah norma disebut baik, sebaliknya jika melanggar disebut jahat.
Terdapat hubungan antara nilai dengan norma. Norma atau kaidah adalah aturan pedoman
bagi manusia dalam berprilaku sebagai perwujudan dari nilai. Nilai yang abstrak dan
normative dijabarkan dalam wujud norma. Sebuah nilai mustahil dapat menjadi acuan
berprilaku kalau tidak diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan demikian pada dasarnya
norma adalah perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma, nilai tidak bisa praksis artinya
tidak mampu berfungsi konkrit dalam kehidupan sehari-hari.Akhirnya yang tampak dalam
kehidupan dan melingkupi kehidupan kita adalah norma.
Norma yang kita kenal dalam kehidupan shari-hari ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut :
1.       Norma Agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma kepercayaan dan
keagamaan ditunjukkan kepada kehidupan beriman.Norma ini ditujukan terhadap kewajiban
manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri. Sumber norma ini adalah ajaran-ajaran
kepercayaan atau agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah
Tuhan.Tuhanlah yang mengancam pelanggaran-pelanggaran norma kepercayaan atau agama
itu dengan sanksi.
2.       Norma Moral (Etika)
Norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etka atau budi pekerti . Norma
moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana kita
menilai seseorang.Norma kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena
menyagkut kehidupan pribadi.
3.      NormaKesopanan
Norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun, tata karma atau
norma fatsoen. Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan atau kepantasan
yang berlaku dalam masyarakat. Daerah berlakunya norma  kesopanan itu sempit , terbatas
secara lokal atau pribadi. Sopan santun di suatu daerah tidak sama dengan daerah lain.
Berbeda lapisan masyarakat, berbeda pula sopan santunnya. Sanksi atas pelanggaran norma
kesopanan berasal dari masyarakat setempat.
4.      NormaHukum
Norma hukum berasal dari luar diri manusia.Norma hukum berasal dari kekuasaan luar
diri manusia yang memaksakan kepada kita.Masyarakat secara resmi (negara) diberi kuasa
untuk member sanksi atau menjatuhkan hukuman.Dalam hal ini pengadilanlah sebagai
lembaga yang mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.
Sebagai seperangkat nilai dasar, Pancasila harus dijabarkan kedalam norma agar praksis
dalam kehidupan bernegara. Norma yang tepat sebagai penjabaran atas nilai dasar Pancasila
tersebut adalah norma etik dan norma hukum. Pancasila dijabarkan sebagai norma etik karena
pada dasarnya nilai-nilai dasar Pancasila  adalah nilai-nilai moral. Jadi, Pancasila menjadi
semacam etika perilaku para penyelenggara negara dan masyarakat Indonesia agar sejalan
dengan nilai normative Pancasila itu sendiri.
Pengalaman sejarah pernah menjadikan Pancasila sebagai semacam norma etik bagi
perilaku segenap warga negara bangsa. Yaitu Ketetapan MPR No.II/MPR/1998 tentang P4
dapat dianggap sebagai etika sosial dan etika politik bagi bangsa Indonesia atas nilai-nilai
Pancasila. Penataran P4 dan segala atributnya dianggap gagal bukan karena kesalahan nilai
dan norma dari Pancasilanya tetapi cara pendekatannya yang indoktrinatif dan
monolitik.Terlebih lagi penataran P4 terkesan bukan untuk penyelenggara negara tapi
dipaksakan pada warga. Justru para penyelenggara negaralah yang seharusnya memiliki nilai
dan norma. Bernegara karena merekalah yang menyelanggarakan negara dan menjadi contoh
bagi bagi rakyatnya. Para pejabat negara  malahan banyak menyimpang dari apa yang
dipidatokan kepada warga negara.
Di era sekarang ini tampaknya kebutuhan akan norma etik untuk kehidupan bernegara
masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Etika kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat ini bertujuan untuk :
1.      Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dan berbagai aspek.
2.      Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
3.      Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasayarakat.
F.     Macam-macam Sistem Pemerintahan
Istilah Sistem Pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “sistem” dan
“pemerintahan”.Sistem berarti keseluruhan  yang terdiri dari beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian, maupun hubungan
fungsional  terhadap keseluruhannya  sehingga hubungan tersebut tidak menimbulkan suatu
ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya  jika salah satu bagian tidak bekerja
dengan baik maka akan mempengaruhi keseluruhannya itu. Pemerintahan adalah segala
urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara itu sendiri. Dengan demikian sistem pemerintahan adalah hubungan antar
lembaga negara dalam menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan
negara itu sendiri dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.Menurut
Moh.Mahfud MD, Sistem pemerintahan negara adalah mekanisme kerja dan koordinasi atau
hubungan antara ketiga cabang kekuasaan yaitu legislatif,eksekutif dan yudikatif.
Ada beberapa sistem pemerintahan yang dianut negara-negara di dunia,misalnya saja
sistem yang sering dianut oleh negara demokrasi adalah sistem presidensial dan sistem
parlementer.Di dalam studi ilmu negara dan ilmu politik sendiri sering dikenal adanya tiga
sistem pemerintahan yaitu presidensial,parlementer,dan referendum.
1.      Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem presidensial merupakan sistem pemerintahan negara republik dimana kekuasaan
eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif.
Dalam sistem presidensial  secara umum dapat disimpulkan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a.       Kepala negara sekaligus menjadi kepala pemerintahan (eksekutif)
b.       Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Pemerintah dan parlemen
mempunyai kedudukan yang sejajar.
c.       Menteri-menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden.
d.      Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif
e.       Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
f.       Kekuasaan eksekutif  tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
g.      Masa jabatan Presiden & Wakil Presiden tertentu, misalnya 5 tahun.
Kelebihan sistem pemerintahan presidensial :
a.       Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
b.      Masa Jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
c.       Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
d.      Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar
termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekurangan sistem presidensial :
a.       Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak.
b.      Sistem pertanggung jawaban kurang jelas.
c.       Pembuatan keputusan  atau kebijakan publik pada umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas.
d.      Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama

2.      Sistem Pemerintahan Parlementer


Sistem Parlementer adalah sistem pemerintahan dimana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan.Sistem ini merupakan kelanjutan dari bentuk monarchi
Konstitusional,artinya kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi.Prinsip utama sistem ini adalah
adanya fusi kekuasaan eksekutif.Antara Eksekutif dan Legislatif  terdapat hubungan yang
menyatu dan tak terpisahkan (fusi). Di Inggris,Kepala Eksekutif adalah Perdana Menteri
sedangkan Kepala Negara adalah Ratu Inggris.
Ciri-ciri sistem parlementer :
a.       Kepala negara tidak berkedudukan sebagai kepala pemerintahan karena lebih bersifat simbol
nasional.
b.      Pemerintahan dilakukan oleh sebuah kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri.
c.       Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-undang.
d.      Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non departemen
e.       Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
f.       Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
g.      Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif
Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen melalui mosi. Untuk mengatasi kelemahan
sistem parlemen yang terkesan mudah jatuh bangun, maka kabinet dapat meminta kepada
Kepala negara  untuk membubarkan parlemen (DPR) dengan alasan yang sangat kuat
sehingga parlemen dinilai tidak representatif
Kelebihan sistem Pemerintah Parlementer :
a.       Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutif dan legislatif.
b.      Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
c.        Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehinggan kabinet lebih
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:
a.       Kedudukan badan eksekutif / kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen
sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
b.      Kelangsungan kedudukan badan Eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai
dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
c.       Kabinet dapat mengendalikan parlemen.
d.      Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Selain di Inggris,sistem parlementer juga dipraktekkan di beberapa negara seperti
Belanda, Belgia, Swedia,Muangthai, dan India.

3.      Sistem Pemerintahan Referendum


Dalam sitem referendum badan eksekutif merupakan bagian dari legislatif. Badan
eksekutif yang merupakan bagian dari legislatif adalah badan pekerja legislatif.Artinya dalam
sistem ini badan legislatif membentuk sub badan di dalamya sebagai pelaksana tugas
pemerintah.Kontrol terhadap badan legislatif di dalam sistem ini dilakukan langsung oleh
rakyat melalui lembaga referendum.
Pembuat Undang-Undang dalam sistem ini diputuskan langsung oleh seluruh rakyat
melalui dua macam  mekanisme,yaitu:
a.       Referendum Obligator yaitu referendum untuk menentukan disetujui atau tidaknya oleh
rakyat tentang berlakunya suatu peraturan atau Undang-undang yang baru. Referendum ini
disebut referendum wajib.
b.      Referendum fakultatif, yaitu referendum untuk menentukan apakah suatu peraturan atau
Undang-Undang yang sudah ada tetap untuk terus diberlakukan ataukah harus
dicabut.Referendum ini merupakan referendun tidak wajib.
Dalam prakteknya sistem yang sering dipakai oleh negara-negara adalah sistem
presidensial atau sistem parlementer.Seperti halnya Indonesia yang pernah menerapkan kedua
sistem itu.Sebelum Perubahan UUD 1945 Indonesia menganut sistem presidensial,namun
penerapannya tidak murni / bisa dikatakan “quasi presidensial”. Mengingat presiden adalah
sebagai mandataris MPR yang konsekuensinya harus bertanggung jawab kepada
MPR  (parlemen), namun setelah perubahan UUD1945,indonesia menganut sistem
Pemerintah Presidensial secara murni karena presiden bertanggung jawab kepada MPR
(parlemen).
G.    Peranan Partai politik dalam Kehidupan Bernegara
Menurut Mac Iver, partai politik adalah “suatu kumpulan terorganisasi untuk menyokong
suatu prinsip atau kebijaksanaan (policy) yang oleh perkumpulan itu diusahakan dengan cara-
cara sesuai dengan konstitusi atau Undang-undang agar menjadi penentu cara melakukan
pemerintahan”.Perkumpulan-perkumpulan itu diadakan karena adanya kepentingan
bersama.Oleh karena itu seringkali suatu perkumpulan atau ikatan diadakan untuk memenuhi
atau mengurus kepentingan bersama dalam masyarakat. Selain mempunyai kepentingan
bersama, suatu perkumpulan khususnya partai politik, akan muncul karena anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
Suatu partai politik dapat timbul karena :
1.      Sekumpulan orang bersama-sama mencintai orang atau keturunan dari orang tertentu dan
melahirkan partai. Misalnya partai raja, Partai Bonaparte, namun partai-partai ini sudah
hamper tidak ada di jaman sekarang ini.
2.      Sekumpulan orang mempunyai kepentingan yang sama seperti partai buruh, partai tani, dan
lain sebagainya.
3.      Adanya asas dan cita-cita politik yang sama seperti partai nasionalis, partai komunis dan lain
sebagainya.
4.      Adanya persamaan dalam kepercayaan seperti partai islam, partai Katolik dan lain-lain.
Warga Negara yang telah dewasa atau dianggap dewasaseringkali terlibat dalam kegiatan-
kegiatan politik, seperti kegiatan memilih dalam pemilihan umum, menjadi anggota golongan
politik seperti anggota partai, duduk dalam dewan perwakilan rakyat, berkampanye dan lain
sebagainya.Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan suatu bentuk partisipasi
politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui turut serta dalam proses
pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta dalam pembentukan kebijaksanaan
umum.
Ahli lain yaitu Sigmund Neumann mengemukakan bahwa partai politik adalah organisasi
dari aktivitas – aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta
merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang
lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
Dalam Negara-negara demokratis, partai politik berfungsi sebagai :
1.      Sarana komunikasi politik
2.      Sarana sosialisasi politik
3.      Sarana pengangkatan anggota politik
4.      Sarana pengatur konflik
Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (rule) yang sangat penting dalam
setiap sistem demokasi.Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara
proses-proses pemerintahan dengan warga negara.Bahkan banyak yang berpendapat bahwa
partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi.Karena itu partai politik merupakan
pilar yang penting untuk diperkuat derajat pelembagaanya dalam sistem politik yang
demokratis. Bahkan, oleh Schattscheider dikatakan pula, “Modern democracy is unthinkable
save in terms of the parties”.
Dalam ranah politik, banyak sekali masalah-masalah yang muncul. Untuk mengatasi
berbagai potensi buruk partai seperti di atas, diperlukan beberapa mekanisme penunjang,
antara lain:
1.      Mekanisme internal yang menjamin demokratisasi melalui partisipasi anggota partai politik
itu sendiri dalam proses pengambilan keputusan.
2.      Mekanisme keterbukaan partai melalui mana warga masyarakat di luar partai dapat ikut serta
berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui dan oleh partai
politik.
3.      Penyelenggaraan negara yang baik dengan makin meningkatkan kualitas pelayanan publik
(public services), serta keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan dalam kegiatan
penyelenggaraan negara.
4.      Berkembangnya pers bebas semakin professional dan mendidik sebagai saluran komunikasi
massa yang menjangkau sasaran yang sangat luas.
5.      Kuatnya jaminan kebebasan berpikir (freedom of thought), dan berekspresi (freedom of
expression), serta kebebasan untuk berkumpul dan berorganisasi secara damai (freedom of
peaceful assembly and association).
Selain itu dalam penguatan peran partai politik guna mewujudkan local good governance,
harus didukung dengan program-program aksi reformasi yang meliputi:
1.      Restrukturisasi partai politik adalah melakukan perubahan dan/atau penyesuaian struktur
politik yang berkaitan erat dengan peran partai politik. Restrukturisasi partai politik  harus
terus digulirkan agar orientasi kedaerahan, agama, ras, dan golongan makin lama makin
mencair dan mengkristal menjadi orientasi kebangsaan dalam bingkai persatuan dan
kesatuan. Restrukturisasi partai politik sedemikian rupa sehingga atas dasar kesadaran dan
instropeksi atas diri dan eksistensinya, semua partai akan berkembang ke arah peningkatan
kualitas kapasitas dan perannya, dan menuju pada jumlah partai politik yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi politik rakyat.
2.      Refungsionalisasi yaitu menfungsikan kembali lembaga negara dan lembaga-lembaga politik,
serta kemasyarakatan sesuai dengan fungsi dasarnya, yang meliputi :
a.       Memberikan peluang kepada masyarakat untuk bersikap kritis, agar dapat mengontrol sepak
terjang partai politik untuk lebih mempertajam fungsinya sebagai wadah saluran aspirasi
politik rakyat.
b.       Menciptakan kondisi yang kondusif bagi persaingan yang sehat diantara partai politik.
3.      Revitalisasi,  yaitu menyusun skala prioritas permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia
dengan mengedepankan dan memprioritaskan persatuan dan kesatuan di atas kepentingan
yang lain. Upaya revitalisasi ini antara lan:
a.       Terlaksananya konsolidasi organisasi secara secara bebas tanpa campur tangan pemerintah
atau pihak lain yang tidak kompeten.
b.       Kemampuan dedikasi serta loyalitas yang tinggi dalam diri setiap pemimpin organisasi, serta
didukung moral dan etika setiap anggota.
c.        Perlu adanya keteladanan dari pimpinan partai politik yang merupakan motor penggerak di
dalam pencapaian tujuan organisasi, dalam arti pola piker, sikap dan pola tindak harus dapat
menjadi cermin untuk seluruh anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai