Anda di halaman 1dari 20

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

● Asas - Asas
a. Asas Preasumtio iustae causa, Asas Praduga rechtmatigàSetiap Tindakan
penguasa selalu harus dianggap rechmatig sampai ada pembatalannya,
sehingga gugatan tidak menunda pelaksanaan KTUN yang digugat.
b. Asas Keaktifan Hakim ( dominus litis )àUntuk mengimbangi kedudukan
para pihak
c. Asas Pembuktian Bebasàhakim yang menetapkan beban pembuktian
d. Asas erga omnesàputusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat
● Asas keaktifan hakim → Untuk mengimbangi para pihak, karena satu sisi ada dari pihak
perdata dan sisi lain pejabat TUN yang notabene masih berkuasa. Peran hakim sangat
berpengaruh.
● Pembuktian PTUN menggunakan pembuktian yang bebas, yaitu tidak ada yang terpaku
pada alat bukti yang diberikan oleh satu pihak.
● Asas mempunyai kekuatan yang memikat pihak lain yang terkait dengan perkara tersebut.
Hukum Tata Usaha Negara ialah Himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi
sebab maka negara berfungsi (beraksi), peraturan peraturan itu mengatur
hubungan-hubungan antara tiap-tiap warga negara dengan pemerintahnya. Jika kita
simpulkan definisi dari De La Bassecour Caan ini dapat ditarik pengertian :
1. Hukum Tata Usaha Negara menjadi sebab maka negara berfungsi dan beraksi.
2. Hukum Tata Usaha Negara mengatur hubungan antara warga negara dengan
pemerintah
23/08/2022
KOMPETENSI PTUN
● Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi dalam kekuasaan :
1. Kehakiman atribusi (atributie van rechtmacht)
2. Kehakiman distribusi (distributie van rechtmacht)
❖ Kompetensi absolut / atribusi kekuasaan kehakiman (kewenangan mutlak) adalah :
kewenangan badan peradilan di dalam memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak
tidak dapat diperiksa oleh badan peradilan lainnya. Kompetensi absolut ini biasanya
tergantung pada isi gugatan dan nilai dari gugatan. (Pasal 47àSengketa TUN)
❖ Kompetensi relatif / distribusi kekuasaan kehakiman (kewenangan nisbi) adalah bahwa
sesuai asas Actor Sequitur Forum Rei (yang berwenang adalah pengadilan tempat
kedudukan tergugat), maka pengadilan yang berwenang mengadili sengketa TUN adalah
PTUN yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat), maka pengadilan yang
berwenang mengadili sengketa TUN adalah PTUN yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan tergugat (Pasal 54 ayat (1))

*PTTUN hanya terbatas di Ibu Kota Provinsi


- Jawa Timur à Surabaya
- Jakarta
- Sulawesi SelatanàMakassar
- Sumatera UtataàMedan
*PTUN berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota
Kompetensi Absolut
Pasal 47 → Sengketa Tata Usaha Negaraà Pasal 1.4 → 1. Bidang Tata usaha negara
2. Antara orang/badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara
3. Akibat KTUN termasuk sengketa kepegawaian
Pasal1.3+Pasal3-Pasal2 →KTUN
TAHAP 1
Panitera
Tahap Penelitian Administrasi :
A. Di daftar
B. Dapat nomor register
C. Ditelitiformal
Ketua
1. Penetapan Dismissal (Pasal 62)
2. Penetapan Penundaan (Pasal 67)
3. Penetapan Acara cuma cuma (Pasal 60/61)
4. Penetapan Acara Cepat (Pasal 98/99)
5. Penetapan Acara Biasa
PERBEDAAN ACARA CEPAT DAN ACARA SINGKAT
Acara singkat adalah prosedur acara yang dipergunakan untuk memeriksa perlawanan dari
penggugat terhadap penetapan ketua pengadilan dalam prosedur dismisal.
Acara Cepat (Versnedle Behandeling)
1. Kepentingan mendesak
2. Menyelesaikan pokok sengketa
3. Bentuk akhir : Putusan (Vonis)

Acara Singkat (Kortgeding)


1. Perlawanan
2. Penundaan pelaksanaan KTUN
3. Tidak untuk menyelesaikan pokok
sengketa
4. Bentuk akhir : penetapan
PERBEDAAN ACARA CEPAT dan ACARA BIASA
Apabila terdesak kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harus disimpulkan
dari alasan-alasan permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada
pengadilan agar pemeriksaan sengketa dapat dipercepat (Pemeriksaan dan putusan)
Acara Biasa Pasal 68
1. Diawali dengan pemeriksaan persiapan
2. Majelis hakim (3 orang)
Acara Cepat Pasal 98
4. Tidak ada pemeriksaan
5. Hakim tunggal
6. Waktu dipercepat
Proses Acara Cepat (Pasal 98)

HUKUM ACARA PTUN, DIBEDAKAN :


❖ HukumAcaraMateriil:
1. Kompetisi PTUN (absolut dan relative)
2. Hak gugat, yang memiliki hak gugat adalah orang yang merasa dirugikan
dengan adanya KTUN
3. Tenggang waktu menggugat
4. Alat bukti
❖ HukumAcaraFormil:
1. Acara Biasa
2. Acara Cepat
3. Acara Singkat
PASAL 2 UU PTUN
Tidak termasuk dalam pengertian KTUN adalah :
★ KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata
★ KTUN yang merupakan perbuatan yang bersifat umum
★ KTUN yang masih menentukan persetujuan
★ KTUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP dan KUHAP atau peraturan
perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana
★ KTUN yang dikeluarkan atas hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
★ KTUN mengenai tata usaha TNI
★ Keputusan komisi pemilihan umum baik dipusat maupun didaerah menganai hasil
pemilihan umum.
PASAL 3
(1) Apabila badan atau pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu
menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan KTUN
(2) Jika suatu badan atau pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon,
sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan data peraturan perundang-undangan
dimaksud telah lewat, maka badan atau pejabat TUN tersebut dianggap menolak
mengeluarkan keputusan dimaksud.
(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam (2), maka setelah lewat jangka waktu empat bulan
sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat TUN yang bersangkutan dianggap telah
mengeluarkan keputusan penolakan.
PENGERTIAN :
Pasal 1.1 : TUN adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun daerah
Pasal 1.2 : Badan atau Pejabat TUN adalah Badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 1.3 : KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
tun yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang

berlaku , yang bersifat konkrit, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
Pasal 1.4 : Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang
atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat TUN, baik dipusat maupun didaerah,
sebagai akibat dikeluarkannya KTUN, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Karakteristik PTUN
1. Asas praesumptio iustae causa / legalitas formal
2. Asas pembuktian bebas → Untuk menemukan pembuktian yg materiil maka asas
pembuktiannya bebas terbatas dengan asas perundang-undangan. Hakim tidak terpaku
pada alat bukti yang diajukan oleh para pihak. Namun jika hakim merasa alat bukti yang
penting belum ada, maka hakim akan meminta.
3. Asas keaktifan hakim (dominus litis) → Asas ini untuk mengimbangi kedudukan para
pihak karena disatu sisi kedudukan tergugat adalah orang/badan, sisi lainnya
penggugat/tergugat memiliki jabatan yang lebih tinggi. Sehingga hakim disini akan
menentukan dan apa saja yang berhak ditentukan.
4. Asas putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat “erga omnes” → Tidak saja
mengikat para pihak yang berperkara, namun bisa mengikat pihak lain yang bisa berkaitan
dengan perkara tersebut.
KONSEP
→ Bruggink yaitu gambaran yang ada dalam pikiran bila menemukan suatu penamaan
atau obyek tertentu.
Contoh :
Wewenang (Bevoegdheid), diskresi (Beleidsvrijheid), perlindungan hukum (recht-
bescherming), penyalahgunaan wewenang (DDP), penegakkan hukum (legal enforcement).
- Diskresi adalah pilihan-pilihan ganda dalam pemilihan tindakan pemerintahan, tidak semua
tindakan pemerintahan dapat mengeluarkan diskresi.
- Perlindungan hukum berkaitan dengan HAM masyarakat yaitu melindungi masyarakat dan
pemerintah.
- Penyelahgunaan wewenang yaitu menggunakan wewenang dengan tujuan lain.
- Konsep campur aduk wewenang tidak ada dalam hukum
- Ex falso quo libet (salah konsep salah kesimpulan) → Norma terdiri dari rangkaian
konsep
KARAKTER
Karakter acara PTUN di dalam kajian hukum admnistrasi :
1. Contentieux proses recht

Menyangkut proses litigasi yaitu melakukan gugatan ke pengadilan tata usaha negara,
setelah prosedur bezwaar dan administrasi beroep tidak dapat menyelesaikan masalah 2.
Non Contentiaux proses recht
Yaitu prosedur hukum (pemerintahan) yang tidak melalui gugatan ke pengadilan atau litigasi,
tetapi melalui prosedur pemerintahan. Contoh : sumbangan, perizinan, perlindungan hukum,
dll.
SUBSTANSI
Substansi di dalam hukum acara peradilan TUN menyangkut objek gugatan yaitu semua hal
yang berkaitan dengan PTUN. Dalam kajian hukum administrasi berkaitan dengan substansi
misalnya pandangan dari Schwartz ; H. B. Jacobini, Wade
Wade Mengatakan : Administrative law is oncerned with the nature of powers of public
authorities and espically with the manner of their exercise. It also the law relating to the
control of governmental power and general principles which govern the exercise of powers
and duties by public authorities.
*Vide UU NO 5 Tahun 1996 dengan perubahannya dan UU No.30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lihat Pasal 87 butir a)
JENIS
1. Hukum acara, materiil
- Kompetensi absolut dan relatif
- hak gugat
- tenggang waktu menggugat (Pasal 55)
- Alasan menggugat (Pasal 53 ayat 2)
- Beroeps Groden
- Alat bukti (Pasal 100)
2. Hukum acara formal
- Acara biasa (pasal 68)
● Diawali dengan pemeriksaan persiapan
● Majelis hakim 3 orang Tahapan penanganan sengketa adalah :
a. Prosedur dismissal (Pasal 62) → Pemeriksaan administratif untuk menentukan diterima /
atau tidaknya suatu gugatan
b. Pemeriksaan persiapan (Pasal 63) → untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas
c. Pemeriksaan disidang pengadilan
- Acara cepat (Pasal 98, 99)
● Tidak ada pemeriksaan persiapan
● hakimnya tunggal

● waktu dipercepat
● menyelesaikan pokok sengketa
● bentuk akhir : putusan atau vonis
- Acara Singkat (kortgeding) → fungsinya untuk perlawanan
● Perlawanan (Pasal 62 ayat (4))
● Penundaan pelaksanaan TUN (Pasal 67 ayat 2,3,4)
● Tidak untuk menyelesaikan pokok sengketa
● bentuk akhir : penetapan
30/8/2022
Hukum Acara Materiil :
- Kompetensi PTUN
- Hak Gugat (orang yang merasa dirugikan atau dengan dikeluarkannya keputusan yang
menimbulkan hukum maka memiliki hak gugat)
- Tenggang Waktu menggugat
- Alat Bukti
Hukum Acara Formil :
- Acara Biasa → Acara Formal
- Acara Cepat
- Acara Singkat
PROSES GUGATAN FORMAL
1. Gugatan bedasarkan Pasal 56 (Dilampiri Surat Kuasa)
2. Panitera dengan membayar uang muka perkara
3. Diberikan Nomor register
4. Pasal 62 diperiksa oleh :
- Staff panitera
- Ketua Pengadilan
- Hakim - Hakim
5. Resume Perkara

KOMPETENSI PTUN
❖ Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi dalam kekuasaaan :
- Kehakiman Atribusi (Atributie Van Rechmacht)
- Kehakiman Distribusi (Distributie Van Rechmacht)
1. Kompetensi Absolut → Kekuasaan kehakiman (kewenangan mutlak) adalah kewenangan
badan peradilan di dalam memeriksa jenis perkara tertentu dan peradilan didalam
memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan
peradilan lainnya. Kompetensi Absolut ini biasanya tergantung pada isi gugatan dan nilai isi
gugatan.
2. Kompetensi Relatif / distribusi kekuasaan kehakiman (kewenangan nisbi) → Bahwa
sesuai asas Actor Sequiatur Forum Rei (yang berwenang adalah pengadilan tempat
kedudukan tergugat), maka pengadilan yang berwenang mengadili sengketa TUN adalah
PTUN yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat (Pasal 54 (1) PTUN)
EKSEPSI
➔ Eksepsi (Pasal 77) adalah Tangkisan di luar hal-hal pokok perkara sehingga gugatan
dinyatakan tidak dapat diterima
➔ Eksepsi absolut menyangkut 2 hal yaitu :

1. Kompetensi Absolut → Dapat diajukan setiap waktu wajib selama pemeriksaan masih
berjalan dan menyatakan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkara tersebut
2. Kompetensi Relatif → Diajukan sebelum disampaikan jawaban atas pokok perkara.
Eksepsi ini harus diputus sebelum pokok perkara (sengketa) diperiksa.
➔ Eksepsi Relatif adalah tangkisan mengenai hal-hal kekurangan / kesalahan mengenai hal
pembuatan gugatan. Misalnya obyek gugatan bukan obyek TUN, identitas para pihak tidak
lengkap, gugatan kabur, dan kadaluarsa
TENGGANG WAKTU PENGAJUAN GUGATAN
➢ Pasal 55 - - - - - - - 90 hari terhitung sejak diterimanya atau diumumkannya KTUN
➢ Ketentuan Pasal 55 tersebut hanya berlaku dalam hal KTUN sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 ayat 3
➢ Kaitannya dengan Pasal 3 :
1. 90 Hari sejak pejabat tidak mengeluarkan KTUN
2. Sejak tanggal permohonan + jangka waktu ditambah 90 hari
3. Sejak tanggal permohonan + 4 bulan ditambah 90 hari
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA TUN (sengketa dalam TUN harus melewati
administrasi terlebih dahulu. Upaya administratifnya berupa pengajuan keberatan terhadap
sesuatu.
1. Upaya Administratif (Pasal 48)
Adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang badan hukum perdata apabila
tidak puas terhadap suatu KTUN yang dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri
Upaya Administratif terdiri atas dua (2) macam prosedur :
1. Badan Administratif, yakni penyelesaian sengketa TUN secara administratif yang
dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari menyelenggarakan keputusan
yang bersangkutan
2. Keberatan, yakni penyelesaian sengketa TUN secara administratif yang dilakukan
sendiri oleh badan atau pejabat TUN yang menyelenggarakan keputusan itu
Dalam hal semua prosedur upaya administratif yang tersedia sudah dilalui & masih
ada ketidakpuasan maka sengketa tersebut dapat terselesaikan ke PTUN yang merupakan
Pasal 51 (3) bertugas memeriksa, memutus, & menyelesaikan di tingkat I.

31/08/2022 TENGGANG WAKTU PENGAJUAN GUGATAN


I. Konsep Gugatan
● Dalam pasal 1 angka 5 undang-undang Nomor 5 tahun 1986 tentang PTUN jo
Undang-undang nomor 51 tahun 2009 tentang perubahan kedua tentang PTUN
● Pasal 1 Angka 11 menyatakan bahwa gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan
terhadap badan atau pejabat tata usaha negara yang diajukan ke pengadilan untuk
mendapat putusan
● Sedangkan pengadilan yang dimaksud adalah Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
dan/atau pengadilan tinggi tata usaha negara dilingkungan peradilan tata usaha negara
(Pasal 1 angka (7))
II. Landasan Hukum Pengajuan Gugatan
Dalam Pasal 53 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
→ Ayat (1) menyatakan : Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan
yang berwenang.
Berisi Tuntutan agar KTUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah dengan
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi
→ Ayat (2) menyatakan alasan-alasan yang dapat digunakan dalam pengajuan
gugatan adalah :
a. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
b. Badan atau pejabat yang menerbitkan KTUN yang dimaksud ayat (1) telah menggunakan
wewenangnya untuk tujuan yang lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut
c. Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan semua kepentingan
seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak
Ketentuan Pasal ini dirubah oleh undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 yang menetapkan
→ Pasal 53 ayat (1) : Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak
sah dengan atau sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan semua
kepentingan seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak.
→ Pasal 53 ayat (2) : Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik
Didalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang PTUN dinyatakan bahwa
gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu pengajuan gugatan dibedakan atas :
1. Pihak yang dituju dengan diterbitkannya suatu KTUN (pihak kedua), bagi pihak kedua ini,
tenggang waktu pengajuan gugatan dihitung sampai dengan 90 hari sejak KTUN itu diterima
2. Baik pihak ketiga yang berkepentingan, maka tenggang waktu pengajuan gugatan
dihitung sampai dengan 90 hari sejak KTUN itu diumumkan.
III. Batasan atau Waktu Pengajuan Gugatan
● Berdasarkan ketentuan Pasal 55 maka batasan pengajuan gugatan itu adalah 90 hari
sejak saat KTUN itu diterima atau 90 hari sejak KTUN diumumkan
● Pertanyaan hukumnya, kapan suatu KTUN diumumkan? Sehingga pihak ketiga yang
berkepentingan dianggap mengetahui terbitnya suatu KTUN. Pada awalnya belum ada
ketentuan yang pasti tentang tata cara pengumuman suatu KTUN, di beberapa ketentuan
memang ada, misalnya Hinder ordonasi tahun 1926 menentukan untuk melakukan atau
menerbitkan pengumuman sebelum suatu rencana kegiatan dilaksanakan.
● Berdasarkan SEMA No.2 Tahun 1991 ditentukan bahwa bagi pihak ketiga yang tidak dituju
oleh KTUN tersebut, perhitungan 90 hari sejak yang bersangkutan mengetahui adanya
KTUN tersebut dan merasa kepentingannya dirugikan oleh KTUN tersebut. → Dalam
perjalanan waktu sema tersebut dipandang tidak sesuai dengan asas kepastian hukum.
● Didalam undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik juga
mengatur mengenai adanya asas keterbukaan yang menuntut untuk diumumkannya suatu
tindakan atau suatu kegiatan pemerintahan dalam rangka melaksanakan asas keterbukaan.
● Berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan :
- Pasal 60 ayat (1) Keputusan memiliki daya mengikat sejak diumumkan atau diterimanya
keputusan oleh pihak yang disebutkan dalam keputusan
- Pasal 62 ayat (4) menyatakan keputusan yang diumumkan melalui media cetak, media
elektronik, dan/atau media lainnya mulai berlaku paling lama 10 hari kerja terhitung sejak
ditetapkan
IV. Akibat hukum Pengajuan gugatan yang lewat waktu (Verjaar)
1. Gugatan Prematur
Adalah gugatan yang dilakukan sebelum waktunya terpenuhi atau waktunya terlalu dini.
2. Gugatan lewat waktu

Didalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang PTUN telah disebutkan dalam
ketentuan Pasal 55 bahwa pengajuan gugatan adalah 90 hari sejak keputusan diterima bagi
pihak kedua dan 90 hari sejak KTUN itu diumumkan bagi pihak ketiga yang berkepentingan.
Dengan demikian berdasarkan ketentuan tersebut, bagi pihak kedua atau pihak ketiga yang
tidak mengajukan gugatan dipandang tidak bisa lagi mengajukan gugatan atau tidak berhak
mengajukan gugatan kepada pengadilan TUN oleh karena batas waktu pengajuan gugatan
telah selesai. Apabila ada pengajuan gugatan lewat waktu iru, maka dikatakan telah
kadaluwarsa atau (Verjaar).
13/09/2022 SURAT KUASA
Karakter non sengketa dalam teori disebut non contentious procesrecht
- Diluar peradilan disebut perlindungan hukum yang terdiri atas pengawasan dan upaya
administratif
- Di Pengadilan yaitu keberatan, banding administratif
Karakter sengketa disebut contentious procesrecht
Para pihak sebelum dikeluarkannya SEMA, para pihak ketika merasa dirugikan oleh
keputusan HAPTUN bisa langsung menggugat, namun hal itu berbeda saat ini harus
dilakukan upaya administratif. Upaya ini wajib dilaksanakan sebelum gugatan diajukan ke
pengadilan, apabila belum melakukan upaya administratif maka gugatan tidak dapat
diterima.
Setelah keluarnya Pasal 87 UU 30 tahun 2014 maka tindakan faktual merupakan hukum
administrasi sehingga dapat digugat ke pengadilan. Terjadi perluasan dalam bidang TUN
Jaksa itu sebagai jaksa pengacara negara, dalam bidang TUN jaksa berwenang untuk
mewakili negara dalam pengadilan. Dalam hal ini dapat menggunakan surat kuasa. *Surat
penugasan hanya dapat dilakukan jika terdapat hierarki.
* Kenapa dalam hukum acara perdata tidak ada kata” peradilan, seperti hukum acara
peradilan tata usaha negara?
jawab:
• karena memang dari redaksi undang-undangnya
• karakter non sengketa dan karakter sengketa (sengeketa yg ada di badan peradilan)
● Perbedaan Gugatan Tidak dapat diterima dan Gugatan ditolak
a. Gugatan Tidak Dapat Diterima → Ada syarat-syarat tertentu yang tidak
terpenuhi sehingga dapat diajukan gugatan baru
b. Gugatan Ditolak → Tidak dapat diajukan gugatan kembali, karena secara
prosedur dan substansi tidak dapat dibuktikan.
● HATUN berbeda dengan HA(P)TUN

HATUN lebih luas daripada HA(P)TUN. HA(P)TUN merupakan bagian dari HATUN
→ HUBUNGAN GUGATAN DENGAN SURAT KUASA
Jika gugatan dibuat dan ditandatangani oleh kuasa penggugat, maka gugatan harus disertai
surat kuasa yang sah. (pasal 56 ayat (1) UU 5/1986)
*Surat kuasa yang sah yaitu surat kuasa yang harus memenuhi unsur-unsur surat khusus.
→ SEMA RI NO. 6 TAHUN 1994
Menurut SEMA RI No. 6 Tahun 1994 dalam surat kuasa khusus harus jelas para pihak
dalam sengketa apa dan ruang lingkup penerima kuasanya, jika kuasa mencakup
pemeriksaan tingkat banding dan kasasi, maka kuasa tersebut sah tidak perlu kuasa baru
→ KUASA DAN SURAT KUASA
1. Penerima kuasa adalah advokat
2. Non advokat mewakili institusi
3. Non advokat mewakili keluarga
4. Para pihak dapat didampingi seorang atau beberapa orang kuasa
5. Dapat dilakukan dengan surat kuasa khusus
6. Dapat dilakukan dengan lisan di persidangan (dicatat dalam berita acara sidang)
7. Surat kuasa yang dibuat di luar negeri harus memenuhi persyaratan di negara yang
bersangkutan dan diketahui oleh perwakilan RI di negara tersebut dan diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi. (pasal 57 ayat (3) UU 5/1986)
Pasal 123 HIR → Mewakili para pihak di persidangan, Kuasa Istimewa
→ PASAL 1795 BW
Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu mengenai hanya satu kepentingan
tertentu atau lebih atau secara umum yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa →
UNSUR-UNSUR SURAT KUASA KHUSUS
1. judul
2. Identitas pemberi kuasa
3. Pernyataan pemberi kuasa dan penunjukkan domisili hukum
4. Identitas penerima kuasa
5. Penegasan kekhususan surat kuasa
- Jenis perkara
- Tingkat pemeriksaan
- Wilayah pengadilan
- Permasalahan
- Pihak lawan
6. Uraian tindakan yang dapat dilakukan/ kewenangan penerima kuasa
7. Kalimat penyempurna
8. Pernyataan pemberian hak substitusi dan hak retensi
9. Tempat dan tanggal pemberian kuasa
10. Tanda tangan pemberi kuasa dan penerima kuasa

→ SURAT KUASA
● Pasal 1792 BW pemberian kuasa adalah suatu “perjanjian”
● Penerima kuasa dilarang melakukan tindakan melampaui kewenangannya.
→ SURAT KUASA KHUSUS PASAL 1813 BW
Surat kuasa dapat dicabut oleh pemberi kuasa
→ BERAKHIRNYA PEMBERIAN KUASA
1. Sesuai dengan kesepakatan antara pemberi dan penerima kuasa
2. Dengan ditariknya kembali kuasa oleh pemberi kuasa
3. Dengan pemberitahuan penghentian kuasa oleh pemberi kuasa
4. Dengan meninggalnya, pengampuannya, dan pailitnya penerima maupun pemberi
kuasa
5. Dengan digantikannya penerima kuasa baru
14/09/2022 PROSES DISMISSAL
TAHAP 1
- Tahap ini adanya berupa penetapan bukan putusan, karena kalau putusan / vonis
untuk menyelesaikan suatu sengketa. Contohnya persidangan terbuka untuk umum yang
hasil akhirnya berupa vonis tetapi jika prosedur dismissal itu hasil akhirnya berupa
penetapan.
- Penetapan diperiksa dengan acara cepat. Jika dengan pasal 62 maka penetapannya
gugatan tidak diterima
1. Panitera (dibawah dan dengan koordinasi dengan ketua) Tahap penelitian administrasi :
A. Di daftar
B. Dapat Nomor Register
C. DitelitiFormal
2. Ketua
A. Penetapan Dismissal (Pasal 62)
B. Penetapan Penundaan (Pasal 67)
C. Penetapan Acara Cuma Cuma (Pasal 60 / 61)
D. Penetapan Acara Cepat (98/99)
E. Penetapan Acara Biasa
PENGERTIAN
● Dismissal Proses → Pasal 62, penelitian dari segi administratif yang meliputi identitas para
pihak (Penggugat dan Tergugat). Pasal 56 jo. 48 sedangkan penelitian dari segi elementer
meliputi sifat yang lebih mendalam yakni , apakah?
a. Obyek gugatan merupakan KTUN
b. KTUN sudah dilampirkan
c. Tenggang waktu masih terpenuhi

d. Penggugat adalah yang kepentingannya dirugikan langsung atau tidak langsung


e. Surat kuasa memenuhi syarat
f. Uang muka biaya perkara sudah dilunasi
g. Sesual JUKLAK yang dirumuskan dalam pelatihan peningkatan keterampilan
hakim, sebagaimana diatur dalam surat MARI no.51/Td-TUN/III/1992 tanggal 24 maret
1992, penelitian administratif juga meliputi
*Upaya singkat digunakan untuk memeriksa adanya perlawanan terkait prosedur dismissal
*Penetapan ketua bahwa gugatan tidak dapat diterima maka upaya hukum yang dapat
dilakukan penggugat = penggugat dapat melakukan perlawanan, terhadap perlawanan ini
yang akan diperiksa dengan acara singkat yang nantinya digunakan untuk memeriksa
adakah perlawanan dalam dismissal proses. Pihak penggugat diubah menjadi pelawan,
sedangkan pihak tergugat menjadi terlawan. Pihak pelawan harus menguatkan dalil
-dalilnya. Dari acara singkat, akhirnya didengarkan masing-masing pihak.
*Jika putusan majelis menerima perlawanan berkas akan diserahkan ke majelis untuk
dilakukan pemeriksaan persiapan.
*Jika putusan majelis menolak perlawanan maka tidak ada upaya hukum lagi kecuali masih
adanya tenggang waktu gugatan untuk mengajukan lagi
Upaya Administrasi :
1. Keberatan → Diajukan ke pihak yang mengeluarkan
2. Banding Administrasi → Mengajukan ke atasannya
*Upaya Non administrasi yaitu non litigasi yaitu menyelesaikan sebelum KTUN *Jika sudah
melakukan upaya administrasi, namun tidak ditanggapi, maka upaya administrasi dianggap
tidak pernah ada dan dapat mengajukan gugatan ke PTUN
EKSEPSI
● Menurut Yahya Harahap, eksepsi secara umum berarti pengecualian, akan tetapi dalam
konteks hukum acara, bermakna tangkisan atau bantahan yang ditujukan kepada hal-hal
yang menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan yang mengakibatkan gugatan tidak
dapat diterima. Tujuan pokok pengajuan eksepsi yaitu agar proses pemeriksaan dapat
berakhir tanpa lebih lanjut memeriksa pokok perkara
● Eksepsi merupakan suatu tangkisan atau bantahan dari pihak tergugat terhadap gugatan
penggugat yang tidak langsung menyentuh pokok perkara.
● Eksepsi ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan;
yaitu jika gugatan yang diajukan mengandung cacat yang mengakibatkan gugatan tidak sah
yang karenanya gugatan tidak dapat diterima (inadmissible).

● Tujuan pokok pengajuan eksepsi yaitu agar pengadilan mengakhiri proses pemeriksaan
tanpa lebih lanjut memeriksa materi pokok perkara. Pengakhiran yang diminta melalui
eksepsi bertujuan agar pengadilan menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet
ontvankelijk).
—————————— PENGERTIAN
- Pengertian secara harfiah eksepsi adalah Suatu sanggahan atau tangkisan yang dilakukan
tergugat terhadap gugatan penggugat dimuka sidang Pengadilan TUN dan sanggahan
tersebut tidak mengenai pokok perkara.
- Istilah lain bagi tergugat yang mengajukan sanggahan (eksepsi) adalah disebut “excipient”,
maksud pengajuan eksepsi adalah agar hakim menetapkan gugatan tidak diterima atau
ditolak.
- Menurut Achmad Soemadipradja, Eksepsi adalah bantahan, tangkisan atau merupakan
alat pembelaan yang bertujuan untuk menghindari diadakannya suatu putusan tentang
pokok perkara.
———————————
Jenis Eksepsi dalam HAPTUN (pasal 77 UU 5/86)
● Eksepsi tentang Kewenangan Absolut
• Diajukan setiap waktu selama pemeriksaan
• Meskipun tidak ada eksepsi mengenai kewenangan absolut,apabila hakim mengetahui
bahwa sengketa a quo bukan wewenangnya, maka hakim ex officio wajib menyatakan
pengadilan tidak berwenang
● Eksepsi tentang Kewenangan Relatif
• Diajukan sebelum disampaikan disampaikan jawaban • Harus diputus sebelum pokok
sengketa diperiksa
● Eksepsi Lain
• hanya dapat diputus bersama dengan pokok sengketa
Unsur Unsur Eksepsi :

1. Subyek → Memiliki Hak Gugat (Pasal 53 ayat (1) , yakni apakah tergugat mengalami
kerugian kepentingan
2. Kompetensi
a. Absolut : ini merupakan kewenangan PTUN atau bukan
Contoh :
A seorang kontraktor namun karena kerjanya lama, jadi Bupati Gresik mengeluarkan
putusan mengenai pemutusan kontrak, apakah termasuk pelanggaran KTUN? Termasuk
karena berdasarkan teori melebur :
a. KTUN yang jangkauannya akan melahirkan atau justru menolak terjadinya suatu
perbuatan hukum
b.
b. Relatif : Wilayah daerah kewenangan pengadilan
3. Apakah ada gugatan dinyatakan Obscuur libels dalam TUN ? Tidak ada karena
berdasarkan Pasal 63 UU PTUN, dimana hakim memiliki asas keaktifan hakim, sehingga
hakim harus mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang
jelas, perbaikan dilakukan maksimal 30 hari.
Pasal 55 : Seharusnya poin b itu nama jabatan baru koma
Pasal 48 : Antara ayat (1) dan ayat (2) tidak berhubungan, dalam ayat (2) menjelaskan
upaya administrasi namun dalam ayat (1) tidak menjelaskan
Lebih jelas dijelaskan dalam :
→ Pasal 48 UU No.5 Tahun 1986
(1) Dalam hal suatu badan atau pejabat tata usaha negara diberi wewenang oleh
berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif
sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif yang
tersedia.
(2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang
bersangkutan telah digunakan.
Subyek Perkara
➢ Pengadilan → Pada hakikatnya bukanlah tempat untuk menemukan keadilan, tapi lebih
kepada tempat untuk menyelesaikan perkara
A. Batasan Penggugat
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara,
baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha
negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang- undangan
yang berlaku. (pasal 1 angka 10 UU Peratun)

Sengketa TUN Definisi normatif tersebut : terbatas, sempit, dan kontradiktif ! Seseorang
atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan
Tata Usaha Negara dapat mengaju-kan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang
yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan
batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi.
(pasal 53 ayat (1) UU Peratun) Ketentuan pasal 1 angka 10 dan pasal 53 ayat (1) UU
Peratun tersebut menimbulkan kesan seakan subyek hukum Penggugat di Peratun hanya
berasal dari dua kategori, yakni “orang” dan “badan hukum perdata”. Ketentuan tersebut
juga kontradiktif apabila dikaitkan dengan sengketa kepegawaian atau sengketa TUN yang
melibatkan sengketa kewenangan antar Lembaga, atau sengketa TUN yang melibatkan
kesatuan masyarakat hukum adat.
B. Orang
1. Individu yang Cakap bertindak hukum (Natuurlijke Person) → Tidak merujuk
status warga negaranya.
2. Penerapan pengertian orang dalam hukum perdata (sama dengan perdata) → Pasal
412 dan 426 BW
3. Pasal 88 UU Peratun (Penerapan Analogi) → Mengatur mengenai saksi yang
belum 17 tahun
4. SEMA 7 / 2012 (Hasil Rapat kamar perdata) → Dewasa adalah cakap bertindak
dalam hukum yaitu orang yang telah mencapai umur 18 Tahun atau telah kawin
5. Kasuistis (SEMA 7 / 2012) → Ukuran kedewasaan tergantung kepada kasusnya
(kasuistis)
C. Badan Hukum Perdata
- Negasi dari Badan Hukum Publik
Untuk korporasi perseroan berbadan hukum dengan melihat AD/ART serta surat
pendaftaran di Dirjen Administrasi Hukum Umum (AHU) Kemenkumham
- Selain dari perseroan
Perkumpulan dan entitas lain sepanjang didaftarkan pada Dirjen AHU Kemenkumham. Pada
akhirnya yang menentukan badan hukum/tidak adalah hukum positif.
Pasal 63 UU no.5 1986 → Pemeriksaan Persiapan
Majelis hakim yang menangani pemeriksaan persiapan belum tentu menangani
pemeriksaan cepat
Dalam UU No. 1986 tidak mengenal asas ne bis in idem

https://ptun-jayapura.go.id/tentang-pengadilan/kepaniteraan-perkara/proses-alur-
pemeriksaan-persiapan/
onrechtmatige overheidsdaad → Keberadaan Gugatan perbuatan melanggar hukum oleh
penguasa → (Pasal 53 ayat (2) UU PTUN)
Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimakhsud ayat (1)
adalah :
point B → Penyalahgunaan Wewenang Poin C → Sewenang wenang
Maladministrasi lebih luas daripada kegiatan perbuatan melawan hukum
Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986
1. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib mengadakan pemeriksaan
persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas.
2. Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim:
a. wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan
melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu tiga puluh hari;
b. dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersangkutan.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a penggugat
belum menyempurnakan gugatan, maka Hakim menyatakan dengan putusan bahwa
gugatan tidak dapat diterima.
(4). Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak dapat digunakan upaya
hukum, tetapi dapat diajukan gugatan baru.
SEMA No. 2 Tahun 1991

A.
B.

UU No. 5 Tahun 1968 tidak mengenal nebis in idem. Gugatan tetap dapat diajukan kembali
setelah tenggang waktu 30 hari perbaikan gugatan oleh penggugat (Pasal 63 ayat (2) huruf
a UU No. 5 Tahun 1986)
Replik
Pasal 75 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1968 tentang PTUN, menyatakan:
Duplik
Pasal 75 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1968 tentang PTUN menyatakan:
Unsur-unsur yang harus ada dalam Jawaban Atas Gugatan
• Nomor perkara
• Identitas para pihak
• Dalam eksepsi

• Dalam pokok perkara (mengenai dalil-dalil gugatannya apakah sudah benar) (Pasal 53
ayat (2))
eksepsi merupakan suatu bantahan yang tidak berkaitan dengan pokok perkara
Subyek TUN
• penggugat yang dirugikan kepentingannya (kalau hak hukumnya dihilangkan) • Tergugat
yang mengeluarkan KTUN
Kompetensi:
• Absolut: berbicara tentang KTUN atau bukan
• Relatif: pengadilan mana yang berwenang (Surabaya, Jakarta, dll)
Yang termasuk KTUN, jika:
• dikeluarkan tertulis
• dikeluarkan oleh walikota/gubernur/badan atau pejabat TUN
• konkret, individual
• final
• akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata
teori melebur → melebur dalam suatu perbuatan perdata, sehingga tidak dapat
dikategorikan sebagai KTUN
lama perbaikan gugatan: 30 hari
yang mengatur upaya administrasi→ Pasal 48 UU PTUN
alasan gugatan
• KTUN bertentangan dengan perturan perundang-undangan
PERMA No. 6 Tahun 2018 (alur penyelesaian sengketa)
JENIS KTUN:
• Terikat à pejabat yang berwenang tidak berwenang untuk menilai/menafsir (contoh
KTP) (diuji dengan Peraturan Perundang-undangan)
• Bebas à adanya penafsiran/penilaian dari pejabat yang berwenang untuk menentukan
layak diberi atau tidak (contoh: SIM) (diuji dengan AUPB )
SOAL SC
1. Apa yang dimaksud dgn pemeriksaan persiapan dan prosedur dismissal? Jawab:
- Pemeriksaan persiapan diatur dalam Pasal 63 UU No. 5/1986
Prosedur pendahuluan dalam PTUN yang memberikan kewenangan kepada Majelis Hakim
yang telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan, agar wajib mengadakan pemeriksaan
persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas atau untuk mematangkan perkara
sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimuka umum dimulai.
- Prosedur dismissal diatur dalama Pasl 62 UU No. 5/1986

Proses dismissal dilakukan untuk menilai apakah gugatan layak dilanjutkan atau tidak.
Proses ini dilakukan secara singkat dalam Rapat Permusyawaratan oleh Ketua Pengadilan.
Pemeriksaan ini meliputi apakah pokok-pokok gugatan masuk ke dalam kompetensi absolut
PTUN, apakah syarat-syarat gugatan telah terpenuhi, dll.
2. KASUS POSISI:
Ali Baba, mahasiswa FH Univesitas Bunga Cempaka di Jambi dengan NIM 03173030
telah memasuki masa perkuliaham selama 5 tahun. Pada tanggal 21 Agustus 2017, Ali
Baba diterima resmi sebagai mahasiswa dan telah mempunyai Nomor Induk Mahasiswa. Di
perjalanan waktu perkulihan, Ali tiba-tiba mendapakatkan SK Rektor Nomor 54/DO/VI/2021
tertanggal 14 Juni 2021 tentang pemberhentian studi Ali Baba (DO) yang ditandatangani
Moch. Soenarto, Ali merasa surat keputusan tsb merugikannya sehingga Ali menggugat
rektor.
Pertanyaan: Siapa penggugat dan Tergugat dari kasus tsb? Analisis jawaban Anda! Jawab:
- Berdasarkan Pasal 53 ayat (1) UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU
No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Jadi, Penggugat adalah Ali Baba,
mahasiswa FH Univ Bunga Cempaka yang menerima SK Rektor Nomo 54/DO/VI/2021
- Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU
No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Tergugat adalah Rektor
Universitas Bunga Cempaka yang mengeluarkan SK Rektor Nomor 54/DO/VI/2021
3. KASUS SAMA ALI BABA
Pertanyaan: Apa objek sengketa dalam kasus tersebut?
Jawab: Objek Sengketa diatur dalam Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 dan diperbarui
dalam Pasla 1 Angka 9 UU No. 51 Tahun 2009, “Keputusan Tata Usaha Negara adlah suaru
penetapan tertulis yg dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yg berisi Tindakan hukum
TUN yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konrekt,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan huku,
perdata”. Sehingga, dalam hal ini objek sengketanya adalah KTUN berupa SK Rektor No.
54/DO/VI.2021 tertanggal 14 Juni 2021 tentang pemberhentian studi Ali Baba.
4. Apa perbdaan anatar Acara Cepat dan Acara Singkat?
• Acara Cepat (Pasl 98 dan 99 UU PTUN)
*Jangka waktu 14 hari untuk mengeluarkan penetepan ttg dikabulkan/ditolak permohonnan
tsb.
*Dilakukan oleh Hakim Tunggal
*Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian tidak lebih dari 14 hari *Tidak ada
pemeriksaan persiapan
*Waktu dipercepat
• Acara Singkat (Pasal 68 UU PTUN)
*Diawali dengan pemeriksaan persiapan *Majelis hakim (3 orang)

5. Kapan Gugatan tersebut dianggap daluwarsa?


Jawab: Berdasarkan Pasal 55 UU PTUN. “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang
waktu Sembilan puluh hati terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputtusan
Bdan atau Pejabat Tata Usaha Negara.” Jadi, gugatan dianggap daluwarsa jika telah lebih
dari 90 hari sejak diterima atau diumumkannya.
6. Elemen apa saja yang tedapat dalam Surat Kuasa (dari Pihak TERGUGAT)? Jawab:
1. Judul “SURAT KUASA KHUSUS”
2. Identitas pemberi kuasa
3. Pernyataan pemberi kuasa dan penunjukkan domisili hukum
4. Identitas penerima kuasa
5. Penegasan kekhususan surat kuasa: Jenis perkara (obyek sengketa), tingkat
pemeriksaan, wilayah pengadilan, permasalahan, pihak lawan
6. Uraian Tindakan yang dapat dilakukan/kewenangan penerima kuasa
7. Pernyatan pemberian hak substitusi dan hak retensi
8. Tempat dan tanggal pemberi kuasa
9. Tanda tangan pemberi dan penerima kuasa
7. KASPOS ALI BABA
Pertanyaan: Apakah kasus ini memang merupakan kompetensi PTUN dalam
penyelesainnya? Jelaskan alasannya!
Jawab:
- Pasal 47 UU PTUN, “Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa TUN”
- Pasal 53 Ayat (1) UU PTUN, “Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengdilan
yang berwenang...”
- KTUN Berdasarkan UU Administrasi Pemerintahan:
1. Penetepan tertulis yang juga mencakup Tindakan factual; keputusan badan
dan/atau Pejabat TUN di lingkungan eksekutif, yudikatid, dan penyelenggara
negara lainnya;
2. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB; 3. Bersifat final dalam arti lebih
luas;
4. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; 5. Keputusan yang berlaku bagi
Warga Masyarakat.
- Jadi, berdasarkan dasar hukum diatas kasus ini merupaka kompetensi PTUN karena Ali
Baba merupakan sesorang yang meras dirugikan dari dikeluarkan SK Rektor tersebut.
Selain itu, SK Rektor tersebut merupakan obyek sengkata (KTUN) dalam kasus ini.
8. Elemen apa saja yang terdapat dalam Surat Kuasa (dari pihak Penggugat)? Jawab:
1. Judul “SURAT KUASA KHUSUS”

2. Identitas pemberi kuasa


3. Pernyataan pemberi kuasa dan penunjukkan domisili hukum
4. Identitas penerima kuasa
5. Penegasan kekhususan surat kuasa: Jenis perkara (obyek sengketa), tingkat
pemeriksaan, wilayah pengadilan, permasalahan, pihak lawan
6. Uraian Tindakan yang dapat dilakukan/kewenangan penerima kuasa
7. Pernyatan pemberian hak substitusi dan hak retensi
8. Tempat dan tanggal pemberi kuasa
9. Tanda tangan pemberi dan penerima kuasa
9. Tuliskan rangakain proses yang harus ditempuh di PTUN! Jawab:
1. Pendaftaran Gugatan
2. Berkas permohonan atau gugatan diterima oleh Panitera
3. Prosedur Dismissal atau Rapat Permusywaratan (jangka waktu 7 hari)
4. Ada dua kemungkinan setelah proses dismissal, yaitu
- Gugatan diterima maka dilanjutkan ke Pemeriksaan Persiapan untuk melengkapi dan
menyempurnakan Gugatan
- Gugatan ditolak maka berkas akan dikembalikan dan pemohon dapat mengajukan
permohonan Kembali apabila sudah diperbaiki
5. Pemeriksaan Persiapan dilakukan setelah Ketua Pengadilan memilih Majelis Hakim 6.
Setelah pemeriksaan persiapan dilakukan, maka selanjutnya akan ditetapkan ketua
Majelis Hakim, anggota hakim, dan jadwal sidang
7. Sidan dinyatakn akan dilakuka dan terbuka untuk umum dan dimulai dengan
pemeriksaan pokok permasalahan (pembcaan gugatan, jawaban tergugat, replik, dan
duplik)
8. Pemeriksaan bukti, saksi, atau ahli
9. Pembacaan Putusan (Ditolak, Dikabulkan, atau Gugur)

UTS TAUN LALU

Kasus posisi:
​Adanya pembagian Bantuan Sosial selama Pandemi yang berlangsung sejak Maret 2020
menimbulkan banyak permasalahan di masyarakat. Pembagian yang tidak merata, data
penerima bantuan yang tidak valid, serta beberapa permasalahan lainnya mengakibatkan
kekacauan di Kelurahan maupun di Kantor Pos tempat dibagikannya bantuan. Hal tersebut
memicu perdebatan di masyarakat, yakni terdapat masyarakat yang mendukung kebijakan
pemerintah tersebut serta ada juga masyarakat yang “menggerutu” dan tidak setuju dengan
kebijakan tersebut, hal tersebut ditambah dengan terbitnya Surat Keputusan Pemerintah
Kabupaten Sidomoro Nomor 127/VI/2021 tertanggal 12 Juni 2021 tentang Pembagian
Bantuan dan Surat Keputusan Lurah Semangat Jiwa Nomor 334/V/2021 tertanggal 5 Mei
2021 tentang Dana Penerima Bantuan.
Pertanyaan:
1. Apabila akan diajukan Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), siapakah
Penggugat dan Tergugat berdasarkan rekaan tersebut? Jelaskan dan sertai dasar hukum
yang relevan!
2. Jelaskan tentang Objek Sengketa dalam rekaan tersebut! Sebutkan dan Analisa
berdasarkan dasar hukum yang relevan!
3. A) Siapa yang disebut dengan Pejabat Tata Usaha Negara? Jelaskan dan kaitkan dengan
rekaan di atas!
B) Jelaskan tentang Keputusan Tata Usaha Negara! Kaitkan dengan rekaan di atas!
4. Jelaskan kapan daluwarsa dari pengajuan Gugatan tersebut serta lengkapi dengan
Analisa berdasarkan dasar hukum yang relevan!

Jawaban

1. Penggugatnya yaitu warga masyarakat yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah
berupa Surat Keputusan Pemerintah Kabupaten Sidomoro Nomor 127/VI/2021 tertanggal 21
Juni 2021 tentang Pembagian Bantuan dan Surat Keputusan Lurah Semangat Jiwa Nomor
334/V/2021 tertanggal 5 Mei 2021 tentang Dana Penerima Bantuan. Dasar hukumnya yaitu
Pasal 1 angka 6 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019. Berdasarkan pasal
tersebut, penggugat adalah warga masyarakat yang kepentingannya dirugikan sebagai
akibat dilakukannya tindakan pemerintah. Kemudian, menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019, warga masyarakat yang dimaksud yaitu seseorang
atau badan hukum perdata yang terkait dengan tindakan pemerintahan. Dalam kasus
tersebut, warga masyarakat yang terdapat dalam kasus memenuhi ketentuan dasar hukum
yang telah disebutkan, karena warga masyarakat dalam kasus tersebut dirugikan akibat
pembagian bantuan sosial yang tidak merata dan data yang tidak valid (sesuai dengan
Pasal 1 angka 6 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019). Selain itu, warga
masyarakat yang dimaksud dalam kasus tersebut adalah yang terkait dengan tindakan
pemerintahan, sesuai dengan Pasal 1 angka 5 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2019.
​Sedangkan, Tergugat berdasarkan kasus tersebut adalah Pemerintah Kabupaten Sidomoro
dan Lurah. Dasar hukumnya yaitu Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Pasal 1 angka 7 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2019. Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009, Tergugat adalah badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau dilimpahkan padanya yang
digugat oleh orang atau badan hukum perdata. Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 7
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019, Tergugat adalah pejabat pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya yang melakukan tindakan pemerintahan berdasarkan
wewenang yang ada atau dilimpahkan padanya yang digugat oleh warga masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Sidomoro dan Lurah dalam kasus tersebut merupakan Tergugat
karena termasuk ke dalam pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019, serta
berwenang mengeluarkan keputusan sesuai dengan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009. Lurah juga merupakan penyelenggara negara atau penyelenggara
pemerintahan di tingkat kelurahan tempat menerima bantuan sosial.
2. Objek Sengketa dalam kasus tersebut yaitu Surat Keputusan Pemerintah Kabupaten
Sidomoro Nomor 127/VI/2021 tertanggal 21 Juni 2021 tentang Pembagian Bantuan dan
Surat Keputusan Lurah Semangat Jiwa Nomor 334/V/2021 tertanggal 5 Mei 2021 tentang
Data Penerima Bantuan. Objek sengketa dalam kasus tersebut termasuk ke dalam
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 angka 9
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 jo. Pasal 87 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014. Berdasarkan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, Keputusan
Tata Usaha Negara adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, serta
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Sedangkan,
menurut Pasal 87 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, KTUN yang dimaksud adalah
penetapan tertulis yang dapat juga mencakup tindakan faktual, dikeluarkan oleh badan
dan/atau pejabat tata usaha negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
AUPB, bersifat final dalam arti luas, berpotensi menimbulkan akibat hukum, dan berlaku
bagi warga masyarakat.
​Objek Sengketa berupa dua Surat Keputusan yang merupakan KTUN itu juga diikuti dengan
tindakan faktual, sebagaimana diatur dalam Pasal 87 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 di mana penetapan tertulis dapat juga mencakup tindakan faktual. Tindakan faktualnya
berupa pembagian bantuan sosial yang tidak merata akibat data yang tidak valid.
3. A) Pejabat Tata Usaha Negara adalah pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan Pasal 1
agnka 8 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009. Dalam kasus tersebut, yang dimaksud
dengan Pejabat Tata Usaha Negara adalah Pemerintah Kabupaten Sidomoro dan Lurah di
kelurahan yang menerima bantuan sosial. Pemerintah Kabupaten Sidomoro termasuk ke
dalam Pejabat Tata Usaha Negara karena menjalankan urusan pemerintahan sebagai
penyelenggara negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
sedangkan Lurah di kelurahan yang menerima bantuan sosial termasuk ke dalam Pejabat
Tata Usaha Negara karena Lurah tersebut adalah pejabat yang menjalankan urusan
pemerintahan di tingkat kelurahanan tempat menerima bantuan sosial. Pejabat Tata Usaha
Negara juga bisa mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 jo. Pasal 87 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014. Dalam kasus tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidomoro dan Lurah
sama-sama mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu Surat Keputusan
Pemerintah Kabupaten Sidomoro Nomor 127/VI/2021 tertanggal 21 Juni 2021 tentang
Pembagian Bantuan dan Surat Keputusan Lurah Semangat Jiwa Nomor 334/V/2021
tertanggal 5 Mei 2021 tentang Data Penerima Bantuan.
B) Keputusan Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 jo. Pasal 87 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014. Keputusan Tata Usaha
Negara adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan badan atau pejabat tata usaha negara
yang berisi tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, serta menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata. Sedangkan, menurut Pasal 87 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014, KTUN yang dimaksud adalah penetapan tertulis yang dapat juga
mencakup tindakan faktual, dikeluarkan oleh badan dan/atau pejabat tata usaha negara,
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan AUPB, bersifat final dalam arti luas,
berpotensi menimbulkan akibat hukum, dan berlaku bagi warga masyarakat. Dalam kasus
tersebut, Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan yaitu Surat Keputusan
Pemerintah Kabupaten Sidomoro Nomor 127/VI/2021 tertanggal 21 Juni 2021 tentang
Pembagian Bantuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Sidomoro dan Surat
Keputusan Lurah Semangat Jiwa Nomor 334/V/2021 tertanggal 5 Mei 2021 tentang Data
Penerima Bantuan yang dikeluarkan oleh Lurah di kelurahan tempat menerima bantuan.
4. Daluwarsa dari pengajuan Gugatan tersebut diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 jo. Pasal 5 ayat (1) dan (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6
Tahun 2018. Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 menyatakan bahwa daluwarsa
atau tenggang waktu pengajuan Gugatan adalah 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak
saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Tata Usaha Negara. Sedangkan, menurut
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018, daluwarsa Gugatan
adalah 90 hari sejak keputusan tersebut diterima oleh warga masyarakat atau diumumkan
oleh badan atau pejabat yang menangani keputusan tersebut. Lebih lanjut, menurut Pasal 5
ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018, pihak ketiga yang tidak dituju
oleh hasil keputusan tersebut, maka daluwarsa atau tenggang waktunya dihitung sejak
pihak ketiga itu mengetahui mengenai keputusan tersebut.
​Jadi, untuk Surat Keputusan Pemerintah Kabupaten Sidomoro Nomor 127/VI/2021
tertanggal 12 Juni 2021, maka daluwarsanya adalah tanggal 15 Oktober 2021. Sedangkan,
untuk Surat Keputusan Lurah Semangat Jiwa Nomor 334/V/2021 tertanggal 5 Mei 2021,
daluwarsanya yaitu tanggal 8 September 2021. Keduanya dihitung 90 hari sejak Surat
Keputusan dikeluarkan dan dihitung berdasarkan hari kerja (hari Sabtu dan Minggu tidak
dihitung). Namun, apabila dihitung berdasarkan keseluruhan hari termasuk hari Sabtu dan
Minggu, maka Surat Keputusan Pemerintah Kabupaten Sidomoro Nomor 127/VI/2021
daluwarsanya yaitu tanggal 10 September 2021 dan Surat Keputusan Lurah Semangat Jiwa
Nomor 334/VI/2021 daluwarsanya tanggal 3 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai