PENGANTAR
1
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Hukum TUN Material dan Hukum TUN Formal (dalam buku Indroharto)
Hukum TUN Material: norma-norma hukum yang sangat perlu diperhatikan oleh
para Badan atau Jabatan TUN di dalam hubungannya dengan warga masyarakat
pada waktu melaksanakan tugas-tugas pemerintahannya menentukan apa yang
wajib, apa yang boleh, dan apa yang dilarang dilakukan oleh badan atau pejabat
TUN
o Suasana hukum tertulis: dalam peraturan perundang-undangan
o Suasana hukum tidak tertulis: belum ada kebulatan pendapat. Hukum
TUN juga termasuk AAUPB (Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik), larangan willekeur, dan larangan detournement de pouvoir.
Apabila hukum TUN material dipertajam ke atah ruang lingkup usaha
perlindungan hukum warga masyarakat terhadap tindakan badan / pejabat
TUN, maka semua norma itu bisa disebut norma untuk menguji / menilai
(toetsingsnormen). Ada dalam Pasal 53 ayat 2 sub a,b,c dari UU No 5 Tahun
1986, yang berisi larangan dikeluarkannya keputusan TUN yang
bertentangan dengan:
- Peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Larangan willekeur
- Larangan de’tournement de pouvoir
Hukum TUN Formal: berkaitan dengan soal kompetensi, persoalan-persoalan yang
harus dipecahkan terlebih dahulu oleh hakim TUN sebelum mereka melakukan
penilaian mengenai salah atau tidaknya keputusan TUN yang disengketakan.
singkatnya, mengenai persoalan hukum acara / prosedur.
Pengelompokan AAUPB
A. Formal
2
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
3
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Hukum TUN juga mengurangi berlakunya hak yang bersumber pada hukum
perdata, contohnya: dengan KTUN yang dilakukan oleh instansi yang berwenang
dapat berakibat membatasi berlakunya hak milik atas luas tanah pertanian.
4
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
5
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Perbandingan dasar antara hukum acara pidana dan hukum acara perdata
HAPID mencari kebenaran materiil, sementara HAPER mencari kebenaran formil.
HAPID tidak memiliki proses mediasi, sementara HAPER ada proses mediasi.
6
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
HAPID hakimnya bersifat aktif dalam menentukan lingkup perkara dan mencari
kebenaran dari suatu proses berdasarkan alat bukti yang ada.
HAPER hakimnya bersifat pasif, namun tetap aktif dalam memimpin jalannya
persidangan dan memberikan nasihat kepada para pihak (Pasal 119 HIR).
Perdamaian harus
Perma 1 tahun 2016.
7
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Eksekusi adalah
HAPER HAPTUN
Objek gugatan 1) PMH 1) Beschikking: individual konkrit final
2) Wanprestasi 2) Tindakan faktual: penggusuran tanah
tidak ada pemberitahuan
3) PMH oleh Badan/Pejabat
Pemerintahan
(onrechtmatigeoverheidsdaad)
Tuntutan Mohon Pernyataan batal/tidak sah suatu
pelaksanaan/perjanjian, keputusan, ganti rugi, rehabilitasi
ganti rugi. (untuk kepegawaian).
Subjek perkara Orang pribadi Orang pribadi/Badan Hukum Perdata
Badan Hukum Perdata
X
X
Badan/Pejabat TUN
Orang pribadi
Badan Hukum Perdata
Tenggang waktu tergugat Tidak ada batas waktu 90 hari sejak keputusan
kecuali UU mengatur diterima/diumumkan kepada pihak
lain. yang dituju dari keputusan tersebut.
Contoh: UU (jadi kalo tergugat tidak setuju maka
Pendaftaran tanah.
ssa)
Tahapan berperkara
Putusan verstek Bisa ajuin verzet Pasal 72 PTUN tidak mengenal verstek
Rekonvensi
Berlakunya putusan Hanya bagi para pihak Selain bagi para pihak juga bagi pihak
yang berperkara. lain yang berkaitan
8
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
9
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Dasar hukum: Pasal 60 – 61 UU PTUN, Pasal 121 (4) HIR, Pasal 237
HIR
5. Isi gugatan
Biasanya gugatan harus memuat duduk perkara (fundamentum
petendi / posita) yang memiliki dua bagian: 1) memuat alasan
berdasarkan keadaan, 2) alasan-alasan berdasarkan hukum.
Identitas para pihak, dasar gugatan, dan petitum atau hal-hal yang
diminta penggugat untuk diputuskan oleh hakim.
6. Pendaftaran perkara
Pendaftaran perkara harus membayar terlebih dahulu. Setelah
dibayar, baru panitera mendaftarkan gugatan tersebut dalam buku
daftar perkara.
Pasal 59 UU PTUN.
Ada pengecualian dalam PTUN, yaitu boleh tidak membayar,
asalkan ada surat keterangan tidak mampu.
7. Penetapan hari sidang
Setelah gugatan terdaftar dalam buku daftar perkara dan telah
dianggap cukup lengkap, pengadilan menentukan hari sidang. Dalam
menentukan hari sidang, hakim harus mempertimbangkan jauh
dekatnya tempat tinggal kedua belah pihak dari tempat
persidangan.
8. Pemanggilan para pihak
Dilakukan setelah gugatan dianggap cukup lengkap dan telah
ditentukan hakim/majelis yang akan memeriksa dan memutus
perkara. Bila salah satu pihak ada di luar wilayah RI, maka ketua
pengadilan yang bersangkutan melakukan pemanggilan melalui
perantaraan perwakilan RI di negara tempat tinggal atau kedudukan
pihak yang dipanggil.
9. 2 macam jawaban Tergugat
Dasar hukum dalam UU No. 5 Tahun 1986: Pasal 72, 74, 75 ayat 2, 76
ayat 1, Pasal 77
a. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara
(eksepsi)
Dalam HIR:
Hanya mengenal 1 macam eksepsi, yaitu perihal tidak
berkuasanya hakim ada 2 macam, eksepsi menyangkut
11
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
12
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
13
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
14
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
15
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Dikenal, dalam Pasal 125 diberi kesempatan 3x, bila tidak hadir
16
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
17
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
18
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
19
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
terhadap barang-
20
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
21
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
22
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
23
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
-
Konsesi (consessie)
Bestuurshandelingen
Feitelijkehandelingen Rechtshandelingen
24
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
25
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
26
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
27
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
b. Bagi hukum perbuatan yang dilakukan dan akibatnnya dianggap sah sampai
waktu pembatalan oleh hakum atau badan pemerintahan yang berkompeten.
c. Bersifat ex-tunc.
Dalam contoh kasus faktual yang ada, KEPPRES tentang izin perusahaan mobil
Timor misalnya menjadi contoh bentuk pelampauan wewenang dalam Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara.
(sumber: FH UI Guide, Ibrahim Siregar)
28
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Keputusan TUN yang fiktif / negatif: setelah badan atau pejabat TUN
menerima suatu permohonan dari seseorang atau badan hukum perdata, ia
tinggal diam saja dan tidak mau mengeluarkan suatu keputusan TUN yang
dimohon sama sekali. apabila hal yang dimohonkan itu termasuk ke dalam
kewenangannya, menurut Undang-Undang, dianggap telah mengeluarkan suatu
penetapan tertulis yang berisi suatu penolakan atas suatu permohonan yang
telah diterimanya itu.
Jika hal yang dimohonkan itu di luar kewenangannya, contoh: lurah dimohon untuk
mengeluarkan sertifikat tanah apabila lurah itu tidak mengadakan reaksi apapun
terhadap permohonan tsb, UU juga tidak menganggap lurah tersebut sebagai telah
mengeluarkan suatu keputusan penolakan.
Sikap diam tersebut dapat digugat di PTUN, apabila hal yang dimohonkan tersebut
merupakan wewenang yang menjadi kewajiiban dari badan atau pejabat TUN yang
menerima permohonan yang bersangkutan.
UPAYA ADMINISTRATIF
Upaya administratif: suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan
hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu keputusan TUN.
1. Banding Administatif
Dalam hal penyelesaiannya harus dilakukan oleh instansi atasan atau instansi
lain dari yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan
Contoh:
Keputusan Majelis Pertimbangan Pajak berdasarkan Staatsblad 1912 No. 29
jo UU No. 5 Tahun 1959.
Keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian berdasarkan PP No. 30 / 1980
Peraturan tentang Disiplin PNS.
Keputusan Panitia Perselisihan Perburuhan Pusat berdasarkan UU No.
22/1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.
2. Keberatan
Dalam hal penyelesaian KTUN tersebut harus dilakukan sendiri oleh badan
atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan tersebut.
29
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Contoh:
Pasal 25 UU No. 6/1983 tentang ketentuan umum perpajakan
KEPENTINGAN:
Terhadap nilai yang dilindungi:
o Dalam kaitannya dengan penggugat (Subyek)
o Dalam kaitannya dengan KTUN yang digugat (Obyek)
Untuk kepentingan berporses
Tujuan yang ingin dicapai dengan mengajukan gugatan.
30
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
Dari segala macam keputusan yang dikeluarkan dalam suatu proses pembentukan
KTUN, maka hanya KTUN yang menimbulkan akibat hukum yang dikehendaki oleh
badan / jabatan TUN yang menerbitkan saja yang mempunyai arti untuk digugat.
31
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
32
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
PERBANDINGAN UU PTUN
(2) Dalam hal empat (2) Dalam hal 4 (empat) (2) Apabila setelah 60
bulan setelah putusan bulan setelah Putusan (enam puluh ) hari
pengadilan yang telah Pengadilan yang telah kerjaputusan yang telah
memperoleh kekuatan mempunyai kekuatan memperoleh kekuatan
hukum tetap hukum tetap hokum tetap
sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud
dalam ayat pada ayat pada ayat (1) diterima
(1) dikirimkantergugat (1) dikirimkan,tergugat tergugat tidak
tidak melaksanakan tidak melaksanakan melaksanakan
kewajibannya kewajibannya kewajibannya
sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 97 ayat (9) dalam Pasal 97 ayat (9) pada ayat dalam pasal 97
huruf a, maka huruf a, Keputusan Tata ayat (9) huruf a
Keputusan Tata Usaha Usaha Negara yang keputusan tata usaha
Negara yang disengketakan itu tidak Negara yang
bersangkutan itu tidak mempunyai kekuatan disengketakan itu tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi; mempunyai kekuatan
hukum lagi. hukum lagi.
(3) Dalam hal tergugat
(3) Dalam hal tergugat ditetapkan harus (3) Dalam hal tergugat
ditetapkan harus melaksanakan kewajiban ditetapkan harus
melaksanakan sebagaimana dimaksud melaksanakan kewajiban
kewajibannya dalam Pasal 97 ayat (9) sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud ayat (9) huruf b dan c, dan dalam Pasal 97 ayat (9)
dalam Pasal 97 ayat (9) kemudian setelah 3 (tiga) ayat (9) huruf b dan c, dan
huruf b dan c, dan bulan ternyata kewajiban kemudian setelah 90
kemudian setelah tiga tersebut tidak (sembilan puluh) hari
bulan ternyata dilaksanakannya, kerjaternyata kewajiban
kewajibannya tersebut penggugat mengajukan tersebut tidak
tidak dilaksanakannya, permohonan kepada dilaksanakan, maka
maka penggugat Ketua Pengadilan penggugat mengajukan
mengajukan sebagaimana dimaksud permohonan kepada
permohonan kepada pada ayat (1) Pengadilan Ketua Pengadilan
Ketua Pengadilan memerintahkan tergugat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) agar
33
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
34
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara
35