Anda di halaman 1dari 35

Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

RANGKUMAN HUKUM ACARA PTUN - UTS

PENGANTAR

1. Tata Usaha Negara


Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. (Pasal 1 ayat 1 UU No.
5 Tahun 1986, dan Pasal 1 ayat 1 UU No. 51 Tahun 2009)
2. Hukum Tata Usaha Negara
keseluruhan aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan
urusan pemerintahan (negara).
3. Badan atau pejabat TUN
Badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 angka 8 UU No. 51
Tahun 2009)
4. Keputusan TUN
Penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN yang
berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan perUUan yang
berlaku, bersifat konkret, individual, final, dan menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata (Pasal 1 angka 9 UU No. 51
Tahun 2009)
5. Sengketa TUN
Sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara:
a. Orang dengan badan / pejabat TUN
b. Badan hukum perdata dengan badan / pejabat TUN
Baik di pusat atau di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya KTUN, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perUUan yang berlaku.

Sengketa TUN berarti:


 Menilai perbedaan pendapat mengenai penerapan hukum
 Keputusan TUN pada umumnya mengemban kepentingan umum  apabila
ada kepentingan yang dirugikan, dapat digugat di PTUN.

1
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Hukum TUN Material dan Hukum TUN Formal (dalam buku Indroharto)
Hukum TUN Material: norma-norma hukum yang sangat perlu diperhatikan oleh
para Badan atau Jabatan TUN di dalam hubungannya dengan warga masyarakat
pada waktu melaksanakan tugas-tugas pemerintahannya  menentukan apa yang
wajib, apa yang boleh, dan apa yang dilarang dilakukan oleh badan atau pejabat
TUN
o Suasana hukum tertulis: dalam peraturan perundang-undangan
o Suasana hukum tidak tertulis: belum ada kebulatan pendapat. Hukum
TUN juga termasuk AAUPB (Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik), larangan willekeur, dan larangan detournement de pouvoir.
Apabila hukum TUN material dipertajam ke atah ruang lingkup usaha
perlindungan hukum warga masyarakat terhadap tindakan badan / pejabat
TUN, maka semua norma itu bisa disebut norma untuk menguji / menilai
(toetsingsnormen). Ada dalam Pasal 53 ayat 2 sub a,b,c dari UU No 5 Tahun
1986, yang berisi larangan dikeluarkannya keputusan TUN yang
bertentangan dengan:
- Peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Larangan willekeur
- Larangan de’tournement de pouvoir
Hukum TUN Formal: berkaitan dengan soal kompetensi, persoalan-persoalan yang
harus dipecahkan terlebih dahulu oleh hakim TUN sebelum mereka melakukan
penilaian mengenai salah atau tidaknya keputusan TUN yang disengketakan. 
singkatnya, mengenai persoalan hukum acara / prosedur.

Pengelompokan AAUPB
A. Formal
2
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

a. Asas-Asas yang berkaitan dengan proses persiapan dan proses


pembentukan keputusan
i. Asas kecermatan
ii. Asas fair play
iii. Asas larangan detournement de prosedure
b. Asas-asas yang berkaitan dengan pertimbangan (motivering) serta
susunan keputusan
i. Keharusan keputusan disertai suatu pertimbangan
ii. Keharusan pertimbangan yang cukup memadai
B. Material
Asas yang berkaitan dengan isi (materi) keputusan:
o Asas kepercayaan
o Asas persamaan perlakuan
o Asas detournement de pouvoir
o Asas keseimbangan
o Asas kecermatan materiel
o Asas kesewenang-wenangan (willikeur)

Hukum TUN berada dalam suasana hukum publik


Hukum TUN: mempersoalkan pelaksanaan wewenang pemerintahan para badan
atau pejabat TUN yang dapat mengikat para warga masyarakat dengan tindakan
hukumnya  Hukum TUN merupakan bagian khusus HTN.

Hukum TUN dan Hukum Perdata


Hukum perdata berlaku juga bagi perbuatan pemerintah, misalnya dalam melakukan
jual beli, sewa menyewa, memborong pekerjaan, mengadakan kontrak-kontrak, dsb.
Namun, untuk suatu tindakan pemerintah dalam hubungannya dengan warga
masyarakat tidak terdapat ketentuan hukum perdata yang mengaturnya.
Hukum TUN  melengkapi hukum perdata dengan figur hukum yang diperlukan
untuk melahirkan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga masyarakat 
contoh: perpajakan. Pemungutan pajak penting untuk kelangsungan pemerintahan,
namun hal tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan melakukan perjanjian perdata.

3
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Hukum TUN juga mengurangi berlakunya hak yang bersumber pada hukum
perdata, contohnya: dengan KTUN yang dilakukan oleh instansi yang berwenang
dapat berakibat membatasi berlakunya hak milik atas luas tanah pertanian.

Ketentuan hukum TUN juga membatasi prinsip keleluasaan kebebasan berkontrak.


Pasal 1377 KUHPerdata: perjanjian tidak akan berkekuatan hukum apabila
bertentangan dengan ketentuan UU.

ASAS DAN KARAKTERISTIK HAPTUN

Asas-asas hukum acara:


1. Sebelum memutus hakim harus mendengar para pihak yang bersengketa
(audi alteram partem)
2. Sederhana, murah, cepat
Sederhana: orang awam dapat mengerti mengenai proses pengadilan
Murah: biaya administrasi murah
Cepat: prosesnya dapat dipercepat
3. Kesatuan beracara
Kesamaan proses antara tingkat banding dengan tingkat kasasi (antar tingkat
pengadilan). Dalam perkara sejenis, baik dalam peradilan judex factie,
maupun kasasi dengan MA sebagai puncaknya. Sistem yang sama di setiap
tingkat pengadilan.
Kesamaan dokumen (contoh: berkas gugatan, memori banding, dsb),
kesamaan tahapan  “Cara” dan “langkah” dalam beracara.
4. Peradilan berjenjang
Tingkatan peradilan, mulai dari tingkat yang terbawah (tingkat pertama),
tingkat banding, hingga tingkat kasasi (MA).
Konsekuensi peradilan berjenjang: apabila ada kesalahan dalam putusan
pengadilan yang lebih rendah, bisa dikoreksi oleh pengadilan yang lebih tinggi
melalui upaya hukum yang tersedia. Maka, para pencari keadilan diberi
kesempatan untuk mengajukan upaya hukum.

4
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

5. Musyawarah untuk mufakat


Para pihak yang bersengketa sebelum meneruskan perkaranya ke
pengadilan terlebih dahulu harus menempuh upaya damai. Apabila para
pihak bermufakat, maka perkara dihentikan dan hasilnya mengikat para
pihak menurut hukum dan upaya hukum lain tidak perlu dikenakan.
(Ingat! Hakim harus menawarkan dulu kesempatan untuk melakukan
perdamaian antara para pihak)
6. Praduga tak bersalah
7. Peradilan terbuka untuk umum
Diatur dalam Pasal 17 jo Pasal 18 UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
Putusan baru sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam
persidangan sedemikian.
8. Bantuan hukum
Negara berkewajiban untuk memberikan bantuan hukum kepada orang yang
tidak bisa mendapatkan bantuan hukum dalam proses pengadilan.
9. Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang
merdeka Terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah. Mengandung beberapa tujuan:
o Sebagai bagian dari sistem pemisahan atau pembagian kekuasaan di
antara badan dan penyelenggara negara
o Menjamin dan melindungi kebebasan individu
o Mencegah penyelenggara pemerintahan bertindak tak semena-mena
dan menindas
o Menilai keabsahan secara hukum tindakan pemerintah atau suatu
peraturan perundang-undangan, sehingga sistem hukum dapat
dijalankan dan ditegakkan dengan baik.
Wujud kekuasaan kehakiman yang merdeka: kebebasan hakim dalam
memutus perkara, dengan batasan sbb:
o Hakim memutus menurut hukum  setiap putusan hakim harus dapat
menunjukkan dengan tegas ketentuan hukum yang ditetapkan dalam
suatu perkara konkret

5
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

o Hakim memutus untuk memberikan keadilan  dengan menafsirkan,


melakukan konstruksi hukum, menemukan hukum. >> hakim harus
tetap berpegang pada asas-asas umum hukum dan asas keadilan
yang umum.

Asas-asas hukum acara PTUN:


1. Point d’interet – point d’action (no interest, no action) yang berarti bahwa barang
siapa mempunyai kepentingan dapat mengajukan tuntutan hak atau gugatan.
Siapa yang menggunakan haknya untuk berproses dianggap ada maksudnya.
2. Dominus litis
3. Erga Omnes
Karena sengketa administrasi merupakan sengketa yang terletak dalam
lapangan hukum publik, maka putusan hakim administrasi akan menimbulkan
konsekuensi mengikat umum dan mengikat sengketa yang mengandung
persamaan, yang mungkin timbul pada masa yang akan datang.
4. Presumptio Justae Causa (het vermoeden van rechtmatigheid)
Demi kepastian hukum, setiap keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan
harus dianggap benar menurut hukum, karenanya dapat dilaksanakan
terlebih dahulu selama belum dibuktikan sebaliknya (belum dinyatakan oleh
hakim TUN sebagai keputusan yang bersifat melawan hukum)  Pasal 67
UU No. 5 Tahun 1986. *Notes: Walaupun misalkan suatu SK itu cacat, tp
terlanjur diundangkan, begitu suatu peraturan diterbitkan dalam lembaran
negara SUKA GASUKA, ia harus berlaku. Kalau gaada yang menuntut untuk
dicabut/tidak ada gugatan, dan ga dicabut, maka dia harus tetap berlaku.
Karena dalam melaksanakan pemerintahan butuh pegangan. Maka dari itu
pasca UU 30 tahun 2014 DIMUNGKINKAN pejabat yang ragu bahwa suatu
SK itu cacat/kurang substansi/sewenang2 dll boleh minta ke Pengadilan TUN
untuk diterbitkan bahwa SK itu clear.

PERBANDINGAN HUKUM ACARA PERDATA DENGAN HUKUM ACARA PTUN

Perbandingan dasar antara hukum acara pidana dan hukum acara perdata
HAPID mencari kebenaran materiil, sementara HAPER mencari kebenaran formil.
HAPID tidak memiliki proses mediasi, sementara HAPER ada proses mediasi.
6
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

HAPID hakimnya bersifat aktif dalam menentukan lingkup perkara dan mencari
kebenaran dari suatu proses berdasarkan alat bukti yang ada.
HAPER hakimnya bersifat pasif, namun tetap aktif dalam memimpin jalannya
persidangan dan memberikan nasihat kepada para pihak (Pasal 119 HIR).

KARAKTERISTIK HUKUM ACARA PERDATA DENGAN HUKUM ACARA PTUN

UMUM: Agama, TUN, Militer


Peradilan umum menangani pidana dan perdata
KHUSUS: peradilan tipikor
Peradilan
PTUN: Peradilan pajak

Persamaan HAPER DAN HAPTUN

Perdamaian harus
Perma 1 tahun 2016.

Jurusita: minjem di PN terdekat. Jurusita di PN tuh nganterin surat. Surat panggilan,

Tidak semua prodeo

Pengajuan gugatan: tempat kediaman tergugat=> dikantornya. Karna yg digugat jabatannya.


Misal yg digugat Gubernur DKI Jakarta. Rumah dinas dia kan di menteng ya, ya gugatannya
diajukan di menteng.

7
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Isi gugatan: persona standi posita, dll

Pemanggilan para pihak ada perbedaan jangka waktu

Eksekusi adalah

HAPER HAPTUN
Objek gugatan 1) PMH 1) Beschikking: individual konkrit final
2) Wanprestasi 2) Tindakan faktual: penggusuran tanah
tidak ada pemberitahuan
3) PMH oleh Badan/Pejabat
Pemerintahan
(onrechtmatigeoverheidsdaad)
Tuntutan Mohon Pernyataan batal/tidak sah suatu
pelaksanaan/perjanjian, keputusan, ganti rugi, rehabilitasi
ganti rugi. (untuk kepegawaian).
Subjek perkara Orang pribadi Orang pribadi/Badan Hukum Perdata
Badan Hukum Perdata
X
X
Badan/Pejabat TUN
Orang pribadi
Badan Hukum Perdata
Tenggang waktu tergugat Tidak ada batas waktu 90 hari sejak keputusan
kecuali UU mengatur diterima/diumumkan kepada pihak
lain. yang dituju dari keputusan tersebut.
Contoh: UU (jadi kalo tergugat tidak setuju maka
Pendaftaran tanah.
ssa)

Tahapan berperkara
Putusan verstek Bisa ajuin verzet Pasal 72 PTUN tidak mengenal verstek
Rekonvensi
Berlakunya putusan Hanya bagi para pihak Selain bagi para pihak juga bagi pihak
yang berperkara. lain yang berkaitan
8
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

PERTEMUAN KE-3 13/9/2021 BATASNYA DISINI

9
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Hukum Acara Perdata Hukum Acara PTUN


Persamaan 1. Inisiatif Penggugat
Pasal 53 butir 1 UU PTUN: orang atau badan hukum yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan TUN dapat
mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang
yang berisi tuntutan agar keputusan TUN yang disengketakan itu
dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan
ganti rugi atau rehabilitasi.
Seseorang yang merasa bahwa kepentingannya diganggu, dapat
mengajukan gugatan.
2. Pengajuan Gugatan:
Kedua hukum acara ini menganut asas mengajukan gugatan kepada
pengadilan yang berwenang, yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan atau tempat tinggal tergugat (asas actor
sequitur forum rei)
Ada 2 macam kewenangan
a. Kewenangan absolut: menganut asas mengajukan gugatan
kepada pengadilan yang berwenang.
Berdasarkan obyek gugatannya. Kalau perdata biasa berarti
mengajukan ke peradilan umum (Pengadilan Negeri), kalau KTUN
mengajukannya ke PTUN.
Dasar hukum: Pasal 47 UU PTUN
Dalam HIR: Pasal 134
b. Kewenangan relatif: gugatan diajukan pada domisili tempat
tergugat tinggal.
Pasal 54 UU PTUN, kalau tergugatnya lebih dari 1, Pasal 54 UU
PTUN. Menurut Pasal 54 UU PTUN: gugatan diajukan di tempat
tinggal tergugat (Pejabat TUN yang menandatangani Keputusan
TUN tersebut)
Dalam HIR: Pasal 118
3. Perdamaian
Tahap perdamaian harus ditawarkan terlebih
dahulu. Dasar hukum: PERMA No. 1 Tahun 2016
Dalam HIR: Pasal 131 ayat (1) HIR
4. Pemeriksaan prodeo
Pemeriksaan sukarela bagi orang yang tidak mampu.
10
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Dasar hukum: Pasal 60 – 61 UU PTUN, Pasal 121 (4) HIR, Pasal 237
HIR
5. Isi gugatan
Biasanya gugatan harus memuat duduk perkara (fundamentum
petendi / posita) yang memiliki dua bagian: 1) memuat alasan
berdasarkan keadaan, 2) alasan-alasan berdasarkan hukum.
Identitas para pihak, dasar gugatan, dan petitum atau hal-hal yang
diminta penggugat untuk diputuskan oleh hakim.
6. Pendaftaran perkara
Pendaftaran perkara harus membayar terlebih dahulu. Setelah
dibayar, baru panitera mendaftarkan gugatan tersebut dalam buku
daftar perkara.
Pasal 59 UU PTUN.
Ada pengecualian dalam PTUN, yaitu boleh tidak membayar,
asalkan ada surat keterangan tidak mampu.
7. Penetapan hari sidang
Setelah gugatan terdaftar dalam buku daftar perkara dan telah
dianggap cukup lengkap, pengadilan menentukan hari sidang. Dalam
menentukan hari sidang, hakim harus mempertimbangkan jauh
dekatnya tempat tinggal kedua belah pihak dari tempat
persidangan.
8. Pemanggilan para pihak
Dilakukan setelah gugatan dianggap cukup lengkap dan telah
ditentukan hakim/majelis yang akan memeriksa dan memutus
perkara. Bila salah satu pihak ada di luar wilayah RI, maka ketua
pengadilan yang bersangkutan melakukan pemanggilan melalui
perantaraan perwakilan RI di negara tempat tinggal atau kedudukan
pihak yang dipanggil.
9. 2 macam jawaban Tergugat
Dasar hukum dalam UU No. 5 Tahun 1986: Pasal 72, 74, 75 ayat 2, 76
ayat 1, Pasal 77
a. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara
(eksepsi)
Dalam HIR:
Hanya mengenal 1 macam eksepsi, yaitu perihal tidak
berkuasanya hakim  ada 2 macam, eksepsi menyangkut

11
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

kekuasaan absolut atau relatif. >> disebut eksepsi prosesuil.


Eksepsi prosesuil lainnya: bahwa putusan sudah pernah diputus
dan putusannya telah BHT, eksepsi bahwa persoalan yang sama
sedang diperiksa oleh PN yang lain / masih banding / kasasi;
eksepsi bahwa ybs tidak memiliki kualifikasi / sifat untuk bertindak.
Eksepsi materiil: eksepsi dilatoir (gugatan penggugat belum
dapat dikabulkan, misalnya oleh karena penggugat telah
memberikan penundaan pembayaran), eksepsi peremptoir
(menghalangi dikabulkannya gugatan, misalnya oleh karena
gugatan telah diajukan lampau waktu)
Dalam UU PTUN:
Dalam Pasal 77, disebutkan:
Eksepsi tentang kewenangan absolut: berkaitan dengan
kewenangan pengadilan administrasi untuk memeriksa dan
memutus pokok sengketa. Apakah kewenangan tersebut bukan
merupakan kewenangan pengadilan lain? Misal: perbuatan
pemerintah mengeluarkan peraturan (regeling) yang merupakan
wewenang MA. Perbuatan yang bersentuhan dengan
kewenangan absolut: Pasal 2, 3, 48, 49, 51 UU No. 5 Tahun 1986.
Eksepsi tentang kewenangan relatif: wilayah hukum suatu
pengadilan administrasi
Eksepsi lain yang tidak mengenai kewenangan pengadilan:
 eksepsi gugatan penggugat kabur (exceptie obscure libel)
 eksepsi yang menyatakan seharusnya penggugat juga
menggugat tergugat lainnya
 sengketa yang diajukan penggugat telah/pernah diperiksa dan
diadili, bahkan telah BHT  berdasarkan asas nebis in idem,
tidak bisa diperiksa dan diadili kembali
 sengketa yang sedang diperiksa berkaitan dengan perkara
lain yang belum diputus pengadilan lain
 sengketa belum waktunya diajukan (misal: permohonan
belum lewat jangka waktu)
 sengketa tsb masih tegrantung atau masih dalam proses
pengadilan dan belum BHT
b. Jawaban langsung mengenai pokok perkara

12
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

10. 2 macam putusan


a. Putusan sela (Pasal 83 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1986)
Putusan yang dikeluarkan oleh Hakim sebelum mengeluarkan
putusan akhir dengan maksud mempermudah pemeriksaan
perkara selanjutnya dalam rangka memberikan putusan akhir.
Dalam HAPER:
Putusan preparatoir: mempersiapkan perkara
Putusan insidentil: bila ada penggabungan, intervensi dan adanya
pemanggilan pihak ketiga sebagai penjamin.
Putusan provisionil: sehubungan dengan tuntutan pada pokok
perkara dan sementara diadakan tindakan pendahuluan.  dapat
dilaksanakan terlebih dahulu.
Merupakan bagian dari Berita Acara (Pasal 185 HIR)
Dalam HAPTUN:
Tidak dikenal putusan provisional karena surat gugat dan proses
peradilan tidak menghentikan tindakan administrasi negara yang
digugat. Putusan sela dicantumkan dalam Berita Acara
Persidangan dengan keterangan “belum memperoleh kekuatan
hukum tetap”
b. Putusan akhir (Pasal 97 UU No. 5 Tahun 1986)
Putusan yang sifatnya mengakhiri suatu sengketa dalam tingkat
tertentu.
11. 2 macam upaya hukum
a. Upaya hukum biasa
b. Upaya hukum luar biasa
12. Kuasa
Pihak yang bersengketa dapat didampingi atau diwakili oleh
seseorang atau beberapa orang kuasa. Pemberian kuasa dapat
secara tertulis atau lisan di persidangan.
Berkaitan dengan pemberian bantuan hukum.
13. Pemeriksaan Perkara
Biasanya diperiksa dan diputus oleh 3 orang hakim, walaupun dalam
hal tertentu mungkin diperiksa oleh hakim tunggal.
Dimulai dengan pembacaan gugatan dan jawaban, kemudian para
pihak diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan

13
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

seperlunya, baik terhadap gugatan ataupun terhadap jawaban.


Penggugat sewaktu-waktu dapat mencabut gugatannya sebelum
tergugat memberikan jawaban. Bila tergugat sudah menjawab, maka
pencabutan dengan persetujuan tergugat.
14. Pihak Ketiga
Masuknya pihak ketiga dalam HAPER (berpedoman pada RV):
a. Vrijwaring: masuknya pihak ketiga dalam perkara atas
permohonan tergugat untuk melindungi kepentingan tergugat.
b. Tussenkomst / Intervensi: masuknya pihak ketiga atas kemauan
sendiri, tidak memihak para pihak, namun memperjuangkan
kepentingannya sendiri.
c. Voeging: masuknya pihak ketiga yang merasa berkepentingan,
lalu mengajukan permohonan kepada majelis agar diperkenankan
mencampuri proses tsb dan menyatakan ingin menggabungkan
diri dengan satu pihak.
Masuknya pihak ketiga dalam UU PTUN:
a. Atas kemauan sendiri untuk mempertahankan atau membela
kepentingannya agar jangan sampai dirugikan oleh putusan
pengadilan dalam sengketa yang sedang berjalan
b. Pihak ketiga yang masuk dalam proses yang sedang berjalan
karena permintaan salah satu pihak untuk bergabung
memperkuat posisi hukum pihak yang memintanya
c. Masuknya pihak ketiga ke dalam proses yang sedang berjalan
atas prakarsa hakim yang memeriksa perkara
15. Alat Bukti
HIR UU PTUN
1. Bukti Surat 1. Surat atau tulisan
a. Surat biasa: tidak dimaksudkan a. Akta otentik:
untuk menjadi bukti dibuat oleh / di
b. Akta otentik: 165 HIR. hadapan
Dibuat oleh / di hadapan pegawai pejabat umum
yang berwenang. b. Akta bawah
Kekuatan bukti sempurna: isi akta tangan:
oleh hakim dianggap benar, hingga ditandatangani
ketidakbenarannya dibuktikan. 

14
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

hanya berlaku bagi para pihak atau oleh pihak yang


ahli warisnya. bersangkutan
Untuk pihak ketiga: kekuatan bukti c. Surat lain yang
bebas. bukan akta
Kekuatan bukti materiil: apa yang 2. Keterangan ahli
diterangkan adalah benar. 3. Keterangan saksi
Kekuatan bukti formil: para pihak 4. Pengakuan
sudah menerangkan yang tertulis para pihak
dalam akta. 5. Pengetahua
c. Akta bawah tangan  contoh: Surat n hakim
perjanjian utang piutang, kwitansi,
dll.
Acara pertama: tandatangan 
harus berusaha membuktikan
kebenaran dari tandatangan tsb.
2. Bukti Saksi
Menjelaskan apa yang ia dengar, lihat,
rasakan sendiri.
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah

16. Putusan Pengadilan


Hakim akan bermusyawarah guna mengambil putusan. Sidang
bersifat rahasia. Hakim wajib memberi putusan terhadap setiap
bagian yang digugat oleh penggugat dalam gugatannya. Ia dilarang
memberikan putusan mengenai hal-hal yang tidak digugat atau
memberikan putusan yang isinya melebihi yang digugat dalam
gugatan.
17. Pelaksanaan Putusan Pengadilan
Dilakukan atas perintah ketua pengadilan yang mengadilinya pada
tingkat pertama. Bila pihak yang dikalahkan tidak mau dengan
sukarela melaksanakan isi putusan, kepada pengadilan yang
memutus pada tingkat pertama.

15
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Perbedaan HAPER HAPTUN


1. Pengajuan Gugatan: 1. Pengajuan Gugatan:
Bila tempat tinggal dan Gugatan dapat diajukan kepada
tempat kediaman tergugat Pengadilan yang daerah hukumnya
tidak diketahui, maka meliputi tempat kediaman tergugat
gugatan diajukan kepada  disesuaikan dengan sifat sengketa
PN tempat kediaman TUN. Kemudian ada pengaturan jika
penggugat. Bila gugatan salah satu pihak berkedudukan di
mengenai benda tidak luar negeri.
bergerak, gugatan diajukan 2. Permohonan perkara cuma-cuma:
ke PN tempat benda penetapan untuk berperkara cuma-
berada. cuma yang ditetapkan oleh
2. Permohonan Perkara pengadilan tingkat pertama
cuma-cuma berlaku sampai tingkat akhir.
Penetapan untuk berperkara 3. Objek gugatan: Keputusan TUN
cuma-cuma hanya berlaku (beschikking)
untuk satu tingkat 4. Subyek gugatan: kedudukan
peradilan saja. tergugat dan penggugat tidak
3. Objek gugatan seimbang (pribadi / Badan Hukum
Perbuatan melawan hukum Perdata vs. Badan atau Pejabat
dan wanprestasi. TUN)
4. Subyek gugatan 5. Tuntutan: agar KTUN dinyatakan
Tergugat dan penggugat batal atau tidak sah, dengan atau
kedudukannya seimbang tanpa disertai tuntutan ganti rugi
5. Tuntutan dan/atau rehabilitasi

Dalam HAPER, tuntutannya 6. Tenggang waktu gugatan: 90 hari

biasanya permohonan 7. Putusan verstek: Tidak dikenal

pelaksanaan atau (Pasal 72 UU No. 5 Tahun 1986) 


pembatalan perjanijan, ganti karena dalam PTUN yang menjadi
rugi. tergugat adalah badan atau pejabat
6. Tenggang waktu gugatan TUN, maka tidak mungkin tidak
Lebih lama (bisa tahunan) diketahui tempat kedudukannya. Jika
7. Putusan verstek tergugat tidak hadir, pihak tergugat

Dikenal, dalam Pasal 125 diberi kesempatan 3x, bila tidak hadir

dan 126 HIR. maka tergugat kehilangan hak dalam

Merupakan pernyataan proses persidangan.

16
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

bahwa tergugat tidak hadir,

17
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

yang hanya dapat 8. Rapat permusyawaratan: dikenal,


dinyatakan apabila pihak ada prosedur khusus (Pasal 62 UU
tergugat semuanya tidak No. 5 Tahun 1986)
datang menghadap pada 9. Pemeriksaan Persiapan
sidang pertama. Dan Dikenal. Fungsi: untuk melengkapi
apabila perkara gugatan yang kurang jelas (Pasal 63
dimundurkan, UU No. 5 Tahun 1986)
semua tergugat juga tidak Ada yang namanya penelitian
datang. administrasi: tahap pertama,
8. Rapat memeriksa gugatan yang masuk.
Permusyawaratan: tidak Mengecek apakah syarat-syarat
dikenal adanya prosedur gugatan sudah terpenuhi.
khusus. 10. Rekonvensi
9. Pemeriksaan Persiapan Rekonvensi tidak dikenal karena
Tidak dikenal kedudukan para pihak tetap dan
pemeriksaan persiapan. obyek sengketa berupa KTUN.
Ketidak lengkapan Penggugat: rakyat, tergugat:
gugatan merupakan badan/pejabat TUN. Yang
tanggung jawab berwenang mengeluarkan KTUN
penggugat. adalah badan / pejabat TUN, bukan
10. Rekonvensi rakyat, sehingga pejabat / badan
Dikenal. Hak istimewa TUN tidak mungkin bisa mengajukan
yang diberikan kepada gugatan balasan atau gugat balik
tergugat untuk kepada rakyat.
mengajukan suatu 11. Pemeriksaan Acara Cepat
kehendak untuk Pasal 98 dan 99 UU PTUN.
menggugat terhadap 12.Peran pengadilan Tinggi
pihak penggugat. Pengadilan Tinggi TUN tidak hanya
11. Pemeriksaan Acara berfungsi sebagai pengadilan
Cepat banding, tetapi juga sebagai
Tidak dikenal. Walaupun pengadilan tingkat pertama
diperiksa oleh hakim sehubungan dengan perkara yang
tunggal, tetap mengikuti melalui prosedur banding
prosedur acara biasa. administratif sesuai ketentuan Pasal
12. Peran Pengadilan Tinggi 48 UU No. 5 Tahun 1986.
13. Sistem Pembuktian

18
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Hanya sebagai Mengarah pada sistem pembuktian


pengadilan tingkat bebas (vrikbewijs) tetapi terbatas
banding. (Pasal 100, 107 UU No. 5 Tahun
13. Sistem Pembuktian: 1986)
untuk memperoleh  untuk memperoleh kebnaran
kebenaran formal. material.
14. Jurusita: dikenal. Hakim TUN tidak seluruhnya bebas
15. Eksekusi: eksekusi dalam menentukan jalannya
dilaksanakan oleh pembuktian. Hanya bebas
jurusita. Ada upaya paksa menentukan apa yang harus
seperti penyitaan yang dibuktikan, menentukan beban
diikuti pelelangan dan pembuktian. Hasil pembuktian
bantuan pihak kepolisian dibatasi oleh: dua alat bukti
dalam pengosongan berdasarkan keyakinan Hakim.
rumah. (Pasal 107)
16. Hakim Adhoc: tidak 14. Jurusita: tidak berperan karena bisa
dikenal. menggunakan jasa pos.
17. Eksekusi: ada 3 macam: 15. Pengujian Hakim bersifat ex-tunc:
a. Pasal 196 HIR: hakim dalam memutus tidak boleh
dihukum membayar menggunakan dasar hukum yang
sejumlah uang berlaku setelah Surat Keputusan

Jika sebelum putusan atau KTUN tersebut dikeluarkan. 


telah dilakukan sita pengujian yang dilakukan hakim
jaminan, maka terbatas pada fakta atau keadaan
otomatis mjd sita hukum pada saat KTUN yang
eksekutorial. Melelang disengketakan dikeluarkan.
barang-barang milik KTUN yang dinyatakan tidak sah
pihak yang kalah akan berlaku surut (retroaktif) 
sehingga mencukupi keadaan dikembalikan pada keadaan
jumlah yang harus semula. Akibat hukum yang
dibayar. Kalau ditimbulkan dianggap tidak sah dan
sebelumnya belum dianggap tidak ada.
pernah dilakukan sita, 16. Hakim Adhoc: dikenal. (Pasal 135
barang bergerak disita UU PTUN)
lebih dulu, jika belum
cukup, baru dilakukan

19
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

terhadap barang-

20
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

barang yang tidak 17. Putusan hakim tidak boleh bersifat


bergerak. ultra petita tetapi dimungkinkan
b. 125 HIR: melakukan reformatio in peius.
suatu perbuatan Ultra petita: melebihi tuntutan yang
Pasal 225 HIR: jika itu diajukan Penggugat
tidak dilakukan, pihak Reformatio in peius: membawa
yang menang bisa ke penggugat dalam keadaan yang
ketua PN dan lebih buruk
meminta agar 18. Eksekusi: ada 2 macam, yaitu
kepentingannya dinilai eksekusi otomatis dan hierarkis
dengan uang. Otomatis: pasal 116 (1,2) : tidak
c. eksekusi riil perlu dilaporkan kepada atasan
Pasal 200 ayat (11) jo. pejabat yang menerbitkan SK
Pasal 1033 RV. TUN, tapi karena SK tsb
mengandung cacat hukum maka
otomatis gugur demi hukum.
Hierarkis: perlu dilaporkan kepada
atasan pejabat yang menerbitkan SK
TUN, kalau sampai batas waktu
tertentu SK TUN tidak dicabut
sedangkan SK TUN yang baru tidak
diterbitkan.

TINDAK PEMERINTAH, KEPUTUSAN ADMINISTRASI NEGARA

Macam-macam Tindakan Administrasi


Administrasi negara adalah subyek hukum yang mewakili 2 institusi, yaitu:
-
Jabatan pemerintahan
-
Badan hukum
Pejabat termasuk ke dalam subyek hukum karena ia bertindak sebagai pribadi dan
jabatan.
2 macam tindakan hukum:

21
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

 Tindakan hukum publik (publirechtshandelingen), ada 2 macam:


o Bersifat murni  Sebagai tindakan hukum yang dilaksanakan
berdasarkan kewenangan publik
o Bersifat campuran antara hukum publik dan privat
 Tindakan hukum privat (privatrechtshandelingen)
Cara menentukan tindakan pemerintah diatur oleh hukum publik atau privat:
Hukum Publik Hukum Privat
Kedudukan Pemerintah dalam Bertindak dalam kualitas Bertindak tidak dalam kualitas
Menjalankan Tindakan sebagai pemerintah. sebagai pemerintah.
Kedudukan pemerintah : Terlibat dalam pergaulan
memelihara kepentingan umum keperdataan
Pembedaan overheid Overheid : melaksanakan Licham : wakil dari badan
(pemegang kewenangan kewenangan atau tugas-tugas hukum yang dapat bertindak
pemerintahan) dan lichaam pemerintahan yang diberikan dalam lingkungan keperdataan.
(badan hukum) dan diatur oleh ketentuan Contoh: ketika kabupaten
hukum publik. membeli beberapa mobil bus
baru untuk kepentingan
perusahaannya.

Karakteristik Tindakan Hukum Pemerintahan


Perbedaan pendapat:
 Semua tindakan hukum yang terjadi dalam lingkup hukum publik bersegi 1
o Tidak ada perbuatan hukum publik bersegi 2
o Tidak ada perjanjian yang diatur oleh hukum publik  perjanjian
berdasarkan persesuaian kehendak para pihak
 Ada tindakan hukum publik yang bersegi dua  bentuknya tetap perjanjian,
namun isinya tetap ditentukan.
Contoh:
o Perjanjian kerja jangka pendek
o Pertambangan  diizinkan untuk mengeksploitasi dengan ketentuan
yang sudah diatur dalam UU

Sepihak / Segi Satu Banyak Pihak / Segi Dua

22
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Top Down  pemerintah terhadap Sejajar


orang dan badan hukum perdata
Tidak sederajat Sederajat
Searah / Sepihak  Karena keinginan Dua arah
/
kehendak hanya berasal dari 1 pihak
Tidak ada negosiasi setelah keputusan Bisa terjadi negosiasi  seperti konteks
sudah diambil keperdataan. Contoh: jual beli

W. F. Prins : Titik berat pelaksanaan : pernyataan kehendak pemerintah:


 Kalau kehendak Administrasi Negara lebih besar  Tindakan hukum publik
 Kalau seimbang  tindakan hukum privat
Syarat tindakan hukum privat (bersegi 2)  salah satu pihak merupakan subyek
hukum publik.
Tidak ada hukum publik yang mengikat pemerintah kecuali kewenangan.
Tindakan hukum bersegi 1:
-
Pengaturan (regelingsbesluit)  umum, abstrak, terus menerus. Contoh:
peraturan perUUan
-
Norma Jabaran (concrete norm geving): konkret, pelaksanan praktis menurut
waktu dan tepat pada ketentuan umum
-
Legislasi semu (pseudo-wetgeving, Spiegel regelingen, beleidsregel): kebijakan
untuk melaksanakan ketentuan UU dan dipublikasikan secara luas.
-
Penetapan / Keputusan (beschikking)  contoh: kekuasaan perUUan, kekuasaan
kehakiman
Administrasi Negara memiliki kedudukan khusus sebagai satu-satunya pihak yang
diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan kepentingan umum.
Tindakan Hukum Administrasi Negara dasarnya : kewenangan yang memiliki asas
legalitas  sesuai dengan peraturan per-UU-an (asas wetmatigheid van bestuur),
pelaksanaannya dengan:
-
Kerjasama (samenwerking)
-
Perjanjian (overeenkomst)
-
Perizinan (verguning)

23
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

-
Konsesi (consessie)

Skema tindakan hukum pemerintahan:

Bestuurshandelingen

Feitelijkehandelingen Rechtshandelingen

Tindakan hukum privat Tindakan hukum publik

Tindakan hukum publik beberapa pihak


Tindakan hukum publik sepihak

Keputusan yang ditujukan untuk umum


Keputusan

Umum - Abstrak Umum - Konkret Individu - Abstrak Individu - Konkret

Klasifikasi tindak administrasi negara:


1. dilihat dari segi sifat, terdapat tindak adm negara yang bersifat perintah,
pelayanan, dan pembangunan
2. dilihat dari segi akibat, ada yang berakibat hukum dan ada pula yang tidak
berakibat hukum
3. dilihat dari daya laku, ada yang berdaya laku umum dan dapat pula berdaya laku
khusus (individual)
4. dilihat dari oposabilitas (dapat ditentang), tindak adm negara ada yang intern
dan ada yang ektern
5. dilihat dari segi manifestasi kehendak, dapat berbentuk unilateral, bilateral, dan
multilateral
6. dilihat dari segi struktur, ada yang berstuktur sederhan dan komplek
7. dilihat dari segi jangka waktu berlakunya, ada yang jangka waktu satu kali dan
saat itu (eenmalig) dan ada yang jangka waktu berlakunya terus menerus
(dauerhaftig)

24
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Instrumen Tindakan Administrasi Negara:


- Hukum publik: untuk menjalankan kekuasaan public, dijelmakan dalam
kualitas pejabat TUN
- Hukum privat: untuk melakukan perbuatan hukum keperdataan, dijelmakan
dalam kualitas badan hukum
Keuntungan pemanfaatan Tindakan Administrasi Negara privat:
- Ketegangan yang disebabkan oleh tindakan sepihak pemerintah dapat
dikurangi
- Hampir selalu dapat memberikan jaminan kebendaan
- Saat jalur hukum public mengalami kebuntuan, jalur perdata memberi jalan
keluar
- Lembaga keperdataan selalu dapat diterapkan untuk segala keperluan karena
sifatnya fleksibel
- Para pihak bebas menentukan perjanjian, walaupun pada dasarnya dibatasi
oleh UU. Isi perjanjian bergantung pada kesepakatan para pihak. Ketentuan
UU bersifat memaksa untuk bentuk perjanjian
Kerugian pemanfaatan TAN privat:
- Penggunaannya oleh pemerintah tidak selalu pasti dimungkinkan, yaitu dalam
hal untuk mencapai tujuan pemerintah yang tersedia bentuknya menurut
hukum public
- Pengaturan pembagian wewenang intern jajaran pemerintah kadang menjadi
kacau
- Efektivitas pengawasan preventif dan represif maupun jalur banding
administrative kadang tidak dapat ditempuh
- Pemerintah dengan kedudukannya yang khusus (menjaga & memelihara
kepentingan umum) menuntut kedudukan yang khusus pula dalam hubungan
hukum keperdataan yang dapat mengakibatkan pemutusan sepihak
perjanjian yang telah diadakan dengan warga
- mudah menjurus pada detourment de procedure, artinya dengan enempuh
jalur perdata lalu menyimpang dari jalur prosessual

25
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Macam Tindakan Administrasi Negara Hukum Privat : (untuk lebih lengkap


silakan baca Indroharto Jilid I halaman 115-137)
1. Perjanjian perdata biasa
Harta kekayaan negara dipertanggungkan oleh lembaga hukum publik yang
menjadi induk dari Badan atau Pejabat TUN, guna memenuhi kewajiban yang
ditetapkan dalam perjanjian semacam itu.
Harta kekayaan negara dikuasai oleh lembaga hukum public dari organisasi
negara, seperti lembaga tinggi negara, departemen, provinsi, kabupaten, dsb.
Lembaga hukum publik tsb punya kemandirian karena ia berkedudukan
sebagai badan hukum perdata  melakukan hubungan perjanjian 
mengikatkan harta kekayaannya guna memenuhi isi perjanjian yang telah ia
lakukan dengan perantaraan badan atau pejabat TUN yang menjadi
organnya.
2. Perjanjian mengenai wewenang pemerintahan
Perjanjian antara badan atau jabatan TUN dengan warga masyarakat dan
yang diperjanjikan adalah mengenai cara badan atau jabatan TUN
menggunakan wewenang pemerintahannya.
Kekuatan mengikat daripada perjanjian antara pemerintah dengan warga
masyarakat mengenai cara instansi yang tersebut akan menggunakan
wewenang pemerintahannya tidak selalu dapat sama dan seimbang seperti
pada perjanjian perdata biasa.
3. Perjanjian mengenai kebijakan yang akan dilaksanakan
Obyek perjanjian: mengenai hak kebendaan (harta kekayaan) pemerintah
yang dimaksudkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan kebijakan yang
ditempuhnya.
4. Perjanjian jual beli barang dan jasa
Pada umumnya perjanjian merupakan kontrak standar, yang sudah ditentukan
syarat / kondisi secara sepihak oleh salah satu pihak.
Ada kewenangan untuk membuat perjanjian dengan pihak ketiga.
Contoh: distribusi listrik, air minum, gas, telpon

KEPUTUSAN ADMINISTRASI NEGARA

26
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

90 hari mengajukan gugatan adalah batas waktu mengajukan gugatan HAPTUN


sejak SK yang merugikan diterima. Namun, sayangnya seringkali pihak tergugat
yang ingin mengajukan gugatan HAPTUN menyimpan SK tersebut tanpa
memperhatikan waktu gugatan HAPTUN tersebut dapat diajukan ke PTUN.
Pengecualian terdapat pada hari libur nasional, dimana tenggat waktu nya ditambah.
Misalnya, jika SK diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2011, kemudian pada tanggal
16 Januari 2011 SK tersebut diterima oleh pihak yang dirugikan. Sehingga,
dihitungnya sejak tanggal 17 Januari 2011. Sehingga perhitungannya adalah 15 hari
ditambah 28 hari bulan Februari ditambah 31 Maret sama dengan 74 hari, sehingga
jangka waktu SK jatuh tempo pada 16 April 2011. Jadi tidak boleh mengajukan
gugatan setelah 16 April 2011.
Asas-asas Keputusan :
A. Belanda – larangan melampaui wewenang

Kepastian hukum, pengharapan, perlakuan yang sama terhadap kasus yang


sama; pertimbangan kepentingan.
B. Perancis – larangan melampaui wewenang

Persamaan di depan hukum; tanggung jawab keuangan publik.


C. Uni Eropa – larangan melampaui wewenang

Pertimbamhan kepentingan; kepastian hukum; harapan keadilan; prinsip


keseimbangan; persamaan peraturan.
Sanksi-Sanksi Administrasi
- Paksaan pemerintah

- Penarikan Keputusan Tata Usaha Negara yang menguntungkan

- Pengenaan denda administrasi

- Pengenaan uang paksa

Dalam fenomenanya, seringkali hubungan antara Pemerintah daerah, misalnya


hubungan antara Gubernur provinsi dengan Bupati tidak harmonis, yang seringkali
juga mengakibatkan tidak dipatuhinya peraturan pemerintah pusat oleh pemerintah
daerah, misalnya dalam hal pemberian sanksi. Hal ini merupakan ekses dari

27
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan keputusan pemerintah dilaksanakan


secara hierarkies dari pusat ke daerah.
Keputusan TUN yang menguntungkan misalnya adalah SK pengangkatan seorang
pegawai yang cenderung menguntungkan pegawai tersebut atau semacam
kolusi/nepotisme.
Pembatalan Putusan (Nietig)/ Batal Mutlak (Absoolut Nietig)
a. Bagi hukum, akibat suatu perbuatan yang dilakukan dianggap tidak ada.

b. Pembatalan oleh hakum karena adanya kekurangan esensiil (kesalahan


substansi).

Untuk kesalahan-kesalahan seperti penulisan nama, bisa digantikan dengan


SK baru.
c. Pembatalan besifat ex-tunc (dimundur kan ke belakang, misalnya SK 1
Januari 2011 menjadi SK 1 Januari 2012).

Batal demi hukum (nietig van rechstwege) :


a. Akibat suatu perbuatan untuk sebagian atau seluruhnya bagi hukum dianggap
tidak ada.

b. Tanpa diperlukan putusan hakim atau badan pemerintahan lain yang


berkompeten.

c. Pembatalan bersifat ex-tunc

Dapat dibatalkan (vernietigbaar) :


a. Pembatalan karena ada sesuatu kekurangan

b. Bagi hukum perbuatan yang dilakukan dan akibatnnya dianggap sah sampai
waktu pembatalan oleh hakum atau badan pemerintahan yang berkompeten.

c. Bersifat ex-tunc.

Dalam contoh kasus faktual yang ada, KEPPRES tentang izin perusahaan mobil
Timor misalnya menjadi contoh bentuk pelampauan wewenang dalam Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara.
(sumber: FH UI Guide, Ibrahim Siregar)

28
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Keputusan TUN yang fiktif / negatif: setelah badan atau pejabat TUN
menerima suatu permohonan dari seseorang atau badan hukum perdata, ia
tinggal diam saja dan tidak mau mengeluarkan suatu keputusan TUN yang
dimohon sama sekali.  apabila hal yang dimohonkan itu termasuk ke dalam
kewenangannya, menurut Undang-Undang, dianggap telah mengeluarkan suatu
penetapan tertulis yang berisi suatu penolakan atas suatu permohonan yang
telah diterimanya itu.
Jika hal yang dimohonkan itu di luar kewenangannya, contoh: lurah dimohon untuk
mengeluarkan sertifikat tanah  apabila lurah itu tidak mengadakan reaksi apapun
terhadap permohonan tsb, UU juga tidak menganggap lurah tersebut sebagai telah
mengeluarkan suatu keputusan penolakan.
Sikap diam tersebut dapat digugat di PTUN, apabila hal yang dimohonkan tersebut
merupakan wewenang yang menjadi kewajiiban dari badan atau pejabat TUN yang
menerima permohonan yang bersangkutan.

UPAYA ADMINISTRATIF

Upaya administratif: suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan
hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu keputusan TUN.
1. Banding Administatif
Dalam hal penyelesaiannya harus dilakukan oleh instansi atasan atau instansi
lain dari yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan
Contoh:
Keputusan Majelis Pertimbangan Pajak berdasarkan Staatsblad 1912 No. 29
jo UU No. 5 Tahun 1959.
Keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian berdasarkan PP No. 30 / 1980
Peraturan tentang Disiplin PNS.
Keputusan Panitia Perselisihan Perburuhan Pusat berdasarkan UU No.
22/1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.
2. Keberatan
Dalam hal penyelesaian KTUN tersebut harus dilakukan sendiri oleh badan
atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan tersebut.

29
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Contoh:
Pasal 25 UU No. 6/1983 tentang ketentuan umum perpajakan

Pada upaya administratif, oleh instansi pemutus perselisihannya dilakukan penilaian


yang lengkap terhadap KTUN yang disengketakan, baik mengenai segi penerapan
hukumnya maupun segi kebijaksanaan yang diterapkan.
Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986, “Dalam hal suatu badan atau pejabat TUN diberi
wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundangan untuk menyelesaikan
secara administratif sengketa TUN tertentu, maka sengketa TUN tersebut harus
diselesaikan melalui upaya administrative yang tersedia. Pengadilan baru
berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa TUN tersebut jika
seluruh upaya administrative yang bersangkutan telah digunakan.
Penyelesaian melalui peradilan adalah langkah terakhir.

KEPENTINGAN:
 Terhadap nilai yang dilindungi:
o Dalam kaitannya dengan penggugat (Subyek)
o Dalam kaitannya dengan KTUN yang digugat (Obyek)
 Untuk kepentingan berporses
Tujuan yang ingin dicapai dengan mengajukan gugatan.

Terhadap nilai yang dilindungi


 Oleh hukum merupakan syarat minimal dasar gugatan
 Kepentingan disini adalah nilai yang merugikan akibat terbitnya KTUN (pasal
1) atau suatu penolakan (Pasal 3)
 Kepentingan bisa bersifat materiil / immaterial, individual / umum
Kepentingan dalam kaitan dengan Penggugat
 Ada hubungan dengan penggugat sendiri
 Bersifat pribadi dan langsung
Kepentingan dalam kaitannya dengan PTUN

30
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Dari segala macam keputusan yang dikeluarkan dalam suatu proses pembentukan
KTUN, maka hanya KTUN yang menimbulkan akibat hukum yang dikehendaki oleh
badan / jabatan TUN yang menerbitkan saja yang mempunyai arti untuk digugat.

Penggugat (Ps 53 ayat (1))


1. Seseorang / badan hukum perdata
2. Kepentingan dirugikan
3. Oleh KTUN
Tergugat (Ps 1) —> badan TUN Hak Penggugat
1. Dapat diajukan gugatan tertulis
2. Kepada pengadilan yang berwenang —> kewenangan absolut
3. Tuntutan KTUN batal / tidak sah
4. Dengan/tanpa ganti rugi dan/atau rehabilitasi
o Konsep di PTUN, ganti rugi maksimal 5jt, minimal 200rb (PP 43/1999)
—> PP ini tidak pernah berubah sampai sekarang —> mengapa tidak
ada perubahan padahal rupiah mengalami naik-turun? Karena
memang di PTUN ganti rugi bukanlah hal yang utama
o Rehabilitasi = untuk administrasi —> jabatan karir —> saat sblm
digugat x adalah Kepala Dinas, setelah digugat maka x dicabut
jabatannya, lalu digantikan oleh y, walaupun x mengajukan banding &
kasasi kemudian dimenangkan maka x dimenangkan, gak mungkin x
balik ke jabatan awal, maka x digantikan dengan jabatan baru yang
sekiranya setara dengan jabatan awal (sehingga tidak mengganggu y)
o Namun hal ini tidak berlaku untuk JABATAN POLITIS —> pemilu
kalah, lalu menggugat, lalu dimenangkan, tidak akan dapat jabatan
politis yang waktu dia kalah, harus ikut pemilu selanjutnya
Alasan-alasan Gugatan (Ps 53 ayat (2)) —> bandingkan dengan UU 9/2004
1. KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perUUan yang
berlaku —> Asas legalitas
2. KTUN bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik (AUPB) —> baca AUPB di UU 30/2014

31
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

Tenggang Waktu 90 hari


1. Objek gugatan: Ps 1 butir 9, Ps 3
2. Praktik: seluruh hari dihitung termasuk hari besar, kalau pada hari H
tanggal merah/libur maka hari ke 91
3. Pihak ke 3: sepanjang bisa membuktikan 90 hari sejak kepentingannya
dirugikan, karena bukan adressat yang dituju KTUN (Ps 83 yaitu
intervensi)
a. Lebih longgar, bisa setahun bahkan lebih- Karena si pihak ke tiga ini
tidak memegang SK/KTUN nya oleh karenanya batas
b. waktunya adalah sejak kepentingan dirugikan (bukan sejak
SK/KTUN dikeluarkan)
Pasal 62 UU 30/2014
1. Keputusan dapat disampaikan melalui pos tercatat, kurir, atau sarana
elektronis
2. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera disampaikan
kepada yang bersangkutan atau paling lama 5 hari kerja sejak ditetapkan
3. Keputusan yang ditujukan bagi orang banyak/bersifat massal disampaikan
paling lama 10 hari sejak ditetapkan
4. Keputusan yang diumumkan melalui media cetak, media elektronik, dan/atau
media lainnya mulai berlaku paling lama 10 hari kerja sejak ditetapkan
5. Dalam hal terjadi permasalahan dalam pengiriman sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), badan dan/atau pejabat pemerintahan yang bersangkutan
harus memberikan bukti tanggal pengiriman dan pemerimaan

32
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

PERBANDINGAN UU PTUN

UU No. 5 Tahun 1986 UU No.9 Tahun 2004 UU No.51 Tahun 2009

(1) Salinan putusan (1)Salinan putusan (1) Salinan putusan


Pengadilan yang telah Pengadilan yang telah Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan memperoleh kekuatan memperoleh kekuatan
hukum tetap, dikirimkan hukum tetap, dikirimkan hukum tetap, dikirimkan
kepada para pihak kepada para pihak kepada para pihak
dengan surat tercatat dengan surat oleh dengan surat oleh
oleh Panitera Pengadilan panitera pengadilan panitera pengadilan
setempat atas perintah setempat atas perintah setempat atas perintah
Ketua Pengadilan yang Ketua Pengadilan yang Ketua Pengadilan yang
mengadilinya dalam mengadilinya dalam mengadilinya dalam
tingkat pertama tingkat pertama selambat- tingkat pertama selambat-
selambat-lambatnya lambatnya dalam lambatnya dalam
dalam waktuempat waktu 14 (empat belas) waktu 14 (empat belas)
belas hari; hari; hari kerja;

(2) Dalam hal empat (2) Dalam hal 4 (empat) (2) Apabila setelah 60
bulan setelah putusan bulan setelah Putusan (enam puluh ) hari
pengadilan yang telah Pengadilan yang telah kerjaputusan yang telah
memperoleh kekuatan mempunyai kekuatan memperoleh kekuatan
hukum tetap hukum tetap hokum tetap
sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud
dalam ayat pada ayat pada ayat (1) diterima
(1) dikirimkantergugat (1) dikirimkan,tergugat tergugat tidak
tidak melaksanakan tidak melaksanakan melaksanakan
kewajibannya kewajibannya kewajibannya
sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 97 ayat (9) dalam Pasal 97 ayat (9) pada ayat dalam pasal 97
huruf a, maka huruf a, Keputusan Tata ayat (9) huruf a
Keputusan Tata Usaha Usaha Negara yang keputusan tata usaha
Negara yang disengketakan itu tidak Negara yang
bersangkutan itu tidak mempunyai kekuatan disengketakan itu tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi; mempunyai kekuatan
hukum lagi. hukum lagi.
(3) Dalam hal tergugat
(3) Dalam hal tergugat ditetapkan harus (3) Dalam hal tergugat
ditetapkan harus melaksanakan kewajiban ditetapkan harus
melaksanakan sebagaimana dimaksud melaksanakan kewajiban
kewajibannya dalam Pasal 97 ayat (9) sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud ayat (9) huruf b dan c, dan dalam Pasal 97 ayat (9)
dalam Pasal 97 ayat (9) kemudian setelah 3 (tiga) ayat (9) huruf b dan c, dan
huruf b dan c, dan bulan ternyata kewajiban kemudian setelah 90
kemudian setelah tiga tersebut tidak (sembilan puluh) hari
bulan ternyata dilaksanakannya, kerjaternyata kewajiban
kewajibannya tersebut penggugat mengajukan tersebut tidak
tidak dilaksanakannya, permohonan kepada dilaksanakan, maka
maka penggugat Ketua Pengadilan penggugat mengajukan
mengajukan sebagaimana dimaksud permohonan kepada
permohonan kepada pada ayat (1) Pengadilan Ketua Pengadilan
Ketua Pengadilan memerintahkan tergugat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) agar

33
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

sebagaimana dimaksud melaksanakan putusan Pengadilan


dalam ayat (1), agar pengadilan tersebut; memerintahkan tergugat
Pengadilan melaksanakan putusan
(4) Dalam hal tergugat
memerintahkan tergugat pengadilan tersebut;
tidak bersedia
melaksanakan putusan
melaksanakan putusan (4) Dalam hal tergugat
tersebut;
Pengadilan yang telah tidak bersedia
(4) Jika tergugat masih memperoleh kekuatan melaksanakan putusan
tidak mau hukum tetap, terhadap Pengadilan yang telah
melaksanakannya, pejabat bersangkutan memperoleh kekuatan
ketua Pengadilan dikenakan upaya paksa hukum tetap, terhadap
mengajukan hal ini berupa pembayaran pejabat bersangkutan
kepada instansi sejumlah uang paksa dan dikenakan upaya paksa
atasannya menurut atau sanksi adminsitratif; berupa pembayaran
jenjang jabatan; sejumlah uang paksa dan
(5) Pejabat yang tidak
atau sanksi adminsitratif;
(5) Instansi atasan melaksanakan putusan
sebagaimana dimaksud pengadilan sebagaimana (5) Pejabat yang tidak
dalam ayat (4), dalam dimaksud pada ayat (4) melaksanakan putusan
waktu dua bulan setelah dimumkan pada media pengadilan sebagaimana
pemberitahuan dari massa cetak setempat dimaksud pada ayat (4)
Ketua pengadilan harus oleh panitera sejak tidak dimumkan pada media
sudah memerintahkan terpenuhinya ketentuan massa cetak setempat
pejabat sebagaimana sebagaimana dimaksud oleh panitera sejak tidak
dimaksud dalam ayat (3) pada ayat terpenuhinya ketentuan
melaksanakan putusan sebagaimana dimaksud
Pengadilan tersebut; pada ayat (3).
(6) Dalam hal instansi
(6) Disamping diumumkan
atasan sebagaimana
pada media massa cetak
dimaksud dalam ayat
setempat sebagaimana
(4), tidak
dimaksud pada ayat (5),
mengindahkan
ketua pengadilan harus
ketentuan sebagaimana
mengajukan hal ini
dimaksud dalam ayat
kepada Presiden sebagai
(5), maka Ketua
pemegang kekuasaan
Pengadilan
tertinggi untuk
mengajukan hal in
memerintahkan pejabat
kepada Presiden
tersebut melaksanakan
sebagai pemegang
putusan pengadilan, dan
kekuasaan pemerintah
kepada lembaga
tertinggi untuk
perwakilan rakyat untuk
memerintahkan pejabat
menjalankan fungsi
tersebut melaksanakan
pengawasan
putusan pengadilan
(7) Ketentuan mengenai
tersebut.
besaran uang paksa,
jenis sanksi administratif,
dan tata cara
pelaksanaan pembayaran
uang paksa dan/ atau
sanksi administrative
diatur dengan peraturan
perundang-undangan

34
Disusun oleh Dominique Virgil – Nathasha Christina – Githa Dwi Damara

35

Anda mungkin juga menyukai