Anda di halaman 1dari 79

HUKUM ACARA PERADILAN TUN

Oleh ;
DUDI NURWANDA, SH.MM.
DOSEN STH PASUNDAN SUKABUMI

DIBERIKAN DALAM RANGKA ;


PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT
LANDASAN HUKUM

• UNDANG UNDANG DASAR RI 1945


• UU NO. 14 TH 1970/UU NO. 4 TH 2004
• UU NO. 14 TH 1985/UU NO. 5 TH 2004
• UU NO. 5 TH 1986/UU NO. 9 TH 2004
Ciri-Ciri Hukum Acara PTUN
• Obyek dan subyek sengketa
• KTUN yang dikecualikan
• Tidak ada gugat rekonvensi
• Tidak ada penuntut umum
• Upaya administrative
• Tenggat waktu
• Hakim ad-hock
Alasan-Alasan Gugatan
a. Pasal 53 (2) UU No.5/86
o Bertentangan dengan UU
o De Tounement d’Pouvoir
o Willkeur
b. Menurut pasal 53 (2) UU No.9/2004
o Bertentangan dengan UU
o AAUPB
Sasaran Gugatan
• Pasal 97 (7,8,9)
• Putusan dapat berupa:
o Gugatan di kabulkan
o Gugatan ditolak
o Gugatan tidak diterima
o Gugatan gugur
EKSISTENSI HUKUM ACARA PERADILAN TATA
USAHA NEGARA EKSIS TENSI PERADILAN TATA
USAHA NEGARA

HAPTUN adalah rangkaian peraturan-peraturan yg memu


at cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di
muka peradilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus
bertindak, satu sama lain untuk untuk melaksanakan ber
jalannya Peraturan Hukum Tata Usaha Negara (Hukum
Administrasi Negara).
UU No.5 Th.1986 tentang PTUN sebagaimana diubah dlm
UU No.9 Th.2004 merupakan hukum acara dalam arti
luas, karena undang-undang ini tidak saja mengatur ten
tang cr-cr berperkara diTUN,tetapi sekaligus juga menga
tur tentang kedudukan,susunan dn kekuasaan dari PTUN
Indonesia adalah negara hukum didasarkan atas
Penjelasan UUD 1945 : “Negara Republik Indone
sia berdasarkan atas hukum (rechstaat),tidak ber
dasarkan atas kekuasaan belaka (machstaat)”
Sebagai negara hukum, tindakan penguasa harus
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku
Tujuan akhir negara hukum adalah memberikn per
lindungan terhadap hak asasi manusia dari tinda
kan sewenang-wenang para penguasa.
TUJUAN PEMBENTUKAN PERADILAN TUN

Tujuan Peradilan Administrasi negara secara preven


tif adalah mencegah tindakan-tindakan badan/
pejabat tata usaha negara yang melawan hukum
atau merugikan rakyat,
Sedangkan secara represif ditujukan terhadap tinda
kan-tindakan badan/pejabat tata usaha negara yg
melawan hukum dan merugikan rakyat, perlu dan
harus dijatuhi sanksi. (Menurut SF Marbun)
Tujuan peradilan administrasi adalah untuk membe
rikan pengayoman hukum dan kepastian hukum,
baik bagi rakyat maupun bagi admiistrasi negara
dalam arti terjaganya keseimbangan kepentingan
masyarakat dan kepentingan individu (Menurut Sjahran Basah)
FUNGSI PERADILAN TUN

Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara adalah seba


gai sarana untuk menyelesaikan konflik yang
timbul antara pemerintah-Badan/Pejabat TUN
dengan rakyat (orang perorang/badan hukum
perdata).
Konflik disini adalah sengketa tata usaha negara
akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha
Negara.
PENDEKATAN TENTANG EKSISTENSI PTUN

• Pendekatan Filosofis
• Pendekatan Teoritis
• Pendekatan Historis
• Pendekatan Sistemik
PENDEKATAN FILOSOFIS

Eksistensi PTUN bertitik tolak dari kebutuhan untuk mengawasi


secara yuridis perbuatan pemerintah agar tetap sesuai dgn
fungsinya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat (bonnum
commune) seluas-luasnya.
Dalam menjalankn fungsinya,alat-alat negara (pemerintah dlm
arti luas) harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di
hadapan hukum dan rakyat (kedaulatan hukum dan kedaula
tan rakyat).
Pengujian yg dilaksanakn oleh peradilan administrasi terhadap
keputusan tata usaha negara ditujukan agar terwujud kesatu
an yg harmonis antara norma umum abstrak yg terkandung
dalam peraturan dasar suatu keputusan tata usaha negara
Menurut Hans Kelsen, hukum berlaku karena semua hukum berakar pada
satu norma dasar (grundnorm).
Keputusan TUN yang disengketakan merupakan bagian dari hukum positif
yang harus sesuai dengan tertib hukum (rechtsorde) yang berlaku.
Judicial riview terhadap produk hukum pemerintah telah dilakukn secara
bertingkat
Mahkamah Konstitusi berwenang menguji Undang-undang terhadap UUD

Mahkamah Agung berwenang menguji Peraturan Perun dang-


undangan di bawah UU terhadap UU
Peradilan Tata Usaha Negara berwenang menguji Kepu tusan
Tata Usaha Negara.
Dengan uji materiil tersebut diharapkan dapat tersusun
suatu bentangan norma hukum yang sesuai sinkron dan
berhierarkhi sebagaimana teori hierarkhi peratu ran
perundang-undangan dan oleh karenanya semua
peraturan hukum yang ada adalah bentuk dari norma
tisasi cita hukum dan cita sosial sebagaimana norma dasar
negara (Gundnorm).
PENDEKATAN TEORITIS

Eksistensi suatu negara hukum tidak pernah akan ter


lepas dari unsur-unsur Rechtsstaat dalam arti klasik.
Menurut FJ.Stahl dlm bukunya“Philosohie des Recht
(1878), diintrodusir bahwa suatu negara hukum hrs
memenuhi empat unsur penting, yaitu :
a. Adanya perlindungan terhadap HAM
b. Adanya pemisahan/pembagian kekuasaan;
c. Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Adanya PTUN
PERKEMBANGAN KONSEP

Konsep negara hukum versi F.J. Stahl ini kemu


dian berkembang di Eropa Barat (Eropa Konti
nental) yang bertradisi hukum civil law.
Selanjutnya, muncul varian negara hukum baru
yaitu Rule of Law,yang dikenal kan oleh Albert
Venn Dicey dalam bukunya Introduction to the
law of the consti tution (1885).
Negara hukum versi Albert Venn Dicey ini ber
kembang di negara-negara Anglo Saxon yang
bertradisikan common law sytem (termasuk
jajahan-jajahan Inggris).
KONSEP RULE OF LAW

Konsep ini menghendaki bahwa setiap negara


hukum harus memiliki unsur-unsur :
a. Adanya supremasi hukum (Supremacy of Law)
b. Persamaan kedudukan didepan hukum (Equality
Before the Law)
c. Adanya jaminan terhadap Hak-hak Asasi Manu
sia (Constitutions Based on Individual Right)
PERSAMAAN RECHTSTAAT –
RULE OF LAW
• Keduanya sama-sama menghendaki
adanya jaminan dan perlindungan Hak
Asasi Manusia terhadap warga
negaranya.
• Keduanya mensyaratkan agar pemerintah
dijalankan berdasarkan atas hukum,
bukan oleh manusia ataupun atas
kekuasaan belaka (Machtstaat).
PERBEDAAN RECHSTAAT –
RULE OF LAW
• Terletak pada keharusan adanya Peradilan Administrasi
guna melindungi rakyat dari tindak/perbuatan
pemerintah yang melanggar Hak Asasi warganya
• Penganut konsep Rechtstaat, menganggap bahwa
kehadiran peradilan admi nistrasi negara adalah
penting adanya guna memberikan perlindungan hukum
bagi warga negara atas tindakan/perbuatan pemerintah
yang melanggar Hak Asasi war ganya dalam lapangan
hukum administrasi, termasuk juga memberikan perlindu
ngan bagi Pejabat Administrasi Negara yang telah
bertindak sesuai hukum
• Penganut konsep Rule of Law,
menganggap bahwa keberadaan
peradilan admi nistrasi negara bukanlah
keharusan.
• Prinsip Equality Before the Law
(persamaan kedudukan didepan hukum)
lebih ditonjolkan. Prinsip ini
menghendaki agar prinsip persamaan
antara rakyat dengan pejabat
administrasi negara tercermin pula
dalam lapangan peradilan
PENDEKATAN HISTORIS
Pasal 134 ayat (1) dan Pasal 138 IS
Pasal 2 RO (Reglement op de Rechterlijk Organisatie en
Het Beleid der Justitie in Indonesie)
Ordonansi Staatsblad 1915 No. 707 yang diatur lebih lanjut
dengan Ordonansi Staatsblad1927 No.29 Tentang Peratu
ran Perbandingan dalam Perkara Pajak (mengatur Perdilan
Tata Usaha Istimewa atau Raad van Beroep voor Belasting
zaken) dan Pasal 59 ICW Tahun 1925 Stbl.1924 No.448
dibentuk peradilan khusus bagi bendaharawan
(Comptabelrechtspraak)
• Pasal 134 ayat (1) IS dan Pasal 2 RO menetukan bahwa :
• Perselisihan perdata diputus oleh hakim biasa menurut
Undang-undang,
• Pemeriksaan serta penyelesaian perkara administrasi
menjadi wewenang lembaga administrasi itu sendiri
• Perselisihan perdata antara rakyat pencari keadilan
dengan pemerintah diselesai kan melalui peradilan perdata
• Penyelesaian sengketa administrasi negara dilakukan
melalui Administratief beroep (penyelesaian sengketa
internal melalui administrasi negara itu dilaku kan oleh
instansi yang secara hierarkhis lebih tinggi atau oleh oleh
instansi lain diluar instansi yang memberikan keputusan).
PENDEKATAN SISTEM
Menurut Hans Kelsen, norma merupakan kesatuan dgn
struktur piramida, dimulai dari yg tertinggi yaitu nor
ma dasar (Grundnorm),norma umum Generalnorm dn
diimplementasikan menjadi norma-norma konkret
(Concrete norm).
Sistem hukum merupakan suatu proses yg terus mene
rus, mulai dari yang abstrak menjadi yang positif dan
selanjutnya sampai menjadi yang nyata/konkrit
Guna menjaga konsistensi vertikal peraturan perun
dang-undangan RI (termasuk Keputusan) diperlukan
instrumen pengujian materiil (judicial riview) terhadap
perundang-undangan
Judicial riview (uji materiil) terhadap produk hukum
pemerintah dilakukan secara bertingkat
PTUN berwenang menguji Keputusan TUN akibat adanya
Sengketa Tata Usaha Negara
ASAS-ASAS DALAM HUKUM ACARA PERADILAN
TATA USAHA NEGARA

Audi Alteram Partem


Kedudukan Penggugat dengan Tergugat sama
Peradilan Sederhana, Cepat & Biaya Ringan
sederhana : dapat diikuti oleh orang awam cepat : tidak
berbelit-belit
biaya ringan : terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
Sidang Terbuka Untuk Umum
Praduga Rechmatig SK yg digugat dianggap sah sebelum
dinyatakan ketidak absahannya oleh putusan yg berkeku
atan tetap
-Pembuktian Bebas
-Keaktifan Hakim
Hakim dapat memerintahkan kepada para pihak sela
ma dalam proses persidangan guna memperoleh sua
tu kebenaran materiil
-Erga Omnes
Putusan Peradilan TUN mengikat semua pihak /pihak
III, sesuai dengan karakter publik
-Gugatan TUN tdk menunda pelaksanaan Keputusn
TUN
KOMPETENSI PERADILAN
TATA USAHA NEGARA

Kompetensi adalah kekuasaan mengadili


Kompetensi terdiri atas :
a. Kompetensi relatif
b. Kompetensi absolut
Kompetensi Relatif PTUN :
adalah kekuasaan mengadili antar badan-badan pengadilan
yang sejenis (distribusi van rechtsmacht). Misal : PTUN Sby,
PTUN Mdn, PTUN Jkt, PTUN Smr
Kompetensi Absolut adalah kekuasaan mengadili antar badan
badan peradilan (attributie van rechtsmacht).
Misal : PU, PTUN, PA, PM
KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA
NEGARA

Kompetensi Absolut PTUN :


Memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara
Sengketa TUN :
Sengketa yg timbul dalam bidang TUN,antara orang /
badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat
TUN, baik di pusat maupun di daerah sebagai akibat
dikeluarkannya KTUN,termasuk sengketa Kepegawai
an berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Keputusan Tata Usaha Negara
Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan / Pejabat Tata Usaha Negara yg berisi
tindakan hukum TUN yang berdasarkan peratu
ran perundang-undangan yang berlaku, yg ber
sifat konkrit, individual dan final yang menimbul
kan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata
7 elemen KTUN :
a. penetapan tertulis
b. dikeluarkan oleh BPTUN
c. berisi tindakan hukum TUN
d. bersifat konkrit, individual dan final
e. menimbulkan akibat hukum
f. bagi seseorang / badan hukum perdata
Tertulis, tidak menunjuk pada bentuk format
(formaliteiten) seperti SK Pengangkatan,
tetapi pada isi (materi) yang menunjuk
pada hubungan hukum
Konkrit
berwujud tertentu atau dapat ditentukan
Individual
tidak ditujukan untuk umum
Final
sudah definitif
SYARAT-SYARAT GUGATAN

Tertulis (ps.53 ayat 1)


- sebagai dasar pegangan pemeriksaan
- tidak pandai baca/tulis dapat
mengutarakan untuk menggugat kepada
Panitera PTUN untuk dirumuskan dalam
bentuk tertulis
- sifat mutlak
Dibuat dan ditandangani oleh Penggugat
atau Kuasanya (ps.56 ayat 2) atau cap jari
yang dilegalisir oleh Ketua PTUN (ps.56
ayat 2)
Dilampiri Surat Kuasa yang sah bila diwakili
oleh Kuasa (ps.56 ayat 2) Sedapat
mungkin disertakan KTUN yang
disengketakan (ps.56 ayat 3)
Diajukan dalam tenggang waktu 90 hari
sejak diterima atau sejak diumumkan
KTUN (ps.55)
ISI GUGATAN

• Syarat Formal :
1. Nama Penggugat
2. Kewarganegaraan Penggugat
3. Tempat tinggal Penggugat
4. Pekerjaan Penggugat / Kuasanya
5. Nama Jabatan Tergugat
6. Tempat kedudukan Tergugat
Syarat Materiil :
1.Dasar Gugatan / Posita / Fundamentum Petendi :

a. KTUN yang disengketakan


b. Ada kepentingan yang dirugikan
c. Diajukan masih dalam tenggang waktu
d. Uraian alasan gugatan :
2. Tuntutan / Petitum :
a. KTUN dinyatakan batal / tidak sah
b. Ganti rugi dan rehabilitasi
c. Perintah untuk menerbitkan KTUN yang dimohon
Alasan Gugatan :
1. Bertentangan dengan peraturan per-UU-an :
a. bersifat prosedural / formal;
b. bersifat materiial / substansial
c. dikeluarkan oleh B/P-TUN yang tidak berwenang
2.B/P-TUN pada waktu mengeluarkan KTUN te
lah menggunakan wewenangnya utk tujuan la
in dari maksud diberikannya wewenang itu
(penyalahgunaan wewenang/detour nement de
pouvoir)
3. B/P-TUN pada waktu mengeluarkan KTUN atau
tidak setelah mempertimbangkan semua kepenti
ngan yang tersangkut dengan KTUN itu seharus
nya tidak sampai pada pengambilan atau tidak
mengambil KTUN tersebut :
Pengecualian alasan ini :
a. bila B/P-TUN tidak mengeluarkan, sedangkan hal itu
menjadi kewajibannya,maka hal itu disamakan dgn
KTUN;
b. bila B/P-TUN tidak mengeluarkan KTUN yg dimohon,
sedangkan jangka waktu yang ditentukan dalam UU
telah lewat, maka B/P-TUN tersebut dianggap telah
menolak mengeluarkan KTUN tsb.;
c. Dalam hal per-UU-an tidak menentukan, maka lewat
waktu 4 (empat) bulan sejak diterimanya permohonan,
B/P-TUN ybs.
Dianggap telah mengeluarkan KTUN yang berisi menolak
SUBYEK-OBYEK DALAM
GUGATAN
Subyek :
1. Penggugat
- Perseorangan
- Badan Hukum Perdata
2. Tergugat
- Badan
- Pejabat Tata Usaha Negara
SURAT KUASA
• Dasar Hukum
• Pasal 57 UU No.5 Th.1986
• Juklak MARI No.05/Td.TUN/III/1992
• SEMA RI No.2 Th.1991 angka V.9.c
• SEMA RI No.6 Th.1994 tentang Kuasa
Khusus
Pihak dapat diwakili oleh :
Seseorang
Beberapa orang kuasa, dengan syarat :
a. Materi/obyek gugatan sama
b. Semua penerima kuasa harus bertanda-
tangan
c. Harus seorang advokat
d. Boleh kuasa substitusi/limpahan
JENIS SURAT KUASA
1.Surat Kuasa Khusus
Surat kuasa yang memberi wewenang
khusus kepada si Penerima Kuasa,
yakni wewenang yang bersifat terbatas
tentang suatu masalah tertentu
2. Surat Kuasa Umum
Surat kuasa yang memberikan
wewenang umum kepada si Penerima
Kuasa. Biasanya surat kuasa ini
diberikan dalam rangka melakukan
perbuatan pemilikan dan pengelolaan
BENTUK SURAT KUASA
Surat Kuasa dapat berbentuk lisan atau tulis
Sifat kekhususan surat kuasa, terletak pada :
a. penyebutan Para Pihak secara lengkap
b. peruntukan Perbuatan tertentu
c. penyebutan Forumnya
Bila dibuat di Luar Negeri :
-Memenuhi syarat yang ditentukan di negara yang
bersangkutan
-Diketahui oleh perwakilan NKRI di negara tersebut
-Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
LEGALISASI SURAT KUASA

• Surat Kuasa Khusus bagi Advokat tidak


perlu dilegalisir
• Surat Kuasa dengan cap jempol harus
diwarmerking oleh pejabat yang
berwenang
• Surat Kuasa harus diberi materai yang
cukup
KUASA SUBSTITUSI
• Surat Kuasa Substitusi adalah surat kuasa yang
memberi wewenang limpahan kepada si Penerima
Kuasa limpahan dari Penerima Kuasa I
• Persyaratan Surat Kuasa Substitusi:
• Nama, Kewarganegaraan, kualitas Pelimpah kuasa
dan kedudukannya dalam perkara
• Dasar wewenang pelimpahan kuasa
• Nama, Kewarganegaraan, identitas Penerima
kuasa limpahan dan kedudukannya dalam perkara
• Nama dan identitas pihak lawan perkara
• Tentang masalah apa yang kuasa itu diberikan
• Nomor perkara dan forum
PROSES PEMERIKSAAN
Tahap I
- Penelitian Administrasi
Tahap II
- Proses Dismissal / Rapat Permusyawaratan
- Menolak/mengabulkan Permohonan Penundaan Pelaksanaan
KTUN
- Menolak/mengabulkan Permohonan Pemeriksaan Cuma-Cuma
- Menolak/mengabulkan Permohonan Pemeriksaan dengan
Acara Cepat
Tahap III
- Menetapkan perkara diperiksa dengan Acara Biasa
- Pemeriksaan Persiapan
Tahap IV
Sidang Terbuka untuk Umum
DISMISSAL PROSEDUR
Proses
1. Dilaksanakan oleh Ketua PTUN
2. Dilaksanakan dalam Rapat Permusyawaratan
dengan Acara Singkat
3. Ketua PTUN dapat mendengar keterangan para pihak
sebelum menentukan Penetapan Dismissal
4. Penetapan Dismissal berisi gugatan Dinyatakan Tidak di
terima atau tidak berdasar :
Alasan
1. Pokok gugatan tidak termasuk wewenang PTUN
2. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud Pasal
56 tidak dipenuhi
3. Gugatan tidak didasarkan pada alasan yang layak
4. Apa yang dituntut dalam gugatan sudah dipenuhi
5. Gugatan diajukan sebelum waktu atau telah lewat
waktu
Perlawanan
1. Diajukan dalam waktu 14 hari setelah diucapkan
2. Perlawanan diajukan sesuai keterangan yang
dimaksud dalam Pasal 56
3. Diperiksa dan diputus dengan Acara Singkat
4. Jika perlawanan dibenarkan, Penetapan
dinyatakan gugur
5. Pemeriksaan dilanjutkan dengan memeriksa pokok
perkara
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
Proses
1. Dilakukan sebelum pokok sengketa diperiksa
2. Dilakukan dengan majelis lengkap atau dapat juga di
lakukan oleh satu orang hakim
3. Pemeriksaan dilakukan tertutup
4. Kepada Penggugat, Hakim memberi nasehat untuk
penyempurnaan gugatan dn kepada Tergugat, Hakim
dapat meminta penjelasan
5.Jika dalm tenggang waktu 30 hari setelah diberi nase
hat gugatan tdk disempurnakan,maka gugatan gugur
Yang dilakukan dalam pemeriksaan
1. Pengumpulan dokumen-dokumen terkait
2. Meminta informasi kepada para pihak
3. Pemeriksaan setempat
4. Mendengar saksi-saksi
Ber-Acara Cuma-Cuma
-Diajukan pada waktu Penggugat mengajukan gugatan
-Harus disertai surat keterangan tidak mampu/Lurah/Camat
-Permohonan diperiksa dan ditetapkan sebelum pokok sengketa
diperiksa
-Penetapan diambil di tingkat pertama dan terakhir
-Jika dikabulkan biaya dibebankan pada Negara
ACARA PEMERIKSAAN

Cepat
Luar Biasa

Acara Pemeriksaan Singkat


Biasa
ACARA CEPAT
Dasar Hukum:
Pasal 64 ayat 2, Pasal 98 ayat 99
Alasan:
Adanya kepentingan yang cukup mendesak,
yang dapat disimpulkan dari alasan-alasan
permohonan akibat KTUN
Pengecualian
1. Pemeriksa bukan Hakim Majelis
2. Prosesnya meniadakan Pemeriksaan Persiapan
3. Jarak antara pemanggilan dan hari sidang tidak
lebih 6 hari
4. Pemeriksaan tidak lebih 35 hari :
- 14 hari sejak diterima permohonan, dikeluarkan
Penetapan
- 7 hari sejak Penetapan, ditentukan Persidangan
- 14 hari dilakukan Pemeriksaan
PROSES BERACARA CEPAT
-Gugatan disertai Permohonan Acara Cepat.
-Ketua PTUN slm 14 hari mengeluarkan Penetapan yang beri
si Menerima atau Menolak Permohonan
Acara Cepat.
Gugatan disertai Permohonan Acara Cepat
Ketua PTUN slm 14 hari mengeluarkan Penetapan yang be
risi Menerima atau Menolak Permohonan Acara Cepat
Bila Diterima :
a. Menunjuk Hakim Tunggal d.t.w 7 hari
b. Menetapkan hari sidang dgn tanpa Pemeriksaan Persiapan
c. Jawaban dn Pembuktian masing-masing pihak tidak lebih
dari 14 hari
d. Kesimpulan
e. Putusan
ACARA SINGKAT
Alasan
1.Adanya Perlawanan dari Penggugat (atas Penetapan
yang merupakan hasil Rapat Permusyawaratan / Pro
sedur Dismissal)
2.Terdapat keadaan yang sangat mendesak mengakibat
kan Penggugat sangat dirugikan jika KTUN yang digu
gat itu tetap dilaksanakan
Pertimbangan-pertimbangan yang dapat mengabulkan
permintaan Penggugat untuk beracara singkat :
1.Terdapat keadaan yang sangat mendesak, yaitu jika
kerugian yg akan diderita Penggugat akan sangat tdk
seimbang dengan manfaat bagi kepentingan yg akan
dilindungi oleh pelaksanaan KTUN yang digugat
2.Pelaksanaan KTUN yg digugat itu tidak ada sangkut
pautnya dengan kepentingan umum dalam rangka
pemb.
PROSES BERACARA SINGKAT
UU No.5 Th.1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah dalam UU No.9 Th.2004 ten
tang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara tdk menga
tur secara kimitatif sebagai mana pemeriksanaan dgn
acara cepat
Dikembalikan kepada Ketua Majelis Hakim dalam mem
berikan penilaian dn kebijakan yg diambil dlm menen
tukan proses beracara singkat
• Acara Cepat
• 1. Kepentingan yang cukup mendesak di
• simpulkan dari alasan-alasan permoho
• nan Penggugat
• 2. Diatur secara limitatif prosedur bera
• caranya
• 3. Menyelesaikan pokok sengketa
• 4. Bentuk akhir Putusan
Acara Singkat
1. a. Adanya Perlawanan
b. Keadaan yang mendesak yg membawa aki
bat kepentingannya dirugikan jika KTUN yg
digugat itu dilaksanakan
2. Tidak diatur prosedur beracaranya
3. Tidak menyelesaikan pokok sengketa
4. Bentuk akhir pemeriksaan berupa Penetapan
Penundaan / Skorsing
Prosedur
1.Diajukan bersama-sama dalam gugatan atau dibuat tersen
diri tetapi harus diajukan bersama dalam gugatan
2. Diajukan dalam proses berjalan, jika :
a. Permohonan yang diajukan dalam gugatan belum dikabul
kan
b. Dalam gugatan belum dicantumkan Permohonan Penun
daan
c. Ada perkembangan daam proses yang sudah berjalan
Alasan :
1.Terdapat keadaan yang mendesak yg mengakibatkn
kepentingan Penggugat sangat dirugikan jika KTUN
yang digugat tetap dilaksanakan
2. Tidak terdapatnya kepentingan umum yang menjadi
dasar dikeluarkan KTUN yang digugat tersebut
ACARA BIASA
Penggugat
•Pembacaan Gugatan
•Pembacaan Replik
•Pembacaan Rereplik
•Pemeriksaan Saksi P
•Penyerahan Bukti Tulis
•Pemeriksaan Lapangan bila perlu
•Kesimpulan
•Putusan
Tergugat
• Pembacaan Jawaban I
• Pembacaan Duplik
• Pembacaan Reduplik
• Pemeriksaan Saksi Tergugat
• Penyerahan Bukti Tulis
• Pemeriksaan Lapangan bila perlu
• Kesimpulan
• Putusan
EKSEPSI
Pengertian Eksepsi :
Suatu bantahan Tergugat terhadap materi guga tan
Penggugat yang tidak berkaitan langsung dengan
pokok perkara Klasifikasi Eksepsi :
1. Eksepsi tentang kewenangan absolut pengadilan
2. Eksepsi tentang kewenangan relatif pengadilan
3. Eksepsi yg lain yang tidak mengenai kompetensi
pengadilan
Pengajuan Eksepsi :
-Eksepsi tentang kompetensi absolut dapat diajukn selama
pro ses sengketa berlangsung (in de lopende proses).
-Meskipun Tergugat tidak mengajukan tentang kewenangan
absolut ini,te tapi apabila hakim mengetahui hal ini,hakim
karena jabatan (ex officio) berkewajiban menyatakan bahwa
pengadilan tdk berwenang mengadili sengketa yg bersangku
tan
-Eksepsi tentang kompetensi relatif diajukan dlm penyampai
an Jawaban I Tergugat dan harus diperiksa sebelum pokok
sengketa diperiksa.
-Eksepsi lain yg tdk mengenai kompetensi pengadilan hanya
dapat diputus bersama dengan pokok perkara
Jenis/klasifikasi Eksepsi:
Eksepsi Prosesual (procesuele exceptie) adalah suatu eksepsi
yang didasarkan atas hukum acara, yaitu :

-Eksepsi tentang hakim tidak berkuasa memeriksa gugatan yang


diajukan Penggugat (onbevoegdheid van den rechter)
-Eksepsi tentang perkara telah diputus olh hakim dn mempunyai
kekuatan hukum yg tetap (exceptio rei judicatae Eksepsi tentang
Penggugat tidak mempunyai kedudukan sebagai Penggugat
(disqualificatoire exceptie)
-Eksepsi tentang lewatnya waktu (verjaring)
Eksepsi tentang tidak lengkapnya subyek Tergugat (exceptio
plurium fitis contractum)
-Eksepsi tentang sengketa masih tergantung atau masih dlm pro
ses pengadilan atau belum berkekuatan hukum tetap (exceptie
van litispendentie)
Eksepsi Materiil
(materiele exceptie) adalah suatu eksepsi yang didasarkan atas
hukum materiil,yaitu

-Eksepsi Dilator (dilatoir exceptie), yaitu suatu eksepsi yg


mengatakan bahwa tuntutan Pengugat belum dapat dika
bulkan berhubung dengan ; umpamanya : Pengugat mem
berikan penundaan pembayaran, eksepsi tentang gugatan
kabur atau tidak terang (exceptio obscur libelli)
-Eksepsi Peremtor (peremptoir exceptie), suatu eksepsi yg
tetap menghalangi dikabulkannya tuntutan Penggugat,
misalnya gugatan melampaui waktu verjaring atau hutang
nya sudah dihapus; eksepsi tentang perkara belum waktu
nya diajukan karena masih dipertimbangkan menerima
atau menolak
PEMBUKTIAN
Dasar Hukum
-Ps 100 UU No.5 Th.1986 sebagaimana telah diubah dlm
-UU No.9 Th.2004
-Jenis Alat Bukti
1. Surat atau tulisan
2. Keterangan Ahli
3. Keterangan Saksi
4. Pengakuan Para Pihak
5. Pengetahuan Hakim
Surat Akta Otentik
a.Kekuatan pembuktian formal membuktikan bahwa mereka
telah menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut
b. Kekuatan pembuktian materiil membuktikan bahwa benar-be
nar peristiwa yang tersebut dalam akta telah terjadi
c. Kekuatan mengikat membuktikan bahwa pada tanggal terse
but dalam akta telah menghadap kepada pejabat umum tadi
dan menerangkan apa yang tertulis didalam akta.

Akta Di bawah tangan

Surat Biasa
Keterangan Ahli
Pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persi
dangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan
pengetahuan

Keterangan Saksi

Pernyataan orang yang diberikan dibawah sumpah dalam persi


dangan tentang hal yang dialami, dilihat / didengarnya sendiri

Seseorang yang tidak boleh didengar sebagai saksi :


1. Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lu
rus keatas atau ke bawah sampai derajat kedua dari salah
satu pihak yang bersengketa ;
-Isteri atau suami salah satu pihak yang bersengketa meskipun
sudah bercerai;
-Anak yang belum berusia 17 tahun
-Orang yang sakit ingatan

Seseorang yang dapat diminta mengundurkan diri sebagai saksi :


•Saudara laki-laki atau perempuan, ipar laki-laki atau perem
puan dari salah satu pihak
•Setiap orang yang karena martabat, pekerjaan atau jabatan
nya diwajibkan merahasiakan segala sesuatu yang berhubu
ngan dengan martabat, pekerjaan atau jabatannya itu.
PUTUSAN
Pengertian Putusan
Suatu akta yang dibuat oleh hakim/badan peradilan dengan mak
sud untuk menghentikan pemeriksaan perkara baik yg bersifat
sementara maupun final
Suatu akta yg dibuat oleh hakim / badan peradilan dengan mak
sud untuk menghentikan pemeriksaan perkara baik yg bersifat
sementara maupun final.
• Klasifikasi Putusan Jenis
Sifat
Amar
• Struktur Putusan

Putusan Akhir
mengakhiri suatu sengketa
• Jenis Putusan Putusan Sela
berfungsimemperlancar pemeriksaan
Putusan Condemnatoir
amarnya bersifat menghukum
Sifat Putusan Putusan Constitutif
amarnya bersifat menimbulkan suatu
keadaan hukum baru atau meniadakan
keadaan hukum baru
Putusan Declaratoir
amarnya bersifat menjelaskan suatu
keadaan hukum
Gugatan Ditolak
Alasan Gugatan tdk terbukti, sehingga
memperkuat KTUN yg di keluarkan oleh
B/PTUN
Amar Gugatan Dikabulkan
Putusan Alasan gugatan terbukti,sehingga tdk mem
benarkan KTUN,baik seluruhnya atau seba
gian.
Gugatan Tidak Diterima
Gugatan tidak memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan.Eksepsi dari Tergugat dite
rima
Gugatan Gugur
Gugatan Digugurkan karena Penggugat
/ kuasanya tidak hadir dalam
persidangan yg telah ditentukan dan telah dipanggil
secara patut.
Putusan Akhir
mengakhiri suatu sengketa
Jenis Putusan
Putusan Sela
berfungsi memperlancar pemeriksaan

Putusan Condemnatoir
amarnya bersifat menghukum

Sifat Putusan Putusan Constitutif


amarnya bersifat menimbulkan suatu keadaan
hukum baru atau meniadakan keadaan hukum
baru

Putusan Declaratoir
amarnya bersifat menjelaskan suatu keadaan
hukum.
TERIMA KASIH

• DUDI NURWANDA, SH. MM.

Anda mungkin juga menyukai