Anda di halaman 1dari 7

PRAPTUN

Catatan:
https://docs.google.com/document/d/1Boo0yEwKe6g1t0mdY5G5BOofqeSbVV0EcP740en1X
so/edit

- Setiap mahasiswa harus punya map, untuk mengumpulkan tugas hard copy
- Waktu mooting 90 menit, golden time 80 mnt

1. Perbedaan pengadilan dan peradilan?


Peradilan: system atau proses
Pengadilan: actor atau badan
2. Judicial atau judiciary?
Judicial Tower

KY MA MK
Semieltik
- Peradilan umum: Pidana -> Umum
Khusus : peradilan perikanan, tipikor, anak, HAM
Perdata -> Umum
Khusus : niaga , Hubungan industrial, parpol
- Peradilan militer
- Peradilan TUN
- Peradilan agama

3. Hdd

TUGAS

Cari artikel (dari koran, online,) kemudian dianalisis

- Analisis obyek: cari KTUN nya apa di dalam kasus itu , kemudian cari substansi nya apa,
- Analisis actor : siapa penggugat, tergugat, dan T 2 I (tergugat intervensi) , harus WNI
- Judiciary : obyek materiil (bersinggungan dengan apa aja; Pidana/perdata/TUN)
Formil: yang berwenang PTUN mana

- Putusan Etik pemberhentian FS (KKEP) masih premature jadi tidak bisa diajukan gugatan ke
PTUN, harus ada SKK Polri dulu barulah bisa . Namun sebelum menggugat itu, harus ada
upaya administrasi dalam bentuk keberatan administrasi.

- Keberatan administrasi = upaya administrasi yang diajukan ke penerbit Surat Keputusan.

Pertemuan 2

- Sengketa Tata Usaha Negara


Umum: KTUN, Tindakan administrasi, OOD
Khusus: Fiktif positif , keterbukaan informasi publik, pengadaan tanah, penyalahgunaa
wewenang, pilkada, pemilu
- Upaya administrative -> keberatan, banding administrative. Kalau keberatan tidak bisa
menyelesaikan permasalahan, maka baru ke banding administrasi. Alat bukti administrasi
berupa tanda terima , hal tersebut yang nantinya menjadi bukti bahwa gugatan tsb bersifat
prematur atau tidak.
- Intervensi = masuknya pihak ke-3 yang mempunyai kepentingan yang sama terhadap
tergugat/penggugat.

Pertemuan ke-3

- Keputusan Administrasi Negara (KAN) ada 3:


1. Regelling
 Judicial review (UU terhadap UU) -> jadi kewenangan MA
2. Beschikking
 Tertulis
 Ada karakteristik dasar :
1. Pasal 1 angka 3 UU PTUN : adalah sebuah penetpan tertulis
2. Diterbitkan oleh pejabat/ badan TUN
3. Bersifat konkret, individual, final, dan ada akibat hukumnya.
 Sikap diam (fiktif) ->> fiktif berarti bentuk daripada SK tidak ada, tetapi dianggap
sudah ada
a. Fiktif negative -> sudah tidak lagi berlaku
 Anggapan atas TIDAK diterimanya (SK tidak terbit tapi dianggap ditolak)
 Tidak serta merta berlaku, maka …….
b. Fiktif Poisitif
 Dianggap menerima
 Anggapan langsung berlaku, makanya dia punya implikasi Langkah
hukumnya permohonan
 Kelengkapan berkas
 Format permohonan -> pemeriksaannya hanya 1 :
Cepat: 21 hari max
 Harus dilihat dulu, bener ga anggapannya diterima makanya pake
permohonan
3. Materielle daad

- Cacat : Substansi
: Wewenang
: Prosedur -> mengujinya dengan AUPB Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) UU AP.
- Dalam melihat Tindakan factual dimana bentuk perintahnya adalah verbal yang sejatinya
dalam MVT …….
- Dalam UU AP, Tindakan factual termasuk objek gugatan TUN
- Bahan bacaan : https://www.hukumonline.com/berita/a/self-correction-bagi-administrasi-
pemerintahan-yang-baik-lt56855243f2614/

Pertemuan 5:

Yang menjadi objek gugatan adalah surat KTUN bukan personal orangnya.
- Format surat kuasa khusus:
SURAT KUASA
(Identitas para pihak: pemberi kuasa dan penerima kuasa)
KHUSUS
 Pihak lawan
 Pokok sengketa (sebutkan apay g menjadi pokok sengketa)
 Kompetensi absolut dan relative
 No register perkara (untuk surat kuasa tergugat)

 Kewenangan penerima kuasa


 Hak2 penerima kuasa

Pemberi kuasa Penerima kuasa

TTD TTD

(meterai)

- Status perkara di PTTUN adalah sebagai “kasus tingkat pertama dan Final”
- Kewenangan penerima k : mengajukan surat gugatan, menghadiri dan menghadap sidang
pengadilan, mengajukan/menolak bukti2
- Hak2 penerima kuasa:
 Retensi
 honorarium (klo honor belom dikasi, dia bisa menahan perkara) ,
 subsitusi (klo gada ini, nanti penerima kuasa gabisa melimpahkan perkara ke pihak
lain)
- Untuk pihak tergugat, harus mengeluarklan surat tugas karena pihak tergugat pasti pejabat
negara. Setelah itu baru dibuatlah surat kuasa.

Catatan atas tugas surat kuasa penggugat :

1. Persona standi in juditio harus jelas. pemberi kuasa adalah orang/pihak yang
dirugikan atau yang namanya tercantum dalam SK TUN yang akan digugat →
bersifat individual, berakibat hukum, dan finalS
2. bagian umum SKK penggugat harus jelas, apa yang dikuasakan dan sampai tahap
apa? → “hal-hal terbaik bagi client/pemberi kuasa” itu tidak boleh ditulis. Harus
detail dalam menjelaskan bagaimana kuasanya. Sampai tahap apa? itu tergantung
pada permintaan dari si pemberi kuasa. 
3. Gugatan diajukan atas surat keputusan TUN, bukan subjek hukum penerima surat
keputusan TUN. SK TUN yang digugat harus menyebutkan siapa subjek hukum yang
dirugikan → gugatan itu harus diajukan kepada SK nya bukan kepada
gubernurnya/kepala rumah sakitnya. Jadi tidak boleh menggugat ke kepala dari
pejabat tun nya tetapi harus menggugat kepada keputusan TUN. 
4. Pemberi kuasa dan penerima kuasa harus menandatangani SKK yang telah dibuatnya.
→ ttd tanda persetujuan untuk memberikan kausa dan rela untuk menerima kuasa
5. Materai harus dicantumkan. Kenapa? di pemberi kuasa. → materai harus
dicantumkan, karena kalo gak dicantumkan itu ditolak karena dianggap belum
membayar pajak.
6. Bagian umum harus menyebutkan Tindakan apa saja yang dapat dilakukan oleh
penerima Kuasa. Meski bagian umum, tidak bisa menggunakan kata/kalimat :
“Tegasnya penerima Kuasa dapat mengambil langkah dan tindakan yang dianggap
perlu.” Bagaimana bila terjadi tindakan yang merugikan pemberi kuasa?

Catatan surat kuasa tergugat:

Pertemuan 6 (GUGATAN):

- Obyek perdata: sengketa hak


- Apakah gugatan?
 Surgat adalah tuntutan hukum berupa akta tertulis yg akan dijadikan sebagai bukti,
berisi alasan2 atau dalil2 hukum sebagai dasar pemeriksaan dna pertimbangan
Hakim dlm menjatuhkan putusan
 Surgat dalam beracara di PTUN tentunya berbeda dengan surat gugatna berperkara
di Peradilanperdata.. apa bedanya?

Perdata TUN

Subjeknya = P dan T bisa siapa saja, pribadi P = siapa saja yg merasa dirugikan
kodrati atau badan hukum T = pasti badan atau jabatan TUN
Objek= PMH atau Wanprestasi Objek = apabila bentuknya putusan termasuk
PMH formil
Petitum= disesuaikan dgn objeknya, klo missal Petitum =
pembatalan suatu perbuatan berarti itu
wansprestasi
Kewarganegaraan tidak mjd hal yg penting Wajib ada kewarganegaraan, dimana
penggugat hrs WNI karena untuk “menjaga
kewibawaan pemerintah”

- Apa beda gugatan perdata dan Tun?


 Dilihat dari substansi rumusan alasan-alasan, dalil-dalil hukum maupun bentuk
tuntutan (petitum) yang dapat diajukan. Hal ini dikarenakan obyek gugatan yg dapat
dipersengketakan memiliki karakteristik tersendiri dan merupakan kewenangan
absolut dr PTUN, yaitu putusan TUN yang dikeluarkan oleh pejabat badan hukum
public.
- Identifikasi Putusan TUN sebelum Gugatan dibuat

 Apakah Putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan sudah dapat


dikategorikan sebagai objek gugatan TUN, memenuhi kriteria Pasal 1 ayat 3
atau Pasal 3 UU PTUN
 Putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan tersebut, termasuk Putusan
TUN yang dikecualikan atau tidak (Pasal 2 UU 9/2004 dan Pasal 49 UU
PTUN) 
 Siapa yang berhak menjadi Penggugat dan pejabat mana sebagai Tergugat
(Pasal 1 ayat 6 jo Pasal 1 ayat 2 UU PTUN)
 Dengan adanya putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan, terdapat unsur
kepentingan dirugikan “point d’interet, point d’action” bagi Penggugat atau
tidak (Pasal 53 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2004)
 Apakah putusan TUN yang menjadi Dasar perselisihan, dalam aturan dasarnya
terbuka untuk melakukan upaya administrasi atau tidak (Pasal 48 UU PTUN)
 Putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan masih dalam tenggang waktu
mengajukan gugatan atau tidak (Pasal 55 UU PTUN jo. SEMA No. 2 Tahun
1991) 
 Badan Peradilan TUN mana dapat diajukannya gugatan (Pasal 54 UU PTUN);
dan 
 Alasan-alasan (onrechtmatige overheidsdaad) yang dapat digunakan menjadi
dasar diajukannya gugatan.

Pertemuan 7

1. Eksepsi  Perdata  gugatan

Formil Fundamental petendi  Dasar pertimbangan dan dasar pengingat

Persona standi Dasar kewenangan dlm menerbitkan KTUN

Kurang pihak Klien  Pejabat  SK

Error in persona Jabatan  SK Jabatan dan organisasi tata laksana

2. Surat Jawaban (tdk ada format baku)

Pendahuluan Heading

Apresiasi persidangan Kurang pihak dll

yg berjalan

3. Cacat prosedur  penerbitan KTUN berdasarkan proses yg benar  penerapan AUPB


4. Menkumham digugat

Peggugat: ILUNI UI

Bikin akta notaril  Akta perkumpulan atau akta Lembaga  harus didaftarkan ke AHU

Pendirian PILUNI

- Presumptio iustae causa /Praduga rechmatig


 setiap keputusan tata usaha negara (KTUN) yang dikeluarkan harus dianggap
benar menurut hukum, karenanya dapat dilaksanakan lebih dahulu selama
belum dibuktikan sebaliknya dan dinyatakan oleh hakim administrasi sebagai
keputusan yang bersifat melawan hukum.
Pertemuan 8: UTS
Pertemuan 9:
Pembuktian dalam PTUN
- Rechtgelling bertumpu pada pertautan massal 
- Tindakan administrasi negara (TAN) ada 3:
1) Beschikking  sifatnya individual, konkret
2) Rechtgelling  sifatnya umum dan abstrak , karena bersifat pengaturan
Apakah rechtgelling bisa dibawa ke PTUN? Tidak bisa, kalua mau dibawa ke
PTUN ubah dl menjadi individual, konkret.
3) ..
- Asas pembuktian:
System pembuktian dalam peradilan TUN menggunakan asas Bebas Terbatas yaitu
hakim bebas menetukan apa yang harus dibuktikan dan kepada siapa beban
pembuktian itu dibebankan. Hal inilah yang membedakan dengan system pembuktian
di peradilan perdata yaitu siapa yang mengendalikan dia yg harus membuktikan.
- Alat bukti dalam PTUN:
Sesuai pasal 100 UU 9/2004
- Descente : dalam hal pembuktian, hakim krn jabatan dapat memanggil saksi atau
instansi lain yg terkait, bahkan melakukan pemeriksaan setempat/lapangan
- Alat bukti surat :
 Akta otentik yaitu surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat
umum, yang menurut peraturan perundang-undangan berwenang membuat
surat itu dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang
peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum didalamnya.
 Akta dibawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-
pihak yg bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti
tentang peristiwa atau peritiwa hukum yang tercantum didalamnya.
 Surat2 lain yg bukan akta
- Ket. Ahli:
 Karena keahliannya seseorang dapat diminta keterangannya sebagai ahli
dalam persidangan
 Menunjukkan ket. Keahlian dalam bentuk surat tugas dari pimpinan fkultas
 Keahlian memiliki korelasi dengan pengetahuan yang mau dicari jawabannya
- Ket. Saksi:
 Prinsip dasar “unus testis nullus testis”
 Kesesuaian keterangan saksi yang satu dengan yg lainnya
 Dalam pemeriksaan sengketa TUN di muka siding keterangan saksi bukanlah
hal yg mutlak sifatnya, karena tidak seperti dalam perkara pidana untuk
membuktikan perbuatan manusia secara fisik.
- Alat bukti yang lain:
Cara pembuktian
Case theory
- Buatlah assessment yang ringkas mengenai fakta dan hukum yang muncul dalam
dakwaan (Analisa fakta dan Analisa hukum), hal ini penting sebagai persiapan kasus
yg sedang dihadapi. Dalam hal ini menggunakan circle methods, yaitu dengan cara
sbb:
 Uraikan unsur-unsur kejahatan
 Identifikasi kemungkinan pengembangan dr unsur yang ada dengan
mempersiapkan berbagai penafsiran atas unsur tersebut
 Lihat kesesuaian fakta dgn tiap unsur kejahatan
 Identifikasi fakta-fakta yang diketahui dan kemungkinan2 dari fakta yg dapat
muncul dr alat bukti
 Temukan kekosongan informasi yang dibutuhkan (buatlah pertanyaan untuk
dijawab oleh saksi)
- Dalam persidangan catatlah semua fakta-fakta yang mendukung ataupun yang tidak
mendukung

Anda mungkin juga menyukai