Anda di halaman 1dari 6

Talitha Agatha

1906386963 / Paralel
Kapsel Pidana
Tugas Materi Hukum Perlindungan Anak

1. PN Batusangkar Nomor 2/Pid.Sus-Anak/2021/PN Bsk (Pelaku: anak; korban: anak)


Kronologis:
pelaku terangkan pada 19 Juni 2017 Anak sebagai pelaku mulai pacaran dengan Saksi
xxxxx xxxxxxx yang selanjutnya disebut dengan Anak Korban dan Anak Korban selain
mengecap pendidikan formal juga mengekuti pendidikan nonformal di lembaga
pendidikan Arasyid, di mana lokasi tempat Anak Korban les tersebut berdekatan dengan
rumah Anak Pelaku.
Anak Korban selalu pulang dari les di lembaga Arasyid pada pukul 16.00 dan Anak
Pelaku meminta Anak Korban untuk datang ke rumahnya di Simpang Kiambang Jorong
Kubu Rajo Nagari Limo Kaum Kecamatan Limo Kaum Kabupaten Tanah Datar, lalu
Anak Pelaku memperkenalkan Anak Korban kepada orang tuanya. Tak lama berselang
orang tua Anak Pelaku pergi meninggalkan rumah dan hanya Anak Pelaku dan Anak
Korbanlah yang tinggal di rumah tersbut. Sepeninggal orang tuanya dari rumah kemudian
Anak Korban melancarkan bujuk rayunya kepada Anak Korban dengan berkata “Anak
Pelaku sayang kepada Anak Korban Anak Pelaku mencintai Anak Korban”, kemudian
Anak Pelaku memeluk dan menciumi Anak Korban sembari memegang payudara Anak
Korban dan mengelus kemaluan Anak Korban lalu memasukkan jari Anak Pelaku ke
kemaluan Anak Korban, merasa kesakitan lalu Anak Korban berontak namun Anak
Korban kalah tenaga dengan Anak Pelaku dan akhirnya Anak Korban berpasrah diri
dengan apa yang terjadi.
Pada pertengahan bulan Januari 2018 sewaktu Anak Korban masih les di Arrasyid
Anak sebagai Pelakupun men-chat Anak Korban melalui aplikasi Whats App yang mana
Anak Pelaku berkata kepada Anak Korban agar sehabis les untuk datang ke rumah Anak
sebagai pelaku lagi dan Anak Korbanpun mengiyakan. Setelah les berakhir pada pukul
16.00 WIB, Anak Korban mendatangi rumah Anak Pelaku dan sewaktu itu hanya Anak
Pelaku saja di rumah dan langsung Anak Pelaku menyuruh Anak Korban masuk ke dalam
rumah dan setelah itu Anak Pelaku berkata bahwa Anak sebagai pelaku sangat
menyayangi Anak Korban dan pun Anak sebagai pelaku langsung memeluk Anak Korban
dan menciuminya dan Anak Pelaku mulai mengelus payudara Anak Korban dan pun
memasukan tangan Anak sebagai pelaku keselangkangan Anak Korban dan memasukan
tangan Anak sebagai pelaku ke alat kelamin Anak Korban dan sewaktu itulah Anak Pelaku
Talitha Agatha
1906386963 / Paralel
Kapsel Pidana
berkata bahwa ingin melakukan hubungan suami istri kepada Anak Korban dan Anak
Korban berkata tidak mau, kemudian Anak Pelaku merayu Anak Korban dengan berkata
bahwa sangat Anak Pelaku tidak akan meninggalkan Anak Korban dan pun akan bersedia
nantinya akan menjadi suami dari Anak Korban dan akan bertangung jawab atas perbuatan
yang akan dilakukan;
Pelaku melakukan hubungan persetubuhan dengan cara menyuruh Anak Korban
untuk membuka celananya yang dipakai sewaktu itu dan Anak Korban membukanya dan
setelah itu Anak Pelaku membuka celana pendek yang Anak Pelaku pakai dan sewaktu
itulah Anak Pelaku langsung mengeluarkan alat kelamin Anak Pelaku dalam keadaan
menegang dan sambil posisi duduk itulah Anak sebagai langsung menyuruh Anak Korban
mengarahkan alat kelamin Anak Pelaku ke alat kelamin Anak Korban yang sudah tidak
pakai celana itu. kemudian saat akan memasukan kelamin Anak Pelaku ke Anak Korban,
Anak Pelaku melihat Anak Korban mulai agak ragu dan sewaktu itulah Anak sebagai
pelaku berkata berkata lagi bahwa Anak Pelaku akan bertangung jawab dan tidak akan
meninggalkan anak korban.
Saat Anak Pelaku melakukan persetubuhan, Anak Korban kemudian berkata
bahwa sakit dan seakan berusaha menyudahi perbuatan itu namun Anak Pelaku merangkul
dan memaksa Anak Korban jangan menyudahinya dan dengan tenaga agak besar Anak
pelaku langsung memaksakan dan memasukan alat kelaminnya ke alat kelamin Anak
Korban dengan cara maju mundur selama lebih kurang 5 menit, kemudian kelamin Anak
Korban mengeluarkan darah lalu Anak Pelaku mengeluarkan air berwarna putih yang di
tumpahkan di atas lantai rumah sebagai pelaku, dan begitulah seterusnya dua minggu
setelah kejadian pertama pun Anak sebagai pelaku menyuruh Anak Korban datang lagi ke
rumah Anak Pelaku dan pun Anak Pelaku melakukan perbuatan yang sama sewaktu orang
tua Anak Pelaku tidak ada di rumah dan terakhir kali perbuatan yang Anak Pelaku lakukan
pada tanggal 14 Januari 2021 sekira pukul 16.00.WIB itu terakhir kalinya.
Bahwa pada hari Senin tanggal 15 Februari 2021 Anak Pelaku mengancam
Anak Korban akan menyebarkan foto persetubuhan dan foto hasil tangkapan layar (screen
capture) dengan Anak Korban apabila Anak Korban tidak memberikan Anak Pelaku uang
sebanyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Dakwaan: alternatif
Talitha Agatha
1906386963 / Paralel
Kapsel Pidana
1) Pasal 81 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang); atau
2) Pasal 82 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menjadi Undang-undang
Analisis:
Pelaku berumur 15 tahun. Dakwaan kesatu ditujukan jika pelaku melakukan
Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya
sedangkan Dakwaan kedua adalah sama dengan isi dakwaan kesatu, tetapi disertai dengan
tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau pembujukan terhadap korban anak. Hukuman
pidana penjara dan denda pada dua pasal tersebut sama yakni, penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 76D berbunyi: “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman
Kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”
Pasal 76E berbunyi: “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman
Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan,
atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.”

Perbedaan dari dua pasal tersebut terletak pada klausul melakukan tipu muslihat,
melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk yang mana berdasarkan
kronologis tindak pidana ini tidak ditemukan unsur bahwa Pelaku Anak melakukan tipu
muslihat maupun serangkaian kebohongan. Namun Pelaku melakukan pembujukan kepada
Korban anak yang terbukti dalam kronologis yang menyatakan bahwa Anak Pelaku
menyatakan tidak akan meninggalkan Anak Korban dan pun akan bersedia nantinya akan
menjadi suami dari Anak Korban dan akan bertangung jawab atas perbuatan yang akan
dilakukan. Sehingga pelaku memenuhi unsur pasal 76E UU Nomor 35 tahun 2014 yang
Talitha Agatha
1906386963 / Paralel
Kapsel Pidana
mana merupakan isi dari Pasal 82 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2016. Dengan demikian Pelaku memenuhi unsur dakwaan kedua.

2. PN Pelaihari Nomor 6/Pid.Sus/2021/PN Pli (Pelaku: orang dewasa; korban: anak)


Kronologis:
Pada pertengahan bulan Juli 2020 sekitar pukul 15.00 WITA untuk hari dan
tanggalnya Terdakwa tidak ingat, bertempat di rumah milik Terdakwa, pada saat itu saksi
anak sebagai korban yang bernama MASRIAH binti ASLIANSYAH yang memiliki
kebutuhan khusus memungut paku bekas bongkaran rumah milik Terdakwa. Kemudian
saksi anak sebagai korban buang air di dekat Terdakwa yang berjarak kurang lebih 2
meter, Terdakwa yang melihat saksi anak sebagai korban buang air kecil menjadi
berhasrat, lalu Terdakwa memanggil saksi anak sebagai korban sambil menawari uang.
Saksi anak sebagai korban masuk ke rumah Terdakwa dan Terdakwa menyuruh saksi anak
sebagai korban melepas seluruh pakaian dan setelah itu saksi anak sebagai korban disuruh
duduk di atas kedua paha Terdakwa yang pada saat itu posisi Terdakwa dalam keadaan
duduk dan Terdakwa sudah mengeluarkan penis Terdakwa dari balik celana kolor sebelah
kiri yang Terdakwa pakai. Kemudian saksi anak sebagai korban disuruh Terdakwa untuk
memasukkan penis Terdakwa ke dalam vagina atau alat kemaluan saksi anak sebagai
korban. Selanjutnya Terdakwa SARIPUDIN alias ABAH DILAH bin RUSDI menyuruh
saksi anak sebagai korban menghentak dengan gerakan turun naik sebanyak 3 (tiga) kali.
Saksi anak sebagai korban merasa sakit dan berkata “aduh”, pada saat sperma Terdakwa
mau keluar, saksi anak sebagai korban disuruh berdiri dan Terdakwa mengeluarkan
sperma di luar kemaluan saksi anak sebagai korban. Terdakwa memberi saksi anak
sebagai korban uang Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) karena telah menuruti perintah
Terdakwa untuk disetubuhi. Kemudian Terdakwa berkata kepada saksi anak sebagai
korban “jangan bekisah lawan mama”, saksi anak sebagai korban menjawab “heeh”.
Bahwa Terdakwa SARIPUDIN alias ABAH DILAH bin RUSDI menjanjikan
akan memberi uang kepada saksi anak sebagai korban yang berkebutuhan khusus ini agar
Terdakwa dapat menyetubuhi saksi anak sebagai korban. Setelah Terdakwa melakukan
persetubuhan dengan saksi anak sebagai korban, terdakwa tidak mau kalau saksi anak
sebagai korban menceritakan persetubuhan tersebut walaupun saksi anak sebagai korban
merasakan sakit. Saksi anak sebagai korban yang mengalami kesakitan ketika alat kelamin
Talitha Agatha
1906386963 / Paralel
Kapsel Pidana
Terdakwa dimasukan ke dalam kemaluan saksi anak sebagai korban atau ketika saksi anak
sebagai korban disetubuhi oleh Terdakwa ini, saksi anak sebagai korban tetap disuruh oleh
Terdakwa untuk diam agar tidak ketahuan orang. Saksi anak sebagai korban yang memang
merupakan saksi anak berkebutuhan khusus merasa takut sehingga tidak berani bercerita
kepada orang tua saksi anak sebagai korban. Perbuatan Terdakwa menyetubuhi saksi anak
sebagai korban telah terjadi lebih dari sekali.
Bahwa pada hari Senin tanggal 05 Oktober 2020 sekitar pukul 15.00 WITA di
rumah milik Terdakwa SARIPUDIN alias ABAH DILAH bin RUSDI ya ng beralamat di
Desa Sungai Bakar Rt.04 Rw.02 Kecamatan Bajuin Kabupaten Tanah Laut Provinsi
Kalimantan Selatan, saksi anak sebagai korban yaitu MASRIAH belanja di warung milik
Terdakwa. Kemudian Terdakwa menarik tangan saksi anak sebagai korban dan membawa
saksi anak sebagai korban masuk ke dalam rumah milik Terdakwa. Saksi anak sebagai
korban disuruh oleh Terdakwa untuk mengangkat baju lalu Terdakwa menghisap dan
meremas payudara saksi anak sebagai korban. Terdakwa menurunkan celana dan pakaian
dalam saksi anak sebagai korban sampai setengah lutut. Terdakwa memasukkan penis
Terdakwa ke dalam vagina saksi anak sebagai korban dalam keadaan berdiri saling
berhadapan. Tidak berapa lama terdengar suara ribut di luar rumah Terdakwa. Terdakwa
berhenti menyetubuhi saksi anak sebagai korban karena takut ketahuan. Terdakwa
kemudian memberi imbalan uang sebanyak Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).
Bahwa akhirnya saksi anak sebagai korban yang bernama Masriah
menceritakan Terdakwa SARIPUDIN alias ABAH DILAH bin RUSDI telah melakukan
persetubuhan dengannya sehingga orang tua saksi anak sebagai korban melapor ke
Kepolisian.
Dakwaan: Alternatif
1) Pasal 81 Ayat (1) UU RI No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo. Pasal 76D UU RI No.35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; atau
2) Pasal 81 Ayat (2) UU RI No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Analisis:
Pelaku dalam kasus ini adalah orang dewasa. Dakwaan kesatu ditujukan jika pelaku
melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan
Talitha Agatha
1906386963 / Paralel
Kapsel Pidana
dengannya sedangkan Dakwaan kedua adalah sama dengan isi dakwaan kesatu, tetapi
disertai dengan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau pembujukan terhadap korban
anak. Hukuman pidana penjara dan denda pada dua pasal tersebut sama yakni, penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 81 (1) berbunyi: “Setiap orang yang melangggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).“
Pasal 81 (2) berbunyi: “Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
pula bagi Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan
orang lain.”

Berdasarkan kronologis tindak pidana ini ditemukan unsur bahwa Pelaku Anak melakukan
tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk. Unsur membujuk terbukti
dalam kronologis yang menyatakan bahwa “Terdakwa memanggil saksi anak sebagai
korban sambil menawari uang”; dan “Terdakwa kemudian memberi imbalan uang
sebanyak Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).” Pun, perbuatan terdakwa juga memenuhi unsur
tipu muslihat dan serangkaian kebohongan karena Saksi anak sebagai korban memang
merupakan saksi anak berkebutuhan khusus merasa takut sehingga tidak berani bercerita
kepada orang tua saksi anak sebagai korban yang mana dalam hal ini pelaku
memanfaatkan disabilitas yang dimilki korban untuk melakukan tindak pidana tersebut.
Sehingga pelaku memenuhi unsur pasal 76E UU Nomor 35 tahun 2014 yang mana
merupakan isi dari Pasal 81 ayat (2) UU RI No.35 Tahun 2014, yakni dakwaan kedua.

Dengan adanya dua putusan tersebut, dapat dilihat bahwa negara dapat dikatakan
turut andil dalam penegakkan Hak Asasi Manusia khususnya untuk anak yaitu tentang hak
atas perlindungan dari kekerasan seperti termaktub dalam Pasal 52 hingga Pasal 56
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Meskipun dalam
kenyataannya peran negara masih sangat kurang

Anda mungkin juga menyukai