Anda di halaman 1dari 3

1.

KASUS KEKERASA SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA HINGGA


MENINGGAL DUNIA

Greinal Wijaya disiksa hingga tewas karena sering ngompolTimes/Sukma Shakti


November 2017 lalu, seorang ibu membunuh anaknya hanya karena si anak masih sering
ngompol. Pembunuhan terjadi di kosan pelaku di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Sebelum meninggal dunia, sang anak disemprot wajahnya dengan cairan pembasmi
serangga oleh Sang Bunda, Novi Wanti.

Menurut keterangan polisi, Novi mengatakan kesal pada anaknya karena kerap ngompol
dan menangis. Maksud hati membuat sang buah hati diam, Novi memilih cara keji dengan
menyemprotkan cairan pembasmi serangga ke wajah sang anak. Tidak hanya sampai di
situ, Novi diketahui juga menutup wajah sang anak dengan plastik kresek, hingga sang
bocah hanya bisa menghirup udara dengan semprotan pembasmi serangga saja.

Menghindari perlawanan sang anak, Novi dengan tega mengikat tangan dan kaki bocah
malang itu. Luka bekas ikatan tampak di pergelangan tangan sang anak saat polisi
melakukan pemeriksaan terhadap korban.

Greinal sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong. Setibanya di
rumah sakit, dokter yang memeriksa korban menyatakan korban sudah meninggal dunia.
Sebelumnya diketahui Novi juga kerap memukuli sang anak dengan tangan kosong atau
sapu lidi

Novi disini sebagai pelaku sekaligus ibu kandung dari Greinal wijaya telah melakukan tindak
pidna kekerasan dan telah membunuh korban yang tak lain adalah anak kandung sendiri.

Yang melatar belakangi kenapa novi (pelaku) melakukan perbuatan keji seperti diatas, karena
anak tersebut (korban) suka mengompol dan mengganggu kenyaman dari pelaku itu sendiri.
Dan membuat rasa Risih muncul dibenak pelaku itu sendiri dan timbulah rasa ingin untuk
membuat Korban diam dan tidak mengompol tetapi dengan kekerasan seperti

1. Wajahnya disemprot dengan cairan pembasmi serangga


2. Menutup wajah korban dengan plastik kresek
3. Mengikat kaki dan tangan korban
4. Memukuli korban baik dgn tangan kosong maupun dengan sapu lidi
Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau
turut serta melakukan kekerasan terhadap anak. Ancaman sanksi bagi orang yang melanggar
larangan ini (bagi pelaku kekerasan/peganiayaan) adalah pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah).

Penjelasan lebih lanjut dan contoh kasus dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Ulasan:

Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Kami turut prihatin dengan kejadian yang anak Anda alami. Menurut hemat kami, langkah
Anda melaporkan kejadian penganiayaan tersebut kepada pihak kepolisian adalah sudah
tepat. Karena Anda sebagai orang tua memang wajib untuk memberikan perlindungan
terhadap anak dari tindak kekerasan dan penganiayaan.

Hal ini juga sesuai dengan pengaturan Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak (“UU Perlindungan Anak”) sebagaimana yang telah
diubah oleh Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU 35/2014”) yang
menyatakan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain
mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.

Menurut yurisprudensi, yang dimaksud dengan kata penganiayaan yaitu sengaja


menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka. Contoh “rasa sakit”
tersebut misalnya diakibatkan mencubit, mendupak, memukul, menempeleng, dan
sebagainya.
Pasal yang Menjerat Pelaku Penganiayaan Anak

Menjawab pertanyaan Anda, pasal tentang penganiayaan anak ini diatur khusus dalamPasal
76C UU 35/2014 yang berbunyi:
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau
turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.

Sementara, sanksi bagi orang yang melanggar pasal di atas (pelaku kekerasan/peganiayaan)
ditentukan dalam Pasal 80 UU 35/2014:

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat apabila yang melakukan penganiayaan tersebut
Orang Tuanya.

Melihat dari keterangan yang Anda sampaikan, kami asumsikan bahwa anak Anda
yangmatanya dipukul oleh seseorang ini tidak sampai membuatnya terluka berat atau mati.
Oleh karena itu, berdasarkan Pasal 80 ayat (1) UU 35/2014, pelakunya diancam pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72juta.

Anda mungkin juga menyukai