Anda di halaman 1dari 2

liputan6.

com, Jakarta - Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan Kombes Ibrahim Tompo
mengatakan, pihaknya telah mengamankan pelaku bullying atau di Kelurahan Bonto-Bonto,
Kecamatan Ma'rang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Senin (18/5/2020). 

Pelaku atas nama Firdaus (26) serta temannya yang terlihat dalam video perundungan tersebut
juga turut diamankan. "Mengamankan pelaku Firdaus beserta rekan-rekan pelaku. Menghubungi
SPKT Polres Pangkep untuk menjemput pelaku bersama rekannya dan diamankan di Mapolres
Pangkep," ungkap Ibrahim kepada Liputan6.com, Senin (18/5/2020). 

Kejadian ini bermula pada Minggu, 17 Mei 2020 sekitar Pukul 17.30 WITA korban yang masih
berusia 12 tahun atas nama R menggunakan sepeda berjualan kue jalangkote dan istirahat di
lapangan Bonto-Bonto sambil berkata berbahasa Bugis dan bercanda "iya' tolo'na Ma'rang", yang
artinya Saya Jagoannya Ma'rang. Celotehannya ini didengar oleh pelaku Firdaus bersama
temannya. "Sehingga pelaku Firdaus, singgah dan berkata 'Magawettu' yang artinya ada apa itu?
Tidak lama kemudian Firdaus kembali ke motornya dan tiba-tiba korban mau melipat Plat DD
Pelaku. Kejadian direkam oleh teman pelaku atas nama RA," ucap Ibrahim menerangkan. 

Selanjutnya pelaku emosi dan tersinggung lalu langsung memukul bagian belakang korban Rizal
dan mendorong  bersama sepedanya ke dalam lapangan dan terjatuh. "Kejadian direkam oleh
teman pelaku atas nama Rasminul Alam," jelasnya. Pada saat korban terjatuh, kata Ibrahim
pelaku dan temannya merundung atau mem-bully dan menertawakan korban sambil direkam oleh
teman pelaku. "Kemudian video tersebut diunggah ke grup WA Grup 'CfD Family' oleh RA dan
viral di medsos," terang Ibrahim. "Selang beberapa jam kemudian pelaku diamankan oleh
personel Polsek Marang di Mapolsek Marang dan kemudian di bawa ke Mapolres Pangkep,"
sambungnya. 

 Hal ini dilakukan karena mengingat banyaknya pihak keluarga korban dan masyarakat yang
datang ke Mapolsek Ma'rang untuk melihat pelaku bullying. Penanganan kemudian dilakukan
oleh Sat Reskrim Polres Pangkep....  

Pertanyaan: 

1. Coba saudara uraikan focus perhatian kriminologi dari perspektif viktimologi  berdasarkan
permasalahan diatas ? 

Kriminologi lazimnya mencari sebab-sebabnya hingga timbulnya kejahatan dan cara


menghadapi kejahatan dan tindakan/reaksi yang diperlukan. Berdasarkan permasalahan di
atas, peristiwa bullying timbul karena dipicu oleh perkataan korban yang menyatakan bahwa
ia adalah jagoan Ma'rang, dalam artian tersebut, korban menyatakan bahwa dialah yang
paling hebat atau paling berkuasa di tempat tersebut, meskipun maksudnya hanya bercanda.
Kemudian, tindakan korban yang ingin melipat Plat DD pelaku, pada akhirnya memicu amarah
pelaku, hingga akhirnya pelaku melakukan pemukulan, hingga memicu terjadinya perudungan
yang juga dilakukan oleh teman korban.

Viktomologi adalah suatu studi atau pengetahuan ilmiah yang mempelajari masalah
pengorbanan kriminal sebagai suatu masalah manusia yang merupakan suatu kenyataan
sosial. Viktimologi merupakan bagian dari kriminologi, yang mempunyai obyek studi yang
sama, yaitu tindak pidana atau pengorbanan kriminal (viktimisasi kriminal) dan segala sesuatu
yang akibatnya. Berdasarkan permasalah di atas, dari sudut pandang korban, pernyataan
yang dilontarkan korban hanyalah sebuah candaan, sehingga seharusnya tidak perlu digubris
oleh pelaku, apalagi korban juga merupakan anak yang masih di bawah umur, sehingga tidak
sepantasnya mendapatkan perlakuan kekerasan. Ditinjau dari jenis-jenis viktimisasi,, korban
masuk ke dalam jenis Biologically weak Victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki
kelemahan atau potensi untuk menjadi korban, misalnya orang tua renta, anak-anak dan
orang yang tidak mampu berbuat apa-apa.

2. Buatlah argumentative saudara mengenai faktor penyebab terjadinya tindakan bulliying


terhadap anak ? 

Bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-kali. Biasanya, pelaku bullying
berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang
lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya.
Pelaku bullying bisa hadir karena kontrol diri yang rendah. Mereka mungkin sebelumnya
menjadi korban kekerasan, lalu menganggap dirinya selalu terancam dan biasanya bertindak
menyerang sebelum diserang.
Pelaku bullying jelas tidak memiliki perasaan dan tanggung jawab terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Pembully selalu ingin mengontrol, mendominasi, dan tidak menghargai orang
lain. Mereka melakukan bullying sebagai bentuk balas dendam. Selain itu, teman sebaya yang
menjadi supporter atau penonton membuat pelaku bullying makin menjadi-jadi. Secara tidak
langsung, kehadiran suporter membantu pembully memperoleh dukungan kuasa, popularitas,
dan status. Mungkin pada awalnya, pelaku tidak ingin melakukan tindakan kekerasan, tetapi
karena adanya dorongan dari teman yang memprovokasi, sehingga terjadilah tindakan
perudungan.

3. Berdasarkan ilustrasi diatas upaya apakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi


tindakan bulliying dengan menggunakan pendekatan Utilitarian prevention deterrence ? 

Utilitarian prevention deterrence adalah pencegahan pelanggaran hukum dengan manfaat


melalui penolakan. Mengartikan bahwa seseorang akan mengurungkan niatnya untuk
melakukan kejahatan apabila melihat hukuman yang keras. Aspek manfaat dari hukuman
yang diharafkan dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu general deterrenceyaitu upaya
menakut-nakuti orang banyak yang belum pernah melakukan pelanggaran hukum dengan
memberikan pengetahuan tentang kerasnya hukuman bagi seorang penjahat, special
deterrence yaitu upaya menakut-nakuti pelanggar hukum yang sedang atau telah dihukum
untuk tidak melakukan pelanggaran kembali dengan memberinya hukuman yang keras atau
membuat mereka menderita.

Dengan demikian, dalam mencegah tindakan bullying, perlu diterapkan tindakan hukum yang
tegas, sehingga pelaku akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakan perudungan.

Perlindungan anak di Indonesia diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 yang telah diubah
dengan UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Berdasarkan Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Perlindungan Anak yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Terkait dengan bullying diatur dalam Pasal 76C UU Nomor 35 Tahun 2014 yang berbunyi :
“Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh, atau turut serta
melakukan kekerasan terhadap anak. Ancaman hukuman bagi yang melanggar pasal ini
adalah pidana. Penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak
Rp72.000.000 (Tujuh Puluh Dua Juta Rupiah).

Tindakan teman-teman pelaku bullying juga telah memenuhi unsur pasal tersebut dalam
Undang-Undang Perlindungan Anak dan dapat dijatuhkan pidana. Selain pasal tersebut, para
pelaku juga dapat dijerat karena telah menyebarkan kekerasan lewat media elektronik.

Pasal 45B Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
menyatakan bahwa “Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti
yang ditujukan secara pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 tahun.

Atas dasar itu, maka perbuatan pelaku bullying ini sudah termasuk dalam kategori
perbarengan tindak pidana yaitu concursus realis sebagaimana diatur dalam Pasal 65 KUHP.

Dengan adanya penerapan hukuman penjara dan denda pada pelaku bullying, diharapkan
tidak ada lagi tindakan kekerasan yang terjadi, terutama pada anak di bawah umur.

Anda mungkin juga menyukai