Anda di halaman 1dari 5

Analisa Putusan Hakim

Disusun oleh :

- Mario Andreti ( 22300075 )


- Dewangga Chandra ( )
ANALISA PUTUSAN HAKIM NOMOR:199/Pid.Sus/2020/PnTrg TENTANG
TINDAK PIDANA PROSTITUSI ONLINE

KRONOLOGI KASUS
Bahwa terdakwa RISKA PRATAMA SAFITRI Binti ASRIL Alias UDIN pada hari Kamis tanggal 06 Februari 2020
sekira pukul 20.00 Wita atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di bulan Februari dalam tahun 2020,
bertempat di Jalan Gunung Belah Gang Arsapati 6 Kel. LoaIpuh, Kec. Tenggarong, Kab. Kutai Kartanegara atau
setidak-tidaknya ditempat lain yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Tenggarong yang
berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita
dan menjadikannya sebagai pencarian, perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara antara lain sebagai
berikut:
Bahwa pada waktu dan tempat tersebut diatas, berawal terdakwa membuat akun Facebook bernama AYU
(Mami Ledies Tenggarong) dan dicantumkan nomor telpon 085705175220
Bahwa berawal saksi SIGIT PURWANTO menemukan akun facebook yang bernama AYU (mami
ladiestenggarong) milik terdakwa dimana di dalam akun facebook tersebut tertera nomor telpon/WA
085705175220, kemudian saksi SIGIT PURWANTO menghubungi Nomor WA terdakwa tersebut berpura-pura
memesan perempuan, dimana saksi SIGIT PURWANTO yang saat itu mencurigai keponakannya yakni Anak
ANISA AULIA ALFERIA yang dijual oleh terdakwa, kemudian saksi SIGIT PURWANTO meminta kepada
terdakwa untuk mengirimkan foto perempuan yang di eksploitasi oleh terdakwa, tidak lama kemudian
terdakwa mengirimkan 3 (tiga) foto perempuan dengan nomor urut 18, 19, 20.

- Bahwa setelah melihat foto tersebut saksi SIGIT PURWANTO memilih nomor urut 18
atas nama MILA yang dicurigai keponakan saksi SIGIT PURWANTO, kemudian saksi SIGIT
PURWANTO bertanya kepada terdakwa “berapa” dijawab oleh terdakwa “Rp. 650.000,-
short time sudah dengan kamar”, setelah itu terjadi kesepakatan antara saksi SIGIT
PURWANTO dan terdakwa bertemu di Jalan Gunung Belah depan Hotel Pelangi Kel. Loa
Ipuh Kec. Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara.

- Pelangi Kel. Loa Ipuh Kec. Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara. Bahwa kemudian saksi
SIGIT PURWANTO Bersama dengan saksi ARDI ANSYAH Alias ARDI pergi menuju ke Jalan
Gunung Belahdepan Hotel Pelangi, setelah itu saksi SIGIT PURWANTO memerintahkan
kepada saksi ARDI ANSYAH alias ARDI untuk berpura-pura sebagai saksi SIGIT
PURWANTO karena takut keponakannya tahu, lalu saksi ARDI ANSYAH Alias ARDI
bertemu dengan terdakwa, setelah itu saksi ARDI ANSYAH Alias ARDI meminta kepada
terdakwa untuk melihatkan terlebih dahulu perempuan atas nama MILA (Anak ANISA
AULIA ALFERIA) yang telah di pesan.

- Bahwa setelah ARDIANSYAH Alias ARDI melihat MILA (Anak ANISA AULIA ALFERIA) yang
benar keponakan saksi SIGIT PURWANTO, kemudian saksi ARDI ANSYAH Alias ARDI
memberikan DP sebesar Rp.300.000,- ( tiga ratus ribu rupiah ) dengan perjanjian
sisanya sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) akan di bayar setelah
selesai, setelah itu saksi ARDIANSYAH Alias ARDI langsung menghubungi saksi SIGIT
PURWANTO dan memberitahukan bahwa MILA benar ponakan saksi SIGIT PURWANTO
yang bernama Anak ANISA AULIA ALFERIA.
- Bahwa setelah saksi SIGIT PURWANTO mengetahui bahwa MILA adalah ponakannya,
kemudian saksi SIGIT PUWANTO langsung menghubungi pihak Kepolisian Resor Kutai
Kartanegara, dan tidak lama datang saksi SYAMSUDDIN Alias OTEZ dan saksi SUGENG
SUBEKTI (keduanya anggota Polres Kutai Kartanegara) langsung mengamankan
terdakwa dan barang bukti, kemudian terdakwa beserta barang bukti di bawa ke Polres
Kutai Kartanegara untuk dilakukan proses lebih lanjut.

- Bahwa pada saat terdakwa melakukan perbuatan tersebut diatas, Anak ANISA AULIA
ALFERIA saat itu masih berumur 15 tahun yang lahir pada tanggal 11 Mei 2004.

PEMBAHASAN

Korban dalam bisnis atau kegiatan prostitusi adalah anak-anak di bawah umur, hal ini juga didukung dengan
semakin banyaknya jumlah anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya maupun anak yang memiliki
permasalahan ekonomi. Anak menurut Undang-Undang no 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasukanak yang masih dalam kandungan.
Sedangkan menurut R.A kosnan “anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan
perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”, karena masih muda dan masih
hijau maka anak-anak dibawah umur perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Anak dibawah umur
sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah justru sering kali ditempatkan dalam posisi yang paling
dirugikan, tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak kekerasan
dan pelanggaran terhadap hakhaknya. Anak-anak dibawah umur sering dimanfaatkan untuk diperkerjakan di
lingkungan yang sangat tidak baik seperti tempat prostitusi atau semacamnya. Mengingat hal ini sering
terjadi tentunya kejadian ini sangat miris karena anak-anak harus dilindungi negara agar mereka dapat
tumbuh dengan baik. Di Kutai Kartanegara kasus perdagangan anak untuk dipekerjakan sebagai pekerja seks.
Dari kasus ini dapat kita lihat betapa banyak anak-anak dibawah umur yang dijadikan sebagai pekerja seks
komersial di tempat prostitusi.

Prostitusi di Indonesia dianggap sebagai kejahatan terhadap moral dan kegiatan prostitusi adalah sebuah
kegiatan yang ilegal yang bersifat melawan hukum. Dalam ratifikasi perundang- undangan RI nomor 7 tahun
1984, perdagangan perempuan dan prostitusi dimasukan sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Menurut tinjauan sosiologi hukum terhadap kehidupan prostitusi oleh Syamsudin prostitusi diartikan sebagai
pekerja yang bersifat menyerahkan diri atau menjual jasa kepada umum untuk melakukan perbuatan
perbuatan seksual dengan mendapatkan upah sesuai apa yang diperjanjikan sebelumnya. Prostitusi atau
Pelacuran adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau berhubungan seks. Seseorang yang menjual
jasa seksual disebut pelacur atau biasa disebut pekerja seks komersial (PSK). Kegiatan prostitusi adalah
sebuah kegiatan yang patut ditabukan karena secara moral dianggap bertentangan dengan nilai agama dan
kesusilaan.

Dalam Undang-Undang No 35 Tahun 2014 pasal 76I secara jelas mengatur bahwa: “Setiap orang dilarang
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi
secara ekonomi dan/atau seksual terhadap anak. ”Kemudian didalam Pasal 88 Undang-Undang No 35 Tahun
2014 dikatakan bahwa: “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 76I,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
”Setelah itu di dalam Pasal 5 Undang-Undang No 21 Tahun 2007 dikatakan bahwa: “Setiap orang yang
melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk
dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 ( lima belas )
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 120.000.000.00 ( seratus dua puluh juta rupiah ) dan paling banyak
Rp 600.000.000.00 (enam ratus juta rupiah).” Bahwa menurut hemat saya prostitusi anak yang dijalankan
dengan menggunakan medium digital masih sangat massif. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perlakuan
khusus sehingga dampak jera perlu di ganjar untuk para pelaku tindak pidana tersebut. Negara mampu
memberikan perlindungan ekstra terhadap anak agar hal tersebut tidak diwajarkan atas nama ekonomi.
Dengan demikin kasus yang terjadi diatas bahwa transaksi elektronik digunaka sebagai media untuk
melakukan kejahatan.

PENUTUP

Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana prostitusi oleh penyidik telah
dilaksanakan sesuai dengan perlindungan yang telah ditetapkan. Bentuk perlindungan hukum tersebut
diberikan sejak diketahui kasus prostitusi oleh penyidik sampai selesai proses penyidikan yang dilakukan oleh
Kepolisian. Kegiatan pendampingan anak korban prostitusi di Lembaga Perlindungan Anak berupa
pendampingan medis dan psikologis.

SARAN

Pelaksanaan perlindungan hukum yang diberikan oleh penyidik terhadap anak korban tindak pidana prostitusi
tersebut perlu didukung lagi oleh masyarakat agar anak tidak mudah terjerumus dalam prostitusi dengan
langkah memberikan bekal Agama dan ilmu – ilmu yang positif, dan peran kontrol orang tua dalam pola
pergaulan anak, membekali anak dengan kegiatan yang positif dan pentingnya parenting maupun sex
education agar anak, dapat memilah dan memilih circle pergaulannya. Lembaga Kepolisian harus lebih jeli
dalam melakukan penyidikan terhadap kasus prostitusi yang terjadi, karena media yang dijadikan para pelaku
untuk berkomunikasi adalah media sosial, dimana kontrol terhadap media sosial harus dlakukan.

Anda mungkin juga menyukai