Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KASUS TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

& TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Mata Kuliah : Pidana Khusus

Nama : Carmelita Listyani

NIM : 215010107111052
BAB I PENDAHULUAN

I. Uraian Kronologi Kasus


I.1 Kronologi Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang

DW, seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang berasal dari Kota Medan, Sumatera
Utara, diduga menjadi korban perdagangan manusia di Kuching, Malaysia. Menurut hasil
pemeriksaan sementara, pada awalnya DW dating ke Pontianak, Kalbar pada Rabu
(8/2/2023). Pada Kamis (9/2/2023), DW bersama teman-temannya Putri, Sela, dan Indri
memasuki Malaysia melalui Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar. Setelah tiba di Malaysia,
mereka ditempatkan di tempat hiburan malam sebagai pekerja, namun karena merasa tidak
nyaman dengan pekerjaan tersebut, ketiga temannya berhasil melarikan diri. DW kembali ke
Indonesia setelah merasa gajinya tidak sepadan dengan pekerjaannya di tempat hiburan
malam di Malaysia. Meskipun begitu, dia tidak langsung pulang ke kampung halamannya
dan mencoba mencari pekerjaan lain. Setelah itu, DW dan temannya mencoba mencari
pekerjaan melalui Facebook. Dia kemudian menerima tawaran pekerjaan dari seorang pria
bernama RD, yang berasal dari Malaysia dan mengajaknya untuk bekerja di sebuah warung
kopi. Namun, RD menolak DW untuk bekerja karena dia masih di bawah umur. Setelah RD
menolak untuk mempekerjakannya di warung kopi karena usianya yang masih di bawah,
DW diserahkan kepada AH tanpa mengetahui bahwa dia akan bekerja di sebuah diskotek.
Saat menginap di sana selama dua hari, dia mengalami pemerkosaan oleh pemilik diskotek.
KJRI telah berusaha mencari DW setelah menerima laporan, tetapi dia disembunyikan oleh
AH dan kemudian dibawa ke rumahnya di Kuching sebelum akhirnya diantarkan ke
perbatasan pada tanggal 16 Februari. Setelah menerima informasi lokasi terakhir anaknya
dari ibunya, polisi berusaha mengevakuasi DW dan berhasil membawanya ke Polres setelah
dijemput di perbatasan oleh Kapolsek. Pihak yang terkait saat ini hanya fokus untuk
memulangkan korban ke kampung halamannya. Meskipun telah diambil keterangan dari
korban, kasus dugaan pemerkosaan yang dialami DW tidak dapat diselidiki lebih lanjut
karena kejadian tersebut berada di wilayah hukum Malaysia. Bayu menjelaskan bahwa TKP
kejadian juga berada di Malaysia dan keterangan korban terus berubah, sehingga pihaknya
hanya fokus untuk memulangkan korban ke Medan karena orang tua korban tidak mampu
menjemputnya.1

I.2 Kronologi Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang


Angin Prayitno Aji didakwa oleh jaksa KPK karena diduga menerima gratifikasi dan
melakukan tindak pidana pencucian uang. Angin Prayitno dituduh menerima suap dari para
wajib pajak senilai Rp 29,5 miliar. Jaksa juga menduga bahwa Angin melakukan tindak
pidana pencucian uang untuk menyembunyikan hasil dari suap tersebut. Total jumlah uang
yang dicuci oleh Angin Prayitno diperkirakan mencapai Rp 44 miliar. Jaksa KPK berpendapat
bahwa sumber pendapatan dari transaksi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan

1
Riani Rahayu, “Tragis Gadis ABG Korban TPPO Disekap-Diperkosa di Diskotek Malaysia” diakses dari
https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6579838/tragis-gadis-abg-korban-tppo-disekap-
diperkosa-di-diskotek-malaysia/2, pada tanggal 1 April 2023
secara sah. Berikut rincian TPPU yang dilakukan Angin Prayitno untuk menyamarkan atau
menyembunyikan asal usul uang yang didapat dari gratifikasi
1. Pembelian tanah dan bangunan melalui Fatoni.
2. Pembelian tanah dan bangunan melalui Ragil Jumedi.
3. Pembelian tanah dan bangunan melalui Agung Budi Wibowo (adik tiri Angin Prayitno).
4. Pembelian kendaraan mobil VW Polo 1.2 Warna Hitam melalui Fatoni di Pameran Mobil
GIIAS yang bertempat di Gedung ICE BSD Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tanggerang.
2

II. Rumusan Masalah


II.1 Rumusan Masalah Tindak Pidana Perdagangan Orang
1. Apa bentuk TPPO dalam kasus diatas beserta dasar hukumnya?
2. Apa modus operandi yang digunakan dalam kasus TPPO diatas?
3. Siapakah subjek pelaku TPPO dalam kasus diatas dan Apa sanksi hukuman yang
diberikan kepada pelaku TPPO dalam kasus diatas beserta dasar hukumnya??
4. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kasus TPPO diatas?

II.2 Rumusan Masalah Tindak Pidana Pencucian Uang


1. Apa tipologi TPPU dalam kasus diatas?
2. Apa kategori TPPU dalam kasus diatas?
3. Siapa saja Pelaku yang dapat kenakan sanksi pidana dan apa sanksi pidana yang
dapat diberikan dalam kasus TPPU berdasarkan dasar hukumnya ?
4. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi kasus TPPU diatas?

BAB II PEMBAHASAN

3.1 Analisis Permasalahan Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang

1. Apa bentuk TPPO dalam kasus diatas beserta dasar hukumnya?


Kasus diatas merupakan salah satu bentuk TPPO karena merupakan “tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara,
untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi” 3 seperti yang tercantum
dalam pasal 1 angka 1 UU No. 21 tahun 2007 tentang Pencegahan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.

2
Mulia Budi,”Eks Pejabat Pajak Angin Prayitno Didakwa Terima Gratifikasi-TPPU Rp 44M” diakses dari
https://news.detik.com/berita/d-6531853/eks-pejabat-pajak-angin-prayitno-didakwa-terima-gratifikasi-tppu-
rp-44-m. pada tanggal 2 April 2023

3
Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, UU Nomor
21 Tahun 2007 , Ps.1 angka 1
Terdapat tiga kategori yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk
perdagangan manusia, yaitu berdasarkan tujuan pengiriman, korbannya, dan bentuk
eksploitasinya. Dalam kasus diatas berdasarkan tujuan pengirimannya, kasus TPPO yang
telah disebutkan melibatkan perdagangan manusia yang dilakukan melintasi negara atau
terkait dengan isu imigrasi. Korban-korban dalam kasus ini sering kali dibujuk dengan janji
pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Walaupun bekerja di luar negeri
dianggap sebagai sebuah prestise dan menjanjikan, namun kenyataannya sebagian besar
korban dieksploitasi dan kehilangan hak-hak asasi serta kebebasannya. Contohnya seperti
kasus di atas, di mana korban dijanjikan untuk bekerja di sebuah warung kopi, namun pada
kenyataannya ia dipekerjakan di sebuah diskotik dan mengalami kekerasan seksual. Untuk
kategori selanjutnya yakni bentuk TPPO berdasarkan korban dibagi lagi menjadi 3 yaitu,
perempuan, anak-anak, dan pria. Perempuan adalah kelompok yang paling rentan terhadap
perdagangan manusia, terutama untuk tujuan eksploitasi seksual, perbudakan domestik,
dan perkawinan paksa. Sedangkan perdagangan anak-anak melibatkan bayi yang
diperdagangkan untuk adopsi ilegal dan remaja berusia 15 hingga 17 tahun yang
dieksploitasi secara ekonomi dan terlibat dalam pengemisan, eksploitasi seksual, pornografi,
atau eksploitasi tenaga sebagai tentara anak. Dalam kasus ini sendiri, bentuk TPPO
berdasarkan korban termasuk kedalam perempuan dan anak-anak karena DW masih
berumur 16 tahun dan termasuk kedalam kategori masih dibawah umur sehingga hukuman
yang akan diberikan kepada pelaku akan semakin berat. Selanjutnya ialah bentuk TPPO
berdasarkan eksploitasinya. Terdapat dua jenis perdagangan manusia berdasarkan bentuk
eksploitasinya, yaitu eksploitasi seksual dan eksploitasi non-seksual. Eksploitasi seksual
dapat dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu pelacuran paksa, perkawinan paksa, dan
perkawinan melalui perantara. Sementara itu, eksploitasi non-seksual dapat dibagi menjadi
kerja paksa dan perdagangan organ tubuh. Dalam kasus ini sendiri termasuk kedalam
eksploitasi seksual karena korban sempat disekap dan diperkosa secara paksa oleh pelaku. 4
Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ
tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada
semua kegiatan pelacuran dan percabulan 5sehingga walaupun belum terbukti jelas kasus ini
termasuk kedalam jenis eksploitasi seksual yang terkait namun tetap termasuk kedalam
eksploitasi seksual karena definisi dari eksploitasi seksual luas dan tidak hanya Tindakan
pelacuran melainkan dengan bekerja di diskotik dan diperkosa seperti dalam kasus ini sudah
termasuk kedalam Tindakan eksploitasi seksual.

2. Apa modus operandi yang digunakan dalam kasus TPPO diatas?


Modus Operandi ialah cara operasi orang perorangan atau kelompok penjahat dalam
menjalankan rencana kejahatannya dalam TPPO. Modus pertama, para pelaku memberikan
iming-iming gaji besar dengan bekerja di luar negeri. Modus kedua, pelaku
memberangkatkan korban dengan penyalahgunaan visa. Misalnya, diberangkatkan dengan
visa umrah, ziarah, cleaning service dan kunjungan atau wisata. Padahal tujuan ke sana

4
Hukum Online, “Modus,Bentuk,dan Faktor Penyebab Perdagangan Manusia” diakses dari
https://www.hukumonline.com/berita/a/perdagangan-manusia-lt620cbae1b8865/?page=2, pada tanggal 1
April 2023
5
Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, UU Nomor 21 Tahun 2007 ,
Ps.1 angka 8
untuk kerja. Ketiga, pelaku memberangkatkan korban dengan dokumen palsu. 6 Dalam kasus
ini termasuk kedalam modus yang pertama yakni dengan memberikan iming-iming untuk
mendapatkan pekerjaan dengan upah yang menjanjikan. Selain itu, dalam kasus diatas dan
kebanyakan kasus TPPO seringkali melibatkan penggunaan media sosial dan perangkat
elektronik sebagai alat untuk menarik korban. Penggunaan teknologi ini memberikan
kemudahan bagi pelaku untuk berkomunikasi dengan calon korban tanpa harus bertemu
secara langsung. Oleh karena itu, penting untuk semua pihak untuk memahami dan
mengidentifikasi modus operandi TPPO agar dapat mencegah terjadinya kasus yang serupa
di masa depan.

3. Siapakah pelaku TPPO dalam kasus diatas dan Apa sanksi hukuman yang diberikan
kepada pelaku TPPO dalam kasus diatas beserta dasar hukumnya?

Pelaku dalam kasus diatas ialah AH yang pada awalnya diserahkan oleh RD yang tidak mau
mempekerjakan DW di toko kopi setelah tahu bahwa DW masih dibawah umur. AH yang
menjanjikan DW untuk pekerjaan di toko kopi ternyata memperkerjakan DW di diskotik
bahkan sempat menyekap dan memperkosa DW. Subjek pelaku TPPO dalam kasus ini
tergolong kedalam “setiap orang” yakni orang perseorangan atau korporasi yang melakukan
tindak pidana perdagangan orang.7 Hal tersebut dikarenakan dalam kasus ini tidak
disebutkan subjek lainnya sehingga tergolong kedalam subjek perorangan. Dalam hal ini, AH
mendapat sanksi hukuman paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) karena termasuk Tindakan
pengiriman anak ke luar negeri dan dengan cara melakukan persetubuhan atau perbuatan
cabul lainnya dengan korban tindak pidana perdagangan orang, mempekerjakan korban
tindak pidana perdagangan orang untuk meneruskan praktik eksploitasi. Dasar hukum dari
sanksi yang diberikan kepada RD ialah Pasal 6 Jo Pasal 12 UU No. 21 tahun 2007 tentang
Pencegahan TPPO.

4. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kasus TPPO diatas?


Tindakan perdagangan manusia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
faktor ekonomi. Kemiskinan dan sulitnya mencari pekerjaan membuat seseorang mencari
pekerjaan di luar kota atau luar negeri dengan mudah tergiur oleh ajakan dari pihak yang
tidak jelas. Selain faktor ekonomi, rendahnya pendidikan juga menjadi faktor penyebab
tindakan perdagangan manusia karena membuat seseorang mudah terperdaya oleh janji
pekerjaan yang besar tanpa mempertanyakan kelayakan pekerjaan tersebut. Faktor
pengangguran juga menjadi penyebab tindakan perdagangan manusia karena para
pengangguran terpaksa mencari pekerjaan di daerah lain yang tidak disertai dengan
kemampuan atau keahlian khusus, sehingga mudah dimanfaatkan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan dengan cara menyuruh melakukan

6
Silviana Dharma, “Seperti Apa Modus Operandi TPPO? Simak Di Sini…” diakses dari
https://nasional.okezone.com/read/2017/08/10/337/1753321/seperti-apa-modus-operandi-tppo-simak-di-
sini, pada tanggal 1 April 2023
7
Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, UU Nomor 21 Tahun 2007 ,
Ps.1 angka 1
pekerjaan yang tidak sesuai.8. Dalam kasus ini faktor yang melatarbelakangi DW ialah
karena ketiga faktor diatas. DW kurang pemahaman mengenai modus operandi TPPO yang
berkeliaran di sosial media dan di sisi lain memerlukan uang karena tidak memiliki pekerjaan
tetap.

3.2 Analisis Permasalahan Kasus Tindak Pidana Pencuician Uang


1. Bagaimana rincian tipologi TPPU dalam kasus diatas?
Pencucian Uang pada umumnya melewati tiga tipologi atau tahapan. Tahap pertama dari
proses pencucian uang adalah penempatan atau placement, di mana dana yang diperoleh
dari kegiatan ilegal disimpan di sistem keuangan dalam bentuk yang tidak mencurigakan.
Tindakan penempatan dalam kasus diatas ditunjukan dari pembelian yang dilakukan Angin
Prayitno Aji dengan membeli tanah, bangunan, dan mobil dari uang hasil gratifikasi. Pada
tahap kedua, yang disebut pelapisan atau layering, pelaku melakukan serangkaian transaksi
keuangan yang rumit dan anonim untuk menyembunyikan atau menyamarkan sumber asal
uang tersebut. Tujuannya adalah untuk memisahkan uang hasil kejahatan dari sumbernya
dan menyulitkan pelacakan asal muasal dana tersebut. 9 Tindakan lni ditunjukan dari adanya
beberapa transaksi pada tahap placement yang dilakukan oleh beberapa orang dan
mengatasnamakan orang tersebut yakni Fatoni, Ragil Jumedi dan Agung Budi Wibowo
tujuannya ialah agar transaksi yang dilakukan rumit sehingga menyulitkan untuk mencari
asal-muasal dana tersebut. Pada tahap ketiga, yang disebut integrasi, pelaku mencoba
memasukkan kembali uang yang telah dicuci ke dalam harta kekayaan yang terlihat sah,
baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan, atau digunakan untuk membiayai kegiatan
ilegal yang lain. Dalam kasus ini ditunjukan setelah pembelian tanah,bangunan dan
kendaraan Angin Prayitno Aji selesai dilakukan maka menjadi asset yang seakan-akan sah
dan bersih.

2. Apa kategori TPPU dalam kasus diatas?


Kategori TPPU berdasarkan hubungan pelaku tindak pidana asal dengan TPPU dibedakan
menjadi dua, yakni Self-Laundering, yaitu pencucian uang yang dilakukan oleh orang yang
terlibat dalam perbuatan tindak pidana asal dan Third Party Money Laundering, yaitu
pencucian uang yang dilakukan oleh orang yang tidak terlibat dalam perbuatan tindak
pidana asal. Dalam kasus ini termasuk kedalam Self-Laundering dan Third Party Money
Laundering karena pencucian uang dilakukan oleh Angin Prayitno Aji yang menerima
gratifikasi oleh wajib pajak senilai 29,5 miliar dan Fatoni, Ragil Jumedi dan Agung Budi
Wibowo juga ikut serta melakukan pencucian uang walaupun tidak ikut terlibat dalam tindak
pidana awal. Pencucian yang dilakukan oleh Angin Prayitno Aji berupa transaksi pembelian
tanah dan bangunan, apartemen serta mobil. Sedangkan Fatoni, Ragil Jumedi dan Agung
Budi Wibowo berperan dalam melakukan pembelian dan mengubah bentuk dana hasil
gratifikasi menjadi dalam bentuk tanah, bangunan, dan kendaraan. Kategori selanjutnya
ialah berdasarkan rumusan dalam UU pencegahan dan pemberantasan TPPU Di Indonesisa.

8
Kompas, “Perdagangan Manusia: Pengertian, Faktor, dan Perlindungan Korban” diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/02/143000069/perdagangan-manusia-pengertian-faktor-dan-
perlindungan-korban?page=all#:~:text=Selain%20faktor%20ekonomi%20dan%20rendahnya,daerah%20lain
%20yang%20dianggap%20potensial., pada tanggal 1 April 2023
9
Okbank,”Modus Tahapan Pencucian Uang” diakses dari
https://www.okbank.co.id/id/information/news/modus-tahapan-pencucian-uang, Pada tanggal 2 April 2023
TPPU dibedakan menjadi 2. Yang pertama ialah Tindak Pidana Pencucian Uang Aktif, TPPU
aktif merupakan jenis pencucian uang dimana adanya perbuatan aktif untuk
menyembunyikan dan menyamarkan harta kekayaan hasil tindak pidana. Ketentuan
mengenai TPPU aktif diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU. Yang kedua ialah Tindak
Pidana Pencucian Pasif TPPU pasif merupakan jenis pencucian uang dimana tidak adanya
perbuatan aktif untuk menyembunyikan dan menyamarkan harta kekayaan hasil tindak
pidana. Ketentuan mengenai TPPU pasif diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UU TPPU. 10 Dalam
kasus TPPU diatas termasuk kedalam TPPU aktif karena tindakan yang dilakukan Angin
Prayitno Aji berupa menyamarkan menyembunyikan asal-usul harta hasil gratifikasi dengan
membeli tanah, bangunan, dan kendaraan.

3. Siapa saja Pelaku yang dapat kenakan sanksi pidana dan apa sanksi pidana yang dapat
diberikan dalam kasus TPPU berdasarkan dasar hukumnya ?

Kasus TPPU yang terjadi pada Angin Prayitno Aji dapat dikategorikan sebagai jenis TPPU
yang termasuk dalam Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2020. Dalam kasus tersebut, Angin Prayitno
Aji didakwa melakukan tindakan yang melanggar Pasal 12 B jo Pasal 18 UU No. 3 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang telah diubah dengan UU No. 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Selain itu, Angin Prayitno Aji juga melanggar Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1)
Ke-1 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP. Tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan hasil tindak pidana senilai
29,5 miliar dari wajib pajak. Total TPPU yang dilakukan oleh Angin Prayitno Aji mencapai Rp
44 miliar, melalui transaksi pembelian tanah, bangunan, apartemen, mobil, dan investasi
yang tidak dilaporkan ke Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. Karena kasus
tersebut memenuhi unsur objektif dan subjektif. Angin Prayitno Aji dikenakan pidana penjara
paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00.

Tidak hanya Angin Prayitno Aji yang mendapatkan sanksi pidana namun Fatoni, Ragil
Jumedi dan Agung Budi Wibowo juga patut diduga dalam tindakan TPPU karena membantu
dalam menyembunyikan atau mengubah dana hasil pencucian uang dengan
menandatangani akta jual beli dan transaksi mengatasnamakan mereka, Fatoni membantu
membeli tanah dan bangunan secara tunai dan bertahap, proses pembuatan akta jual beli
dan balik nama serta sertifikat hak milik tanah tersebut atas nama Fatoni. Pembelian tanah
dan bangunan lainnya ialah melalui Ragil Jumedi. Pembelian dibayar secara bertahap
dengan cara Ragil Jumedi meminta Rachmad Budiono dan Kelik Dwijatmiko mengambil uang
tunai pembayaran ke rumah Angin lalu uang tersebut diserahkan kepada Ragil untuk
dibayarkan ke para pemilik tanah. Pembelian tanah dan bangunan lainnya ialah melalui
Agung Wibowo (adik tiri Angin Prayitno) menandatangani akta jual beli dan SHM tanah
tersebut diatasnamakan Agung Budi Wibowo dan pembelian kendaraan mobil melalui Fatoni,
pembayaran dilakukan oleh Fatoni diatasnamakan Risky Saputra selaku keponakan Fatoni.
Padahal mobil tersebut digunakan oleh anak Angin. Sehingga Fatoni, Ragil Jumedi dan
Agung Budi Wibowo dapat dipidana berdasarkan Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2020 Jo Pasal 55
10
Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No. 8 Tahun 2010,
Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 ayat (1)
ayat (1) angka 1 KUHP yang berisi “mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan,
dan yang turut serta melakukan perbuatan” dalam kasus ini termasuk kedalam “yang turut
serta melakukan perbuatan”11

4. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi kasus TPPU diatas?


Faktor-faktor yang melatarbelakangi kasus TPPU antara lain ialah minimnya teladan dari
politisi dan pejabat pemerintah, lemahnya penegakan hukum, belum efektifnya pengawasan
dalam pelaksanaan aturan, perumusan produk hukum seolah memberi celah untuk
terjadinya penyalahgunaan wewenang sehingga menjadi sarana korupsi, transaksi
perdagangan hasil eksploitasi sumber daya alam di daerah perbatasan jauh dari jangkauan
hukum sehingga berpotensi mendorong terjadinya pencucian uang. 12 Diantara faktor-faktor
diatas dalam kasus ini faktor yang mempengaruhi ialah minimnya teladan dari politisi dan
pejabat pemerintah. Angin Prayitno menyalahgunakan wewenang yang ada dan menerima
gratifikasi dari para wajib pajak itu selama menjalankan jabatannya di Ditjen Pajak dari
tahun 2014-2019. Selain itu kasus ini juga dipengaruhi oleh adanya kelemahan penegakan
hukum terutama hukum perpajakan, agraria dan perbankan yang seharusnya dapat
mengawasi setiap transaksi atau harta tidak wajar dari setiap orang. Aparat penegak hukum
kurang sigap dalam mengawasi adanya transaksi-transaksi yang tidak diketahui kejelasannya
dan tidak sah.

4.1 KESIMPULAN

Kasus diatas merupakan contoh TPPO karena sudah memenuhi unsur objektif dan subjektif
dari pasal 1 angka 1 UU No. 21 tahun 2007 yang berbunyi “Perdagangan Orang adalah
tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.” Dalam kasus diatas berdasarkan tujuan pengiriman termasuk kedalam
bentuk perdagangan manusia yang dilakukan melintasi negara. Berdasarkan korbannya
kasus diatas termasuk kedalam bentuk TPPO yang melibatkan perempuan dan anak-anak.
Dan berdasarkan bentuk eksploitasinya masuk kedalam kategori TPPO dengan eksploitasi
seksual. Selain itu, dalam kasus diatas modus operandi TPPO yang digunakan ialah
penyaluran pekerjaan di luar negeri dengan mengiklankan di sosial media atau internet yang
seringkali menjadi wadah untuk para pelaku TPPO mendapatkan mangsa mengingat
penggunaan teknologi memberikan kemudahan bagi pelaku untuk berkomunikasi dengan
calon korban tanpa harus bertemu secara langsung. Dalam kasus ini, pelaku ialah AH yang
merupakan subjek TPPO perorangan sehingga AH harus dikenakan sanksi berdasarkan Pasal
6 Jo Pasal 12 UU No. 21 tahun 2007 yang berbunyi “Setiap orang yang melakukan
pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan
11
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 55 ayat (1) angka 1
12
Kompas, “Ini Faktor-faktor yang Mendorong Pencucian Uang Versi Survei PPATK” diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2015/11/27/13594541/Ini.Faktor-
faktor.yang.Mendorong.Pencucian.Uang.Versi.Survei.PPATK. Pada tanggal 2 April 2023
anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00
(seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah)” dan “Setiap orang yang menggunakan atau memanfaatkan korban tindak pidana
perdagangan orang dengan cara melakukan persetubuhan atau perbuatan cabul lainnya
dengan korban tindak pidana perdagangan orang, mempekerjakan korban tindak pidana
perdagangan orang untuk meneruskan praktik eksploitasi, atau mengambil keuntungan dari
hasil tindak pidana perdagangan orang dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6”. Jika kita kaji kasus-kasus
TPPO yang beredar di Indonesia dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pengangguran dan
pendidikan. Oleh karena itu, sebagai upaya preventif maka pemerintah dan masyarakat
harus meningkatkan Pendidikan yang ada di Indonesia yang menjadi faktor penting dalam
mempengaruhi angka pengangguran dan juga kemiskinan.

4.2 KESIMPULAN
Kasus TPPU diatas terbagi kedalam 3 tahapan atau tipologi. Tahap pertama ialah
penempatan atau placement yang terjadi saat Angin Prayitno Aji dengan membeli tanah,
bangungan, dan mobil dari uang hasil gratifikasi. Tahap kedua ialah pelapisan atau layering
dimana terdapat Fatoni, Ragil Jumedi dan Agung Budi Wibowo yang melakukan transaksi
dan mengatasnamakan nama mereka dalam melakukan transaksi menggunakan dana hasil
gratifikasi Agung Budi Wibowo. Tahap yang terakhir ialah seluruh dana gratifikasi sudah
berubah bentuk berupa tanah,bangunan dan kendaraan sehingga seperti asset yang
seakan-akan sah dan bersih. Kasus TPPU ini masuk dalam kategori Self-Laundering dan
Third Party Money Laundering karena pencucian uang yang dilakukan Angin Prayitno Aji
yang juga merupakan pelaku dari tindak pidana asal dan dilakukan oleh Fatoni, Ragil Jumedi
dan Agung Budi Wibowo yang tidak terlibat dalam tindak pidana asal. Sedangkan Menurut
kategori rumusan dalam UU Pencegahan dan Pemberantasan TPPU di Indonesia, dalam
kasus ini termasuk dalam TPPU aktif karena terdapat perbuatan aktif untuk
menyembunyikan dan menyamarkan harta kekayaan hasil tindak pidana berupa
menyamarkan dan menyembunyikan asal-usul harta hasil gratifikasi dengan membeli
kedalam bentuk tanah, bangunan, dan kendaraan. Selanjutnya dalam kasus TPPU ini yang
menjadi pelaku ialah Angin Prayitno Aji didakwa melakukan tindakan yang melanggar Pasal
12 B jo Pasal 18 UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang
telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, Angin Prayitno Aji juga melanggar
Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP. Dan juga Fatoni,
Ragil Jumedi dan Agung Budi Wibowo yang dianggap turut serta melakukan TPPU dapat
dipidana berdasarkan Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2020 Jo Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP.
Faktor terjadinya TPPU dalam kasus ini ialah faktor ialah minimnya teladan dari politisi dan
pejabat pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaannya dan tidak professional dalam
menjalankan wewenangnya dan juga kelemahan penegakan hukum terutama hukum
perpajakan, agraria dan perbankan yang kurang sigap mengawasi transaksi yang tidak sah
di masyarakat. Sehingga untuk mengurangi angka TPPU diperlukan adanya penegakan
hukum yang lebih tegas dan sigap lagi serta perlu adanya integritas serta kejujuran pejabat
pemerintah dalam menjalankan wewenangnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Riani Rahayu, “Tragis Gadis ABG Korban TPPO Disekap-Diperkosa di Diskotek Malaysia”
diakses dari https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6579838/tragis-gadis-
abg-korban-tppo-disekap-diperkosa-di-diskotek-malaysia/2, pada tanggal 1 April 2023
2. Mulia Budi,”Eks Pejabat Pajak Angin Prayitno Didakwa Terima Gratifikasi-TPPU Rp 44M ”
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-6531853/eks-pejabat-pajak-angin-prayitno-
didakwa-terima-gratifikasi-tppu-rp-44-m. pada tanggal 2 April 2023
3. Hukum Online, “Modus,Bentuk,dan Faktor Penyebab Perdagangan Manusia ” diakses dari
https://www.hukumonline.com/berita/a/perdagangan-manusia-lt620cbae1b8865/?
page=2, pada tanggal 1 April 2023
4. Silviana Dharma, “Seperti Apa Modus Operandi TPPO? Simak Di Sini…” diakses dari
https://nasional.okezone.com/read/2017/08/10/337/1753321/seperti-apa-modus-
operandi-tppo-simak-di-sini, pada tanggal 1 April 2023
5. Kompas, “Perdagangan Manusia: Pengertian, Faktor, dan Perlindungan Korban ” diakses
dari https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/02/143000069/perdagangan-
manusia-pengertian-faktor-dan-perlindungan-korban?page=all#:~:text=Selain
%20faktor%20ekonomi%20dan%20rendahnya,daerah%20lain%20yang%20dianggap
%20potensial., pada tanggal 1 April 2023
6. Okbank,”Modus Tahapan Pencucian Uang” diakses dari
https://www.okbank.co.id/id/information/news/modus-tahapan-pencucian-uang, Pada
tanggal 2 April 2023
7. Kompas, “Ini Faktor-faktor yang Mendorong Pencucian Uang Versi Survei PPATK ”
diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2015/11/27/13594541/Ini.Faktor-
faktor.yang.Mendorong.Pencucian.Uang.Versi.Survei.PPATK. Pada tanggal 2 April 2023
8. Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, UU Nomor
21 Tahun 2007
9. Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang No. 8 Tahun 2010
10. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
11.Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31
Tahun 1999.

Anda mungkin juga menyukai