Anda di halaman 1dari 6

Nama : solihin Bazari

Npm : 201000314
Kelas : A
Semester sisipan Tugas 4
Analisis kasus tindak pidana perdagangan orang

Kasus ini merupakan kasus perdagangan perempuan dari Jakarta ke Malaysia pada tahun 2011.
Korban NR ketika sedang sendirian di kafe sebuah Mall ditawari pekerjaan sebagai pelayan di
Malaysia dengan gaji 3 juta per bulan termasuk makan, pakaian, dan kesehatan yang sudah
ditanggung. Sedangkan korban LJ ditawari ketika ia sedang berada di rumah temannya dengan
modus yang sama seperti korban NR. Kemudian keduanya diperkenalkan oleh pelaku dan sama-
sama diberangkatkan sehingga mereka memiliki kisah yang sama. Baik korban NR maupun LJ
tidak pernah membawa persyaratan untuk berangkat ke Malaysia, seperti surat izin orang tua
maupu pelatihan khusus, tidak memiliki asuransi, dan KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar
Negeri) serta tidak pernah menandatangani perjanjian kerja. Saat di Malaysia, kedua korban NR
dan LJ diharuskan bekerja untuk melayani tamu untuk berhubungan seks. Bila korban menolak
apa yang diminta bosnya, mereka diancam bahwa mereka tidak akan pernah bisa pulang.
Keduanya tidak pernah menerima gaji. Mereka hanya menerima bonus karena sudah menemani
pelanggan minum atau dari tips pelanggan. Karena merasa ditipu dan mereka harus membayar
hutang 6500 ringgit, korban NR melaporkan kejadian tersebut kepada konsulat untuk meminta
diselamatkan dari Pub tersebut. Korban NR serta LJ telah mengalami kekerasan seksual dan
psikis karena dipaksa melayani para pelanggan laki-laki. Mereka juga tidak pernah mendapatkan
bayaran yang dijanjikan oleh OD dan tidak mendapatkan makan, pakaian, dan kesehatan yang
dijanjikan oleh pelaku.

Dalam kasus ini, terdapat 5 orang yang terlibat, yaitu OD, NN, SK, AL, dan AH. Pertama-tama
OD menawari pekerjaan kepada korban NR sebagai pelayan. Kemudian ia meminta jaminan
KTP kepada korban agar korban mau ikut dengan OD. OD juga menawarkan pekerjaan kepada
korban LJ dengan modus yang sama seperti korban NR. Kemudian oleh OD, mereka sama-sama
diperkenalkan dan dipertemukan. Korban NR dan LJ kemudian diajak selama satu hari untuk
menginap di kontrakan OD di Jakarta Timur.
Tahap kedua, kedua korban diajak oleh OD untuk pergi ke daerah Pondok Gede untuk bertemu
dengan NN dan menginap semalam sambil menunggu temannya, yaitu SK. Kemudian kedua
korban NR dan LJ diantar ke Bandara Soekarno Hatta oleh OD, NN, dan SK. SK mengantar
korban ke Pontianak, Kalimantan Barat dengan tujuan untuk menyerahkan korban ke Bos di
Kuching Serawak Malaysia dengan menggunakan kendaraan pesawat, sementara OD dan NN
tidak ikut ke Pontianak. Kedua korban NR dan LJ dipaksa oleh SK untuk menandatangani
perjanjian ketika berada di Bandara Soekarno-Hatta bahwa korban bekerja atas kerelaan hati agar
tidak ada tuntutan kepada OD, NN, maupun SK.

Tahap selanjutnya adalah ketika sampai di Pontianak, mereka menginap satu hari sebelum ke
Entikong, Kalimantan Barat. Ketika mereka di Entikong, mereka bertemu dengan AL dan
menginap 3 hari 2 malam di penginapan di depan kantor imigrasi Entikong sambil menunggu
paspor mereka jadi karena korban belum memiliki paspor. KTP, akte kelahiran, dan kartu
keluarga (KK) mereka telah dibuatkan oleh SK dan AL, sedangkan paspor hanya diberikan oleh
AL di kantor imigrasi Entikong dengan mengurus dan mengantar korban ke kantor imigrasi
tersebut. KTP, Kartu Keluarga, dan Akte Kelahiran palsu karena ketika diperiksa di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kerawang dokumen tersebut tidak terdaftar.

Setelah paspor mereka sudah jadi, korban NR dan LJ dibawa masuk ke Malaysia melalui pintu
perbatasan di Entikong Tebedu oleh SK dengan mobil yang dikemudikan oleh AL untuk lewat
pintu perbatasan Malaysia. Sampai di perbatasan, mereka pindah ke kendaraan bus. Sesampainya
di tempat tujuan, korban diserahkan kepada AH yang merupakan bos dari SK di suatu Pub di
Malaysia. Kedua korban kemudian dijual oleh SK kepada AH.. Bila korban menolak apa yang
diminta bos AH, korban diancam mereka tidak akan pernah bisa pulang karena paspor asli
mereka ditahan oleh bosnya sejak tiba dan tidak pernah diberikan. Orang-orang yang terlibat
tersebut mendapatkan keuntungan atas transaksi perdagangan yang terjadi, SK mendapatkan
keuntungan uang dari AH, kemudian SK membagikan uang juga kepada rekannya, yaitu OD dan
NN karena telah melakukan tugasnya masing-masing.
Analisis kasus :

1. Dalam kasus yg saya analisis, analisanya menggunakan aturan salah satu Undang-undang
nomor 21 Tahun 2007. Aturan tersebut merupakan bagian dari peraturan-peraturan umum
(algemeene bepalingen) karena masuk dalam Buku I KUHP Nasional (UU No. 1 tahun
2023)

2. Dalam kasus yg saya analisis, perbuatan yang dilakukan pelaku melanggar aturan pasal
455 Setiap Orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan Ancaman Kekerasan, penggunaan
Kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau manfaat walaupun
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain. Aturan
tersebut merupakan bagian dari peristiwa-peristiwa pidana atau delik-delik khusus
(speciale delicten) karena aturan yang digunakan masuk dalam Buku II KUHP Nasional
(UU No. 1 tahun 2023)

3. Dalam kasus yang saya analisa perbuatan yang dilakukan oleh pelaku merupakan tindak
pidana yang masuk ke dalam kelompok tindak pidana terhadap kepentingan hukum
internasional karena perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur dalam
hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban
dibidang hukum publik.

4. Dalam kasus yg saya analisis, menggunakan aturan yang masuk ke dalam kelompok
Hukum pidana pasal 455 Karena aturan yang saya gunakan bahwa mengeksploitasi
orang tersebut di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dipidana karena
melakukan Tindak Pidana perdagangan orang, dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
kategori IV dan paling banyak kategori VII.
5. Dalam kasus yg saya analisis menggunakan aturan pasal 38 ayat 1 statuta internasional
Aturan tersebut merupakan dua bidang hukum yang saling melengkapi satu dengan
lainnya, yaitu bidang Hukum Internasional yang terkait persoalan pidana dan bidang
Hukum Pidana Nasional yang mengandung dimensi internasional. Sehingga dalam
analisis kasus menggunakan asas Asas Au Dedere Au Punere Yaitu bahwa pelaku
kejahatan internasional diadili menurut hukum di tempat ia melakukan kejahatan (locus
delicti).

6. Dalam kasus yg saya analisis menggunakan aturan undang-undang nomor 21 tahun 2007
Dalam Pasal tersebut unsur melawan hukum perdagangan manusia adalah sebagai
tindakan perekrutan, transportasi, perlindungan, pemindahan atau penerimaan orang-
orang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penangkapan,
pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau manfaat,
sehingga untuk mendapatkan persetujuan dari orang yang mengendalikan orang lain,
baik yang dilakukan di dalam negara atau antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan eksploitasi orang secara eksplisit

7. Dalam kasus yg saya analisis, dapat dihubungkan dengan asas-asas pokok hukum pidana,
salah satunya yaitu dapat dihubungkan dengan ketentuan Pasal 297 KUHP Nasional (UU
No. 1 tahun 2023) pasal tersebut menentukan mengenai larangan perdagangan wanita dan
anak laki-laki belum dewasa dan mengkualifikasikan tindak tersebut sebagai kejahatan.

8. Dalam kasus yg saya analisis, perbuatan yang dilakukan pelaku merupakan tindak pidana
perdanganga orang karena terhadap perbuatan yang dilakukan pelaku melanggar Pasal
455 KUHP Nasional (UU No. 1 tahun 2023) Pasal tersebut merupakan pasal yang
perumusannya ditekankan pada melarang Orang yang melakukan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan Ancaman Kekerasan, penggunaan Kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang,
atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

9. Dalam kasus yg saya analisis, perbuatan yang dilakukan pelaku merupakan tindak pidana
orang yang kealpaannya menyebabkan orang lain terampas kemerdekaannya secara
melawan hukum atau diteruskan perampasannya kemerdekaankarena terhadap perbuatan
yang dilakukan pelaku melanggar Pasal 447 KUHP Nasional (UU No. 1 tahun 2023)
Pasal tersebut merupakan pasal yang dalam perumusannya tidak menyebutkan unsur
subjektif kealpaan sehingga harus ditafsirkan bahwa pasal tersebut merupakan Tindak
pidana perdangan orang.

10. Dalam kasus yg saya analisis, perbuatan yang dilakukan pelaku melanggar Pasal undang-
undang nomor 21 Tahun 2007 Pasal tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a) Perbuatan
merekrut, mengangkut, memindahkan, menyembunyikan atau menerima.
b) Sarana
Cara untuk mengendalikan korban: ancaman, penggunaan paksaan, berbagai
bentuk kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi rentan atau pemberian /penerimaan pembayaran atau keuntungan
untuk memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali.
c) Bersifat eksploitatif setidaknya untuk, prostitusi atau bentuk eksploitasi seksual
lainnya, kerja paksa, perbudakan, penghambaan, pengambilan organ tubuh.
Menurut saya semua unsur di atas telah terbukti karena :

karena pada pasal 3 huruf (a) protokol tersebut dijelaskan bahwa "Perdagangan orang"
berarti perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan orang,
dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk pemaksaan lainnya,
penculikan, penipuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau
memberi atau menerima pembayaran atau manfaat untuk mendapatkan persetujuan dari
orang yang memiliki kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi harus
mencakup, minimal, eksploitasi pelacuran orang lain atau bentuk lain dari eksploitasi
seksual, kerja atau layanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan,
penghambaan atau pengambilan organ tubuh.

Anda mungkin juga menyukai