Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS YURIDIS TERHADAP EKSTRADISI

TERDAKWA NAZARUDIN DALAM KASUS

TINDAK PIDANA KORUPSI

DISUSUN OLEH :

NOVIEA KHOIRUN NISA (11010116130316)


HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

KELAS G

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO


SEMARANG

2019
A. KASUS POSISI

Muhammad Nazaruddin (lahir di Bangun, 26 Agustus 1978; umur 41


tahun) merupakan seorang pengusaha dan politisi Indonesia yang menjadi
anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari Partai Demokrat
dengan Daerah Pemilihan Jawa Timur IV. Setelah menjabat sebagai
Bendahara Umum Partai Demokrat pada tahun 2010, pada tahun 2011 Komisi
Pemberantasan Korupsi menjadikannya tersangka kasus suap pembangunan
wisma atlet (Hambalang) untuk SEA Games ke-26. Nazaruddin ditengarai
meninggalkan Indonesia sebelum statusnya menjadi tersangka dan
menyatakan melalui media massa bahwa sejumlah pejabat lain juga terlibat
dalam kasus suap tersebut, hingga akhirnya ia tertangkap di Cartagena de
Indias, Kolombia.

Kasus korupsi Nazarudin bermula ketika pada tahun 2010 Nazarudin


mulai mengatur proyek pembangunan Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang,
Sumatera Selatan. Sebagai anggota Badan Anggaran DPR, Nazarudin
berperan sebagai fasilitator antara pengusaha dengan Badan Anggaran DPR
RI. Nazar menawarkan bantuan kepada sejumlah perusahaan untuk
mendapatkan proyek dengan iming-iming mendapat sejumlah fee untuk dibagi
bersama Kementrian Pemuda dan Olahraga.

Pada 21 April 2011, Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap


Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam, pejabat
perusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo Rosalina
Manulang karena diduga sedang melakukan tindak pidana korupsi suap
menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembar cek tunai dengan jumlah kurang
lebih sebesar Rp3,2 miliar di lokasi penangkapan. Keesokan harinya, ketiga
orang tersebut dijadikan tersangka tindak pidana korupsi suap menyuap terkait
dengan pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26 di Palembang,
Sumatera Selatan. Mohammad El Idris mengaku sebagai manajer pemasaran
PT Duta Graha Indah, perusahaan yang menjalankan proyek pembangunan
wisma atlet tersebut, dan juru bicara KPK Johan Budi menyatakan bahwa cek
yang diterima Wafid Muharam tersebut merupakan uang balas jasa dari PT
DGI karena telah memenangi tender proyek itu.
Pada 27 April 2011, Koordinator LSM Masyarakat Anti Korupsi
Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menyatakan kepada wartawan bahwa
Mindo Rosalina Manulang adalah staf Muhammad Nazaruddin. Nazaruddin
menyangkal pernyataan itu dan mengatakan bahwa ia tidak mengenal
Rosalina maupun Wafid. Namun, pernyataan Boyamin tersebut sesuai dengan
keterangan Rosalina sendiri kepada penyidik KPK pada hari yang sama dan
keterangan kuasa hukum Rosalina, Kamaruddin Simanjuntak, kepada
wartawan keesokan harinya. Kepada penyidik KPK, Rosalina menyatakan
bahwa pada tahun 2010 ia diminta Nazaruddin untuk mempertemukan pihak
PT DGI dengan Wafid, dan bahwa PT DGI akhirnya menang tender karena
sanggup memberi komisi 15 persen dari nilai proyek, dua persen untuk Wafid
dan 13 persen untuk Nazaruddin.

Mengetahui desas-desus keterlibatan dirinya, Nazarudin pun pada


tanggal 23 Mei 2011 meninggalkan Indonesia beralasan berobat ke Singapura
namun tak kunjung kembali. Pada tanggal 30 Juni 2011 KPK menetapkan
Nazaruddin sebagai tersangka kasus suap pembangunan wisma atlet di
Jakabaring, Palembang. Mengetahui hal tersebut Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pun meminta Singapura untuk memulangkan Nazaruddin. Namun
pada tanggal 5 Juli 2011 kementrian luar negeri Singapura mengatakan bahwa
interpol yang ada disana tidak menemukan keberadaan Nazaruddin di
Singapura. Kemudian diperoleh informasi 6 Juli 2011 Tersangka kasus suap
Sesmenpora, M Nazaruddin dikabarkan tertangkap di Filipina. Namun akhirnya
informasi ini nihil.

Nazaruddin, lantas mejeng di jajaran buronan Interpol. Dua foto


Nazaruddin yang tengah memakai baju safari coklat muda dipajang di situs
www.interpol.int, Rabu (6/7/2011). Satu foto tampak depan dan satu foto
lainnya tampak samping. Foto itu merupakan foto-foto Nazaruddin yang sering
beredar di media massa Indonesia. Lama tak terlihat kembali, Nazarudin
kemudian pada tanggal Nazaruddin muncul di Metro TV, Jumat (22\/7). Seperti
yang ditampilkan Metro TV, Nazaruddin dalam rekaman gambar sedang
berbincang-bincang dengan aktivis media sosial Iwan Pilliang. Nampak,
Nazaruddin mengenakan topi anyaman berwarna coklat dan memakai baju
berwarna putih. Saat diwawancara, Nazar terlihat segar bugar. Tidak tampak
tanda-tanda fisiknya melemah karena sakit seperti dikabarkan sebelumnya.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok


memastikan posisi M Nazaruddin saat wawancara dengan Iwan Piliang.
Berdasarkan laporan polisi, mantan bendahara umum Partai Demokrat
tersebut ada di Argentina. Pada Tanggal 1 Agustus 2011 Nazaruddin
dikabarkan ditangkap di Kuala Lumpur. Seorang sumber menyatakan
penggerebekan Nazaruddin di Kuala Lumpur itu dilakukan oleh pihak interpol
dan polisi dari Indonesia. Namun, saat petugas mendatangi suatu tempat,
Nazaruddin sudah berpindah lagi.

Akhirnya, 4-5 Agustus 2011 Tim gabungan KPK, Menkum HAM, Mabes
Polri, Interpol, mendapat laporan adanya dugaan paspor palsu dengan
menggunakan foto mirip Nazaruddin di Kolombia. Nampaknya Nazarudin
menggunakan paspor palsu yang diketahui bahwa kepemilikan paspor tersebut
adalah milik sepupunya. Pelarian Pria yang identik dengan Nazaruddin dengan
paspor palsu M Syahruddin akhirnya berakhir, dirinya ditangkap Interpol saat
meninggalkan Kota Cartagena, Kolombia. Dubes RI di Bogota terbang ke
Cartagena untuk mengecek langsung. Dubes berkoordinasi dengan Kemlu di
Jakarta.

Status Nazarudin saat ditangkap adalah sebagai tersangka atas kasus


suap, KPK telah menetapkan Nazaruddin dan ditetapkan sebagai tersangka
karena melanggar Pasal 12 huruf (a) atau (b.) subsidiar pasal 5 ayat (2)
subsidair pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001.
B. ANALISIS PENANGKAPAN DAN EKSTRADISI NAZARUDIN DI KOLOMBIA

Keberadaan Nazarudin di Kolombia sebagai tersangka kasus korupsi di


Indonesia rupanya menimbulkan permasalahan hukum lainya. Permasalahan
hukum kali ini adalah dalam ranah hukum pidana internasional terkait ekstradisi
pelaku tindak pidana. Pada saat kasus Nazarudin ini diketahui bahwa
Indonesia dan Kolombia belum memiliki perjanjian ekstradisi. Ekstradisi adalah
proses di mana seorang tersangka yang ditahan negara lain yang kemudian
diserahkan kepada negara asal tersangka untuk di sidang sesuai perjanjian
yang bersangkutan.

Namun bagaimana hal nya bila suatu negara belum memiliki perjanjian
ekstradisi. Terkait hal tersebut tentunya tidak ada kewajiban untuk
menyerahkan tersangka tindak pidana. Hal ini dikarenakan konsensus dalam
hukum internasional adalah suatu negara tidak memiliki suatu kewajiban untuk
menyerahkan tersangka kriminal kepada negara asing, karena suatu prinsip
negara berdaulat bahwa setiap negara memiliki otoritas hukum atas orang yang
berada dalam batas negaranya. Karena ketiadaan kewajiban internasional
tersebut dan keinginan untuk mengadili kriminal dari negara lain telah
membentuk suatu jaringan persetujuan atau perjanjian ekstradisi; kebanyakan
negara di dunia telah menandatangani perjanjian ekstradisi bilateral dengan
negara lainnya.

Kembali kepada fakta hukum negara Indonesia dengan Negara


Kolombia yang belum memiliki perjanjian ekstradisi. Nazaruddin bisa
dipulangkan ke Indonesia dengan ekstradisi meski tanpa perjanjian
sebelumnya atau dengan cara deportasi. Namun menyadari bahwa proses
ekstradisi ini tidaklah mudah, pada akhirnya jalur yang ditempuh Negara
Indonesia adalah melalui jalur deportasi. Perbedaan ekstradisi dengan
deportasi yaitu dalam ekstradisi kedua atau lebih negara di mana pemerintah
memiliki perjanjian secara hukum yang sah untuk mengembalikan tersangka
dan/atau terpidana ke negara asal sedangkan deportasi pemerintah negara
mengembalikan tersangka dan/atau terpidana ke negara asal tanpa perlu
perjanjian, atau mengembalikan penduduk asing yang secara ilegal berada
atau menempati negara lain yang di mana negara tersebut sudah berdaulat
dan mempunyai peraturan dan hukum tersendiri. Proses pendeportasian oleh
Kolombia ini cukup didukung dengan bukti bahwa Negara Kolombia mengakui
bahwa Nazarudin melakukan tindak pidana korupsi, dan telah melakukan
pelanggaran berupa penggunaan paspor ilegal palsu milik sepupunya.

Perbedaan ekstradisi dengan deportasi yaitu dalam ekstradisi kedua


atau lebih negara di mana pemerintah memiliki perjanjian secara hukum yang
sah untuk mengembalikan tersangka dan/atau terpidana ke negara asal
sedangkan deportasi pemerintah negara mengembalikan tersangka dan/atau
terpidana ke negara asal tanpa perlu perjanjian, atau mengembalikan
penduduk asing yang secara ilegal berada atau menempati negara lain yang di
mana negara tersebut sudah berdaulat dan mempunyai peraturan dan hukum
tersendiri. Namun, bila pilihan deportasi yang diinginkan, maka Indonesia harus
menunggu kerelaan pemerintah Kolombia. Pasalnya, deportasi merupakan
kewenangan mutlak Kolombia, tidak bisa dilakukan atas dasar permintaan dari
pemerintah Indonesia.

C. LANGKAH PERMINTAAN EKSTRADISI


Ada langkah penting yang saat ini perlu dilakukan oleh otoritas
Indonesia apabila hendak menempuh metode ekstradisi tanpa perjanjian
bilateral namun melalui permohonan ekstradisi :

1. Pertama tim penjemput harus dilengkapi dengan surat permintaan


ekstradisi ke otoritas Kolombia. Menurut Undang-undang Ekstradisi,
kewenangan untuk menerbitkan surat permintaan berada di tangan Menteri
Hukum dan HAM.
2. Selanjutnya, perwakilan Indonesia melakukan komunikasi dengan pihak
yang berwenang di Kolombia. Komunikasi ini untuk menanyakan apakah
proses penyerahan Nazaruddin perlu dilakukan dengan suatu birokrasi
tertentu atau tidak. Bisa saja proses dilakukan secara sederhana apabila
otoritas Kolombia menganggap cukup ekstradisi dilakukan pada tingkat
kepolisian kedua negara atau antar komnas ham kedua negara.
Dalam hal ini ditemukan kesulitan untuk mengakses syarat2 permintaan
ekstradisi yang diatur dalam regulasi Negara Kamboja, namun sebagai
gambaran apbila pada umumnya persyaratan semua negara sama, maka
suatu permintaan ekstradisi dapat kita lihat dalam penerapan Pasal 22 UU No
1. Tahun 1979 Tentang Ekstradisi sebagai berikut :

(1) Permintaan ekstradisi hanya akan dipertimbangkan, apabila memenuhi


syarat-syarat seperti tersebut dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).
(2) Surat permintaan ekstradisi harus diajukan secara tertulis melalui
saluran diplomatik kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia untuk
diteruskan kepada Presiden.
(3) Surat permintaan ekstradisi bagi orang yang dimintakan ekstradisinya
untuk menjalani pidana harus disertai :
a. Lembaran asli atau salinan otentik dari putusan Pengadilan yang
berupa pemindahan yang sudah mempunyai kekuatan hukum
yang pasti;
b. Keteranganyang diperlukan untuk menetapkan identitas dan
kewarnegaraan orang yang dimintakan ekstradisinya;
c. Lembaranasli atau salinan otentik dari surat perintah penahanan
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari negara
peminta.

(4) Surat permintaan ekstradisi bagi orang yang disangka melakukan kejahatan
harus disertai :

a. Lembaran asli atau salinan otentik dari surat perintah penahanan


yang dikeluarkan olehpejabat yang berwenang dari negara
peminta;
b. Uraian dari kejahatan yang dimintakan ekstradisi, dengan
menyebutkan waktu dan tempat kejahatan dilakukan dengan
disertai bukti tertulis yang diperlukan;
c. Teks ketentuan hukum dari negara peminta yang dilanggar atau
jika hal demikian tidak mungkin, isi dari hukum yang diterapkan;
d. Keterangan-keterangan saksi dibawah sumpah mengenai
pengetahuannya tentang kejahatan yang dilakukan;
e. Keteranganyang diperlukan untuk menetapkan identitas dan
kewarganegaraan orang yangdimintakan ekstradisinya;
f. Permohonan pensitaan barang-barang bukti, bila ada dan
diperlukan.

Sedangkan bilamana Indonesia yang mengajukan permintaan ekstradisi maka


kita dapat melihat Pasal 44 – Pasal 46 UU Ekstradisi sebagai berikut :

1. Apabilaseseorang disangka melakukan sesuatu kejahatan atau harus


menjalani pidanakarena melakukan sesuatu kejahatan yang dapat
diekstradisikan di dalamyurisdiksi Negara Republik Indonesia dan diduga
berada di negara asing, makaatas permintaan Jaksa Agung Republik
Indonesia atau Kepala Kepolisian RepublikIndonesia, Menteri Kehakiman
Republik Indonesia atas nama Presiden dapatmeminta ekstradisi orang
tersebut yang diajukannya melalui saluran diplomatik.
2. Apabilaorang yang dimintakan ekstradisinya tersebut dalam Pasal 44
telah diserahkanoleh negara asing, orang tersebut dibawa ke Indonesia
dan diserahkan kepadainstansi yang berwenang.
3. Tata carapermintaan penyerahan dan penerimaan orang yang diserahkan
diatur dengan PeraturanPemerintah.

Sebagai negara peminta, dalam praktik pada umumnya menyangkut


masalah permintaan pencarian dan penangkapan, biasanya apabila pelaku
kejahatan melarika diri ke luar negara, aparat penega hukum
(Polri/Kejaksaan Agung) meminta bantuan Interpol untuk melakukan
pencarian dan penangkapan. Namun adapula negara yang menurut
ketentuan hukum nasionalnya, permintaan penangkapan dan penahanan
harus disampaikan melalui saluran diplomatik. Setelah pelaku kejahatan
tersebut tertangkap di suatu negara, maka Interpol negara
memberitahukannya dan segera mengajukan permintaan ekstradisi.
D. AKHIR PERMOHONAN EKSTRADISI
Penyelesaian kasus ini akhirnya menggunakan sarana deportasi
disebabkan tidak adanya pengaturan didalam UNCAC tentang ekstradisi.
Sedangkan praktik deportasi yang dilaksanakan atas kerjasama NCB
Indonesia dengan NCB–Bogota dilakukan dengan cara deportasi dalam bentuk
pengusiran. Maka dalam hal ini perlu melibatkan Peran NCB-Interpol Indonesia
dalam melakukan proses pemulangan tersangka korupsi Muhammad
Nazaruddin yaitu dengan cara penerbitan Red Index Wanted Notices oleh
Interpol pusat di Lyon, Perancis untuk menyebar perintah penangkapan ke
190 negara anggota ICPO–Interpol untuk mempermudah proses pencarian
buronan. Meskipun dalam kasus Muhammad Nazaruddin kenyataannya
Indonesia diharuskan memenuhi syarat tertentu oleh pemerintah Kolombia
karena tidak adanya perjanjian ekstradisi.

Anda mungkin juga menyukai