menunjukkan tempat penyimpanan pil tersebut. Pentus dan anak buahnya lalu menggeledah
ruangan kantor Juki dan tak menemukan ada barang bukti narkoba. Juki bersama Hesty lalu
dibawa oleh terdakwa ke Hotel Kedaton dan digeledah. Terdakwa menemukan kunci brankas
dan meminta Juki untuk menunjukan di mana brankas itu."Mereka lalu pergi ke rumah saksi
Juki di Komplek Singgasana Pradana. Terdakwa secara melawan hukum sudah melakukan
penggeledahan tanpa saksi dan izin dari PN setempat. Setelah itu, saksi dibawa kembali oleh
terdakwa ke Hotel Kedaton," tambah JPU. Setibanya di hotel itu, Juki ketakutan dan
dimanfaatkan oleh terdakwa dan teman-temannya. Terdakwa lalu bertanya soal nominal uang
dan Juki mengaku memiliki Rp 250 juta namun Pentus terus menggelembungkan permintaan
nya dan meminta uang hingga 5 milyar.1 Tentu saja Tindakan ini bertentangan dengan kode
etik yang berlaku sebagai aparat. Tidak hanya di Bandung saja, Kejadian pemerasan Serupa
juga terjadi di Bogor dimana Aiptu Suyatno unit Laka Lantas Polresta Bogor Dan
beberapa temannya meminta uang damai atas terjadinya kecelakaan
lalulinta dimana dalam hal ini uang damai yang seharusnya 10 juta
menjadi 30 juta dengan alas an kasus tersebut sudah terlanjur di proses
secara hukum dimana akhir nya Korba pemerasan yaitu dede mahdar
terpaksa memberikan uang 30 juta pada pihak yang ditabrak agar kasus
nya dapat terselesaikan namun ternyata uang yang diberikan Dede
Mahdar hanya diterima korban yang ditabrak nya sebesar 2,5 juta dan
sisanya dibawa Pergi oleh oknum polisi tersebut. 2 Tentu saja kasus
tersebut sangat merugikan korban pemerasan secara finansial dan telah
mencederai martabat kepolisian sebagai Aparat penegak hukum.
Dalam ketentuan Pasal 368 KUHPidana Tindak Pidana Pemerasan dirumuskan
dengan rumusan sebagai berikut : Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, untuk memeberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian
adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang,
diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Tentu saja pelanggaran ini berdampak buruk bagi masyarakat maupun dari sisi pihak
Kepolisian sendiri. Dari sisi masyarakat tentu saja timbulnya kerugian-kerugian akibat
tindakan pelanggaran tersebut serta munculnya rasa tidak nyaman dimana polisi yang
seharusnya menjadi pihak pengayom, penegak hukum dan pelayan masyarakat justru
melakukan pelanggaran yang merugikan masyarakat yang seharusnya mereka lindungi hal ini
seperti pagar makan tanaman. Dari sisi Kepolisian sendiri juga mengalami kerugian dimana
akibat Oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut membuat Citra polisi buruk,
sehingga banyak masyarakat yang kehilangan kepercayaannya terhadap pihak kepolisian,
dimana hal ini dapat berakibat buruk pada kinerja dan efektifitas Kepolisian sendiri dalam
membangun Policing community yang baik.