Anda di halaman 1dari 9

2) Contoh Kasus atau Permasalahan Westernisasi

3 Perwira Polisi Ajak Mahasiswa Pesta Narkoba di Surabaya


Kamis, 4 November 2021 10:08 WIB
Editor: Erik S

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Tiga orang perwira polisi di Jakarta mengajak


seorang mahasiswi pesta narkoba di sebuah hotel di Surabaya dengan bayaran Rp11 juta.
Perempuan tersebut kemudian diamankan bersama tiga polisi di sebuah kamar hotel saat
pesta narkoba

Tiga perwira polisi yang diamankan di sebuah kamar hotel adalah satu seorang perwira
menengah dan dia perwira pertama.

Sang mahasiswi CC mendapat order pekerjaan tersebut dari temannya, Alex, untuk
menemani tamu dari Jakarta yang datang ke Surabaya.

“Saya dapat chatting dari Alex. Ada polisi dari Jakarta mau datang ke Surabaya dan ingin
diservis (menemani di kamar),” kata mahasiswi CC di persidangan.

CC yang merupakan mahasiswi di Surabaya, mengaku disewa tiga polisi untuk menemani
mereka berpesta narkoba degan bayaran Rp11 juta. Dirinya mengaku bekerja freelance untuk
biaya kuliah.

“Saya dibayar Rp11 juta. Tapi saya tidak tahu kalau ada party di siru,” terang CC.

Diberitakan sebelumnya, seorang perwira menengah Polri dan sua oknum perwira pertama
serta anggotanya ditangkap di dalam kamar hotel.

Kasus yang diungkap Paminal dan DIV Propam Mabes Polri tersebut kini memasuki masa
persidangan.

Sidang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada Kamis (28/10/2021). Dalam
persidangan tersebut, terungkap fakta-fakta yang disampaikan oleh mahasiswi berinisial CC.
Mahasiswi tersebut diamankan bersama tiga polisi di kamar hotel ketika anggota Paminal dan
DIV Propam Mabes Polri menggrebek pesta narkoba tersebut.

Saat memberi keterangan di depan majelis hakim, mahasiswi tersebut mengakui berada di
lokasi ketika melakukan penggrebekan. JPU Rakmad Hari Basuki minta CC untuk
menceritakan detail kejadian di kamar hotel tersebut. CC mengkau dihubungi terdakwa Iptu
Eko Juliantp unutk datang di hotel sekitar pukul 22.00 WIB.

“Begitu datang di kamar, saya langsung diberi ekstasi,” ungkap CC. CC tidak bisa menolak
narkoba yang diberikan karena Iptu Eko Julianto mengancam akan membatalkan transaksi
booking.

Saat penggrebekan, CC sedang berada di ruang tengah.


“Sedangkan Pak Eko dan Pak Sudidik berada di dalam kamar. Pak Agung sedang turun ke
lobi untuk mengambil minum,” ujarnya.

Setelah penggeledahan, anggota Paminal dari Mabes Polri menemukan sejumlah pil ekstasi.

“Saya sempat ditunjukkan barang bukti pil ekstasi. Saya cekn urine dan hasilnya positif,”
terang CC.

Tapi saat sidang online berlangsung, suara Iptu Eko Julianto tidak jelas karena ada gangguan
pada alat komunikasi.

Ketua Majelis Hakim, Johanis Hehamony, lantas minta terdakwa menuangkannya dalam
pledoi (pembelaan).

Di sisi lain, Jaksa Penutut Umum Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Rakhmad Hari Basuki
berencana menghadirkan sembilan saksi penangkapan dari Paminal Mabes Polri dan
Polrestabes Surabaya.

“Rencananya kami hadirkan saksi sembilan orang. Dari Paminal Mabes Polri dan Polrestabes
Surabaya” kata Hari, Kamis (23/9/2021).

Hari merinci, sembilan saksi tersebut di antaranya adalah dua Paminal Mabes Polri dan
sisanya adalah dari Polrestabes Surabaya.

“Mereka adalah saksi yang melakukan penangkapan saat kejadian tersebut berlangsung,”
imbuhnya.

Meski begitu, Hari masih menunggu konfirmasi dari sembilan orang saksi yang akan
dihadirkan tersebut, pakah dapat memenuhi panggilannya di persidangan.

“Masih menunggu konfirmaasi. Berapa yang bisa hadir kami masih menunggu,” tandasnya.

Sidang lanjutan ini merupakan sidang kedua yang digelar Pengadilan Negeri Surabaya untuk
mengadili tiga polisi dari Satresnarkoba Polrestabes Surabaya yang menyalahgunakan
narkotika berbagai jenis di sebuah hotel.

Tiga Oknum polisi yang kini menyandang status terdakwa yakni Iptu Eko Julianto, Aipda
Agung Pratidina, dan Brigpol Sudidik.

3) Analisis Kasus

a. Hubungan Kasus dan Konstitusi


Dari berita tersebut, dapat dilihat bahwa kasus tersebut bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila, khususnya nilai kemanusiaan. Hal ini terlihat bahwa tiga
perwira polisi tersebut tidak menaati peraturan dan kode etik bagi seorang polisi.
Mereka telah melakukan tindakan yang mencemarkan dan menjatuhkan citra
Kepolisian Republik Indonesia dan dirinya sendiri. Selain itu, menurut sudut
pandang penulis, seorang mahasiswi tersebut telah merendahkan jati dirinya sebagai
manusia dan wanita yang beradab dan mulia. Seorang mahasiswi sebaiknya harus
dapat menjaga martabatnya dengan melakukan pekerjaan dan tingkah laku yang
baik, sesuai dengan agama dan Pancasila, serta peraturan perundang-undangan yang
ada. Dari sudut pandang seorang mahasiswa tersebut memang bahwa dia terpaksa
melakukannya akibat tuntutan biaya kuliah. Namun, perbuatannya tidak dapat
dibenarkan karena masih ada jalan lain yang lebih baik untuk mendapat biaya
kuliah.
Tiga perwira polisi dan seorang mahasiswi tersebut telah melanggar
kontitusi UUD NRI 1945 dan undang-undang. Bagi kedua pihak, polisi dan
mahasiswi, telah melanggar Pasal 27 ayat (1) tentang kewajiban setiap warga
menaati hukum, Pasal 30 ayat (1) dan (2) tentang keamanan dan pertahanan negara,
sedangkan bagi polisi telah melanggar Pasal 30 ayat (4), tentang tugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Pada pasal 27 ayat (1), yang berbunyi “ Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”, sudah jelas bahwa seluruh warga
negara baik pejabat, aparat, dan penduduk sipil wajib menaati dan menjalankan
seluruh peraturan yang berlaku. Pada kasus di atas, ketiga polisi dan mahasiswi
tersebut telah melanggar peraturan yang berlaku. Mereka menyalahgunakan dan
menyimpan narkoba karena tidak memenuhi syarat untuk memakai dan menyimpan
narkotika sesuai dengan UU No. 35 tahun 2009. Hal tersebut terbukti pada berita
lain dari Anthonius Andhika, Media Merah Putih (16/9/2021), Propam Mabes Polri
menemukan sejumlah jenis sabu dengan berat kotor 1,32  gram dan 1,15 gram, 4
butir Ekstasi berat kotor total 1,45 gram, 1 butir obat benzoate/penenang dan 8 butir
Happy Five. Selain itu, pada saat penyelidikan lebih lanjut, di meja kerja terdakwa
pada Polrestabes Surabaya Jalan Sikatan 1, petugas mengamankan berbagai jenis
narkotika lainnya1.
Pasal 30 ayat (1), “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.”, dari pasal tersebut dapat ditarik
maknanya yaitu setiap warga, baik pemerintah, aparat, dan warga sipil berhak dan
wajib menjalankan segala bentuk upaya dalam menjaga pertahanan dan keamanan di
semua lingkup, mulai dari keluarga hingga masyarakat luas. Salah satu cara menjaga
pertahanan dan keamanan yaitu dengan mencegah munculnya ancaman dan
menghindari segala tindakan yang dapat melemahkan pertahanan dan keamanan
tersebut. Menurut Tobing (2002) narkoba dapat menimbulkan pergeseran nilai
budaya dan perubahan gaya hidup yang didukung dengan adanya peningkatan
kemampuan daya beli masyarakat dan generasi muda. Hal tersebut karena pada
narkoba terdapat bahan kimia yang dapat membuat ketergantungan akut bagi
penggunanya. Ketergantungan ini dapat memunculkan pemikiran untuk
menghalalkan segala cara agar dapat mendapatkan narkoba. Pemikiran ini dapat
menjadi salah satu penyebab tingginya angka kriminalitas. Dengan demikian, dalam

1
Antonius Andhika, “Miris, Nunggu waktu Sahur Tiga Oknum Polisi ini Malah Pesta Sabu,” Berita, 16
September 2021, https://m.mediamerahputih.id/baca-459-miris-nunggu-waktu-sahur-tiga-oknum-polisi-ini-
malah-pesta-sabu.
situasi tersebut menjadikan narkoba sebagai salah satu masalah yang dapat
mengancam keamanan nasional2.
Kasus tersebut sangat relevan dengan pernyataan di atas. Narkoba dapat
melemahkan pertahanan dan keamanan nasional. Narkoba dapat menimbulkan
kecanduan dan kehilangan kendali atas diri sendiri sehingga menghilangkan
pemikiran untuk masa depan. Efek adiksi yang ditimbulkan membuat seseorang
hanya berkutat pada pemuasan diri sendiri tanpa memikirkan hal-hal penting
lainnya. Ancaman terbesar lainnya, penyalahgunaan narkoba oleh pelajar atau
mahasiswa akan menimbulakan lost generation atau hilangnya generasi muda di
masa depan. Keberadaan generasi yang unggul sangat penting di masa bonus
demografi nantinya3. Pada era itu, diharapkan seluruh generasi muda dapat
berkontribusi dalam mencapai tujuan negara yang ada pada pembukkan UUD NRI
1945.
Sesuai dengan Pasal 30 ayat (2), kepolisian RI merupakan kekuatan utama
dalam upaya pertahanan dan kemanan rakyat semesta. Tambahan lagi, sesuai Pasal
30 ayat (4), “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”. Dari sinilah, dapat terlihat ketiga
perwira tersebut telah melanggar konstitusi. Sebagai alat negara yang bertugas
sesuai dengan pasal tersebut, polisi haruslah memberi contoh dan teladan yang baik
bagi masyarakat guna menjaga pertahanan dan keamanan masyarakat. Alat negara
yang baik akan menjadi salah satu faktor terciptanya masyarakat yang taat hukum
yang nantinya akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang teratur dan damai.
Para pendiri bangsa telah merumuskan tujuan negara yang telah disepakati
oleh seluruh rakyat Indonesia. Konsekuensinya yaitu sebagai bangsa Indonesia wajib
untuk bersatu dan berupaya penuh dalam mewujudkan tujuan tersebut. Setiap
elemen, baik pemerintah, aparat, dan masyarakat harus bahu membahu dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa.
Permasalah pada berita di atas dapat menjadi hambatan dalam mencapai tujuan
negara jika terus-menerus terjadi. Di era globalisasi ini, hal-hal yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa mudah masuk, salah satunya westernisasi, seperti
penyalahgunaan narkoba. Kini narkoba tidak hanya merambah di masyarakat, tetapi
juga di lingkungan pemerintahan dan jajarannya, salah satunya aparat penegak
hukum, yaitu polisi. Polisi sebagai alat penegak hukum haruslah menjadi contoh dan
teladan dalam mematuhi dan menjalankan hukum. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (3),
Indonesia merupakan negara hukum. Hukum dibuat harus dijunjung tinggi untuk
mencapai tujuan negara di tengah dijunjungnya hak asasi manusia.
Salah satu tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Penyalahgunaan narkoba oleh masyarakat biasa
saja dapat melemahkan pertahanan dan keamanan nasional. Apalagi aparat penegak

2
Aulia Rahman, “Ancaman Peredaran Narkoba Ditinjau dari Perspektif Keamanan Manusia,” Sosio Informa 2,
no. 03 (2016): 273–90.
3
Dindin Supratman, “Prevalensi Usia Pemuda dan Ketahanan Nasional (Narkotika dan Ancaman Lost
Generation),” Litbang Sukowati 1 (2018): 118–27.
hukumnya, misal polisi yang menyalahgunakan narkoba, akan melemahkan dan
bahkan membuka celah lebar bagi ancaman lain, seperti peredaran narkoba dari luar
negeri, kejahatan cyber, dan lain-lain, mudah merambah Negara Indonesia. Jika hal
ini terus berkembang di Indonesia maka akan mengancam keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat tercapai jika seluruh
warga negara dapat menjunjung hukum. Apabila alat penegak hukum lemah dalam
menjalankan tugas dan menjunjung hukum, tingkat pertahanan dan keamanan
masyarakat Indonesia akan lemah. Selain itu, pertahanan dan keamanan nasional
tidak sepenuhnya ditumpukan kepada Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara
Nasional Indonesia. Masyarakat biasa pun, apalagi pelajar dan mahasiswa memiliki
andil besar dalam mewujudkan pertahanan dan keamanan. Diharapkan semua
sumber kekuatan pertahanan dan keamanan nasional dapat menjunjung hukum dan
bersatu padu dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kuat
dan disegani dunia. Melemahnya pertahanan dan keamanan nasional akan
mengancam keberadaan Negara Indonesia di mata dunia.

b. Penyebab dari Kasus


Dari berita lain, oleh Anthonius Andhika, Media Merah Putih (16/9/2021),
JPU dari kasus tersebut, Hari Rahmat Basuki, mengatakan bahwa terdakwa (ketiga
perwira polisi tersebut) telah mengakui bahwa narkotika tersebut berasal dari
mengambil sebagian barang bukti yang berhasil diamankan dari beberapa TO yang
melarikan diri. Menurut Devie Rahmawati, seorang pengamat sosial Universitas
Indonesia, pada situs Republika.co.id (9/7/2019), narkoba atau obat-obat terlarang
lainnya dapat menimbulkan dua efek yaitu sebagai stimulan (meningkatkan energi)
dan depresan (menurunkan energi). Beliau juga menambahkan bahwa, sesuai data
BNN, pengguna utama narkoba merupakan para pekerja dan orang-orang berusia
produktif karena mereka memiliki cukup biaya dan ingin meningkatkan kinerja di
tengah kompetitifnya dunia kerja. Selain itu, menurut beliau, manusia sekarang
merupakan manusia stress. Untuk menghilangkan stressnya, manusia juga
mengomsumsi narkoba yang sebagai depresan4.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kasus yaitu
kelelahan dan adanya ingin meningkatnya energi dalam bekerja oleh ketiga perwira
tersebut. Ditambah lagi, salah satu polisi tersebut merupakan Kanit III Satnarkoba
Polrestabes Surabaya, yang pekerjaannya tidak lepas dengan obat-obat terlarang dan
terdapat narkoba sitaan dari pengedar atau pengguna narkoba lain, memiliki
pengetahuan bagaimana efek narkoba, serta adanya naluriah sebagai manusia yang
memiliki keinginan melakukan atau merasakan hal baru, maka tak luput bahwa
mereka tertarik untuk mengonsumsi narkoba. Oleh karena itu, karena beban
pekerjaan yang mungkin berat dan dimana seseorang pasti memiliki titik jenuh,
maka mereka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada.

4
Christiyaningsih, “Alasan Seseorang Gunakan Narkoba Menurut Pengamat Sosial,” Berita, 9 Juli 2019,
https://republika.co.id/berita/pud7ks459/alasan-seseorang-gunakan-narkoba-menurut-pengamat-sosial.
Selain itu, secara tidak langsung, penyebab terjadinya kasus tersebut yaitu
adanya globalisasi yang didukung dengan kondisi geografis Indonesia yang
merupakan negara maritim. Hal ini menjadikan globalisasi yang memudahkan
budaya lain (westernisasi) dan barang-barang luar negeri (termasuk narkoba) masuk
di Indonesia. Menurut Kombes Polisi I Ketut Arta, seorang analisis kebijakan
Madya Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, terdapat peningkatan
penyitaan sabu antara tahun 2019-2020 dari 2,9 ton menjadi 6,7 ton. Hal ini karena
meningkatnya penyelundup narkoba yang memanfaatkan kondisi lautan Indonesia.
Modus penyelendup tersebut dengan memindahkan narkoba dari kapal induk ke
kapal nelayan sindikat lokal di tengah laut. Setelah itu, diedarkan ke kota-kota besar
di Indonesia. Mereka menyukai Indonesia sebagai target pasar karena harga jual
narkoba yang termasuk tinggi5. Harga jual yang tinggi ini dimungkinkan akibat
adanya westernisasi yang menjadikan pola hidup yang konsumtif di lingkungan
masyarakat. Dengan demikian, secara implisit bahwa di tengah masyarakat masih
sangat luas diedarkannya narkoba akibat cerdiknya pemasok narkoba membaca
target pasar.

c. Solusi-solusi yang Telah Diterapkan


a) Solusi Represif
Sesuai dengan berita di atas dan berbagai sumber, berikut upaya yang
dilakukan setelah adanya kasus seperti di atas yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan patroli dan penyelidikan terhadap perilaku anggota kepolisian
oleh Propam Mabes Polri untuk mencegah dan menindaklanjuti adanya
pelanggaran peraturan dan kode etik oleh anggota kepolisian.
2. Melakukan penyidikan terhadap pelaku yang diduga melanggar kode etik
anggota polri sesuai dengan Pasal 5 huruf a PP 2/2003 jo. Pasal 6 dan Pasal 7
Perkapolri 14/20116.
3. Penjatuhan sanksi disiplin serta sanksi atas pelanggaran kode etik serta
dilanjutkan dengan proses tuntutan pidana sesuai dengan Pasal 12 ayat (1) PP
2/2003 jo. Pasal 28 ayat (2) Perkapolri 14/2011.
4. Mengadakan persidangan untuk pelaku sehingga meningkatkan status
menjadi terdakwa dengan dakwaan berupa Pasal 112 ayat (1) dan Pasal 114
ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika7.
5. Pelaku penyalahgunaan narkoba tersebut menjalankan rehabilitasi medis dan
sosial sesuai dengan Pasal 127 ayat (3) UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.

b) Solusi Preventif
Sesuai dengan Pasal 64 UU No. 35 Tahun 2009, dibentuk Badan Narkotika
Nasional sebagai lembaga nonpemerintahan yang bertanggung jawab kepada

5
Yoanes Litha, “Penyelundupan Narkoba ke Indonesia Tetap Tinggi di Masa Pandemi COVID-19,” Berita, 30
Oktober 2021, https://www.voaindonesia.com/a/penyelundupan-narkoba-ke-indonesia-tetap-tinggi-di-masa-
pandemi-covid-19/6291873.html.
6
M. Agus Yozami, “Begini Proses Hukum bagi Anggota Polisi yang Terlibat Narkotika,” Berita, Hukum
Online.com (blog), 19 Februari 2021, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt602f03683d8ce/begini-
proses-hukum-bagi-anggota-polisi-yang-terlibat-narkotika/?page=2.
7
Andhika, “Miris, Nunggu waktu Sahur Tiga Oknum Polisi ini Malah Pesta Sabu.”
Presiden untuk melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika. Seperti pada laman bnn.go.id, dalam melaksanakan
tugasnya BNN, melakukan beberapa upaya sebagai berikut:
1. dalam bidang pemberantasan, BNN terus melakukan
penelusuran kejahatan narkotika dan pencucian uang dari
kasus narkotika dan melakukan analisis tentang modus
penyelundupan. Selain itu, untuk memperketat penjagaan
masuknya narkoba di wilayah Indonesia, BNN melakukan kerja
sama patroli dan penyelidikan dengan Bea Cukai dan Polri,
khususnya Polair;
2. dalam bidang pencegahan, BNN meluncurkan program Rumah
Edukasi Anti Narkoba (REAN.ID) yang dapat diakses pada
postal https://rean.bnn.go.id, pembuatan aplikasi Sistem
Pelaporan Relawan Anti Narkoba (Siparel), membentuk Social
Media Center (SMC) untuk melakukan pemantauan dan
pengukuran terhadap aktivitas postingan media sosial tentang
P4GN, mengudarakan CNS podcast di kanal Youtube,
melakukan kampanye baik di dunia nyata maupun maya –
pada dunia maya digunakan #hidup100persen, membentuk
Desa Bersinar (Bersih Narkoba), membentuk relawan anti
narkoba, melakukan intervensi ketahanan keluarga berbasis
sumber daya desa sebagai prioritas nasional, dan melakukan
strategi menggunakan media konvergensi di berbagai platform
dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti;
3. dalam bidang pemberdayaan masyarakat, BNN membentuk
program-program unggulan yang melibatkan beberapa
pemangku kepentingan, seperti: 1) Grand Design Alternative
Development (GDAD), 2) Bimbingan Teknis pembentukan P4GN
dengan sasaran lingkungan masyarakat, pendidikan, swasta,
dan pemerintahan, dan 3) Pemberian Piagam Penghargaan
gelar Tanpa Jasa dan Kehormatan berupa Bintang Mahaputra
dan Medali Kepeloporan;
4. dalam bidang rehabilitasi, BNN memiliki program seperti
pengembangan layanan Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM),
sertifikasi 400 konselor adiksi pada layanan Balai/Loka dan
Klinik melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BNN, dan
pengembangan layanan rehabilitasi jarak jauh seperti layanan
psikiatrik dan konseling secara virtual;
5. dalam bidang hukum dan kerjasama, BNN menyadari bahwa
dalam penanggulangan dan pencegahan permasalahan
narkotika perlu adanya kerja sama yang komprehensif baik di
tingkat nasional, regional, dan internasional. Oleh karena itu,
BNN melakukan kerjasama dengan 14 intansi pemerintahan, 8
BUMN, 8 instansi lingkungan pendidikan, dan 12 komponen
masyarakat. Dalam tingkat regional dan internasional, BNN
telah mengikuti berbagai forum dan virtual, seperti pertemuan
CND ke-63, The 9th ASEAN Drug Monitoring Network, UNODC
Global Smart, ASEAN Senior Officials Meeting on Drug Matters,
dan The Reconvened Sixty-Third Session of the Commission on
Narcotic Drugs.
Dari upaya-upaya yang dilakukan BNN tersebut, terjadi
penurunan angka prevelensi penyalahgunaan narkoba dari 2,4%
menjadi 1,8% pada tahun 2019. Karena adanya penurunan
tersebut, BNN terus optimis dalam mengembangkan dan mengkaji
program-program yang dilakukan guna memberantas peredaran
gelap dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia 8.
Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyelundupan dan penyalahgunaan narkoba yaitu dengan
memperkuat pertahanan dan keamanan nasional. Dalam
memperkuat pertahanan dan keamanan nasional, perlu adanya
upaya untuk mereduksi dampak negatif dari globalisasi,
khususnya westernisasi. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
Sebagai mahasiswa, sepatutnya untuk terus belajar dan
memahami serta menghayati berbagai permasalahan yang ada di
lingkungan masyarakat. Konteks permasalahan tersebut perlu
adanya kajian lebih mendalam dengan Pancasila sebagai landasan
dalam mengambil sebuah keputusan dan kesimpulan. Dengan
memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila,
maka pertahanan diri dan nasional terhadap segala ancaman
yang dapat melemahkan NKRI, termasuk globalisasi, tidak dapat
digoyahkan.

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt602f03683d8ce/begini-proses-hukum-bagi-
anggota-polisi-yang-terlibat-narkotika/ diakses pada 27 November 2021

https://m.mediamerahputih.id/baca-459-miris-nunggu-waktu-sahur-tiga-oknum-polisi-ini-
malah-pesta-sabu diakses pada 25 November 2021

https://www.tribunnews.com/regional/2021/11/04/3-perwira-polisi-ajak-mahasiswi-pesta-
narkoba-di-surabaya. Diakses pada 24 November 2021

8
Humas BNN, “PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2020; ‘Sikap BNN Tegas, Wujudkan Indonesia Bebas
Dari Narkoba,’” Organisasi dan Pemerintahan, 22 Desember 2020, https://bnn.go.id/press-release-akhir-tahun-
2020/.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945 diakses pada 25 November 2021

https://www.voaindonesia.com/a/penyelundupan-narkoba-ke-indonesia-tetap-tinggi-di-masa-
pandemi-covid-19/6291873.html diakses pada 27 November 2021

https://republika.co.id/berita/pud7ks459/alasan-seseorang-gunakan-narkoba-menurut-
pengamat-sosial diakses pada 27 November 2021

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062)

Andhika, Antonius. “Miris, Nunggu waktu Sahur Tiga Oknum Polisi ini Malah Pesta Sabu.”
Berita, 16 September 2021. https://m.mediamerahputih.id/baca-459-miris-nunggu-waktu-
sahur-tiga-oknum-polisi-ini-malah-pesta-sabu.

Christiyaningsih. “Alasan Seseorang Gunakan Narkoba Menurut Pengamat Sosial.” Berita, 9


Juli 2019. https://republika.co.id/berita/pud7ks459/alasan-seseorang-gunakan-narkoba-
menurut-pengamat-sosial.

Humas BNN. “PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2020; ‘Sikap BNN Tegas, Wujudkan
Indonesia Bebas Dari Narkoba.’” Organisasi dan Pemerintahan, 22 Desember 2020.
https://bnn.go.id/press-release-akhir-tahun-2020/.

Litha, Yoanes. “Penyelundupan Narkoba ke Indonesia Tetap Tinggi di Masa Pandemi


COVID-19.” Berita, 30 Oktober 2021. https://www.voaindonesia.com/a/penyelundupan-
narkoba-ke-indonesia-tetap-tinggi-di-masa-pandemi-covid-19/6291873.html.

Rahman, Aulia. “Ancaman Peredaran Narkoba Ditinjau dari Perspektif Keamanan Manusia.”
Sosio Informa 2, no. 03 (2016): 273–90.

Supratman, Dindin. “Prevalensi Usia Pemuda dan Ketahanan Nasional (Narkotika dan
Ancaman Lost Generation).” Litbang Sukowati 1 (2018): 118–27.

Yozami, M. Agus. “Begini Proses Hukum bagi Anggota Polisi yang Terlibat Narkotika.”
Berita. Hukum Online.com (blog), 19 Februari 2021.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt602f03683d8ce/begini-proses-hukum-bagi-
anggota-polisi-yang-terlibat-narkotika/?page=2.

Anda mungkin juga menyukai