Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anggita Regina

Kelas : XII MIPA 4

SOAL LATIHAN PKN


(10 Contoh kasus Pelanggaran hukum yg pernah terjadi di Indonesia)

1. Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib adalah seorang aktivis HAM yang banyak bersuara pada zaman Orde Baru.
Ia telah banyak melakukan pembelaan hukum pada orang-orang tertindas. Pada saat itu,
mengkritik pemerintahan merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya. Kebebasan
berpendapat belum sebaik sekarang, ditambah lagi tendensi negara untuk menyerang balik
pengkritiknya.
Benar saja, pada tahun 2004, Munir ditemukan tewas dalam pesawat yang sedang terbang
menuju Amsterdam. Hasil autopsi yang dilakukan oleh tim forensik Belanda menemukan adanya
senyawa arsenik dalam jasad Munir. Kuat dugaan bahwa aktivis HAM ini sengaja diracun oleh
pihak-pihak tertentu karena tidak mau berhenti mengkritik mereka.
Pembunuhan terhadap Munir, setidaknya melanggar dua instrumen hukum yang diatur di
Indonesia tentang hak hidup. Pertama, Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28A[11] yang berbunyi,
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
Instrumen hukum kedua yang dilanggar adalah Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, tepatnya Pasal 9 Ayat (1)[12] yang berbunyi, “Setiap orang berhak untuk
hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.”
 Solusi : Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia.
Terkait kasus Munir, Dewan HAM bisa melakukan penyelidikan terhadap dugaan
pelanggaran hak asasi, menugaskan ahli tertentu untuk melakukan investigasi, serta
penanganan yang berhubungan dengan pelanggaran. Penanganan dapat dilakukan
dengan membentuk pelapor khusus, perwakilan khusus, maupun kelompok kerja. Selain
itu, lembaga penegak hukum juga seharusnya melakukan penyelidikan secara transparan
tanpa ada yang ditutup-tutupi.

2. Kasus Korupsi ‘Pertama’ KPK, Abdullah Puteh


Mantan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Abdullah Puteh adalah kasus
pertama sejak KPK dibentuk Desember 2003 silam. Kasus ini menjadi sorotan karena menjadi
kasus pertama yang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sekira tahun 2004. Bahkan,
kasus itu menjadi satu-satunya kasus yang disidangkan kala itu.
Kasus ini melanggar Pasal 2 ayat (1) UU No. 30 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001
berbunyi “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).”
 Solusi : Dilakukannya reformasi yang berfokus pada peningkatan manajemen
keuangan dan memperkuat peran lembaga pemberantasan korupsi. Selain itu,
pemerintah juga perlu mempertegas jalannya undang undang yang mengatur sanksi dan
hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi. Untuk mencegah lahirnya koruptor koruptor
baru dimasa depan, perlu adanya pendidikan sejak dini di bangku sekolah yang
mengajarkan nilai nilai agama serta dampak dari melakukan korupsi.
3. Tragedi Bom Bali
Peristiwa bom bali terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan Legian Kuta,
Bali oleh sekelompok jaringan teroris. Akibatnya ratusan korban meninggal dunia dan ratusan lain
luka-luka, baik warga lokal atau pun turis mancanegara. Aksi bom bali menjadi salah satu aksi
terorisme terbesar yang pernah terjadi di Indonesia dan tragedi ini diberitakan di seluruh dunia.
Tragedi bom bali ini merupakan salah satu kasus yang dilakukan oleh sindikat teroris di
Indonesia. Maka dari itu, Pasal yang dilanggar contohnya Pasal 28A yang berbunyi “Setiap orang
berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya” dan 28I ayat 1 yang
berbunyi “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran, dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.
 Solusi : Agar tidak terjadi hal yang serupa, masyarakat harus diberi sosialisasi
mengenai bahaya dan dampak dari terorisme. Selain itu, masyarakat juga harus
mendeteksi dan mencegah terjadinya kegiatan terorisme dan radikalisme di lingkungan
sekitar yaitu dengan cara bekerja sama dengan pihak yang berwajib. Pemerintah juga
harus melakukan langkah yang tegas dalam rangka menanggulangi aksi terorisme. Hal ini
akan membuat para pelaku jera dan berpikir dua kali sebelum melancarkan aksinya.

4. Kasus Anak ‘SR’


Tindakan sewenang-wenang berujung penganiayaan aparat kepolisian saat menangani
perkara anak usia 15 tahun, ‘SR’ alias Koko cukup mencuri perhatian publik. Sekira 8 Juni 2009
silam, Koko ditangkap aparat dari Polsek Sektor Bojong Gede dan dituduh mencuri perangkat
elektronik. Koko bukanlah pelaku yang sebenarnya lantaran beberapa hari setelah penangkapan
itu, pelaku sebenarnya telah tertangkap dan menyatakan bahwa Koko tidak terlibat sama sekali.
Melalui LBH Jakarta, pada 29 februari 2012 keluarga Koko menggugat secara perdata ke PN
Cibinong. Sebagai catatan, gugatan perdata kepada pihak kepolisian merupakan yang pertama
kali. Adapun gugatan yang diajukan tersebut menggunakan mekanisme keperdataan yang
bentuknya perbuatan melawan hukum (PMH) sebagaimana diatur dalam pasal 1365
KUHPerdata.
 Solusi : Para penegak hukum seharusnya melakukan penyelidikan secara
menyeluruh dan pasti mengenai suatu kasus sebelum dibawa ke meja hijau, agar
menghindari terjadinya kasus salah dakwa terhadap orang-orang yang tidak bersalah.

5. Kasus Penebangan Liar di Sumatera Utara


Polisi Kehutanan (Polhut) Dinas Kehutanan Sumatera Utara melakukan penangkapan terduga
pelaku penebangan liar di Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Tindakan ini
dilakukan menyusul adanya laporan warga di sekitar lokasi tentang aksi penebangan liar.
Pihaknya kemudian menindaklanjuti laporan warga. Sebelumnya, salah seorang saksi yang
juga warga Kecamatan Pamatang Sidamanik, menyebut, warga di daerah mereka sejak lama
mengeluhkan adanya aksi penebangan liar yang sudah berjalan sekitar 10 tahun terakhir. Dampak
penebangan itu sendiri mengakibatkan rusaknya jalan kampung sejauh 15 kilometer dan
terjadinya longsor di sekitar lokasi yang tak jauh dari permukiman warga.
Penebabangan hutan secara liar merupakan salah satu perbuatan yang dilarang dalam Pasal
17 ayat (1) huruf b UU P3H, yakni Setiap orang dilarang: b. melakukan kegiatan penambangan
di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri.
 Solusi : Pemerintah harusnya lebih tegas dalam mengadili tersangka penebangan
hutan secara liar. Selain itu, sanksi dan pidana yang ditetapkan kepada para tersangka
juga harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku yaitu Pasal 50 ayat (3) huruf e UU
Kehutanan
6. Pembakaran Rumah Ibadah di Sumatera Utara
Dua wihara dan lima kelenteng yang terletak di Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara,
dibakar massa. Peristiwa itu yang dipicu permasalahan etnis akibat salah paham yang terjadi di
antara mereka dan seorang penduduk keturunan Tionghoa. Padahal, Pasal 28 E ayat (1) UUD
Negara RI Tahun 1945 dan Pasal 22 UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, sudah
secara tegas memberikan jaminan kebebasan bagi setiap warga negara untuk memeluk agama
dan beribadat menurut agamanya tersebut. Tidak hanya itu, tindakan brutal sekelompok orang
tersebut juga menyisakan persoalan hukum yang harus segera dituntaskan oleh aparat
kepolisian.
 Solusi : Seharusnya dilakukannya penyeesaian masalah secara damai antara kedua
etnis yang berseteru. Untuk mencegah hal ini terulang kembali, pemerintah setempat
perlu melakukan sosialisasi mengenai toleransi antar umat beragama dan juga kiat-kiat
hidup damai dalam umat beragama.

7. Peristiwa Perbudakan Buruh Pabrik


Peristiwa terjadi di Desa Lebak Wangi, Sepatan Timur, Tangerang. Terjadi peristiwa
perbudakan terhadap puluhan buruh pabrik oleh Juki Hidayat. Ia mempekerjakan puluhan
buruh tanpa dibayar sepeser pun, jika menolak atau ingin melarikan diri maka pekerja akan
disiksa dan dipukul. Rata-rata pekerja berusia muda dan hanya memakai 1 baju saja sehari-
harinya tanpa dibekali uang, baju dan ponsel. Peristiwa ini baru terkuat setelah ada dua pekerja
yang kabur dan melaporkan ke polisi.
Dari informasi yang diperoleh lewat berbagai pemberitaan di media massa, para tersangka
telah melanggar Undang-Undang yang berlaku di Indonesia, antara lain :
a) Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Di dalam undang-undang ini setidaknya ada 3 pasal yang dilanggar yaitu :
 Pasal 20
(1) Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.
(2) Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita,dan
segala perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.
 ·Pasal 33
(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau
perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat
kemanusiaannya.
 ·Pasal 36
(2) Tidak seorang pun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan
secara melawan hukum.
Pasal 36 Ayat (2) ini sehubungan dengan pengakuan korban bahwa handphone
dan dompet para buruh disita/dirampas sehingga mereka tidak bisa
berkomunikasi dengan keluarga atau teman.
 Solusi : Dalam kasus ini, pemerintah dinilai kurang dalam hal mengawasi buruh
serta jumlah beban kerja yang ditanggungnya. Mesti diadakannya undang-undang yang
mengatur jumlah jam kerja maksimal yang ditanggung oleh para buruh. Selain itu,
pemerintah dan sektor bisnis mampu meningkatkan kesadaran dan mempromosikan
keuntungan praktik bisnis yang beretika ke berbagai tataran industri lain, melalui
pelatihan dan lokakarya. Setiap pihak juga harus menciptakan mekanisme khusus agar
pemerintah dan sektor bisnis mampu membahas perdagangan manusia dan kerja paksa
secara kolektif.
8. Gugatan Ceban dan Seceng Advokat David Tobing
Advokat David ML Tobing menggugat PT Securindo Packatama Indonesia (Secure Parking)
senilai ceban alias Rp10 ribu lantaran perusahaan pengelola parkir itu mengenakan tarif yang
dinilai tidak sesuai dengan aturan pada 5 Februari 2010. Aturan yang dimaksud adalah
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2004 tentang Biaya Parkir pada
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir untuk Umum di Luar Jalan di Propinsi DKI Jakarta.
David meminta majelis hakim menghukum para tergugat secara tanggung renteng untuk
membayar ganti kerugian Rp10 ribu dengan alasan jumlah itu merupakan selisih biaya ekstra
yang harus dikeluarkan untuk tarif parkir yang tidak sesuai aturan. Gugatan serupa juga pernah
dilemparkannya ke pihak secure parking dan dikenal dengan gugatan ‘seceng’.
 Solusi : Perlu diadakannya pengawasan secara berkala terhadap tempat-tempat
yang menerapkan tarif parkir guna mendeteksi adanya penyelewengan tarif yang tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Banyak oknum-oknum iseng yang
memanfaatkan tarif parkir sebagai mata pencaharian utama mereka, dengan cara
melebihkan biaya parkir yang seharusnya terjangkau bagi semua kalangan. Dengan
dilakukannya pengawasan, diharapkan dapat mengurangi niat para oknum untuk
meraup untung berlebih dari komoditas parkir.

9. Tragedi Kerusuhan di Ambon, Maluku


Kasus ini berawal ketika seorang warga beragama Kristen berkelahi dengan warga Ambon
lainnya yang beragama Islam. Kemudian warga Muslim tersebut berkata bahwa ia akan dibunuh
oleh orang Kristen. Pernyataan itu sontak membuat Ambon terpecah menjadi dua, kubu orang
Muslim dan kubu orang Kristen. Dalam beberapa menit saja kerusuhan sudah merebak ke mana-
mana. Berbagai tempat dan desa-desa di sekitar tempat kejadian turut memanas-manasi
konflik. Belasan gereja dan masjid terbakar akibat kerusuhan ini.
Dalam kasus ini, telah terjadi pelanggaan pada pasal 28E ayat (1), yang berbunyi, "Setiap
orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali"
 Solusi : Kejadian seperti peristiwa Ambon tersebut tidak dapat diperbaiki, namun
kita dapat mencegah terjadinya peristiwa-peristiwa semacam itu dimasa depan. Saran
yang saya usulkan tidaklah sulit, karena semua orang bisa melakukannya. Caranya
adalah dengan saling menghormati dan memahami agama satu dengan yang lainnya.
Menghormati agama lain bisa dilakukan dengan cara mempersilakan penganut agama
lain untuk melaksanakan ibadah mereka masing-masing, tidak berkata-kata jelek atau
rasis kepada penganut agama lain, tidak menjauhkan diri dari penganut agama tertentu,
serta tidak membanding-bandingkan agama satu dengan yang lainnya.

10. Tragedi Mesuji


Peristiwa pembantaian petani terjadi di Desa Sungai Sodong, Mesuji, Ogan Komeling Ilir,
Sumatera Selatan pada tahun 1997 dan termasuk kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
Pertikaian terjadi antara warga dan perusahaan kelapa sawit akibat bermasalahnya kerjasama
plasma yang sebelumnya sudah disepakati. Banyak korban berjatuhan satu per satu dari pihak
keamanan maupun warga akibat konflik ini.
Peristiwa ini diduga berawal dari perluasan lahan oleh perusahaan PT Silva Inhutani sejak
tahun 2003. Perusahaan yang berdiri tahun 1997 itu, terus menyerobot lahan warga untuk
ditanami kelapa sawit dan karet.Sementara, mantan anggota DPR Mayor Jenderal (Purn) Saurip
Kadi, yang ikut mendampingi warga mengatakan, perusahaan itu kesulitan mengusir penduduk
dan kemudian meminta bantuan aparat. Selain meminta bantuan aparat, perusahaan itu juga
membentuk kelompok keamanan sendiri.
Peristiwa ini telah melanggar hukum, yakni Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28A[11] yang
berbunyi, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.” Instrumen hukum kedua yang dilanggar adalah Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, tepatnya Pasal 9 Ayat (1)[12] yang berbunyi, “Setiap
orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.”
 Solusi : Meskipun masih menjadi dugaan adanya keterlibatan ‘aparat kepolisian’
dalam pelanggaran HAM ini, pemerintah harus sesegera mungkin untuk menyelidiki
kasus yang tengah berkembang di tengah masyarakat. Jangan sampai penegak hukum
justeru melanggar hukum itu sendiri. Berikan hukuman yang setimpal kepada siapa saja
yang melanggar hukum. Pemerintah tidak boleh tebang pilih dalam menegakkan hukum
di negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai