1-8
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6893 (online)
Abstrak– Dalam Pasal 328 KUHPidana disebutkan, Bahwa barang siapa membawa pergi seseorang dari tempat
kediamannya atau tempat tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan
hukum di bawah kekuasaan orang lain, guna menempatkannya dalam keadaan sengsara diancam karena
penculikan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Namun masih terjadi tindak pidana penculikan
tersebut, termasuk di wilayah hukum Pengadilan Negeri Sigli. Tujuan penelitian ini guna menjelaskan faktor
penyebab terjadinya tindak pidana penculikan yang dilakukan secara bersama sama dan pertimbangan Hakim
dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana penculikan serta menjelaskan hambatan dan upaya
penanggulangan tindak pidana penculikan yang dilakukan secara bersama sama. Data diperoleh dari penelitian
lapangan dan kepustakaan. Penelitian lapangan berguna mendapatkan data primer yang diperoleh melalui
wawancara dengan responden dan informan. Penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder dengan
cara mempelajari literatur dan perundang-undangan yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab terjadinya tindak pidana ini yaitu faktor ekonomi dan faktor balas dendam. Pertimbangan hakim
sebelum menjatuhkan sebuah putusan terlebih dahulu majelis hakim akan mengadakan musyawarah untuk
menentukan putusan yang nantinya akan dijatuhkan terhadap pelaku pidana. Hambatan yang sering muncul oleh
pihak aparat penegak hukum ialah ketika melakukan pemeriksaan terhadap tersangka yaitu dengan memberikan
keterangan yang berbelit belit untuk menutupi kesalahan. Disarankan kepada majelis hakim Pengadilan Negeri
Sigli agar sekiranya dapat menghukum pelaku tindak pidana penculikan dengan seadil adilnya agar tidak
terulang tindak pidana yang sama. Kepada aparat kepolisian untuk mencari dua tersangka lagi yang masih
menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) di dalam kasus ini agar segera di temukan dan dijatuhi hukuman.
Kata Kunci : Tindak Pidana, Penculikan, Bersama-sama
Abstract–In Article 328 of the Criminal Code, it is stated that whoever takes someone away from his place of
residence or temporary residence with the intention of placing that person unlawfully under the control of
another person, in order to place him in a state of misery, is threatened with kidnapping with a maximum
imprisonment of twelve years. . However, the kidnapping crime still occurs, including in the jurisdiction of the
Sigli District Court. The purpose of this study is to explain the factors that cause the occurrence of the crime of
kidnapping carried out together and the judge's considerations in making a decision against the perpetrator of
the crime of kidnapping as well as explaining the obstacles and efforts to overcome the crime of kidnapping
carried out together. Data obtained from field research and literature. Field research is useful in obtaining
primary data obtained through interviews with respondents and informants. Literature research to obtain
secondary data by studying the literature and applicable legislation. The results of the study showthatthe cause
of this crimenamely economic factors and revenge factors. The judge's consideration before making a decision,
the panel of judges will hold a deliberation to determine the decision that will later be handed down against the
criminal. Barriers that often arise by law enforcement officers are when conducting examinations of suspects,
namely by providing convoluted information to cover up mistakes.It is recommended to the judges of the Sigli
District Court that if they can punish the perpetrators of the kidnapping crime as fairly as possible so that the
same crime is not repeated. The police are looking for two more suspects who are still on the People's Wanted
List (DPO) in this case so that they are immediately found and sentenced.
Keywords: Crime, Kidnapping, Together
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. XX, No.XX 2022 2
Muhammad Yasir, Ida Keumala Jeumpa
PENDAHULUAN
Tindak pidana memiliki berbagai macam jenis, seperti salah satu kejahatan atau
tindak pidana yang sering terjadi yaitu kejahatan penculikan. Tindak pidana tersebut telah
dikualifikasikan sebagai kejahatan yang dapat mengambil hak kemerdekaan dari seseorang
dalam peraturan yaitu tindak pidana penculikan. Penjelasan lain tindak pidana penculikan
ialah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau secara bersama-sama membawa orang
lain pergi tanpa memiliki hak dengan hal agar orang itu dapat dikuasai oleh pelaku.1
Tindak pidana atau kejahatan sering sekali terjadi di setiap bagian dunia dan sering
menjadi permasalahan di dalam masyarakat, seperti pada negara Indonesia sangat banyak
macam-macam kejahatan yang sering terjadi dan sangat membuat masyarakat resah salah
satunya kejahatan penculikan yang dapat diperbuat sendiri maupun diperbuat secara
bersama-sama. Kejahatan penculikan telah diatur dalam beberapa pasal dan ketentuan yang
sudah berlaku serta disahkan oleh hukum.2
Dalam asas legalitas tersebut telah tertulis, dalam kejahatan dapat dijatuhkan
hukuman atau sanksi pemidanaan yang telah diatur secara tertulis dalam peraturan yang ada.
Jika suatu perbuatan yang telah dilakukan dan tidak tertulis maka perbuatan tersebut tidak
dapat dikenai sanksi atau hukuman. Dalam hal ini untuk menciptakan suatu kepastian dalam
hukum maka harus dilakukan tujuan atau perwujudan hukum tersebut. Selanjutnya agar
tidak terjadinya kezaliman yang akan ditimbulkan oleh aparat penegak hukum maka lahirlah
asas legalitas ini yang akan membatasi suatu perbuatan.
Berbicara terkait suatu kejahatan yang melanggar hukum, tidak dapat terlepas dalam
unsur kejahatan itu sendiri. Tindak pidana dapat digolongkan menjadi dua terkait dengan
unsur-unsur yang ada, dilihat pada sudut pandang sepenuhnya dan pada sudut pandang
peraturan yang ada. Maka yang disebut dengan sudut pandang sepenuhnya atau teoritis ialah
sudut pandang peraturan ialah unsur yang sering muncul dalam Peraturan yang ada dan
sudah berlaku sedangkan dalam sudut pandang para ahli juga dapat diambil yaitu sudut
pandang teoritis.
Adapun identifikasi permasalah penelitian ini yakni :
1. Apakah faktor penyebab terjadinya tindak pidana penculikan yang dilakukan secara
bersama-sama di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Sigli?
1
Bawengan, G.W, Hukum Pidana dalam Teori dan Praktek, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2007, Hlm. 6
2
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan Pertanggung jawaban Pidana, Centra, Jakarta, 1968, hlm. 28
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. XX, No.XX 2022 3
Muhammad Yasir, Ida Keumala Jeumpa
2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak pidana
penculikan yang dilakukan secara bersama-sama?
3. Apa yang menjadi hambatan dalam mengatasi tindak pidana penculikan yang dilakukan
secara bersama-sama di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Sigli?
Tujuan penelitian ini yakni :
1. Untuk menjelaskan faktor penyebab terjadinya Tindak Pidana Penculikan yang dilakukan
secara bersama-sama.
2. Untuk menjelaskan proses pertimbangan Hakim terhadap Pelaku Tindak Pidana
Penculikan yang dilakukan secara bersama-sama.
3. Untuk menjelaskan hambatan dan upaya penanggulangan Tindak Pidana Penculikan yang
dilakukan secara bersama-sama.
METODE PENELITIAN
Adapun dalam penelitian berikut digunakan teori yuridis empiris, ialah penelitian
yang dilakukan dalam hal hukum dapat dilihat dari norma atau das sollen arti lain yaitu
menggunakan peraturan yang belum ada ataupun sudah berlaku. Sementara penelitian lain
yang digunakan ialah penelitian hukum empiris yang melihat bagaimana perilaku nyata atau
das sein sebagai perilaku yang ada di masyarakat.
1. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang akan diteliti yaitu kejahatan maka penelitian ini dilakukan
pada Wilayah Hukum Sigli.
2. Populasi
Pada penelitian ini sangat penting perannya populasi yaitu sebagai pemberi data atau
bahan-bahan yang perlu untuk digunakan dalam penelitian ini, menentukan populasi juga
harus melihat atau mencocokkan judul penelitian.
Metode Pengambilan Sampel
Berbicara tentang hal ini merupakan suatu gabungan atau separuh bagian terdapat
dalam populasi. Total sampling digunakan untuk pengambilan sampel, serta Teknik dalam
pengambilan sampel di mana menghitung jumlah sampel yang ada akan sama dengan
populasi. Yang menjadi informan dan responden ialah:
1. 1 orang Penyidik pada Polres Sigli.
2. 1 orang Jaksa pada Kejaksaan Negeri Sigli.
3. 1 orang Hakim pada Pengadilan Negeri Sigli.
4. 1 orang Pelaku Tindak Pidana Penculikan.
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. XX, No.XX 2022 4
Muhammad Yasir, Ida Keumala Jeumpa
kebutuhan hidup tidak jarang seseorang melakukan jalan pintas guna untuk mendapatkan
keuntungan untuk melanjutkan hidup dan memperkaya diri tanpa melihat atau menghalalkan
segala cara termasuk melakukan kejahatan yang merugikan orang lain guna menghasilkan
uang.
Pada kejahatan ini juga terdapat faktor lain yaitu faktor dendam terhadap seseorang
berdampak pada terjadinya tindak kejahatan itu. Dendam sangat mempengaruhi seseorang
melakukan kejahatan di mana orang tersebut tidak memikir dampak yang akan terjadi dan
melakukan kejahatan.
2. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Ringan Kepada Pelaku
Tindak Pidana Penculikan Yang Dilakukan Secara Bersama-sama
Sebelum menjatuhkan sebuah putusan, hal yang akan dilakukan oleh majelis hakim
ialah melakukan atau mengadakan musyawarah yang berguna untuk menentukan putusan
atau sanksi hukuman apa nantinya yang akan diberikan kepada para pelaku kejahatan
tersebut. Oleh sebab itu pada musyawarah yang dibuat itu tentunya seorang Hakim guna
melihat dan mempertimbangkan suatu kejadian terkait pada kejahatan, diputuskannya agar
tidak terdapat suatu kesalahan dalam memutuskan suatu perkara dan dapat merugikan salah
satu pihak.3
Ada bermacam-macam hal harus dipertimbangkan oleh seorang hakim seharusnya
mengambil keputusan dalam sebuah perkara. Dalam hal berikut, yang terkait dengan kejadian
itu ialah telah ada dalam ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
serta peraturan yang sudah disetujui, dalam struktur putusannya ialah sebagai berikut:4
1. Pertimbangan awal yang akan dilakukan atas fakta tersebut ialah (apakah tersangka benar
mengerjakan kejadian dituduh kepada dirinya?)
2. Setelah itu untuk peninjauan mengenai sanksi yang akan dikenakan (apakah perbuatan
tersangka ialah kejahatan dan terdakwa bersalah, sebagai akibatnya sanggup dijatuhi
hukuman?)
Dalam kasus ini Hakim melihat Bahwa telah terbukti melakukan, menyuruh lakukan,
turut serta melakukan membawa pergi korban ABDULLAH BIN AHMAD dari tempatnya
atau tinggal sementara dengan tujuan secara tidak sah menundukkan diri sendiri atau orang
lain untuk berkuasa atau menimbulkan rasa sakit, maka Terdakwa JUNAIDI BIN ANDIB
Dkk diancam karena penculikan.
3
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta,2013, hlm. 78-79
4
Indah Sri Utami, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta,2012, hlm. 48
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. XX, No.XX 2022 6
Muhammad Yasir, Ida Keumala Jeumpa
Bahwa hambatan yang sering dialami oleh pihak aparat penegak hukum untuk
mengurangi aksi kejahatan penculikan yang dilakukan secara bersama sama dikarenakan
kurangnya koordinasi warga setempat dengan pihak kepolisian dan aparat hukum sehingga di
antara pelaku yang ada di dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sulit diketahui
keberadaannya dan juga ketika melakukan pemeriksaan terhadap tersangka ialah guna
menutupi kesalahannya dan memberikan pendapat yang berbelit.5
Faktor lain dalam penghambatan para penegak hukum untuk mengurangi suatu tindak
pidana ialah kurangnya kesadaran masyarakat akan halnya:
1. Upaya NonPenal (Preventif), berupa:
Mengadakan Sosialisasi atau penyuluhan hukum kepada masyarakat Sigli dimulai
pada tingkat sekolah (Saweu Sikula) sampai dengan warung kopi (Saweu Warung Kupi)
2. Upaya Penal
Upaya represif ialah perbuatan dibuat pihak penegak hukum selanjutnya terjadi
kejahatan. Upaya telah dilakukan merupakan penegakan aturan hukum, yakni penjatuhan
hukuman pidana kepada si pelaku sebagai ganjaran atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Pada dasarnya upaya represif ini telah diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) yang menjadi penuntutan bagi aparat penegak hukum dalam beracara saat
memproses perkara terdakwa.
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang secara bersama-sama menimbulkan kejadian kejahatan penculikan,
pada kejadian berikut ada beberapa faktor yang sangat menonjol antara lain memotivasi
seseorang untuk mengambil jalan pintas untuk memperkaya diri dengan berusaha dan
menghalalkan segala cara termasuk melakukan tindak pidana penculikan guna menghasilkan
uang.
Pertimbangan Hakim dalam putusan ini adalah tersangka tersebut sudah memenuhi
unsur yang akan dikenakan dan dapat didakwakan kepadanya di mana tersangka telah
terbukti secara hukum melanggar peraturan yang dikenakan padanya dan akan dikenakan
sanksi sesuai dan pada kejadian berikut DPO atau daftar pencarian orang dapat diperberat
masa hukumannya tergantung perannya apakah dia yang mengatur atau dalang dibalik kasus
penculikan ini dan sesuai fakta di persidangan, berdasarkan dari saksi korban dan lagi karena
melarikan diri dan tidak bertanggung jawab.
5
Ardi Putra Dewa Agung, I Made Sepud, A. A. Sagung Laksmi Dewi, Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Penculikan Anak, Jurnal Prefensi Hukum Vol. 1, No. 2, 2020, hlm. 3
JIM Bidang Hukum Pidana : Vol. XX, No.XX 2022 8
Muhammad Yasir, Ida Keumala Jeumpa
Hambatan yang sering dialami oleh pihak Kepolisian dalam mengurangi aksi tindak
kejahatan penculikan berikut dikarenakan hambatan sering dialami oleh aparat hukum serta
untuk mengurangi aksi tindak kejahatan penculikan tersebut dikarenakan kurangnya
koordinasi masyarakat setempat dengan aparat penegak hukum sehingga di antara pelaku
yang ada di dalam DPO sulit diketahui keberadaannya dan juga ketika melakukan
pemeriksaan terhadap tersangka yaitu dengan pemeriksaan terhadap tersangka ialah guna
menutupi kesalahannya dan memberikan pendapat yang berbelit.
DAFTAR PUSTAKA
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta,2013, hlm. 78-79
Bawengan, G.W, Hukum Pidana dalam Teori dan Praktek, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2007, Hlm. 6
Indah Sri Utami, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta,2012, hlm. 48
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan Pertanggung jawaban Pidana, Centra, Jakarta, 1968, hlm. 28
Ardi Putra Dewa Agung, I Made Sepud, A. A. Sagung Laksmi Dewi, Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Penculikan Anak, Jurnal Prefensi Hukum Vol. 1, No. 2, 2020, hlm. 3