Anda di halaman 1dari 4

Analisis Putusan

No. 484/Pid.B/2016/PN.Bdg

Uraian dan pembuktian unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan

Dalam putusannya hakim menyatakan bahwa terdakwa I Ade Tatang dan terdakwa II Nunung
Sukmawati terbukti secara sah dan bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama
melakukan pemerasan sebagaimana yang terdapat pada pasal 368 jo 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan putusan hakim. Menurut saya unsur bersama-sama
melakukan tindak pidana sebagaimana yang terdapat dalam pasal 55 ayat 1 ke-1 tidak
diuraikan dengan baik oleh hakim dalam putusan (hlm 17) dan tidak dapat dibuktikan dalam
pembuktiannya.

Menurut saya Terdakwa II atau Nunung merupakan penggerak (uitlokking) sebagaimana


yang terdapat pada pasal 55 ayat 1 ke-2 KUHP. Menurut Kanter dan Sianturi syarat-syarat
dalam bentuk penyertaan penggerak adalah:

Adanya kesengajaan penggerak ditujukan agar sesuatu tindakan tertentu dilakukan


oleh pelaku yang melakukan

Artinya bahwa harus ada hubungan kausal antara kesengajaan/tujuan penggerak dengan
tindak pidana yang terjadi

berkaitan dengan kasus yang terjadi hal ini sesuai sebagaimana kesaksisan terdakwa II yang
mengakui bahwa terdakwa menyuruh terdakwa I dan kawan-kawannya untuk mengambil
motor dan sapi Enung (Saksi Korban) karena anak enung Sopiana memilik utang dengan
terdakwa.

Daya upaya yang dilakukan secara limititaf diatur dalam rumusan pasal

Dalam rumusan pasal terdapat beberapa daya upaya yang dapat dilakukan untuk mengadakan
suatu penggerakan, yaitu : pemberian dan perjanjian, penyalah gunaan kekuasaan, penyalah
gunaan martabat, kekerasan, ancaman, penyesatan.

Menurut hemat saya daya upaya yang dilakukan oleh Terdakwa II atau Nunung dalam bentuk
penyalah gunaan kekuasaan. Sebagaimana pendapat E.Y Kanter kekuasaan dapat diartikan
secara luas, bukan saja terbatas pada kekuasaan yang ada karena jabatan. Tetapi juga
kekuasaan yang dimiliki secara langsung terhadap si tergerak, seperti hubungan keluarga,
hubungan pekerjaan, maupun hubungan kepercayaan. Kanter memberikan contoh bahwa
hubungan kepercayaan dapat terjadi dalam bentuk hubungan antar dukun dengan murid atau
pasiennya. Hal ini sejalan dengan kasus yang ada, jika kita cermati pengakuan dari saksi
Indra bin Sojo bahwa terdakwa nunung merupakan seorang dukun. Tindakan saksi Indra Sojo
yang ikut mendatangi rumah Enung atas perintah dari Nunung. Selain itu juga dapat
berbentuk martabat, dalam artian Nunung disegani ataupun diagungkan karena kedudukannya
sebagai orang bisa atau dukun terhadap pelaku lainnya yang mendatangi rumah enung atas
perintah nunung.

Adanya orang yang digerakan dan telah melakukan tindakan karena daya upaya
tersebut

Berdasarkan fakta hukum yang terdapat dalam putusan orang-orang yang digerakan oleh
Terdakwa Nunung telah melakukan tindakannya. Ade Tantang, Yudi, dan Arif telah
melakukan tindakan yang digerakan oleh Nunung untuk mengambail 2 ekor sapi yang
diangkut menggunakan mobil pick up dan sebuah sepedah motor.

Pelaku yang digerakan telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang telah
digerakan

Dalam hal ini yang dimaksud dengan pelaku adalah terdakwa I yaitu Ade Tatang. Atas
penggerakan yang dilakukan oleh Terdakwa II Ade Tatang mendatangi rumah saksi korban
(enung) untuk melakukan pemerasan terhadap saksi korban.

PEMERASAN DALAM TINDAKAN TERSEBUT SEBAGAIMANA DIATUR


DALAM PASAL 368 KUHP MEMILIKI UNSUR-UNSUR SEBAGAI BERIKUT:

Unsur “Barang Siapa”

Unsur barang siapa ini terkait dengan subjek hukum pelaku tindak pidana yang diajukan
kemuka persidangan dengan dakwaan tertentu serta ia dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya menurut hukum. Mengenai unsur ini terbukti, bahwa berdasarkan pemeriksaan
dan keterangan yang ada Ade tatang dan Nunung Sukmawati dalam keadaan sehat jasmani
dan rohani sehingga dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya menurut hukum

Unsur “Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum”
Menurut Moch Anwar dengan maksud diartikan tujuan terdekat. Artinya bahwa tindakan
yang dilakukan oleh pelaku berdampak langsung untuk tercapainya tujuan. Serta dalam
tindakannya pelaku harus mengetahui bahwa keuntungan yang menjadi tujuannya itu harus
bersifat melawan hukum. Melawan hukum dapat diartikan sebagai perbuatan yang melawan
hak dan bertentangan dengan kepatututan dalam kehidupan masyarakat.

mengenai unsur ini, Ade Tatang sebagai pelaku melakukan tindakan ini dengan maksud
untuk menagih hutang terdakwa II. Namun dalam pelaksanaannya pelaku juga digerakan oleh
terdakwa nunung unutk mengambil sapi dan motor milik saksi korban sebagai jaminan utang
sebab anak dari saksi korban yang memiliki utang belum juga datang. tentunya tindakan yang
dilakukan oleh pelaku melawan hukum yang dapat diartikan sebagai perbuatan yang
melawan hak dan bertentangan dengan kepatutan di masyarakat.

selanjutnya mengenai tindakan pelaku yang menguntungkan diri sendiri maupun orang lain
dapat ditafsirkan menurut Wirjono Projodikoro sebagai suatu tindakan yang disisi lainnya
menimbulakn kerugian terhadap korban. Terlepas dari tindakan yang dilakukan menguntung
Nunung ataupun Ade, yang pasti bahwa akibat dari tindakan ini menimbulkan kerugian bagi
Saksi korban

Unsur “Memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu
memberikan barang”

menurut Moch Anwar arti dari unsur ini adalah adanya hubungan kausal antara penyerahan
barang yang dilakukan oleh korban pemerasan dengan ancaman kekerasan dan kekerasan
yang dilakukan oleh pelaku. Berkaitan dengan hal tersebut yang dimaksud dengan kekerasan
adalah setiap perbuatan yang mempergunakan tenaga, badan, yang tidak ringan. Tenaga
badan adalah kekuatan fisik. Sedangkan Ancaman kekerasan adalah perbuatan yang
sedemikian rupa hingga menimbulkan rasa takut atau cemas terhadap orang yang diancamnya

Tindakan Terdakwa mengancam “mau membunuh” apabila tidak menyerahkan konci motor
dengan cara mengangkat kursi kayu dan akan dilemparkan kepada suami saksi Enung, karena
takut lalu saksi Salya menyerahkan konci motor. Tindakan lainnya ketika teman Terdakwa
yang membawa golok, dan mengatakan kalau tidak membayar “ peuncit wae” (gorok aja).
Kedua tindakan tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk kekerasan dan ancaman kekerasan
serta atas tindakan tersebut memiliki kasualitas atas diserahkannya motor dan sapi milik
korban.
Unsur “yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri atau
kepenyaan orang lain”

Menurut Moch Anwar barang tersebut merupakan setiap bagian dari harta benda seseorang
dan mempunyai nilai dalam kehidupan ekonomi dari seseorang tersebut. Barang tersebut
dapat dimiliki oleh seseorang secara keseluruhan maupun hanya sebagiannya saja.

Berkaitan dengan kasus yang terjadi dua ekor sapi d an sebuah sepedah motor yang
diserahkan oleh korban kepada terdakwa karena adanya kekerasan dan ancaman kekerasan
sepenuhnya merupakan milik saksi korban.

KESIMPULANNYA

menurut hemat saya dalam kasus ini terdakwa II atau Nunung tidaklah bersama-sama
melakukan pemerasan sebagaimana yang terdapat pada pasal 368 jo 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Terdakwa nunung berdasarkan uraiannya sebelum berperan sebagai penggerak sebagai mana
yang terdapat dalam rumusan pasal 55 ayat 1 ke 2 kuhp, sementara itu untuk Ade tatang
merupakan pelaku dalam kasus ini atau orang yang digerakan oleh Nunung

Anda mungkin juga menyukai