KESATU:
1. Subjek Hukum Manusia, yaitu setiap orang mempunyai kedudukan yang sama
selaku pendukung hak dan kewajiban. Syarat cakap hukum dalam subjek
hukum manusia yaitu:
- Seseorang yang sudah dewasa berumur 21 tahun
- Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah
Ada juga gologan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum, karena tidak
cakap dalam melakukan perbuatan hukum (personae miserabile) yaitu:
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek hukum adalah
pemegang kekuasaan dari hak dan kewajiban yang berlaku menurut hukum.
Dalam hukum Indonesia, yang menjadi subjek hukum ialah manusia.
2) Dengan sengaja
Maka daripada itu, bagaimana bisa Penuntut Umum dapat menyimpulkan unsur
“dengan rencana lebih dahulu” pada Terdakwa, sedangkan unsur lain yang
dijelaskan dalam poin-poin analisis yuridis lainnya belum memenuhi unsur
rumusan delik. Dengan demikian, unsur “dengan rencana lebih dahulu” yang
diuraikan oleh Penuntut Umum tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
Menurut Pasal 311 ayat (1) KUHP adalah :
“Seseorang menista orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Orang
yang menuduh tidak dapat membuktikan tuduhannya dan jika tuduhan tersebut
diketahuinya tidak benar.”
Maka unsur “dengan rencana lebih dahulu” tidak terpenuhi dan tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan.
- Teori Aequivalensi dari Von Buri yang disebut juga Teori Conditio Sine Qua Non
yang menyamaratakan semua factor yang turut serta menyebabkan suatu akibat.
- Teori Adaequate dari Van Kries yang juga disebut dengan teori keseimbangan
yakni perbuatan yang seimbang dengan akibat.
- Teori Individualis dan Teori Generalis dari Dr. T. Trager yang pada dasarnya
mengutarakan bahwa yang paling menentukan terjadinya akibat tersebut itulah
yang menyebabkan, sedang menurut Teori Generalisasi, berusaha memisahkan
setiap aktor yang menyebabkan akibat tersebut.
a. Batas antara percobaan yang belum dapat dihukum dengan percobaan yang
telah dapat dihukum itu terdapat diantara apa yang disebut
voorbereidingshandelingen (tindakan-tindakan persiapan) dengan apa yang
disebut uitvoeringshandelingen (tindakan-tindakan pelaksanaan);
b. Yang dimaksud dengan voorbereidingshandelingen dengan
uitvoeringshandelingen itu adalah tindakan-tindakan yang mempunyai
hubungan sedemikian langsung dengan kejahatan yang dimaksud untuk
dilakukan dan telah dimulai dengan pelaksanaannya;
c. Pembentuk undang-undang tidak bermaksud menjelaskan lebih lanjut tentang
batas-batas antara uitvoeringshandelingen seperti dimaksud di atas
(Lamintang, 1984: 528).
3. Pasal 55 Ayat (1) KUHP tentang Penyertaan
a. Adanya kerja sama secara sadar, kerja sama dilakukan secara sengaja untuk
kerja sama dan ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang;
b. Adanya pelaksanaan bersama secara fisik, yang menimbulkan selesainya delik
yang bersangkutan.
c. Berdasarkan analisis yuridis Penuntut Umum pada Surat Tuntutan, kami tidak
sependapat atas dalil-dalil yang dikemukakan. Kami berpendapat
Medepleger menurut MvT adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat
atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu, kualitas masing-
masing peserta tindak pidana adalah sama.
a. Adanya kerja sama secara sadar, kerja sama dilakukan secara sengaja untuk
kerja sama dan ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang;
b. Adanya pelaksanaan bersama secara fisik, yang menimbulkan selesainya delik
yang bersangkutan.
c. Berdasarkan analisis yuridis Penuntut Umum pada Surat Tuntutan, kami tidak
sependapat atas dalil-dalil yang dikemukakan. Kami berpendapat
Maka daripada itu, bagaimana bisa Penuntut Umum dapat menyimpulkan unsur
“Pasal 55 ayat (1)” pada Terdakwa, sedangkan unsur lain yang dijelaskan dalam
poin-poin analisis yuridis lainnya belum memenuhi unsur rumusan delik. Dengan
demikian, unsur “Pasal 55 ayat (1)” yang diuraikan oleh Penuntut Umum tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan.
KEDUA:
3. Subjek Hukum Manusia, yaitu setiap orang mempunyai kedudukan yang sama
selaku pendukung hak dan kewajiban. Syarat cakap hukum dalam subjek
hukum manusia yaitu:
- Seseorang yang sudah dewasa berumur 21 tahun
- Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah
Ada juga gologan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum, karena tidak
cakap dalam melakukan perbuatan hukum (personae miserabile) yaitu:
2. Dengan sengaja
3) Melawan Hukum
Salah satu unsur utama tindak pidana yang bersifat objektif adalah sifat
melawan hukum. Hal ini dikaitkan pada asas legalitas yang tersirat pada Pasal 1
Ayat (1) KUHP. Dalam bahasa Belanda melawan hukum itu adalah
wederrechtelijk (weder: bertentangan dengan, melawan; recht: hukum). Dalam
menentukan perbuatan itu dapat dipidana, pembentuk undangundang menjadikan
sifat melawan hukum sebagai unsur yang tertulis. Tanpa unsur ini, rumusan
undang-undang akan menjadi terlampau luas.
Ajaran sifat melawan hukum memiliki kedudukan yang penting dalam hukum
pidana di samping asas legalitas. Ajaran ini terdiri dari ajaran sifat melawan
hukum yang formal dan materiil. Ajaran sifat melawan hukum yang materiil dalam
hukum pidana Indonesia terdapat hukum tidak tertulis, yaitu hukum adat.
Meskipun demikian pengakuan dan penerapan ajaran sifat melawan hukum
materiil baru dilakukan pada tahun 1965 dan implikasi yang lebih jauh adalah
lolosnya para koruptor karena telah membayar unsur kerugian negara dalam
perkara korupsi. Dalam perkembangannya, ajaran sifat melawan hukum ini
kemudian diformalkan kedudukannya dalam perundang-undangan seperti UU No.
31 Tahun 1999 dan rancangan KUHP.
Maka unsur “melawan hukum” tidak terpenuhi dan tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan.
Pelaku adalah orang yang melakukan seluruh isi delik. Apabila dua orang
bersama-sama melakukan suatu perbuatan yang dapat dihukum, sedangkan
pelaku sendiri-sendiri tidak menghasilkan kejahatan itu dapat terjadi “turut
melakukan”. Sedangkan menurut MvT, Pompe, Hazewinkle, Suringa, Van Hattum,
dan Mulyanto bahwasanya yang dimaksud dengan pelaku adalah tiap orang yang
melakukan/ menimbulkan akibat yang memenuhi rumusan delik. Pelaku/orang
yang melakukan (pleger) dikategorikan sebagai peserta hal ini karena pelaku
tersebut dipandang sebagai salah seorang yang terlibat dalam peristiwa tindak
pidana dimana terdapat beberapa orang peserta.
Medepleger menurut MvT adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau
turut mengerjakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu, kualitas masing-masing
peserta tindak pidana adalah sama.
a. Adanya kerja sama secara sadar, kerja sama dilakukan secara sengaja untuk
kerja sama dan ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang;
b. Adanya pelaksanaan bersama secara fisik, yang menimbulkan selesainya delik
yang bersangkutan.
Menurut E.Y. Kanter dalam bukunya “Azas-azas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya”, perbuatan yang tergolong dalam hukum pidana ialah peristiwa
pidana, di mana peristiwa pidana tersebut berarti sebagai perbuatan salah dan
melawan hukum, yang diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang yang mampu
bertanggung jawab.