Anda di halaman 1dari 10

Studi Perdagangan Anak Perempuan Di Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu

Windia Sari Sunardiyana


windi_windia@yahoo.com

Agus Joko Pitoyo


jokokutik@yahoo.com

Abstract

Human trafficking is a complex issued because majority over the victims are the under-ages
girl which don’t have their rights as a child. The reaserch conducted in Sub Bongas was focused to
identify factors effected those girls easily trapped in trraficking, trafficking mechanism and violence
experienced throughout trafficking. This reaserch used qualitative methods, snowball technique
method for the inclusion of respondents and triangulation analysis use to determine the validity of data
that obtained in this research. Low education and economic problems trigger for girls to entangle.
They were become victim indebted and deceit by the brokers, not all girls have the same trafficking
mechanism. At the stage of acceptance there sexual violance was the most frequently experienced by
the victims because the girls under 18 mostly working as sex worker.

Keywords: Trafficking, Mechanism, Violence, Girl under-age

Abstrak
Perdagangan manusia menjadi sangat penting karena mayoritas korban adalah anak-anak
perempuan dibawah umur yang tidak mendapatkan hak-haknya sebagai seorang anak. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Bongas dengan fokus penelitian untuk mengetahui faktor yang
mengakibatkan anak-anak perempuan terjerat dalam trafficking, mekanisme trafficking yang terjadi
dan kekerasan apa saja yang mereka alami selama menjadi korban trafficking. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan tekhnik snowball untuk pencakupan responden dan
analisis triangulasi digunakan untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian.
Rendahnya pendidikan dan permasalahan ekonomi menjadi pemicu anak-anak perempuan untuk
terjerat. Cara mereka dijerat adalah dengan modus penjeratan hutang dan penipuan yang dilakukan
oleh para calo, tidak semua anak perempuan mengalami mekanisme perdagangan dengan cara yang
sama. Pada tahap penerimaan kekerasan seksual sangat banyak dialami korban karena mayoritas anak
perempuan bekerja sebagai Wanita Pekerja Seks.

Kata Kunci: Trafficking, Mekanisme, Kekerasan, Anak Perempuan

1
Nachrowi, 2004). Namun, pada
PENDAHULUAN pokok-pokok konvensi disebutkan
bahwa pekerjaan berat yang dapat
“Kayaknya enak gitu kerja kaya gitu membahayakan kesehatan,
(wanita malam) bisa dapet banyak duit
keselamatan dan moral anak memiliki
jadi saya sendiri yang minta ikut”. (Tr,
batas minimum usia yang berbeda
Mantan Korban Trafficking)
yaitu 18 tahun, dalam hal ini korban
Ketertarikan Tr untuk bekerja perdagangan anak termasuk kedalam
sebagai wanita malam dilakukannya pekerjaan berat dan membahayakan.
ketika usianya masih belia yaitu 14 UU No. 23 Tahun 2002
tahun, dengan berani Tr menyatakan tentang perlindungan anak pasal 88
niatnya untuk bekerja ke temannya, menerangkan bahwa orang yang
niat Tr kemudian disampaikan ke calo melakukan eksploitasi ekonomi atau
yang membawa temannya itu. Tak seksual terhadap anak-anak, dan juga
menunggu lama kemudian calo melakukan kekerasan dan pelecehan
tersebut mendatangi rumah Tr dan terhadap anak akan dikenai denda
menawari pekerjaan tersebut. maksimal Rp200.000.000, sedangkan
Hasil wawancara diatas orang yang melakukan tindakan
merupakan gambaran betapa kekerasan, termasuk penyiksaan akan
berkembangnya trafficking di diancam hukuman tiga tahun dan
Kecamatan Bongas sehingga anak enam bulan atau didenda maksimal
perempuan justru berkeinginan Rp72.000.000 hal ini tertera pada
menjadi wanita malam. Trafficking pasal 80. Hukuman ini akan semakin
sepertinya sudah menjadi jalan pintas berat jika tindakan kekerasan yang
pemenuhan ekonomi. Sangat miris dilakukan kepada anak juga semakin
jika melihat kenyataan bahwa parah. Ketidaktegasan pemerintah
Indonesia sudah meratifikasi konvensi dalam mengimplementasikan Undang-
hak anak dan trafficking tetapi di Undang mengakibatkan masih banyak
Kecamatan Bongas kasus ini masih lapangan kerja formal ataupun
banyak terjadi. informal yang mempekerjakan anak
Indonesia merupakan salah dibawah umur. Jika Undang-Undang
satu negara yang meratifikasi ini terus diabaikan maka permintaan
konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa pasar kerja terhadap pekerja anak juga
(PBB) tentang Hak-Hak Anak, akan terus meningkat dengan
melalui Keputusan Presiden (Keppres) memanfaatkan permasalahan ekonomi
No. 36/0 tanggal 25 Agustus 1990. yang terjadi.
Konvensi ini mewajibkan setiap UUPTPPO (Undang-undang
negara untuk menetapkan batas Pemberantasan Tindak Pidana
minimum usia anak dalam bekerja dan Perdagangan Orang) seharusnya lebih
Indonesia mendeklarasikan batas diimplementasikan pemerintah
minimum 15 tahun usia diperbolehkan sehingga tidak terjadi eksploitasi
bekerja (Hardius Usman dan pekerja anak terutama perdagangan
anak perempuan. Selain itu,

2
pemerintah Kabupaten Indramayu (Sugiyono, 2010). Analisis keabsahan
telah memberlakukan Peraturan data dengan metode triangulasi dalam
Daerah (PERDA) Nomor 14 Tahun penelitian ini dilakukan menggunakan
2005 mengenai Pencegahan dan triangulasi sumber, triangulasi metode
Pelarangan Trafficking untuk dan triangulasi data. Triangulasi
Eksploitasi Seksual Komersial Anak, sumber dilakukan dengan
tetapi Indramayu tetap saja termasuk membandingkan hasil wawancara
kedalam salah satu kabupaten dengan informan dengan hasil wawancara
kasus perdagangan anak perempuan tidak terstruktur. Triangulasi metode
yang cukup tinggi di Indonesia. tidak hanya menggunakan satu metode
Penelitian ini kemudian dalam proses pengumpulan data tetapi
dilakukan dengan tujuan untuk juga menggunakan metode observasi
Mengetahui secara langsung apa saja sebagai bukti dan memastikan apakah
yang melatarbelakangi anak informasi yang diberikan informan
perempuan sehingga mereka terjerat sesuai dengan kondisi sebenarnya,
dalam perdagangan anak, mengkaji sedangkan triangulasi data
mekanisme/proses yang terjadi ketika membandingkan informasi yang
anak perempuan tersebut akan didapatkan dibandingkan dengan data
diperdagangkan, dan menganalisis sekunder yang telah didapatkan untuk
bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi dicek kebenaranya.
selama anak perempuan tersebut Data yang sudah dicek
diperdagangkan. keabsahannya kemudian direduksi
yaitu kegiatan merangkum, memilih
METODE PENELITIAN hal-hal yang pokok, memfokuskan
Metode penelitian yang pada hal-hal yang penting dengan
digunakan adalah metode kualitatif, demikian data yang telah direduksi
pengambilan sampel dilakukan dapat memberikan gambaran yang
menggunakan teknik bola salju lebih jelas, dan mempermudah
(snowball), keberadaan informan ini penelitian untuk melakukan
akan didapat melalui pengumpulan pengumpulan data (Sugiyono, 2010).
informasi yang berawal dari kelompok Data yang telah direduksi dan
kecil kemudian secara berantai dapat dikategorisasikan kemudian dianalisis
diperoleh informasi yang lebih luas secara deskriptif kualitatif.
mengenai keberadaan informan
lainnya. Perdagangan anak perempuan HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan hal yang sangat sensitif, “Saya ditawari kerja oleh ayah tiri
sehingga perolehan data cukup sulit saya sebagai waitress di Jepang
dan dapat melibatkan banyak pihak. dengan gaji bisa 20 jutaan per bulan,
Teknik pengumpulan data kemudian ayah tiri saya mengenalkan
yang bermacam-macam dari berbagai saya kepada temannya yang akan
membawa saya bekerja, pada saat itu
sumber dilakukan secara terus
saya tidak tahu jika saya dijual”. (RA
menerus hingga data tersebut jenuh korban trafficking)

3
memilih pekerjaan yang tidak
Berbagai permasalahan membutuhkan syarat yang rumit dan
menjadi pemicu anak-anak dibawah mampu menghasilkan uang banyak.
umur mudah terjerat salah satu Mayoritas korban trafficking di
alasannya adalah rendahnya Kecamatan Bongas adalah anak
perlindungan dan kontrol sosial dari perempuan berusia 14 tahun hingga 17
masyarakat serta keluarga. Maka tidak tahun, usia tersebut adalah usia
heran jika mereka malah dimana anak-anak memiliki hak untuk
diperdagangkan oleh keluarganya memperoleh pendidikan dan orangtua
sendiri, dengan dalih permasalahan memiliki kewajiban mendampingi
ekonomi, seperti korban perdagangan anaknya untuk menuntaskan
RA yang dijual ayah tirinya. pendidikan wajib belajar yang
Kondisi ini sudah menjadi hal diprogramkan oleh pemerintah. Usia
biasa terutama di Kecamatan Bongas, tersebut menunjukan bahwa anak-
trafficking sudah menjadi bagian dari anak perempuan yang terjerat menjadi
hidup mereka. Mayoritas bahkan korban trafficking hanya lulusan
menggantungkan nasibnya pada Sekolah Dasar (SD) bahkan ada yang
trafficking entah sebagai korban, tidak tamat SD, seperti halnya korban
germo ataupun calonya. Sebagian dari berinisial Tr
mereka yang menjadi korban pun .
tidak merasa bahwa dirinya adalah “Kebetulan saya tidak sekolah dulu
pernah tapi hanya sampe kelas 3 SD
korban mereka sudah menikmati
saja. Mungkin dulu juga dari
pekerjaan mereka bahkan ada pula lingkungan keluarga juga tidak ada
yang menawarkan diri dan ketika yang sekolah tinggi. Jadi waktu kecil
mereka sudah tejerat akan sulit saya berfikirnya, ya sudahlah kakak
terlepas dari permasalahan ini. saya, saudara saya, bapak saya tidak
Anak-anak perempuan yang sekolah ngapain saya sekolah. Jadi
rentan terjerat trafficking merupakan berfikirnya tuh tidak ke depan nggak
anak-anak yang umumnya memiliki sekolah juga nggak jadi masalah ini
orangtua dengan pendidikan rendah, kok. Jadi bukan karena orangtua tidak
kondisi ekonomi yang sulit dan ada biaya atau orangtua tidak mau
keluarga yang kurang harmonis. membiayai, mungkin orangtua juga
akan berusaha membiayai jika saya
Lingkungan yang seperti ini
niat sekolah tapi saya tidak ingin
menjadikan anak rentan menjadi sekolah”
korban, rendahnya pendidikan
menjadikan mereka minim informasi Berdasarkan data yang
sehingga mereka mudah untuk ditipu diperoleh dari BPPKB Kabupaten
dan diiming-imingi oleh calo atau Indramayu bahwa mayoritas anak-
germo. Pola hidup yang konsumtif dan anak yang menjadi korban
ingin kebutuhan hidupnya dipenuhi perdagangan anak berjenis kelamin
dengan cara instan menjadikan mereka perempuan dengan usia di bawah 18
memiliki motivasi belajar yang tahun, sebelum terjerat mereka tidak
minim, untuk itu mereka lebih memiliki pekerjaan dengan status

4
perkawinan terbanyak adalah
menikah. Status menikah ini “Ya biasa yang saya ajak yang nggak
didapatkan agar mereka dianggap mampu jadi keluarganya ini ya sangat
dewasa dan orangtua sudah tidak payah lah, bapaknya ini kawin lagi
sepenuhnya mengontrol mereka. ibunya janda punya anak, ibunyakan
Kecamatan Bongas merupakan perlu makan jaragan tandur motong
Kecamatan di Indramayu dengan padi keliling desa ya capek
jumlah anak putus sekolah terbanyak sedangkan anak udah gede SMP kelas
berdasarkan data Kabupaten 2 pada berhenti bantu orangtuanya
Indramayu dalam angka pada tahun kadang membiayai adiknya sekolah,
kadang juga kakaknya dibiayain, ada
2012 terdapat 57 anak yang putus
juga yang ingin menyenangkan
sekolah, 2 anak tidak dapat orangtua sampai sekarang udah
melanjutkan ke jenjang SMP/sederajat bangun rumah punya motor vario
dan sebanyak 55 anak tidak dapat sampai temen-temennya pengen ikut
melanjutkan ke tingkat juga begitu. Rata-rata yang saya ajak
SMA/sederajat. Anak-anak yang putus emang tidak mampu, lulus SMP
sekolah inilah yang rentan menjadi nggak ngelanjutin sekolah atau malah
korban perdagangan anak. berhenti mau kita cegah juga kita
nggak ngasih makan. Kalo sekarang
Tabel Karakteristik dan Faktor Terjerat yang dibawa ABG dari umur 16an
Korban Trafficking di Kecamatan Bongas sampai 20 tahun”
Usia Jumlah Pekerjaan Faktor
Nama Pendidikan
diTraffic Saudara Orangtua Terjerat
Faktor
Proses perekrutan perdagangan
Tr 14 tahun
Tidak tamat
SD
2
Jaragan
Tandur
ekonomi dan
lingkungan
anak terjadi sangat mudah di
Jaragan Faktor Kecamatan Bongas karena pelakunya
tandur dan ekonomi dan
S 16 tahun Tamat SD 5 dagang buah stress sendiri adalah orang-orang di sekitar
ketika ada ditinggal
hajatan suami mereka seperti keluarga, tetangga atau
1 (Adik
Ibunya
Ditipu oleh
ayah tiri dan
teman sendiri dengan modus
RA 16 tahun Tamat SMP bekerja
tiri)
sebagai WPS
terjerat
hutang
penjeratan hutang dan iming-iming
Faktor
ekonomi,
gaji tinggi. Pekerjaan ini memang
3 (Adik Jaragan
R 17 tahun Tamat SD
tiri) tandur
ingin
merenovasi
sangat merubah kondisi ekonomi
rumah
mereka sehingga trafficking menjadi
jalan pintas pemenuhan ekonomi.
Berdasarkan pengakuan calo Orang yang sudah terjerat dan terlibat
yang merekrut anak-anak perempuan dalam trafficking sangat sulit untuk
rata-rata memang keluarganya berada dihentikan karena penghasilan dari
di ekonomi yang sulit dan berasal dari pekerjaan ini yang sangat tinggi.
keluarga yang tidak harmonis. Anak perempuan dibawah
Kutipan hasil wawancara dengan calo: umur yang berhasil direkrut kemudian
diangkut, dilengkapi syarat-syarat
kerja yang kurang dan kemudian
diserahkan ke calo yang lain. Jika
lokasi kerja di luar negeri maka akan
terjadi pemalsuan dokumen yang

5
dilakukan oleh oknum-oknum yang Iskak selaku Camat Bongas juga
merekrut korban. mengatakan bahwa banyak perangkat
Pemalsuan dokumen yang pemerintah yang sudah mengetahui
terjadi pada proses pemindahan ancaman hukuman jika membantu
banyak terjadi sebelum tahun 2005 warga memalsukan identitas yaitu
mereka memalsukan umur korban ancaman hukuman 5 tahun penjara
yang belum cukup umur untuk bekerja dan juga ancaman kehilangan
agar dapat memenuhi syarat kerja. pekerjaan.
Pemalsuan dokumen semakin jarang Proses pemindahan korban
terjadi karena munculnya SIAK lebih banyak menggunakan jalur darat
(Sistem Informasi Administrasi dan jalur laut karena prosedur
Kependudukan) dan Perda Kabupaten keberangkatannya tidak serumit jalur
Indramayu mengenai Trafficking, udara hal ini dikatakan oleh Ibu Dwi
sehingga jika ada pemalsuan Kanit PPA sehingga jalur udara jarang
dokumen dengan memalsukan sekali dipakai untuk
identitas maka akan ditangani dengan memberangkatkan korban. Seperti R
UU Trafficking. yang dipekerjakan di Malaysia, ia
“Biasanya dibuat dia belum 23 tahun berangkat hingga Pontianak
dibuatkan dokumen padahal dia masih menggunakan pesawat tetapi
anak umur 16 tahun itu masuk ke perjalanan dilanjutkan dengan bis
trafficking kalau sudah pemalsuan umum menuju Malaysia
identitas kami menggunakan UU
pemberantasan perdagangan orang” “Saya mulai perjalanan ke Malaysia
(Bu Dwi, Kanit PPA Indramayu) dengan bis umum ke Jakarta, sampai
Informan korban trafficking Jakarta ke Pontianak menggunakan
yang identitasnya dipalsukan adalah pesawat. Di Pontianak langsung terus
RA dan R, pada saat itu usia RA ke Malaysia naik bis umum”. (R
belum mencukupi untuk bekerja Korban Trafficking)
karena masih berusia 16 tahun
sedangkan R berusia 17 tahun Berdasarkan pengakuan calo ia
identitasnya dipalsukan oleh calo yang lebih sering membawa korban-korban
mengajak RA untuk bekerja di Jepang. dengan menyewa mobil, semua biaya
RA harus menunggu proses sewa dan keberangkatan ditanggung
pembuatan surat selama 1 bulan di oleh germo. Bahkan para korban
tempat penampungannya di Mangga sebelum berangkat diberi uang untuk
Besar. R walaupun sudah berusia 17 biaya perawatan agar lebih cantik
tahun tetapi belum memiliki KTP Kondisi lapangan kerja yang monoton
sehingga identitasnya dipalsukan dan tanpa peningkatan inilah yang
ketika hendak bekerja ke Malaysia. menurut calo banyak yang terlibat
Proses pemalsuan dokumen yang dalam trafficking.
terjadi dilakukan oleh calo-calo Mekanisme penerimaan anak
trafficking langsung dan tidak perempuan usia dibawah 18 tahun
dilakukan oleh perangkat-perangkat dipekerjakan sebagai wanita pekerja
desa atau jajarannya, selain itu Pak seks setelah tiba di lokasi mereka

6
diserahkan ke germo seperti halnya Mekanisme penerimaan S juga
korban perdagangan Tr, S dan RA tidak jauh berbeda dengan Tr namun
sedangkan R bekerja sebagai pelayan sertifikat tanah S harus disita sebagai
di rumah makan. Dokumen dan jaminan agar ia terus bekerja karena
identitas mereka semua ditahan oleh orangtua S diberi kasbon uang 5 juta.
majikan ketika mereka sampai kecuali Setiap hari S bekerja dari jam 6 sore
Tr yang tidak ada penahanan hingga jam 2 pagi ketika di Jakarta
dokumen. dalam sehari ia bisa melayani 7 orang
R ditawari pekerjaan oleh namun ketika pindah di Indramayu ia
orang yang tidak dikenal, walaupun sehari hanya melayani 4-5 orang.
begitu R memperoleh informasi yang Kekerasan dari majikan tidak S alami,
benar bahwa ia akan bekerja di sebuah kekerasan banyak didapat ketika
kedai makan, namun sesampainya di melayani tamu.
lokasi kerja semua dokumen R yang
“Sering mb pelanggannya ada yang
dibawa oleh calo diberikan ke majikan suka main kasar, saya sampai pingsan
R. Setiap harinya R bekerja dari jam 6 tapi itu dulu awal tapi lama-lama
pagi hingga jam 7 sore, ia bekerja biasa saja Kalau dari mami sih nggak
selama 13 jam dan kemudian ada yang kasar malah perhatian,
setelahnya ada pergantian tugas. pernah juga selisih paham tapi tidak
Seorang anak memang diperbolehkan sampai berlarut-larut. Kalau sama
bekerja tetapi batasan maksimum anak teman ya paling rebutan pelanggan
bekerja adalah 20 jam dalam tapi ya dibawa enjoy”.
seminggu (Hardius Usman dan Selain perbedaan jumlah
Nachrowi, 2004). Selama bekerja R pelanggan antara Jakarta dan
tidak pernah mendapatkan kekerasan Indramayu, upah juga berbeda. Di
dari majikan bahkan ketika R sakit Indramayu tarif menemani hanya
majikan membawanya ke klinik untuk Rp50.000,- sedangkan jika full
Tr yang dari awal sudah tahu pelayanannya Rp.200.000,-. Di
pekerjaannya sebagai wanita malam Jakarta hanya menemani saja
setiap hari bekerja dari jam 9 malam Rp85.000 dan jika full bisa sampai
hingga jam 2 pagi upahnya dihitung Rp250.000 kadang juga ada tips dari
berdasarkan sekali booking dalam pelanggan. Mami mendapatkan uang
sehari yaitu Rp200.000.- sedangkan dari sewa ruangan untuk minum dan
germo akan menerima Rp20.000 dari joget serta penjualan minuman dan
setiap pekerjanya. Penggunaan alat rokok.
komunikasi tidak dilarang dan tidak Mekanisme penerimaan RA
dibatasi. Tr tinggal di mess, berbeda dengan korban-korban yang
lingkungan tempat tinggalnya lain. RA bekerja di Jepang awalnya
diperumahan sederhana, setiap malam ditawari sebagai pelayan namun
Tr bekerja di diskotik dan tidak ada ternyata dia ditipu dan harus bekerja
hari libur kecuali jika Tr sakit atau sebagai wanita penghibur, ketika
menstruasi. sampai dia dinyatakan telah memiliki
hutang dan harus terus bekerja

7
dibawah ancaman majikan jika tidak diperdagangkan ke Jakarta, Batam,
ia akan disiksa. Hari pertama tiba pun Malaysia dan Bali. Akhir-akhir ini
pada malam harinya RA harus Bali menjadi daerah tujuan karena
langsung melayani tamu namun baru 2 setiap wanita pekerja sex dapat
minggu kerja RA dipindahkan ke bekerja tanpa mami/germo dan bebas.
majikan yang lain. Germo yang menjadi majikan mereka
“Ketika saya tiba saya dinyatakan pun tidak pernah kasar karena jika
telah memiliki hutang 5 juta yen dan kasar tidak akan ada pekerja yang
wajib mematuhi semua perintah betah dan mau bekerja lama. Anak-
mami, kecuali jika saya ingin disiksa anak perempuan yang diperdagangkan
seperti diestrum dan diberikan cabai. mayoritas menjadi pemuas hubungan
Karena takut saya terpaksa melayani sex. Orangtua tidak peduli dengan
tamu pada malam hari setelah saya resiko kerja yang anak mereka alami
tiba, tapi saya hanya bekerja disitu tetapi orangtua akan senang karena
selama 2 minggu” anak mereka menghasilkan banyak
Mayoritas anak-anak uang.
perempuan dari Kecamatan Bongas

Gambar Peta Alur Perdagangan Anak Perempuan di Kecamatan Bongas


Kabupaten Indramayu

Kekerasan yang anak-anak mengalami kekerasan kombinasi.


tersebut alami tidak hanya kekerasan Korban perdagangan anak RA
seksual tetapi juga kekerasan mengalami kekerasan kombinasi yaitu
psikologis, kekerasan ekonomi dan kekerasan psikologis dan kekerasan
kekerasan fisik bahkan ada juga yang ekonomi karena ia bekerja di bawah

8
ancaman germo dan korban penipuan masyarakat, mayoritas menjadi
selain itu ia juga mengalami kekerasan wanita pekerja seks dan
ekonomi karena uang bayarannya biasanya sudah turun temurun
tidak diserahkan kepada RA. Tr dan S dari nenek, ibu atau kakaknya.
yang bekerja karena sukarela tidak Calo-calo juga banyak di
pernah mendapat kekerasan dari Kecamatan Bongas sehingga
germo, mereka kerap mendapat mudah untuk melakukan
kekerasan seksual dari pelanggan. perekrutan dan anak juga
Anak-anak perempuan yang semakin mudah untuk terjerat.
menjadi korban perdagangan sebagai 3. Motivasi untuk sekolah yang
pemuas hubungan seksual pasti juga rendah dan pengaruh
menghadapi stigma negatif dari lingkungan tidak ada yang
masyarakat, tekanan sosial akibat bersekolah hingga jenjang
pekerjaan yang mereka tekuni pasti yang tinggi menjadi penyebab
mereka alami. Tidak ada anak yang utama keterlibatan mereka
mau bekerja sebagai wanita dalam trafficking baik sebagai
penghibur, orang dewasa yang berada germo, calo, maupun korban.
disekitarnya yang mempengaruhi dan 4. Anak perempuan yang menjadi
menjadikan mereka korban korban perdagangan mayoritas
perdagangan anak selain itu, anak- mengalami kekerasan seksual,
anak juga tidak tahu resiko kerja kekerasan psikologis dan
mereka seandainya mereka bisa kekerasan ekonomi. Kekerasan
memilih pasti mereka tidak mau. seksual banyak dialami anak-
Seperti pengakuan Tr yang anak yang bekerja sebagai
menekankan bahwa tidak ada pilihan WPS ketika melayani
lain selain bekerja sebagai PSK pelanggan sedangkan
berikut ini: kekerasan psikologis dan
kekerasan ekonomi banyak
“Tidak ada penipuan saya masuk situ
real kemauan saya, ya pengennya sih dilakukan oleh germo/majikan
berumah tangga aja selayaknya punya yang memberikan ancaman
anak, suami. Tapi karena masa lalu jika anak tidak mau bekerja
kita, masa-masa remaja kita keluarga selain itu selama bekerja upah
kaya gitu, lingkungan juga jadi kitanya untuk anak tidak diberikan.
kebawa juga kaya gitu”. 5. Pemberian hukuman bagi para
oknum yang terlibat dalam
KESIMPULAN trafficking belum maksimal,
1. Orangtua ikut berperan dalam sehingga banyak yang tidak
terjerumusnya anak kedalam jera dan kembali lagi untuk
trafficking mereka terlibat dalam trafficking.
menganggap anak adalah asset. Selain itu, kendala dalam
2. Trafficking di Kecamatan penanganan trafficking adalah
Bongas sudah menjadi jalan oknum yang terlibat
pintas pemenuhan ekonomi merupakan keluarga korban

9
sehingga banyak kasus yang Saran untuk penelitian
tidak berlanjut dipengadilan selanjutnya:
karena korban tidak ingin Penelitian ini masih perlu
bersaksi untuk keluarganya. banyak perbaikan, disarankan untuk
Masih adanya pihak kepolisian penelitian selanjutnya dengan tema
yang memanfaatkan situasi sama mengalokasikan waktu lebih
dengan meminta uang jaminan lama dalam sosialisasi dengan warga
aman juga menjadi hambatan agar informasi yang didapat lebih
besar dalam menangani kasus beragam dan ketika wawancara
trafficking. sebaiknya ditemani warga setempat
biasanya korban akan lebih terbuka.
5.2 Saran
Beberapa saran untuk
pemerintah, instansi masyarakat dan DAFTAR PUSTAKA
pemangku kebijakan
1. Berkembangnya kasus BPS. 2012. Indramayu dalam Angka.
trafficking di Kecamatan Indramayu: Badan Pusat
Bongas membutuhkan upaya Statistika
penanganan lebih terutama di Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
bidang pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan
2. Penerapan Indramayu R&D. Bandung : Alfabeta.
REMAJA (Religius, Maju, Suyanto, Bagong. 2010. Masalah
Mandiri) harus lebih Sosial Anak. Jakarta: Pranada
ditingkatkan. Media Group
3. Sosialisasi mengenai Usman, Hardius dan Nachrowi Djalal.
trafficking dan Undang-undang 2004. Pekerja Anak di
Trafficking yang dilakukan Indonesia. Jakarta: Grasindo
harus lebih menyeluruh dan Undang-Undang Nomor 23. 2002.
mampu mengena hingga Perlindungan Anak
seluruh lapisan masyarakat.

10

Anda mungkin juga menyukai