Anda di halaman 1dari 3

Generasi Milenial dalam menyikapi TPPO ( Tindak Pidana Perdagangan Orang )

Hal itu diperkuat dengan meningkatnya kasus online scam yang diungkap oleh Kemenlu. Direktur
Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha mengatakan, sejak 2020 hingga Mei 2023, ada 2.199 kasus
online scam yang berhasil diungkap.

Kasus tercatat saat ini 2.199 kasus bulan lalu. Bulan ini ada kasus di Dubai 4 kasus yang jadi korban,
kenapa ini jadi perhatian utama, karena jumlah meningkat pesat kemudian negara tujuannya menyebar,"
kata Judha di Bandung, Rabu (7/6/2023).

Dia menjelaskan, Kamboja jadi negara dengan temuan kasus online scam terbanyak dengan total 1.233
kasus, disusul Filipina 426 kasus, Thailand 187 kasus, Laos 164 kasus, Myanmar 158 kasus dan Vietnam
31 kasus.

Judha juga mengungkapkan modus dari para pelaku yang dengan sengaja memperkerjakan WNI di bisnis
online scams di luar negeri. Menurutnya biasanya tawaran dilakukan melalui media sosial.

Selain ditipu dengan jenis pekerjaan, korbannya juga diiming-imingi dengan gaji tinggi yang mencapai
USD 1.000-1.200 tanpa ada kualifikasi khusus yang diminta.

"Waspadai tawaran bekerja ke luar melalui sosial media, menjanjikan pekerjaan yang formal dengan gaji
tinggi 1.000-1.200 USD dan tidak meminta kualifikasi khusus, kemudian nama perusahaan tidak bisa
dicek kredibilitas," ungkapnya.

"Tolong waspada kalau itu di negara yang disebutkan, utamanya di Kamboja Myanmar, Filipina, Laos,
Thailand dan Vietnam," sambung Judha.

Selain iming-iming itu, menurutnya modus dari pelaku TPPO adalah dengan memberangkatkan pekerja
migran Indonesia (PMI) sesuai prosedur, seperti tanpa visa kerja.

"Kemudian modus lain berangkat tidak melalui prosedur, melalui Disnaker BP2MI, hanya pakai bebas visa
kunjungan wisata. Jadi kalau begitu jangan berangkat," ujarnya.

Dia juga mengatakan ada temuan sejumlah korban perdagangan orang yang telah diselamatkan, justru
kembali lagi ke luar negeri untuk bergabung dengan perusahaan online scams. Hal itu lantaran
korbannya sudah tergiur dengan bayaran yang bisa dikategorikan tinggi.

"Kami sampaikan dari 2.199 bukan semua korban TPPO. Kami catat dari jumlah itu, sebagian berangkat
lagi ke luar negeri dan bekerja di perusahaan yang sama," tandasnya.

Sumber : https://www.detik.com/jabar/berita/d-6760827/ngerinya-kasus-online-scam-yang-tembus-
2199-kasus
Perdagangan Manusia adalah perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau
penerimaan orang dengan paksa, penipuan atau penipuan, dengan tujuan untuk memanfaatkan mereka
untuk mendapatkan keuntungan. Pria, wanita dan anak-anak dari segala usia dan dari semua latar
belakang dapat menjadi korban kejahatan ini, yang terjadi di setiap wilayah di dunia. Para pedagang
sering menggunakan kekerasan atau agen tenaga kerja palsu dan janji palsu pendidikan dan kesempatan
kerja untuk mengelabui dan memaksa korban mereka.

Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak luput dari kemajuan perkembangan zaman yang menuntut
sebuah negara untuk memberikan akses terhadap segala kemudahan, baik kemudahan berkomunikasi,
kemudahan transaksi, maupun kemudahan transportasi. Namun sejalan dengan perkembangan tersebut,
terdapat beberapa pihak yang menyalahgunakan dan memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan.
Globalisasi akhirnya juga telah membuka ruang lingkup kejahatan menjadi berkembang tidak hanya pada
tingkatan domestik saja, namun hingga lintas batas negara (transnational crime). Salah satu bentuk
transnational crime adalah human trafficking.

Human trafficking merupakan suatu kejahatan terhadap manusia yang jelas sudah melanggar HAM.
Pelanggaran itu bisa dilakukan secara individual maupun kelompok yang memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu demi mendapatkan keuntungan. Mulai dari perekrutan, pengiriman, atau
penampungan orang-orang dengan cara ancaman atau kekerasan demi tujuan eksploitasi, pelacuran,
seks, penyalagunaan kekuasaan serta perbudakan yang hanya menguntungkan satu pihak saja. Human
trafficking yang akan saya bahas kali ini yaitu tentang seseorang atau kelompok orang yang
mempekerjakan anak di bawah umur.

Dengan dilatar belakangi kesulitan perekonomian di masyarakat kalangan menengah ke bawah di


Indonesia, itu menjadikan seseorang bahkan orang tua sendiri yang tidak memiliki pemikiran jernih
dapat melakukan tindak kejahatan yang mungkin tidak disadari merugikan banyak pihak. Sebagai contoh
dengan mempekerjakan anak di bawah umur dengan paksa, entah itu menjadi pengemis, pengamen,
penjual makanan, bahkan dijadikan sebagai budak pemuas. Semestinya orang dewasa yang ideal itu bisa
memposisikan dirinya sebagai panutan yang baik dimata anak anak di bawah umur, bukan malah
memperkerjakan anak yang belum semestinya untuk di pekerjakan. Apalagi di masa Pandemi Covid-19
tak diragukan lagi telah menghancurkan ekonomi global. Jutaan orang terperosok dalam kemiskinan.
Menurut ILO (International Labour Organisation), dalam situasi demikian keluarga yang berada di bawah
tekanan besar sangat mungkin untuk mempekerjakan anak-anaknya untuk bertahan hidup.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) yang di update pada November 2020 ada 2.303 Kasus penculikan
dan pekerja anak pada tahun 2019. Ada contoh kasus yang di kutip dari Merdeka.com Pemilik gudang
kembang api di Kosambi, Ada Oknum dilaporkan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda
Metro Jaya. Oknum tersebut dilaporkan terkait mempekerjakan anak di bawah umur. Kuasa hukum
korban kebakaran, Osner Johnson Sianipar mengatakan, laporan itu dilakukan karena pabrik petasan
tersebut diduga melanggar pasal 88 Undang-Undang Perlindungan Anak. Inti dalam pasal tersebut yaitu
sudah terjadi eksploitasi anak atau mempekerjakan anak di bawah umur. Salah satu wartawan di
Mapolda Metro Jaya, pada Kamis (2/11) sore mengatakan bahwa mereka memiliki bukti, saksi serta
sejumlah korban, selain itu mereka juga temui adanya anak anak yang di pekerjakan di Gudang tersebut.
Ada contoh kasus lagi yang dikutip dari iNewsJatim.com, disitu dikatakan ada pengeksploitasian korban
untuk dijadikan PSK, kejadian ini terjadi pada bukan agustus 2020 kemarin. Di dalam berita itu Polres
Nganjuk meringkus seorang muncikari, Jumani, warga Dudun Kandangan, Desa Kedungrejo, Kecamatan
Tanjunganom, Nganjuk. Pria 44 tahun itu diamankan karena mempekerjakan anak di bawah umur
sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Singkat cerita atas perbuatan itu, pelaku di jerat Undang – undang
perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Pemerintah telah memberikan upaya dalam mengatasi masalah kasus perdangan manusia ini dengan
meendirikan Gugus tugas penanganan korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), yang di ketuai
oleh mentri koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Upaya utama dalam Gugus
Tugas TPPO ini adalah penangan dan pemulangan korban trafficking bekerjasama dengan Instansi dan
LSM terkait yang disebut sebagai Pusat Pelayanan Terpadu (PPT).

Terdapat beberapa undang-undang yang mengatur tentang pekerja dibawah umur:

1. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Di dalamnya ada pasal 68 No. 13 tahun
2003 yang meneyebutkan bahwa pengusaha di larang mempekerjakan anak dibawah umur 18 tahun.

2. Undang-undang mengenai Batas Usia Minimum Diperbolehkan Bekerja yaitu No. 20 Tahun 1999
tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973

3. Undang-Undang mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan


Terburuk untuk Anak yaitu UU No. 1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 182 Tahun 1999

4. UU No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

5. Ada pasal 1 ayat 1 pada UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak

Anda mungkin juga menyukai