KELOMPOK C
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.PANGGERAN
2.VINSENSIA
3.MADELINA
4.JEREMI
5.AGUS
Dua perempuan berinisial NH (43) dan I (35), dibekuk polisi lantaran diduga mengeksploitasi anak-
anak di bawah umur bekerja sebagai pengemis dan pengamen, di kawasan Blok M dan Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Polisi Wahyu Hadiningrat mengatakan,
pengungkapan kasus eksploitasi anak atau perdagangan orang itu bermula dari banyaknya laporan
masyarakat, terkait maraknya anak-anak kecil berusia antara lima sampai enam tahun, mengemis di
sejumlah perempatan jalan maupun terminal.
Merespon laporan itu, polisi langsung melakukan penyelidikan, melacak siapa yang menyuruh anak-
anak malang tersebut dan menangkapnya.
"Mereka sehari-hari dipaksa bekerja meminta-minta dari pagi hingga sore. Apabila tidak mengikuti
perintah, maka akan dipukul dan tidak diberi makan," ujar Wahyu, Kamis (24/3).
Menurut Wahyu, selain menangkap dua tersangka, penyidik juga mengamankan 17 anak-anak dan
enam orang perempuan dewasa, di beberapa lokasi di Jakarta Selatan, sore tadi.
Anak-anak itu, saat ini dalam kondisi sehat dan mendapatkan perlindungan dari Unit PPA Polres
Metro Jakarta Selatan. "Untuk enam orang lainnya, kami sedang periksa lebih lanjut apakah mereka
juga ikut mengeksploitasi anak atau tidak," ungkapnya.
Ia menyebutkan, salah satu pelaku bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 200.000 per anak. Uang
itu dipakai pelaku seluruhnya, sementara sang anak hanya diberi makan.
"Biasanya uang itu dipakai pelaku untuk keperluan sehari-hari seperti membeli kebutuhan pokok
dan makanan," katanya.
Wahyu menjelaskan, polisi juga bekerjasama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta serta Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak dalam menindak lanjuti kasus ini.
"Kami akan lakukan operasi, dan dari sana akan dilihat nanti urutannya," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi
Mohammad Iqbal menegaskan, polisi tidak berhenti melakukan penyelidikan dan akan terus
mengembangkan kasus ini.
"Prinsipnya, kami ingin segala bentuk kekerasan terhadap anak segera dihilangkan. Kami akan terus
mendalami kasus ini dan mencari pelakunya," tegasnya.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi, mengapresiasi kinerja Polres
Jakarta Selatan dalam mengungkap kasus ini.
"Kita menyadari sudah menjadi rahasia umum banyak anak-anak yang dibawa ibunya seolah-olah
penuh kasih sayang, tapi ternyata memancing simpati dari masyarakat untuk mendapatkan uang. Di
balik itu, ada kekerasan, kekejaman yang sangat rawan terhadap pelanggaran anak. Mudah-
mudahan langkah ini (pengungkapan kasus) diikuti Polres-Polres lain," jelasnya.
Akibat perbuatannya, kedua tersangka bakal dijerat Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 35
tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara.
Alkitab menjelaskan kita harus memberi tempat yang penting untuk anak. Maka dari
itu banyak ayat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru membicarakan anak-
anak.
Perjanjian Lama
Anak-anak merupakan bagian dari Perjanjian Allah (Kejadian 1:28; UI.4:9-10; 6: 7-9,
Yos:24:15
Anak-anak merupakan pernyataan berkat Allah: Mazmur 127:3-5; bandingkan
dengan 1 Samuel 1:10-11.
Anak-anak adalah kudus: Ezra 9:2
Anak adalah mahkota orang tua (Amsal 17:6)
Berkat Allah kepada anak-anak: Mazmur 25:13;37:25;89:5;107:13;112:2;144:12;
Yesaya 44:3
Perjanjian Baru
Dalam perjanjian baru kita perlu memperhatikan apa yang menjadi sikap Yesus
terhadap Anak-anak. Menurut Tuhan Yesus, anak kecil adalah cara untuk menerima
kerajaan Surga (Matius 18:1-4). Tuhan Yesus merindukan kehadiran anak-anak yang
dianggap sebagai pengganggu untuk memberkati meeka (Markus 10:13-16); dan
menyembuhkan mereka (Lukas 9:37-43). merupakan peringatan dari Tuhan Yesus
yang sangat keras dapat berhubungan dengan anak-anak: Matius 18:6.
Sesuai dengan apa yang diutarakan Perjanjian lama, Perjanjian Baru juga
menegaskan apabila anak-anak adalah suatu bagian dari perjanjian Allah (Kisah Para
Rasul 2:39).
Sesuai dengan apa yang ada di perjanjian lama pula, diperjanjian baru akan
menjadikan kehadiran anak menjadi salah satu tanda dari berkat Allah (Lukas 1:7,25)
Allah telah memberikan pujian-pujian di dalam hati anak-anak Matius 21:15-16
Dua remaja perempuan berusia 15 tahun asal Bekasi nyaris menjadi korban eksploitasi
seorang pria. Setelah ditinggal oleh pelaku, kedua korban tersasar hingga tidur di sebuah
rumah kosong di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, selama 3 hari.
Kapolsek Cilandak Kompol Iskandar mengatakan, sebelum masuk ke rumah kosong yang
berlokasi di Lebak Bulus, keduanya sempat berjalan kaki dari daerah Cinere karena tersasar.
"Mereka ini sempat jalan dari Cinere karena mereka itu kan nyasar," kata Iskandar saat
dihubungi detikcom, Kamis (5/11/2020).
Kedua korban ditinggalkan pelaku di Margonda, Depok, setelah menolak diajak ke tempat
penginapan. Pelaku kemudian memberi korban uang Rp 50 ribu. Pelaku bernama Rizki kabur
setelah dicurigai sekuriti tempat penginapan di Depok.
Berbekal uang tersebut, kedua korban kemudian naik kendaraan umum untuk pulang.
Namun, karena tidak tahu jalan, keduanya tersasar ke arah Jakarta Selatan hingga akhirnya
menginap di sebuah rumah kosong di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan, selama tiga hari.
Menurut Iskandar, kedua pelaku menggunakan sisa uang pemberian pelaku tersebut untuk
membeli makanan.
"Mereka cerita itu sempat beli makanan di Indomaret, Alfamart ya," imbuh Iskandar.
Sampai akhirnya mereka ditemukan oleh petugas sekuriti perumahan sedang menangis.
Kepada sekuriti, mereka menceritakan kejadian yang menimpanya.
"Pas ditemukan dan dibawa ke kantor kita memang kita kasih makan lahap ya, memang
seperti kelaparan," ujar Iskandar.
Polisi kemudian meminta keterangan kepada korban. Polisi juga melakukan visum untuk
mendalami apakah korban mengalami kekerasan.
"Dari kita sudah lakukan visum sejauh ini belum ada tanda-tanda kekerasan ya. Sejauh ini
dari tampilan fisik belum ada, tapi kalau dari hasil visum kita masih tunggu hasil dari rumah
sakit," sebut Iskandar.
Pelaku bernama Rizki sendiri kini telah teridentifikasi oleh aparat. Menurut Iskandar,
pihaknya telah berkoordinasi dengan polisi di wilayah Depok dan Bekasi untuk mendalami
kemungkinan pelaku kerap melakukan upaya eksploitasi lewat aplikasi Mi Chat. Untuk
diketahui, korban kenal pelaku via aplikasi Mi Chat.
"Itu makanya masih kita dalami. Saya kasih tahu ke pihak Reskrim, dari Reskrim juga ngasih
tahu ke jajaran ke wilayah Bekasi dan Depok apakah pelaku ini kerap beroperasi di wilayah
sana," pungkas Iskandar.
Kedua korban telah dipulangkan ke orang tua masih-masing. Kasus ini masih diselidiki oleh
polisi.
Undangan" nya? Sebagai contoh, bunyi pasal pelecehan seksual pada Pasal 289
KUHP selengkapnya sebagai berikut: Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang
kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Jakarta (19/03) – Di tengah pandemi Covid-19, puluhan anak menjadi korban ekploitasi
seksual melalui online. Hari ini, Humas Polda Metro Jaya bersama Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) RI dan stakeholders lain
secara resmi mengungkap kasus eksploitasi seksual yang melibatkan 15 orang anak sebagai
korban.
Dalam penggerebekan yang dilakukan sebelumnya pada Selasa, 16 Maret 2021 di Hotel A
milik publik figure CCA di Larangan, Kota Tangerang, polisi meringkus sejumlah orang mulai
dari pengelola hingga pelanggan hotel termasuk 15 orang diantaranya masih berusia anak
yang berasal dari daerah Jakarta, Tangerang, dan Tangerang Selatan.
“Korban ada 15 orang yang semuanya anak di bawah umur yang rata-rata umurnya 14-15
tahun. Ini adalah murni kejahatan eksploitasi anak,” ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya,
Yusri dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jumat (19/03).
Sesuai dengan tambahan fungsi baru tentang penyediaan layanan bagi anak yang
memerlukan perlindungan khusus, Kemen PPPA telah melakukan pendampingan dan
assesmen bagi korban kasus eksploitasi anak ini sejak awal pemeriksaan oleh kepolisian
dilakukan. Assesmen lebih mendalami motif masing-masing korban yang berbeda, salah
satunya karena kebutuhan hidup.
“Mayoritas terdorong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian orang tuanya ada
yang tahu, sebagian lagi tidak karena dianggapnya itu pergaulan biasa,” ungkap Deputi
Bidang Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA, Nahar usai konferensi pers.
Nahar berharap kejadian ini dapat menjadi pengingat bagi para orang tua untuk lebih
memperhatikan dan menjaga anak agar terhindar dari bujuk rayu.
“Ini tentu diharapkan tidak di contoh oleh orang lain, karena kita berharap kalau orang
tuanya menyiapkan tumbuh kembang anak dengan sebaik-baiknya kasus-kasus seperti ini
bisa kita cegah. Himbauan kepada semua orang yang mempunyai anak untuk lebih
mewaspadai modus-modus bujuk rayu yang menjebak anak kita atau anak orang lain dalam
kasus serupa,’” tegas Nahar.
Kemen PPPA juga telah berkoordinasi dengan UPTD P2TP2A DKI Jakarta untuk memberikan
penampungan sementara serta pendampingan psikologis kepada para korban. Kemen PPPA
juga terus memantau proses hukum dan memastikan pelaku dikenakan sanksi sesuai
perundang-undangan yang berlaku.
Dijelaskan Kabid Humas Polda Metro Jaya, para pelaku mulai dari muncikari, pengelola
hotel, sampai pemilik hotel bekerja sama terlibat dalam eksploitasi anak di Hotel A. CA yang
bersatatus sebagai pemilik hotel juga ditangkap karena perannya mengetahui langsung dan
melakukan pembiaran dengan dalih mempertahankan occupancy atau jumlah pengunjung
hotel serta melonggarkan pengecekan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
“Para pelaku ini kerja sama, mulai dari muncikari, pengelola hotel sampai ke pemilik hotel.
Modusnya (pelaku), bekerja sama dengan menawarkan perempuan anak di bawah umur
melalui aplikasi online MiChat,” jelas Yusri.
Akibat aksi tersebut, para pelaku dapat dijerat pidana dengan pasal berlapis. Deputi Bidang
Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA, Nahar menjelaskan eksploitasi secara ekonomi dan
atau seksual terhadap anak di bawah umur dapat dijerat dengan Pasal 76I Jo Pasal 88
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
“Sesuai Pasal 76 I Undang-Undang 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, setiap orang
dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, bahkan turut serta
melakukan eksploitasi secara ekonomi dan atau seksual terhadap Anak. Para pelaku akan
berhadapan dengan ancaman pidana maksimal 10 tahun dan denda hingga 200 juta rupiah,”
jelas Nahar.
Selain Pasal 76I Jo Pasal 88 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, para pelaku juga dapat
dikenakan ketentuan Pasal 296 KUHP tentang dengan sengaja menyebabkan atau
memudahkan perbuatan cabul sebagai pencarian atau kebiasaan dan atau Pasal 506 KUHP
tentang Prostitusi jika memenuhi unsur menarik keuntungan dari perbuatan cabul dan
menjadikannya sebagai pencarian.
Kasus ini juga dapat didalami lebih lanjut untuk mengetahui kaitan dengan praktek
perdagangan orang dan pelanggaran UU ITE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (TPPO), Pasal 27 Ayat (1) Jo Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang ITE.
a. Temukan motif.alasan atau penyebab dan tujuannya
# motif ini adalah jual diri/seksual terhadap anak yang usianya 14-15 tahun
# penyebab terjadinya adalah karena kurangnya ekonomi untuk kebutuhan sehari-hari.