Anda di halaman 1dari 4

MARAKNYA KASUS PENCULIKAN ANAK DI BAWAH UMUR

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu: Ulfah Mey Lida, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Wiwik Melani (2250110004)


2. Khabibah Intan N.S. (2250110011)
3. Dela Ameliana Fitroh (2250110014)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2022/2023
Maraknya Kasus Penculikan Anak di Bawah Umur
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada diri manusia sejak lahir
yang wajib dihormati, dihargai, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, maupun
pemerintah tanpa memandang suku, bangsa, ras, agama, dan status sosial. Hak Asasi Manusia
harus dijunjung tinggi oleh komponen negara dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan
seiring perkembangan zaman, di dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara pelanggaran
terhadap Hak Asasi Manusia di Indonesia masih sering terjadi. Media Sosial (medsos) dalam
beberapa hari ini dihebohkan dengan kasus terhadap Penculikan Anak yang terjadi di bulan
Januari - Februari 2023.

Di awal tahun 2023 diwarnai dengan berbagai maraknya penculikan anak di Indonesia.
Kasus penculikan anak belakangan ini kembali menghantui masyarakat, khususnya para orang
tua. Anak-anak yang seharusnya bebas bermain dan mengisi hari-harinya dengan bermain dan
bergembira, ternyata rawan menjadi korban penculikan. Biasanya, tanpa diduga dan karena
kelalaian orang tua, anak-anak berusia di bawah 10 tahun merupakan sasaran yang paling
potensial menjadi korban penculikan. Hal itu membuat Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPA) mengajak seluruh lapisan
masyarakat untuk terlibat dalam perlindungan anak.

Dikutip dari bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Nahar mengatakan “jumlah korban
penculikan anak selama bulan Januari hingga Februari 2023 telah mencapai 14 Orang”.

"Per tahun 2020 ada 20 anak korban penculikan, per tahun 2021 ada 15 anak. Selama tahun
2022 ada 34 anak dan pada tahun 2023, dua bulan itu sudah 14 anak”.

Berbeda dari tahun sebelumnya, kasus penculikan anak bertambah lebih banyak pada
awal tahun 2023. Penculikan ini terjadi dimana saja baik di sekolah maupun di lingkungan
keluarga, baik dalam keadaan suasana ramai maupun suasana sepi. Tindak penculikan anak
akhir-akhir ini semakin marak dan menyebar di Indonesia, motifnya pun cukup beragam tidak
lagi hanya karena kesulitan ekonomi, tetapi berkembang menjadi penjualan anak atau untuk
menekan pihak lawan yang sedang berkonflik.
Banyak terjadi modus penculikan anak menggunakan suatu pola yang khas seperti,
pelaku biasa mendekati korban saat sendirian, menarik perhatiannya menggunakan tutur kata
memikat, biasanya minta tolong atau dengan ajakan. Ada juga yang ber inisiatif menjadi nenek-
nenek, maupun modus lainnya. Dalam berbagai pesan yang beredar di media sosial, disebutkan
bahwa peristiwa penculikan anak telah terjadi di beberapa lokasi, seperti Kota Semarang Jawa
Tengah pada bulan Januari - Februari 2023.

Penculikan yang terjadi di kota Semarang memakan banyak korban, diantara terjadi
pada salah satu anak yang berusia 8 tahun berinisial WBA. Dari informasi yang didapatkan,
pelaku dari korban penculikan merupakan berasal dari warga semarang sendiri. Sebelum
peristiwa terjadi, sempat ada obrolan antara orang tua korban (ayah korban bernama Setiawan)
dan pelaku korban (bernama Santoso), obrolan tersebut terjadi di warung pemilik sang korban
yang terletak di dekat Stasiun Poncol.

Saat itu obrolan pelaku di tanggapi oleh istrinya Setiawan. Tidak lama kemudian, pelaku
minta tolong kepada Setiawan untuk diantarkan ke sebuah lokasi untuk mengambil barang
rongsokan. Setelah diantar, pada Senin 9 Januari 2023 warung miliknya sudah mulai tutup.
Setiawan, istri dan anaknya sudah persiapan untuk pulang. Namun, selang beberapa jam
kemudian pelaku datang lagi ke warung untuk mengajak ngobrol dan meminta minum sebentar,
kemudian pelaku salaman (berpamitan) dan bawa motor beserta anaknya. Setiawan mengaku
mengetahui jika sepeda motor dan anaknya dibawa pelaku. Namun pada saat itu posisi Setiawan
tidak bisa teriak minta tolong dan tidak bisa berbicara apapun, seperti terjadi penghipnotisan.
Akhirnya selang beberapa menit tersadar dan kebingungan untuk mencari anaknya.

Sekitar pukul 09.30 datang seorang perempuan bernama Khairun Nisa binti Abdurrahim
(ibu korban) melaporkan bahwa anaknya atas nama Wahyu Bayu Aji (WBA) dan juga
motornya telah di curi dan di culik seseorang yang terjadi sekitar pukul 16.00. Dari situ
kemudian ditindak lanjuti oleh Tim Elang Utara Polsek Semarang Utara kemudian melakukan
penyelidikan. Berdasarkan informasi terakhir yang diterima bahwa untuk tersangka motor
maupun anak sudah diamankan oleh petugas guna menyelidiki lebih lanjut terkait motif pelaku
menculik anak di bawah umur.
Menurut korban berinisial WBA, dirinya bersama pelaku diajak berkeliling di kota
Semarang naik motor. Saat berputar di kota dirinya dijanjikan akan dibelikan motor trail mini
dan 100 ekor kelinci. WBA mengaku selama seharian berkeliling dengan pelaku, dirinya hanya
diberi makan daun dan hanya bisa menurut. Saat ini korban sudah dikembalikan pada orang
tuanya.

Dari kasus tersebut Seluruh pihak, baik orang tua, masyarakat, dan Pemerintah,
termasuk Aparat Penegak Hukum harus bersama-sama memastikan upaya perlindungan anak
bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ancaman yang berdampak lebih buruk bisa
kita hindari. Alhamdulillah korban dalam kondisi selamat dan mudah-mudahan tidak
berdampak jangka panjang.

Mengingat anak merupakan kelompok paling rentan yang belum bisa melindungi
dirinya sendiri. Selain meningkatkan pengawasan, orang tua juga perlu mengajarkan anak
mengenai cara memberikan respons terhadap orang-orang asing yang ada di sekitarnya.
Memberikan pemahaman agar anak tidak mudah terpengaruh terhadap ajakan dan iming-iming
dari orang yang tidak dikenal. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan pemahaman kepada
anak- anak agar tetap waspada, hati- hati dan tidak mudah percaya atau terpengaruh oleh orang
lain tidak dikenal.

Penculikan merupakan sebuah tindakan melanggar hukum, di mana pelaku melakukan


pengurungan secara paksa dan menjauhkan korban dari orang tuanya. Tindakan kekerasan ini
seringkali menimbulkan dampak psikologi pada korban. Dampaknya anak akan merasakan
stres, kecemasan, trauma, depresi, kebingungan, menarik diri dari lingkungan, ketegangan
kronis, insomnia dan mimpi buruk, maupun mudah terkejut.

Anda mungkin juga menyukai